Disusun oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-
Nya makalah yang berjudul “Anggaran Modal, Anggaran Neraca, dan Anggaran Kinerja
(Perfomance)” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa RMK ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
konstruktif. Akhir kata, kami berharap RMK ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
2.6 Neraca.................................................................................................................... 18
PENDAHULUAN
Ada empat fungsi anggaran yang sesuai dengan fungsi manajemen yakni (Rudianto, 2010: 6) :
1. Planning (Perencanaan) Dengan adanya fungsi ini, anggaran dapat merencanakan tujuan
dan sasaran yang akan dicapai hal ini berkaitan dengan perusahaan yang akan dihasilkan
dimasa mendatang, antara lain yakni menetapkan produk, bagaimana cara
menghasilkannya, sumber daya yang akan diperlukan, dan sistem memasarkan produk.
2. Organizing (Pengorganisasian) Setiap perusahaan harus mencari sumber daya seperti
bahan baku, mesin untuk pengolahan bahan baku, bangunan yang akan dipakai untuk
pengolahan produk, tenaga kerja yang akan dibutuhkan, dan modal yang dapat menunjang
kegiatan perusahaan tersebut, dengan adanya ini perusahaan dapat merealisasikan rencana
yang telah ditetapkan.
3. Actuating (Menggerakan) Mengarahkan dan mengelola sumber daya yang telah diperoleh
agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
4. Controlling (Pengendalian) Memastikan bahwa setiap sumber daya telah dikelola dengan
baik dan efesien dengan rencana yang telah dibuat oleh perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian enganggaran modal ?
2. Bagaimana perhitungan produksi selama umur ekonomis ?
3. Bagaimana mengetahui perhitungan kebutuhan investasi ?
4. Bagaimana mengetahui pengertian anggaran neraca ?
5. Bagaimana penyusunan anggaran neraca ?
6. Apa yang dimaksud neraca ?
7. Apa pengertian anggaran kinerja?
8. Bagaimana analisis rasio keuangan ?
9. Bagaimana tahapan laporan kinerja ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penganggaran modal.
2. Untuk mengetahui perhitungan produksi selama umur ekonomis.
3. Untuk mengetahui perhitungan kebutuhan investasi.
4. Untuk mengetahui pengertian anggaran neraca.
5. Untuk mengetahui bagaimana penyusunan anggaran neraca.
6. Untuk mengetahui neraca.
7. Untuk mengetahui pengertian anggaran kinerja.
8. Untuk mengetahui analisis rasio keuangan.
9. Untuk mengetahui tahapan laporan kinerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penganggaran Modal
Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses memilih peluang alternatif jangka
panjang yang optimum. Prosedur ini memungkinkan kita untuk menentukan arah alokasi sumber
daya perusahaan. Penganggaran modal meliputi perhitungan lamanya waktu yang diperlukan
untuk mendapatkan kembali dana investasi, pengembalian yang diperoleh atas suatu usulan
proyek, dan nilai sekarang bersih (NPV) dari arus kas yang dihasilkan.
Penyusutan merupakan prosedur perhitungan nilai aset selama masa penggunaannya. Setiap
aset akan mengalami penurunan nilai dalam jangka waktu tertentu. Maka dari itu, perusahaan
harus mengetahui penyusutan aktiva supaya dapat berkembang secara seimbang.
Metode yang pertama ini paling sering digunakan dalam akuntansi demi menjaga beban
penyusutan tetap konstan dan simpel sepanjang usia ekonomis aset. Ada dua rumus yang dapat
dipakai dalam metode ini, yakni perhitungan dengan nilai residu dan perhitungan tanpa nilai
residu.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan membeli mobil operasional pada tanggal 2 Februari 2001
dengan harga Rp350 juta. Mobil itu diperkirakan mempunyai masa pakai 4 tahun dengan nilai
residu Rp100 juta. Besar penyusutan per tahunnya, yakni
Misalnya, suatu perusahaan membeli mesin produksi senilai Rp300.000.000 pada tanggal 30
Maret 2004. Mesin tersebut diperkirakan tak akan mempunyai nilai residu pada masa akhir
pemakaian dan bisa beroperasi sampai 6 tahun. Artinya, masa penyusutan mesin per tahun, yaitu
Contohnya, PT Sinar membeli mesin produksi seharga Rp250.000.000 pada tanggal 15 April
2006. Mesin tersebut diperkirakan tak mempunyai nilai residu pada masa akhir pemakaian dan
bisa beroperasi selama 8 tahun. Beban penyusutan per tahun dari mesin itu, yakni
dan seterusnya.
Metode penyusutan berikutnya yang dapat Anda gunakan adalah metode jumlah angka tahun.
