Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“FOTOPERIODISME DAN VERNALISASI”

Dosen Pengampu: Widia Ningsih, S.Pd., M.Pd.

Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan

Disusun Oleh

Kelompok 7:

Fadhilah Aulia Tribuanadewi (4193341002)

Rizky Arsya Putri Harahap (4191141006)

Safira Try Puspita (4191141001)

Pendidikan Biologi A 2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Terima kasih
juga kami ucapkan kepada Ibu Widia Ningsih, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Fisiologi Tumbuhan yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami sehingga dapat
memicu motivasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam dan
pihak-pihak yang telah membantu kami menyelesaikan tugas makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dan
kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki tulisan ini di waktu yang akan datang.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pembaca. Terima Kasih.

Medan, 5 April 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Fotoperiodisme ........................................................................................................... 3
B. Mekanisme Fotoperiodisme ........................................................................................ 4
C. Induksi Fotoperiodisme .............................................................................................. 5
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Perbungaan....................................... 6
E. Vernalisasi.................................................................................................................. 7
F. Letak Vernalisasi ........................................................................................................ 8
G. Hilangnya Vernalisasi................................................................................................. 8
H. Organ Penerima Rangsangan Vernalisasi .................................................................... 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembungaan, pembuahan, dan set biji merupakan peristiwa-peristiwa penting dalam
produksi tanaman. Proses-proses ini dikendalikan baik oleh lingkungan terutama fotoperiode
dan temperatur, maupun oleh faktor-faktor genetik atau internal. Salah satu proses
perkembangan yang harus tepat waktu adalah proses pembungaan. Tumbuhan tidak bisa
berbunga terlalu cepat sebelum organ-organ penunjang lainnya siap. Kejadian musiman
sangat penting dalam siklus kehidupan sebagian besar tumbuhan.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat berhubungan kehidupan tanaman,
yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi
akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya dan temperatur.
Stimulus lingkungan yang paling sering digunakan oleh tumbuhan untuk mendeteksi waktu
dalam satu tahun adalah fotoperiode, yaitu suatu panjang relative malam dan siang. Respons
fisologis terhadap fotoperiode, seperti pembungaan, disebut fotoperiodisme.
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang
pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperiodisme digunakan
untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran
yang diterima oleh tumbuhan tersebut. Vernalisasi merupaka induksi pendinginan yang
diperlukan oleh tumbuhan sebelum mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus
untuk perbungaan, tetapi diperlukan pula oleh biji-biji tumbuha tertentu sebelum
perkecambahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fotoperiodisme?
2. Bagaimana mekanisme fotoperiodisme?
3. Bagaimana induksi fotoperiodisme?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mekanisme perbungaan?
5. Apa yang dimaksud dengan vernalisasi?
6. Bagaimana letak vernalisasi?
7. Bagaimana hilangnya vernalisasi?
8. Apa saja organ penerima rangsangan vernalisasi?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi fotoperiodisme
2. Untuk mengetahui mekanisme fotoperiodisme
3. Untuk mengetahui induksi fotoperiodisme
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme perbungaan
5. Untuk mengetahui definisi vernalisasi
6. Untuk mengetahui letak vernalisasi
7. Untuk mengetahui hilangnya vernalisasi
8. Untuk mengetahui organ penerima rangsangan vernalisasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fotoperiodisme
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang
pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperiodisme digunakan
untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran
yang diterima oleh tumbuhan tersebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat
dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut memasuki
fase generatifnya, misalnya pembungaan.

