Anda di halaman 1dari 4

Ramadhan Pertama Anak Rantau

Halo aku rania. Aku adalah seorang mahasiswi yang merantau demi pendidikan dan ini
adalah pertama kalinya aku jauh dari orang tua ku. Lima bulan lamanya aku merantau, rasa rindu
kepada keluargaku menyelimuti. Besok sudah mulai ramadhan, rasanya sedih sekali karena
ramadhan kali ini aku tidak bisa puasa di rumah. Aku jadi teringat ketika bulan ramdhan ibuku
selalu membangunkan ku dan keluarga ketika sahur dan menyiapkan buka puasa untukku dan
keluargaku, sekarang aku harus bangun dan menyiapkan buka puasa sendiri. Aku memutuskan
menelepon ibu untuk mengobati sedikit rindu ini.

Rania : Hallo Assalamu’alaikum Buk (Sapaku)

Ibu : Wa’alaikumussalam nak. Gimana kabarnya nak? (Jawab Ibu dangan nada sedikit nyaring)

Rania : Alhamdulillah sehat Bu. Ibu sendiri gimana? Ibu sehat-sehatkan disana? Rania
kangeeenn banget sama Ibu, Adek, Kakak dan Bapak.

Ibu : Alhamdulillah, kita juga sehat-sehat nak.

Rania : Alhamdulillah. Ibu disana masak apa buat sahur nanti? Rania kangen masakan Ibu,
apalagi kalo mau puasa gini. Ibu selalu nyiapin masakan-masakan kesukaan Rania. Pengen deh
rasanya Rania pulang buat makan masakan Ibu doang hehehe.

Terdengar suara yang begitu ramai. Ibu sepertinya sedang memasak bersama kakak dan
adek. Ya, ini adalah kebiasaan orang-orang dirumahku ketika hendak menjelang Ramadhan.
Sebelum Ramadhan kebiasaan Ibu adalah mengajak anak-anaknya untuk membantunya
memasak, karna Ibu akan memasak banyak makanan yang kemudian akan dibagikan ke
tetangga.

Ibu : Seperti biasa Ran, Ibu masak ayam kecap, dendeng sapi, sama hati sapi kesukaan kamu.
Meskipun kamu gak dirumah, orang-orang rumah minta Ibu buat masak itu. Katanya biar kita
ngerasain kamu juga ikut makan bareng ( Jawab ibu dengan suara yang sedikit tertahan)

Rania : Ibuu, gaboleh nangis. Rania disini juga makan hati sapi kok. Tapi bedanya disini rania
beli bukan masak sendiri (jawab Rania sambil mengusap air matanya).
Ibu : Iya nak, makan yang banyak dan sehat-sehat disana ya. Ibu, bapak, adek, kakak disini
mendoakan mu semoga kamu bisa sukses. Gausah banyak pikiran, nanti malah sakit.

Rania : Iya Bu. Ibu sama keluarga juga sehat-sehat disana ya. Rania sayang Ibu, Bapak, Adek
dan Kakak. Yaudah Bu, Rania tutup dulu telponnya yah. Assalamu’alaikum.

Ibu : Wa’alaikumussalam.

Setelah menelpon, rasa rindu ku sedikit terobati. Aku memutuskan untuk belanja bulanan
karena kebutuhan ku sudah mulai habis, ditambah besok mulai Ramadhan, jadi aku harus
menyediakan beberapa makanan cepat saji untuk persiapan. Aku merasa belanjaan ku sudah
cukup, aku membayar nya ke kasir dan totalnya seperti yang aku kira lebih besar dari biasanya.
Aku memutuskan langsung pulang saja karena aku harus mengerjakan tugas kuliah ku.

Isya pun tiba, banyak warga berduyun-duyun pergi ke masjid untuk menunaikan shalat
tarawih petama di bulan ramadhan ini. Suara petasan yang dimainkan oleh anak-anak
mengingatkan ku ketika di rumah. Sambil shalat, akupun sambil menangis karena aku benar-
benar merasakan kerinduan itu. Sampai akhirnya tarawih pun selesai aku mengecek kembali
mata kuliah ku besok karena meskipun hari puasa petama, kampusku tidak libur. Setelah
mengeceknya, aku memsang alarm di hp ku agar aku terbangun dini hari nanti untuk
melaksanakan sahur pertama ku lalu aku langsung tidur.

