Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MI/SD DAN


SOLUSINYA

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah Pembelajaran Akidah Akhlak MI/SD

Dosen Pengampu : Rofiqotul Aini,M.Pd.I

Disusun oleh :

Kelompok 5 dan 6

1. Farida Agustina (2320029)


2. Gina Maulida (2320031)
3. Aulia Purnamasari (2320033)
4. Awaliyatun Nikmah (2320042)
5. Khosyah Rusiam (2320044)
6. Miftahul Jannah (2320056)
7. Hana Hanifah (2320057)
KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini. Secara urutan materi disini
kami akan menjelaskan tentang “Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak
di MI/SD dan Solusinya”. Untuk itu, disini kami akan menguraikan dari awal
pengertian pembahasan sampai akhir pembahasan. Di kesempatan ini pula kami
ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Firda Aulia Izzati,
M.Pd. harapan kami kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Problematika Pembelajaran Akidah
Akhlak di MI/SD dan Solusinya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kami dengan senang hati akan menerima
kritik dan saran yang membangun.

Pekalongan, 15 Mei 2022

Kelompok 5 dan 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam setiap proses pembelajaran pasti akan ditemukan beberapa
problematika di dalamnya baik dari aspek penyampaian materi, peserta
didiknya, pendidik, fasilitas, dan lainnya. Pembelajaran sendiri yaitu
kegiatan terencana yang mengkondisikan seseorang agar mampu belajar
dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran akan terfokus pada dua kegiatan pokok, yaitu melakukan
tindakan yang berupa perubahan tingkah laku dan tindakan menyampaikan
ilmu melalui kegiatan belajar.1
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan
dasar pada manusia, namun pada kenyataannya pendidikan di Indonesia
lebih mengutamakan hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan,
sedangkan hal lain seperti pengendalian diri, kepribadian, tanggung jawab,
dan akhlak mulia yang masih terkesampingkan. Hal tersebut masih
dianggap kurang penting dibandingkan prestasi akademik peserta didik.
Padahal hal tersebut merupakan karakter yang harus terbentuk dalam
proses pembelajaran. 2
Proses pembelajaran seharusnya dilakukan dengan tepat supaya tidak
terjadi problematika. Dalam prosesnya, peserta didik diharapkan dapat
memahami penjelasan dari pendidik, karena masalah bisa saja muncul
apabila peserta didik kurang memahami materi dengan baik. Oleh karena
itu, hal tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja dan perlu adanya solusi
agar problematika dalam pembelajaran dapat teratasi.

1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, hlm.
13.
2
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hlm. 22.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembelajaran akidah akhlak di MI/SD?
2. Apa saja problematika yang dialami dalam pembelajaran akidah
akhlak di MI/SD?
3. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran akidah akhlak di MI/SD?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran akidah akhlak di MI/SD
2. Untuk mengetahui problematika yang dialami dalam pembelajaran
akidah akhlak di MI/SD
3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
dalam pembelajaran akidah akhlak di MI/SD
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Pembelajaran Akidah Akhlak di MI/SD


1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses penyampaian ilmu pengetahuan
yang menjadikan seseorang dari yang pada awalnya belum tahu
menjadi tahu. Pembelajaran dapat pula disebut sebagai proses belajar.
Pembelajaran dilakukan oleh pendidik dan peserta didik pada suatu
tempat dan membahas mengenai tema tertentu. Tujuan dari adanya
pembelajaran yaitu adanya suatu perubahan yang terjadi oleh
pembelajar. Perubahan tersebut terjadi setelah adanya proses
pembelajaran. 3
Pembelajaran berkenaan dengan kegiatan bagaimana guru
mengajar serta bagaimana siswa belajar. Dalam hal ini pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan yang
4
menyangkut tiga hal yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari
berbagai komponen yang saling berhubungan datu dengan yang lain.
Komponen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Pendidikan
Komponen paling mendasar dalam proses desain pembelajaran
adalah tujuan dan standar kompetensi yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan pembelajaran. Dalam hubungannya dengan
pelaksanaan pembelajaran, rumusan tujuan merupakan aspek
fundamental dalam mengarahkan proses pembelajaran yang baik.