Menurut Sutoyo (2011), pegaruh respon tumbuhan terhadap tersebut dapat terjadi pada
pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Pertumbuhan vegetatif yang dipengaruhi oleh
fotoperiode yaitu pembentukan bulb dan umbi, pembentukan cabang, bentuk daun,
pembentukan pigmen, pembentukan rambut, perkembangan akar, dormansi biji dan
kematian. Sedangkan pertumbuhan reproduktif tanaman yang dipengaruhi oleh fotoperiode
yaitu pembentukan bunga, buah dan biji.
Lama penyinaran akan menentukan apakah tanaman akan membentuk internode atau
ruas yang panjang atau yang lebih pendek dari pada internode yang normal. Tanaman hari
pendek, lama penyinaran merupakan faktor pembatas yang berakibat membentuk bagian-
bagian vegetatif dan pembungaan terhambat. Tanaman hari panjang, jika lama penyinaran
lebih pendek akan menunjukkan pertumbuhan internode yang lebih pendek, cenderung
membentuk roset dan pembungaan terhambat (Sutoyo, 2011).
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Tumbuhan hari pendek (Short Day Plants), yaitu tumbuhan yang berbunga jika terkena
penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek ini umumnya berbunga di
pengujung musim panas, musim gugur, atau musim dingin. Contohnya strawberi, jagung,
kedelai, anggrek, dan ubi jalar.
2. Tumbuhan hari panjang (Long Day Plants), yaitu tumbuhan yang berbunga jika terkena
penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang ini umumnya
berbunga pada akhir musim semi atau awal musim panas. Contohnya kembang sepatu, bit
gula, selada, dan tembakau.
3. Tumbuhan hari netral (Neutral Day Plants), yaitu tumbuhan yang tidak responsif atau
berpengaruh terhadap panjang pendeknya penyinaran untuk pembungaannya. Tumbuhan
hari netral akan berbunga ketika mereka mencapai tahapan pematangan tertentu, tanpa

3
memperdulikan panjang siang hari pada waktu itu (Haryanto, 2010). Contohnya
mentimun, padi, matahari, dan tomat.

Gambar 1. Kontrol Periodik Perbungaan


- Bagian a (kiri), Tanaman Hari Pendek: (1) Tanaman tidak akan berbunga apabila
mendapatkan periode terang lebih dari periode kritisnya. (2) Tanaman akan berbunga
apabila mendapatkan periode terang kurang atau lebih pendek dari periode kritisnya,
dan periode gelap tidak terganggu oleh pencahayaan. (3) Tanaman tidak akan
berbunga, apabila periode terang kurang dari periode kritisnya namun periode
gelapnya terganggu dengan pencahayaan.
- Bagian b (kanan), Tanaman Hari Panjang: (1) Tanaman akan berbunga apabila
mendapatkan periode terang lebih panjang dari periode kritisnya. (2) Tanaman tidak
akan berbunga apabila mendapatkan periode terang kurang dari periode kritisnya dan
periode gelap tidak terganggu oleh pencahayaan. (3) Tanaman akan berbunga apabila
periode terang kurang dari periode kritisnya namun periode gelapnya terganggu
dengan pencahayaan.

B. Mekanisme Fotoperiodisme
Reseptor fotoperiode adalah daun. Fotoperiodisme ditentukan oleh bagian energi
cahaya merah (R) (600-680 nm) dan merah jauh (FR) (720-750 nm). Pengaruh pemberian
cahaya tersebut terkait dengan adanya fitokrom yang berfungsi menerima rangsangan
fotoperiodik pada tumbuhan. Ada 2 macam bentuk fitokrom yaitu fitokrom yang

4
mengabsorpsi cahaya merah (disingkat dengan Pr) dan yang mengabsorpsi cahaya merah
jauh (disingkat dengan Pfr). Mekanisme kerja fitokrom dapat dirangkum sebagai berikut:

Gambar 2. Perubahan antar 2 bentuk Fitokrom


- Pencahayaan R akan mengubah Pr menjadi Pfr. Bentuk Pfr ini berakibat menghambat
pembungaan pada tanaman berhari pendek, dan sebaliknya akan meningkatkan
pembungaan pada tanaman berhari panjang.
- Pencahayaan FR atau selama dalam periode gelap dan temperatur yang hangat, Pfr
akan berubah menjadi Pr yang akan meningkatkan pembungaan pada tanaman berhari
pendek dan menghambat pembungaan pada tanaman berhari panjang.

Setelah fotoperiodisme ditemukan, peneliti diseluruh dunia bertanya-tanya bagian


tumbuhan manakah yang mendeteksi panjang hari, segera tampak bahwa daunlah yang
tanggap. Jika daun sebagai reseptor fotoperiodisme tetapi kuncup yang menjadi bunga.
Dengan demikian, pada tahun 1930, Mikhail Chailakyan berdasarkan penelitiannya
mengemukakan bahwa terdapat stimulus yang dipindahkan dari daun ke kuncup. Stimulus itu
merupakan senyawa kimia yaitu hormon florigen. Jadi, hormon florigen inilah hormon
(stimulus) yang dipindahkan dari daun ke kuncup, sehingga kuncup yang menjadi bunga.
Sedangkan daun berfungsi untuk mendeteksi fotoperiodisme (Verma, 2002).