Ketika aku tertidur, aku kaget karena hp ku berbunyi. Setelah aku cek rupanya Ibuku
yang menelepon. Ibu menelepon dengan alasan membangunkan aku untuk sahur. Aku terharu,
rupanya ibuku ingat padaku. Ibu mengingatkan aku banyak hal seperti jangan lupa solat tahajud
dan jangan lupa sahur.

Ibu : Halo Ran. Assalamu’alaikum. Bangun nak! Jangan lupa tahajudnya, terus abis itu sahur.
Ibu takut rania disana gak bangun sahur, makanya Ibu telepon kamu Ran. (Suara Ibu yang serak,
sepertinya Ibu juga baru bangun)

Rania : Iya Bu. Wa’alaikumussalam. Makasi Bu udah bangunin Rania, padahal Rania sudah
memasang alarm, tapi kok gak bunyi. Kayaknya semalam lupa kepencet oke deh alarm nya
hehehe.
Ibu : Tuhkan Ran. kamu mah suka teledor. Untung Ibu telepon, coba kalo nggak, kamu gabisa
sahur nanti.

Rania : Iya Ibu. Makasih banyak ya Ibuku sayang udah bangunin anak yang teledor ini.

Ibu : Ibu mau nyiapin makanan buat sahur. Kamu jangan lupa sahurnya makan yang banyak yah,
biar kuat. Kan besok kamu ada jadwal kuliah.

Rania : Iya ibuuu siap.

Ibu : Yasudah Ibu tutup yah. Assalamu’alaikum.

Rania : Wa’alaikumussalam Warohmatulloh.

Setelah menelepon, aku bersegera ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu solat
tahajud. Selepas itu aku memanaskan makanan keemudian sahur. Aku tidur lagi setelah sahur
dan berencana bangun lebih awal karena aku harus siap-siap untuk kuliah.

Siang yang sangat terik, sementara aku masih berada di kelas karena mata kuliah hari ini
ada 3 mata kuliah dengan 8 SKS. Menjelang sore hari, akhirnya kuliahku selesai. Aku diajak
teman-teman ku untuk buka bersama di sebah warung makan dekat kampus. Aku mengiyakan
mereka, toh kalopun di kost-an aku akan kesepian. Sambil menunggu adzan maghrib kami saling
bercerita, ada sebagian dari mereka juga sama seperti aku anak rantauan. Kami saling diskusi
banyak hal tentang perkuliahan. Aku mendengar dari salah satu temanku kalo jadwal kuliah
dibulan Ramadhan ini akan libur H-7 lebaran. Aku merasa senang karena aku bisa pulang dan
membeli tiket pulang dari sekarang agar tidak kehabisan. Adzan maghrib pun berkumandang,
kami semua menyegerakan berbuka.

Tiga minggu sudah berlalu. Aku berhasil melalui beberapa minggu puasa ku di
perautauan ini. Hari ini adalah hari dimana aku akan pulang ke rumah. Rasanya senang sekali
dan aku tidak sabar untuk segera sampai di rumah. Sebelum pulang aku membeli beberapa oleh-
oleh untuk keluarga ku di rumah. Aku menuju stasiun dan menunggu keberangkatan kereta api
ku. Setelah itu, kereta api pun berangkat. Bismillah, semoga selamat dalam perjalanan aamiin
(ujarku dalam hati). Setelah beberapa jam kereta api pun berenti di stasiun tujuan. Aku
menelepon ayahku karena beliau yang menjemputku di stasiun. Aku melihat ayahku, aku kira
ayah sendirian namun ternyata beliau datang menjemputku bersama ibu, adik dan kakaku. Aku
langsung memeluk mereka, karena aku sangat rindu. Kami langsung menuju rumah agar kami
bisa berbuka puasa dirumah.

Seminggu puasa dirumah terasa lebih cepat, sampai tibalah hari raya kemenangan bagi
umat muslim semua yaitu hari raya idul fitri. Aku masih tidak menyangka, ternyata ramadhan
kali ini aku aku puasa di dua tempat. Meskipun rumahku berada di kampung tapi aku merasa
lebih seru puasa di rumah daripada di kota dimana aku kuliah. Ramdhan kali ini mengajarkan ku
banyak hal, seperti harus mandiri, berjuang dan bersabar. Terimakasih Ramadhan 1443 H.

Anda mungkin juga menyukai