3
Diah Novita Fardani, “Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Strategi Inkuiri Untuk
Membentuk Karakter Peserta Didik Di Madrasah Ibtidaiyah (Mi) Muhammadiyah Turus
Kabupaten Klaten”, Jurnal Inventa Vol III. No 1 Maret 2019, hlm. 90
4
Rusyadi Ananda, Perencanaan Pembelajaran, (Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indoneisa (LPPPI), 2019), hlm.5
b. Peserta didik
Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan. Anak didik adalah unsur manusiawi yang sangat
penting dalam kegiatan interaksi edukatif.
c. Pendidik
Pendidik harus mempersiapkan perangkat pembelajaran
sebelum melaksanakan tugas profesinya, merumuskan tujuan,
menentukan metode, menyampaikan bahan ajar, menentukan
sumber belajar dan yang paling terakhir ketika pendidik akan
melihat hasil pembelajarannya adalah melaksanakan evaluasi.
d. Bahan atau materi pelajaran
Bahan ajar merupakan informasi alat dan teks yang diperlukan
guru/instructur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran.
e. Metode
Metode pengajaran atau pendidikan adalah suatu cara yang
digunakan pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran,
keterampilan atau sikap tertentu agar pembelajaran dan pendidikan
berlangsung efektif dan tujuannya tercapai dengan baik.
f. Media
Media tidak bisa dipisahkan dari metode yang digunakan oleh
seorang pendidik dalam menyampaikan bahan ajar karena metode
merupakan rangkaian dari media tersebut.
g. Evaluasi
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan data dan informasi), pengolahan, dan penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 5
2. Pembelajaran Akidah Akhlak MI/SD
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata aqoda, ya’qidu, ‘aqdan-,
aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan
kokoh. Sedang secara teknis aqidah berarti iman. Akhlak berasal dari
bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari khulukun, yang artinya tabiat,
budi pekerti, al- ‘aadat yang artinya kebiasaan, al-muruu’ah yang
artinya peradaban yang baik, dan ad-din yang berarti agama.
Sedangkan akhlak secara bahasa bermakna pembuatan atau
penciptaan. Dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi,
tabi’at, adab, atau tingkah laku
Adapun nilai-nilai akhlak yang harus miliki bagi siswa sekolah
dasar diantaranya adalah:
a. Memiliki akhlakul karimah yang meliputi: disiplin, hidup
bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup
sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih
sayang, taat, rukun, tolong menolong, hormat dan patuh,
amanah dan lain sebagainya.
b. Menghindari akhlak tercela yang meliputi: berkata kotor,
hidup kotor, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri,
dengki dan lain sebagainya.
c. Aspek adab Islami yang meliputi adab terhadap diri sendiri
(adab makan, dan minum, mandi, tidur, buang air besar/
kecil, berbicara dan lain sebagainya.
Pembelajaran akidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengimani kepada Allah SWT dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan

5
H.M. Jufri Dolong, “Teknik Analisis Dalam Komponen Pembelajaran”, Volume V,
Nomor 2, Juli - Desember 2016, hlm. 295-298
sehari-hari berdasarkan Qur’an dan hadits melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 6
Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik
tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT;
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai
manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam (Menteri
Agama, 2013).7
Dalam proses pembelajaran akidah akhlak, terdapat beberapa
metode di antaranya:
a. Metode pembiasaan
Pembiasaan merupakan proses membuat sesuatu atau
seseorang menjadi terbiasa. Membiasakan peserta didik
berpikir, bersikap dan bertindak.
b. Metode keteladanan
Keteladanan adalah hal- hal yang ditiru atau dicontoh oleh
seseorang dari orang lain.

6
Muhammad Sufyan Ats Tsauri Dan Seka Andrean, “Strategi Guru Aqidah Akhlak
Dalam Menanamkan Karakter Peserta Didik Di MI Wahid Hasyim”, Jurnal DIDIKA : Wahana
Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol. VI, No. 2: Juli – Desember 2020, hlm. 219-221
7
Elya Umi Hanik, “Model Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Religious Culture Di
Min Blora Dan Mi Taris Pati”, At-Thullab: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah ,
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017, hlm. 52
c. Metode pembelajaran Ganjaran dan Hukuman
Berkaitan dengan pendidikan Islam pemberian ganjaran
yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik. Berfungsi
sebagai alat agar anak didik yang membuat kesalahan menjadi
jera.
d. Metode Kisah
Metode kisah ialah metode pendidikan dan pengajaran
Islam melalui kisah-kisah peristiwa yang telah terjadi pada
masa lalu.
e. Metode Nasihat
Dinamakan nasihat karena dalam jiwa terdapat pembawaan
untuk terpengaruh oleh kata- kata yang didengar.
f. Motivasi atau dorongan
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong
kegiatan individu untuk melakukan kegiatan mencapai tujuan.
g. Metode Tazkiyat al Nafs
Tazkiyat berhubungan dengan pensucian hati, dalam hal ini
bagaimana membentuk jiwa yang sadar akan dirinya, dengan
artian bagaimana membentuk jiwajiwa yang tenang dan jiwa
yang suci dalam menyikapi permasalahan.
h. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah menyampaikan sebuah materi
pelajaran dengan cara penuturan lisan pada peserta didik atau
khalayak ramai. 8

B. Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di MI/SD


Problematika atau masalah yang terjadi dalam pembelajaran
Akidah Akhlak di MI/SD, antara lain:

8
Ibid, hlm. 52-53
1. Problematika Pendidik
Setiap pendidik harusnya dapat mengajar dan menjelaskan materi
di depan kelas, bahkan pula di luar kelas atau dimana saja. Tetapi,
pada kenyataannya tidak semua pendidik mampu melakukan tugasnya
sebagai pengajar dengan baik. Padahal pendidik mempunyai banyak
tanggung jawab, tidak hanya mengajar saja. Dalam buku belajar dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, Slameto menjelaskan bahwa
tanggung jawab pendidik meliputi beberapa hal:
a. Memberi bantuan kepada peserta didik dengan menceritakan
sesuatu yang baik dan dapat menjamin kehidupannya.
b. Memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang dimintai
oleh peserta didik.
c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpendapat.
d. Memberikan evaluasi kepada peserta didik dalam
pembelajaran.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menghubungkan materi dengan pengalamannya sendiri. 9
Selain beberapa tanggung jawab yang dijelaskan di atas, ada salah
satu tanggung jawab seorang pendidik yang tidak kalah penting, yaitu
menyampaikan materi dengan baik kepada peserta didik dan mendidik
peserta didik agar memiliki akhlak yang mulia. Pendidik tidak hanya
diharapkan mampu mengajar saja, tetapi juga mampu menguasai
kemampuan lainnya. Karena pendidik dituntut agar menjadi
organisator atau orang yang mampu mengorganisasikan sesuatu
dengan baik.
2. Problematika Sistem Pengelolaan Kelas dan Metode Pembelajaran
Dalam sebuah lembaga pendidikan, sistem pengelolaan kelas yang
diterapkan terkadang menjadi problematika tersendiri. Sistem

9
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), hlm. 31-33.
pengelolaan terhadap sekolah atau lembaga pendidikan tidak kalah
pentingnya, karena hal tersebut berarti bagaimana pemimpin lembaga
tersebut mengelola lembaganya karena akan mempengaruhi proses
pendidikan. Pemimpin lembaga atau kepala sekolah seharusnya dapat
mengorganisir semua komponen yang ada agar dapat menjadi kesatuan
yang utuh.10
Dengan adanya manajemen yang baik dari seorang pemimpin
diharapkan proses pendidikan pada sebuah lembaga atau sekolah dapat
berjalan dengan baik. Sehingga problematika yang berkaitan dengan
manajemen dapat diperkecil. Selain problematika pada sistem
pengelolaan kelas, ada juga problematika yang berkaitan dengan
metode pembelajaran. Seperti, terkadang ditemui bahwa metode
pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik dalam pembelajaran tidak
cocok bagi peserta didik sehingga akibatnya peserta didik tidak dapat
memahami materi pelajaran dengan baik. Oleh karena itu, sebelum
menerapkan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran,
seorang pendidik harus memahami tugas khususnya terlebih dahulu.
Dengan mengetahui tugas khususnya, maka pendidik akan sadar
bahwa ia memiliki tanggung jawab yang besar dan berusaha
melakukan tugasnya dengan baik.11 Tugas khusus yang dimaksud,
seperti mengajar, mendidik, melatih, membimbing, menilai, bahkan
mengevaluasi peserta didik.
Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar
yang tidak hanya terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik,
namun bagaimana pembelajaran dapat memberikan pemahaman yang
baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan mutu serta memberikan
perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-