Adapun rumus metode penyusutan jumlah angka tahun yaitu:
Biaya Penyusutan = [Umur Ekonomis X (Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu)] / Jumlah
Angka Tahun
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun mendatang, dengan
estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan metode jumlah angka tahun,
biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:
Dengan demikian, jika perusahaan A ingin nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta, maka total
biaya depresiasi wajib ada di angka Rp7 juta, dengan biaya penyusutan per tahun seperti tertera
di atas.
Sebagai contoh, PT Makmur Maju membeli mobil keluaran terbaru untuk operasional pada 20
November 2015. Mobil tersebut memiliki harga Rp400.000.000 dan dibayar secara tunai.
Empat tahun kemudian, perusahaan bermaksud menjual mobil dengan harga Rp100.000.000.
Mobil yang dibeli dapat menempuh jarak sampai 100.000 km. Namun, mobil itu sekarang telah
menempuh jarak 50.000 km selama pemakaian. Biaya penyusutannya, yaitu
Metode penyusutan aktiva tetap yang terakhir adalah berdasarkan satuan hasil produksi.
Dengan menggunakan cara ini, Anda bisa mengetahui nilai depresiasi aktiva berdasarkan
berapa banyak produk dibuatnya. Rumus metode penyusutan berdasarkan satuan hasil produksi
yaitu:
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta berkapasitas kapasitas produksi
100 ribu kali, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Adapun data produksi per
tahunnya adalah sebagai berikut:
Jika menggunakan metode satuan hasil produksi, biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:
Dengan demikian, jika perusahaan A ingin nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta, maka total
biaya depresiasi wajib ada di angka Rp7 juta, dengan biaya penyusutan dan jumlah produksi per
tahun seperti tertera di atas.
Ada beberapa alat analisa atau metode dalam keputusan investasi. Metode yang sering
digunakan antara lain:
“Net present value” adalah selisih antara nilai sekarang dari cash flow dengan nilai sekarang
dari investasi. Dengan metode ini pertama yang harus dilakukan adalah menghitung present
value dari penerimaan dengan tingkat discount rate tertentu, kemudian dibandingkan dengan
present value dari investasi. Keputusan dari penilaian dengan metode ini bila selisih antara PV
dari cash flow lebih besar berarti nilai NPV bernilai positif, artinya investasi yang dijalankan
layak, dan sebaliknya apabila selisih PV dari cash flow lebih kecil dibanding dengan PV
investasi, maka investasi dipandang tidak layak.
Keterangan:
Jika sudah mengetahui rumusnya berikut ini adalah cara melakukan perhitungannya:
1. Jumlahkan semua present value dengan pengeluaran selama satu tahun terakhir dan total
keuntungan juga selama satu tahun terakhir
2. Lakukan penjumlahan dari nilai future value total keuntungan dengan present value total
pengeluaran lalu cari selisihnya dari kedua nilai tadi.
Contoh:
Perusahaan akan membeli mesin produksi untuk menaikkan jumlah produksinya. Harga mesin
Rp 150 juta dan suku bunga 12% setiap tahun. Arus kas masuk sekitar Rp 50 juta dalam periode
lima tahun. Apakah rencana pembelian tersebut bisa dilanjutkan?
Ct = 50 juta rupiah
r = 12 persen = 0,12
Jawaban:
= 180,24 – 150
NPV = 30,24
Jadi nilai NPV adalah Rp30,24 juta dan itu artinya rencana investasi bisa dilanjutkan.
Pada dasarnya, net present value adalah perhitungan perkiraan arus kas yang nantinya bisa
menjadi dasar untuk melihat proses investasi berjalan. Dengan adanya metode NPV ini,
perusahaan jadi lebih mudah memperhitungkan arus masuk tanpa mengabaikan aliran kas
selama investasi berjalan. Lebih memudahkan juga untuk mencari tahu apakah investasi yang
akan dilakukan layak dan bisa memberikan keuntungan pada perusahaan atau tidak.
“Payback period” adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan “proceeds” atau aliran kas neto (net cash flows).
Dengan demikian payback period dari suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya.
Apabila proceeds setiap tahunnya sama jumlahnya, maka payback period dari suatu investasi
dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan.
Berbeda dengan cara perhitungan payback period saat arus kas yang dimiliki perusahaan berbeda,
maka rumusnya adalah:
PP = n + a : b x 1 tahun
keterangan:
PP = payback period
n = syarat periode pengembalian modal investasi
b = arus kas pada tahun setelah tahun kumulatif arus kas berjalan (n + 1)
Sebuah manajemen pada perusahaan PT ABC sedang melakukan pertimbangan untuk membeli
alat produksi pada komponen elektronika. Dengan adanya pembelian mesin produksi berharga
Rp 250 jt, makan keuntungan bersih yang bisa diperoleh dari adanya tambahan mesin tersebut
adalah Rp 70 per tahunnya. Lantas, berapakah payback period time untuk mesin tersebut?
Jawaban:
Berdasarkan perhitungan di atas, maka waktu payback period atau periode pengembalian modal
untuk suatu mesin produksi adalah 3,57 tahun.
Terdapat suatu usulan proyek investasi senilai Rp 600.000.000 umur ekonomis 5 tahun, syarat
periode pengembalian 2 tahun, dan arus kas per tahun adalah tahun 1 sebesar Rp 300.000.000,
tahun 2 sebesar Rp 250.000.000, tahun 3 Rp 200.000.000, tahun 4 sebesar Rp 150.000.000, dan
tahun 5 Rp 100.000.000.
Dalam contoh tersebut, diketahui bahwa arus kas setiap periode (pertahun) tidak sama, sehingga
untuk menghitung payback period dari contoh tersebut bisa dilakukan dengan cara berikut ini:
Tahun 1 : Rp 300.000.000
PP = 2 + 0.25 tahun
PP = 2,25 tahun
Dari contoh perhitungan payback period di atas, dapat diketahui periode pengembalian modal
yaitu sebesar 2,25 tahun atau tepatnya 2 tahun lebih 3 bulan.
Profitability Index (PI) merupakan rasio nilai sekarang dari arus kas bebas masa depan terhadap
pengeluaran awal (Arthur, 2005). Walaupun kriteria investasi NPV memberikan suatu nilai
absolut jumlah yang diinginkan dari suatu proyek, profitability index menjadi ukuran relatif yang
diinginkan proposal investasi, yang merupakan rasio nilai sekarang dari manfaat masa depannya
terhadap biaya awal.
Profitability Index (PI) = PV of cash flows subsequent to initial investment / Initial investment
Ketika nilai sekarang dari arus kas bersih suatu proyek lebih besar dari pengeluaran awalnya,
maka NPV proyek tersebut akan positif, menandakan bahwa proyek tersebut bisa diterima, maka
hal ini juga akan terlihat pada profitabililty index yang menunjukkan nilai lebih dari 1, sebagai
nilai sekarang dari arus kas bebas yang lebih besar dari pengeluaran awalnya.
Kriteria NPV dan profitability index pada dasarnya sama, keduanya mempunyai keunggulan yang
sama dibandingkan metode lainnya. Kedua metode ini melakukan penghitungan arus kas,
mengenal pemilihan waktu arus kas, dan konsisten dengan tujuaannya yaitu memaksimalkan
kekayaan pemilik saham. Kelemahan utama dari metode ini yaitu membutuhkan perincian
perkiraan arus kas bebas.
average rate of return (ARR) atau tingkat pengembalian rata-rata. Metode ARR digunakan untuk
menilai profitaitabilitas investasi berdasarkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
tahunan. Konsep yang paling sederhana untuk menghitung ARR dengan membagi laba tahunan
rata-rata dengan usia investasi (jumlah tahun). Untuk memahami lebih dalam, simak contoh kasus
penghitungan ARR berikut ini.
Sebuah perusahaan berencana untuk melakukan investasi beberapa mesin baru untuk
menggantikan mesian yang sudah tidak berfungsi. Mesin baru tersebut dibeli dengan harga
US$420.000 dan akan meningkatkan pendapatan tahunan perusahaan sebesar US$200.000
dengan biaya tahunan mencapai US$50.000. Dengan perkiraan mesin tersebut mempunyai masa
manfaat selama 12 tahun, berapa ARR yang didapat?
Pertama, Anda harus menghitung biaya penyusutan mesin per tahun, yaitu US$420.000 /12 bulan
= US$35.000. Kedua, tentukan laba tahunan rata-ratanya dengan cara mengurangi pendapatan
dengan biaya tahunan dan biaya penyusutan, yaitu US$200.000 – (US$50.000 + US$35.000) =
US$115.000.
Secara sederhana, internal rate of return adalah indikator tingkat efisiensi dari sebuah investasi.
IRR juga dikenal sebagai metode untuk menghitung tingkat bunga suatu investasi dan
menyamakannya dengan nilai investasi saat ini berdasarkan penghitungan kas bersih di masa
mendatang.Singkatnya, apabila penghitungan internal rate of return menunjukkan angka lebih
besar daripada modal yang dikeluarkan, jangan ragu untuk melakukan investasi. Begitu pula
sebaliknya, jika hasil penghitungan IRR kurang dari biaya modal, sebaiknya hindari investasi
tersebut.
Pada penghitungan IRR akan diperoleh net present value atau NPV = 0. Untuk bisa
memperoleh hasil akhir IRR, kita harus mencari discount rate yang menghasilkan NPV positif.
Inilah mengapa dibutuhkan rumus penghitungan:
Keterangan:
Misalnya:
Sebuah pabrik mengusulkan nilai investasi sebesar Rp130.000.000. Arus kas yang dihasilkan
setiap tahunnya sekitar Rp21.000.000 selama 6 tahun. Asumsi rate of return-nya sendiri sekitar
13%. Saat melakukan penghitungan diskonto, NPV yang dihasilkan adalah Rp6.649.000
dengan diskonto sekitar 12% dan Rp659.000 dengan diskonto sekitar 10%.
Selisih bunga diskonto berarti sekitar 2% atau sekitar Rp7.308.000. Jika rumus di atas
diaplikasikan, maka nilai internal rate of return adalah,
IRR = 10,18%
Karena asumsi rate of return-nya sekitar 13% berarti angka 10,18% termasuk lebih kecil.
Berdasarkan prinsip dasar IRR, sebaiknya investasi ini kita tolak.
Dari tabel diatas terlihat bahwa anggaran neraca pada akhir suatu periode tertentu
sangat dipengaruhi oleh saldo awal periode dari setiap elemen yang ada pada neraca. Ini
berarti, neraca pada awal tahun akan berpengaruh langsung pada anggaran neraca pada
akhir periode tersebut. Setelah neraca pada awal periode diketahui, maka anggaran neraca
pada akhir periode akan dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai hal yang
mempengaruhi kenaikan dan penurunan setiap elemen neraca tersebut.
2.6. Neraca
Untuk menyusun anggaran neraca, metode yang paling mudah adalah
menggunakan persamaan akuntansi dasar. Di mana di dalam metode tersebut didasarkan
pada persamaan bahwa jumlah aktiva akan selalu sama dengan besarnya utang/kewajiban
dan modal/ekuitas dari suatu badan usaha tertentu.
Setiap kali terjadi penambahan di dalam salah satu komponen aktiva suatu badan
usaha, selalu akan disertai dengan penambahan di dalam komponen kewajiban atau
ekuitas atau pengurangan pada salah satu komponen aktiva lainnya. Demikian pula, jika
terjadi pengurangan pada salah satu komponen aktiva, selalu akan disertai dengan
pengurangan di dalam komponen kewajiban atau ekuitas atau penambahan pada salah
satu komponen aktiva lainnya.
2.7. Pengertian Anggaran Kinerja (Performance)
Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (suatu jumlah) periodik yang disusun
berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu
tertentu dan dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan
barang/jasa. (M.Nafarin, 2007:11).
Anggaran adalah rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam satu
periode yang tertuang secara kuantitatif. Informasi yang dapat diperoleh dari anggaran
diantaranya jumlah produk dan harga jualnya untuk tahun depan (Catur dan Safrida, 2010:2).
Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika. Kinerja seorang karyawan akan baik bila mempunyai keahlian
(skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian,
mempunyai harapan (expectation) masa depan lebih baik. Jika kinerja karyawan (indiviual
performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate performance) juga
baik(Prawirosentono, 1999).
Analisis Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisis yang
digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan
masing-masing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba,
dan Arus Kas dalam periode tertentu.
• Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio): Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur
kemampuan likuiditas jangka pendek suatu perusahaan dengan melihat aktiva lancar
perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya.
• Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio): Rasio perputaran persediaan
mengukur aktivitas atau likuiditas perusahaan dilihat dari ketersediaan barang. Rasio
ini menunjukkan efisiensi di mana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk
menghasilkan penjualan.
• Rasio Aktivitas (Activity Ratio): Rasio aktivitas menunjukkan tingkat efektivitas
penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan kepada Anda.
• Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (Profitability Ratio): Merupakan rasio yang
menunjukkan tingkat imbalan atau perolehan dibanding penjualan atau aktiva.
• Rasio Investasi (Investment Ratio): Merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memberikan kembalian atau imbalan kepada para pemberi dana,
khususnya investor yang ada di pasar modal dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan dari adanya Analisis Rasio dalam sebuah perusahaan :
Dr. Enni Savitri, SE, MM. Ak. (2016). PENGANGGARAN PERUSAHAAN II.
Rudianto, Peanggaran, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2009.
https://www.scribd.com/document/327419328/Anggaran-neraca
https://www.akseleran.co.id/blog/cara-menghitung-penyusutan/
https://www.ocbcnisp.com/en/article/2021/06/28/penyusutan-aktiva-tetap
https://accurate.id/akuntansi/pengertian-biaya-penyusutan/
http://repository.uki.ac.id/4438/1/ManajemenKeuanganII.pdf
http://ilmuteknologyindustri.blogspot.com/2017/03/cara-menghitung-kebutuhan-dana-
investasi.html
https://stie-igi.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/modul-8-Penggaran-perusahaan-1.pdf