C. Induksi Fotoperiodisme
Induksi fotoperiodisme atau induksi panjang malam kritis sangat penting dalam
perbungaan. Respon tumbuhan terhadap induksi fotoperiode hanya satu kali saja, tetapi ada
tumbuhan lain yang memerlukan induksi lebih dari satu kali, contohnya Xanthium
strumarium untuk perbungaan memerlukan 8x induksi fotoperiode yang harus berjalan terus
menerus. Apabila tumbuhan belum memperoleh induksi yang lengkap atau mendapat
gangguan atau terputus induksi fotoperiodenya, maka tumbuhan tersebut tidak akan berbunga
(Utami, 2016).

5
Ada 4 tahap yang terjadi dalam respon perbungaan terhadap rangsangan fotoperiode, yaitu:

1) Menerima stimulus (rangsangan) fotoperiodisme oleh reseptor yaitu daun


2) Transformasi atau pengubahan arah metabolisme dari daun menjadi beberapa pola
metabolisme baru yang berkaitan dengan penyediaan bahan untuk perbungaan.
3) Pengangkutan hasil metabolisme pembungaan ke titik tumbuh bunga.
4) Terjadi respon pada titik tumbuh bunga membentuk kuncup untuk menghasilkan
perbungaan (Hopkins, 2009).

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Perbungaan


1. Efek Cahaya
Ketergantungan tumbuhan hijau terhadap cahaya, tidaklah mengherankan jika cahaya
merupakan perangsang luar yang paling utama dalam hidup tumbuhan. Contohnya seperti
respon fototropik yang timbul melalui auksin. Respon ini akan membawa organ-organ
posisi optimum relatif terhadap datangnya cahaya. Contoh lain misalnya respon membuka
dan menutupnya sel pelindung dan respon cahaya dalam sintesa klorofil dari tumbuhan
berbunga. Kebanyakan respon tumbuhan terhadap cahaya adalah respon perkembangan
dan tidak mempunyai arti penting dalam metabolisme. Intesnsitas cahaya, kualitas
cahaya, dan panjangnya penyinaran juga dapat menimbulkan respon perkembangan pada
tumbuhan (Utami, 2016).
2. Intensitas Cahaya
Beberapa respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya adalah berbeda-beda. Sebagai
contoh, tumbuhan yang tumbuh dalam gelap atau cahaya yang lemah akan mempunyai
batang yang panjang dengan ruas yang lebih panjang dan lebih besar daripada tumbuhan
yang mendapat cahaya terang. Demikian juga dalam suatu tanaman daun yang terluar
yang mendapat cahaya matahari penuh lebih kecil daripada daun sebelah dalam yang
terlindung.
Bila tumbuhan berada lama dalam cahaya yang lemah, tumbuhan akan mengalami
etiolasi, yaitu batangnya menjadi sangat panjang tanpa jaringan serabut penyokong yang
cukup. Jika intensitas cahaya tidak naik kematian akan terjadi. Sebaliknya, penyinaran
yang berlebihan akan menimbulkan tumbuhan yang kerdil dengan perkembangan yang
abnormal yang akhirnya berakhir dengan kematian (Utami, 2016).
3. Kualitas Cahaya

6
Pada intensitas cahaya tertentu, panjang gelombang cahaya yang berbeda akan
menimbulkan efek yang besar pada perkembangan tumbuhan. Sebagai contoh
ditunjukkan bahwa penyinaran pendek dengan cahaya merah sering menghambat
perpanjangan batang pada tumbuhan seperti kacang dan padi-padian. Tetapi
penghambatan ini bisa dikembalikan ke normal dengan pertumbuhan batang bisa dipacu
dengan penyinaran “Farred” dari spektrum cahaya. Pada daun, penyinaran dengan cahaya
merah dan cahaya merah jauh menghasilkan efek yang berlawanan yaitu cahaya infra
merah menghambat perkembangan daun, sinar merah memperbaiki penghambatan itu
(Utami, 2016).
4. Panjangnya Penyinaran
Respon perkembangan tumbuhan terhadap bermacam-macam penyinaran disebut
fotoperiodesitas. Fotoperiodesitas atau panjang hari dan didefinisikan sebagai panjang atau
lamanya siang hari dihitung mulai dari matahari terbit sampai terbenam. Panjang hari tidak
terpengaruh oleh keadaan awan karena pada lama penyinaran bisa berkurang bila matahari
tertuttup awan, tetapi panjang hari tetap (Sugito, 1994).
Fotoperiodisitas tidak hanya berpengaruh terhadap jumlah cadangan makanan yang
dihasilkan oleh suatu tanaman, tetapi juga menentukan waktu pembungaan pada banyak
tanaman (Sutoyo, 2011).

E. Vernalisasi
Vernalisasi adalah perlakuan pendinginan (suhu rendah) tanaman selama periode
tertentu untuk memicu pembungaan pada tanaman berumbi yang mengalami masa dormansi.
Umbi yang mengalami vernalisasi akan menghasilkan tunas generatif yang nantinya tumbuh
menjadi organ generatif atau bunga (Kreczmer, 2013).
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum
mulai pembungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak hanya untuk pembungaan, tetapi diperlukan
pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan. Pemberian perlakuan
vernalisasi mampu mempengaruhi dan meningkatkan jumlah persentase pembungaan dan
hasil biji yang lebih tinggi (Jie Song, 2012). Mekanisme ini terjadi sebagai fungsi dari
vernalisasi yang memberikan stimulus pembungaan. Umbi yang mengalami vernalisasi akan
menghasilkan tunas generatif yang nantinya tumbuh menjadi organ generatif atau bunga.
Respon terhadap suhu dingin ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu pembungaan akan terjadi
atau pembungaan tidak akan terjadi. Lama vernalisasi berlangsung selama beberapa hari

7
sampai beberapa minggu yang tidak hanya tergantung pada spesies, tapi juga pada varietas
dalam spesies yang sama (Kreczmer, 2013).
Spesies semusim pada musim dingin, dua tahunan, dan banyak spesies tahunan dari
daerah beriklim sedang yang membutuhkan vernalisasi agar berbunga. Spesies tanaman di
daerah beriklim sedang membutuhkan stratifikasi (beberapa minggu diletakkan dalam
penyimpanan yang dingin dan lembab) pada biji, umbi, dan kuncup untuk mematahkan
dormansi. Jadi vernalisasi secara harfiah berarti membuat suatu keadaan tumbuhan seperti
musim semi, yaitu meningkatkan pembungaan sebagai respon hari panjang selama musim
semi (Gardner, 1991).

F. Letak Vernalisasi
Letak respon vernalisasi diduga ada di dalam tunas atau meristem atau kuncup daun
bukan di daun dengan bukti:
1. Biji yang telah mengalami imbibisi mudah divernalasi
2. Pengenaan suhu dingin hanya pada daun, akar atau batang tidak efektif
3. Biji yang sedang berkembang dalam tanaman induk dapat dan sering kali sudah
tervernalisasi apabila tepat pada waktu suhu dingin berlangsung sebelum biji menjadi
kering
4. Kuncup liar tanaman yang telah divernalisasi telah dipicu untuk berbunga (Gardner,
1991).

G. Hilangnya Vernalisasi
Vernalisasi pada biji dapat dihilangkan (devernalisasi) dengan perlakuan suhu ekstrem,
seperti kekeringan atau temperatur tinggi (30-35°C) selama periode beberapa hari. Pada
percobaan yang dilakukan oleh Lysenko di Uni soviet, biji serealia yang divernalisasi dan
dipertahankan dalam keadaan kering menyebabkan proses devernalisasi (penghilangan
vernalisasi). Percobaan yang dilakukan Lysenko itu tidak berlaku di mana saja, mungkin
karena telah tersedia kultivar tanaman yang adaptif pada kondisi tertentu. Vernalisasi pada
rumput-rumputan tahunan tertentu lebih kompleks, selain dingin juga diperlukan beberapa
fotoperiode pendek. Contohnya pada rumput orchard, inisiasi pembungaan terjadi secara
alamiah dan diperlukan suhu dingin untuk menginisiasi pembungaan pada spesies- spesies
tersebut (Gardner, 1991).

8
H. Organ Penerima Rangsangan Vernalisasi
Organ tumbuhan yang dapat menerima rangsangan vernalisasi sangat bervariasi yaitu
biji, akar, embrio dan pucuk batang. Apabila daun tumbuhan yang memerlukan vernalisasi
mendapat perlakuan dingin, sedangkan bagian pucuk batangnya dihangatkan, maka
tumbuhan tidak akan berbunga (tidak terjadi vernalisasi). Vernalisasi merupakan suatu proses
yang kompleks yang terdiri dari beberapa proses. Pada Secale cereale, vernalisasi pada
tanaman ini terjadi di dalam biji dan semua jaringan yang dihasilkannya berasal dari
meristem yang tervernalisasi. Pada Chrysantheum, vernalisasi hanya dapat terjadi pada
meristemnya (Utami, 2016).
Zat yang bertanggung jawab dalam meneruskan rangsangan vernalisasi disebut hormon
hipotetik vernalin yaitu suatu hormon hipotesis karena sampai saat ini belum pernah diisolasi.
Di dalam hal perbungaan hormon giberelin dapat mengganti fungsi vernalin, meskipun
hormon giberelin tidak sama dengan vernalin. Menurut Chailakhyan (1966), pada tumbuhan
hari panjang, apabila mengalami vernalisasi akan menghasilkan vernalin, dan apabila
selanjutnya memperoleh induksi hari panjang, vernalin akan diubah menjadi giberelin.
Giberelin dengan antesin yang sudah tersedia pada tumbuhan hari panjang akan
menghasilkan perbungaan. Jadi vernalisasi adalah suatu proses yang aerob, tidak akan terjadi
vernalisasi kalau atmosfirnya diganti dengan Nitrogen. Disamping itu vernalisasi merupakan
proses kimia yang tidak biasa, karena terjadi reaksi yang cepat pada suhu dingin
(Sasmitamihardja, 1996).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang
pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperiodisme digunakan
untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran
yang diterima oleh tumbuhan tersebut. Induksi fotoperidisme atau induksi panjang malam
kritis sangat penting dalam perbungaan. Ada 4 tahap yang terjadi dalam respon perbungaan
terhadap rangsangan fotoperiode, yaitu: menerima stimulus (rangsangan) fotoperiodisme oleh
reseptor yaitu daun, transformasi atau pengubahan arah metabolisme dari daun menjadi
beberapa pola metabolisme baru yang berkaitan dengan penyediaan bahan untuk perbungaan,
pengangkutan hasil metabolisme pembungaan ke titik tumbuh bunga, dan terjadi respon pada
titik tumbuh bunga membentuk kuncup untuk menghasilkan perbungaan Mekanisme
perbungaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: efek cahaya, intensitas cahaya, kualitas
cahaya dan panjangnya penyinaran.
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum
mulai perbungaan. Vernalisasi pada biji dapat dihilangkan dengan pengenaan kondisi yang
parah, seperti kekeringan atau temperatur tinggi (30-35C). Apabila daun tumbuhan yang
memerlukan vernalisasi mendapat perlakuan dingin, sedangkan bagian pucuk batangnya
dihangatkan, maka tumbuhan tidak akan berbunga (tidak terjadi vernalisasi). Zat yang
bertanggung jawab dalam meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin, yaitu suatu
hormon hipotesis karena sampai saat ini belum pernah diisolasi. Disamping itu vernalisasi
merupakan proses kimia yang tidak biasa, karena terjadi reaksi yang cepat pada suhu dingin.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami dan
mengaplikasikannya dalam melakukan pengamatan ataupun penelitian. Untuk lebih
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca, sebaiknya pembaca mencari lebih banyak
referensi lagi mengenai fotoperidisme dan vernalisasi. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan
makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Gardner, P.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : UI
Press.

Kreczmer, B., Filek, M., Otto, I., dkk. 2013. Arguments in Favour of The Involvement of
Polyamines in Flowering Induction of Winter Rape (Brassica napus L. Var. oleifera)
During Vernalization and Grafting. Journal Acta Science Agricultura. 12 (4) : 73-83.

Song, Jie, Angel, A, Howard, M., dan Dean, C. 2012. Vernalization-a Cold-Induced
Epigenetic Switch. Journal of Cell Science. 125 (16) : 3723-3731.

Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisisologi Tumbuhan. Bandung : FMIPA-ITB.

Sugito, Y. 1994. Ekologi Tanaman. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Sutoyo. 2011. Fotoperiode dan Pembungaan Tanaman. Jurnal Buana Sains. Vol 11 (2) :137-

144.

Utami. 2006. Fitokrom dan Mekanisme Pembungaan. Denpasar: Fakultas Pertanian


Universitas Udayana.

Verma, S. K. 2002. A textbook of Plan Physiology. New Delhi: S. Chand Company.

11

Anda mungkin juga menyukai