10
J. Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1989), hlm. 62.
11
Hadirja Paraba, Wawasan Tenaga Guru Dan Pembina Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm. 14.
hari. 12 Pembelajaran akan berjalan efektif apabila pengalaman, bahan,
dan hasil yang diterapkan sesuai dengan tingkat kematangan peserta
didik serta latar belakang mereka. Proses pembelajaran akan berjalan
baik apabila peserta didik bisa melihat hasil yang positif untuk dirinya
sendiri dan mempeorleh kemajuan jika ia menguasai dan
menyelesaikan proses belajarnya. Adapun bentuk perubahan dari hasil
belajar, meliputi:
1) Aspek kognitif, meliputi perubahan dalam aspek penguasaan
pengetahuan dan perkembangan keterampilan atau kemampuan
yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.
2) Aspek efektif, meliputi perubahan dalam aspek sikap mental,
perasaan, dan kesadaran.
3) Aspek psikomotorik, meliputi perubahan dalam aspek bentuk
tindakan motorik. Prestasi belajar peserta didik yang diperoleh
dalam proses belajar di sekolah dapat dilihat dan diketahui dari
rapot.
Prestasi belajar tidak hanya sebagai pengukur indikator
keberhasilan dalam bidang studi tertentu yang telah dipelajarinya. Para
pendidik diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif,
menyenangkan, tercipta suasana dan iklim belajar yang kondusif,
terdapat interaksi belajar mengajar yang bagus, sehingga keberhasilan
belajar dan prestasi dapat dicapai dengan baik sesuai tujuan
pembelajaran. 13
3. Problematika Peserta Didik
Peserta didik juga mengalami problematika atau permasalahan
dalam pembelajaran. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi
belajar siswa yang secara umum yaitu faktor internal (dalam) dan
faktor eksternal (luar). Faktor internal adalah faktor yang bersumber

12
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002),
hlm. 226.
13
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), hlm. 117.
dari dalam diri individu itu sendiri dalam mencapai tujuan belajar,
seperti jasmani dan psikologi. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar individu, seperti keluarga, sekolah, dan
masyarakat.14
C. Solusi Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di MI/SD
1. Solusi Terhadap Problematika Pada Guru Khususnya Yang
Berhubungan Dengan Penguasaan Materi
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi problem yang timbul dalam
penyampaian materi Akidah akhlak di MI/SD antara lain:
a. Dalam penyampaian materi pembelajaran akidah akhlak, guru
lebih mengutamakan/memilih materi pelajaran yang penting atau
dengan menyampaikan inti materi, sehingga materi pelajaran yang
harus disampaikan dapat sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b. Guru mengusahakan agar siswa dapat tertarik dan memahami
materi pelajaran yang disampaikan. Sehingga bagi siswa yang
kemampuannya lebih, tidak merasa terlalu mudah dan bagi siswa
yang kurang, tidak terlalu asing dalam menerima materi pelajaran
aqidah.
c. Mengingat waktu yang terbatas, dalam menyampaikan materi
akidah akhlak, guru juga memperbanyak kegiatan yang bersifat
religius seperti upacara peringatan keagamaan, antara lain berdo’a,
sholat berjama’ah.
2. Solusi Terhadap Problematika Yang Berhubungan Dengan
Pengelolaan Kelas Dan Metode Pembelajaran
Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga kompetensi yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan dan
kompetensi dalam cara belajar mengajar”. 15 Usaha optimalisasi
kreatifitas guru akan menjawab permasalahan pemilihan metode
14
Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hlm. 78.
15
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 92.
pengajaran bantu dalam proses belajar mengajar di kelas. Kreatifitas
merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru
sehingga guru tidak akan menyerah apabila ada kendala-kendala yang
menghambat proses pembelajaran.
Dalam penerapan metode Akidah akhlak di MI/SD yang digunakan
dalam suatu kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya tidak hanya
memakai satu metode saja. Akan tetapi dalam satu jam pertemuan,
guru bisa mengkombinasikan beberapa metode yang sesuai dengan
materi yang diajarkan. Selama metode itu tidak bertentangan, tidak
akan menimbulkan masalah yang berarti, dengan begitu pembelajaran
di kelas tidak akan monoton dan membosankan.
3. Solusi Terhadap Problematika Pada Peserta Didik
Ketidak tertarikan peserta didik terhadap pembelajaran akidah
akhlak di SD bisa diatasi dengan meningkatkan minat belajar siswa.
Usaha yang dilakukan dalam menumbuhkan minat peserta didik
adalah:
a. Memeriksa kondisi anak, untuk mengetahui apakah segi ini
menjadi sebab, cek kepada orang tua atau guru-guru lain, apakah
sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran
Akidah akhlak atau juga ditunjukkan di kelas lain dan ketika diajar
oleh guru-guru yang lain.
b. Memeperhatikan anak diluar kelas atau sekolah, untuk melihat
apakah kegiatan yang diminati anak, hal ini dapat dipakai sebagai
titik tolak untuk menarik minat anak bagi kegiatan-kegiatan yang
lain.
c. Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian
anak agar tergerak minatnya. Selain itu guru harus memotivasi
peserta didik, motivasi ini ada yang bersifat internal, yaitu yang
tumbuh dari dalam diri peserta didik, seperti rasa ingin tahu
tentang materi yang dipelajari, karena materi itu menarik baginya.
Adalagi motivasi eksternal, yaitu yang tumbuh akibat dari luar diri
peserta didik. Misalnya peserta didik terdorong belajar karena
ingin mendapat pujian atau karena takut mendapat hukuman.
Terdapat beberapa cara memotivasi peserta didik antara
lain:
a) “Need analysis” yaitu pemberian analisis tentang
kebutuhan
siterdidik, agar menyadari akan kebutuhan masa
depannya.
b) Menumbuhkan keingintahuan dalam diri anak didik
c) Memberikan stimulus yang dapat merangsang respon
atau kegiatan murid.
d) Memvariasikan metode mengajar dan penggunaan
alat bantu mengajar.
e) Memberikan ganjaran dan hukuman”.
Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak di
MI/SD dapat diatasi dengan kerjasama semua komponen yang. Tidak
bisa dalam mengatasi problematika yang dihadapi tersebut di bebankan
hanya pada kepala sekolah atau guru, karena problematika yang
dihadapi oleh sekolah cakupanya lebih besar seperti sarana dan
prasarana, kurikulum dan kebijakan pemerintah. 16

16
Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar Mengajar”, Dalam Chabib Thoha, Dkk (Eds),
PBM PAI Disekolah Existensi Dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,
(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998) hlm. 210.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pembelajaran akidah akhlak di MI/SD dilakukan dengan
merencanakan pembelajaran terlebih dahulu dilanjutkan dengan
melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah tanya jawab, Metode
pembiasaan, Metode keteladanan, Metode pembelajaran Ganjaran dan
Hukuman, Metode Kisah, Metode Nasihat, Motivasi atau dorongan,
Metode Tazkiyat al Nafs, dan diakhiri dengan menutup pelajaran.
Problematika yang di alami dalam pembelajaran akidah akhlak di MI/SD
di antaranya: problem pada guru, problem dalam pengelolaan kelas dan
metode pembelajaran serta problem pada peserta didik. Solusi yang
dilakukan untuk mengatasi problem-problem dalam pembelajaran akidah
akhlak di MI/SD yaitu dengan merencanakan pembelajaran secara baik
dan sesuai kebutuhan sekolah, penggunaaan metode pembelajaran yang
menciptkan pembelajaran aktif agar pembelajaran lebih bermakna bagi
siswa dan siswa tidak hanya menghafal materi pelajaran, penguasaan
materi dengan lebih banyak mengarahkan pemahaman materi dengan
belajar aktif siswa bukan mendikte, dan perlu kerja sama diantara kepala
sekolah, guru dan orang tua untuk meningkatkan pembelajaran siswa,
melaksanakan evaluasi pembelajaran yang baik dan menyediakan media
pembelajarn yang dapat membantu memahamkan siswa dalam
pembelajaran aqidah akhlak.
B. Saran
Kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi pedoman bagi kita semua, khususnya para
pembaca makalah ini; namun, kami menyarankan pembaca untuk mencari
referensi lain untuk meningkatkan kepercayaan diri kita dalam menimba
ilmu dan memperkuat ilmu yang sudah kita miliki. Sebagai penyusun
karya ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
yang bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rine
Cipta
Ananda, Rusyadi. (2019). Perencanaan Pembelajaran. Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indoneisa (LPPPI)
Arifin. (2014). Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Ats-Tsauri, Muhammad Sufyan dan Seka Andrean, (2020). Strategi Guru Aqidah
Akhlak Dalam Menanamkan Karakter Peserta Didik di MI Wahid Hasyim.
Jurnal DIDIKA : Wahana Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol. VI, No. 2: Juli –
Desember
Darwis, Djamaluddin. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Djiwandono, Sri Esti W. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo
Dolong, Jufri. (2016). Teknik Analisis Dalam Komponen Pembelajaran. Volume
V, Nomor 2, Juli - Desember 2016
Fardani, Diah Novita. (2019). Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Strategi
Inkuiri Untuk Membentuk Karakter Peserta Didik Di Madrasah Ibtidaiyah
(Mi) Muhammadiyah Turus Kabupaten Klaten. Jurnal Inventa Vol III. No 1
Maret
Hanik, Elya Umi. (2017). Model Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Religious
Culture Di Min Blora Dan Mi Taris Pati. At-Thullab: Jurnal Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah , Volume 1 Nomor 1
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mustaqim. (2001). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Nawawi, Hadari. (1989). Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung, 1989
Paraba, Hadirja. (2000). Wawasan Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Friska Agung Insani
Riberu, J. (1989). Dasar-Dasar Kepemimpinan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Slameto. (2009). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai