Anda di halaman 1dari 9

REKAYASA IDE

EVALUASI PEMBELAJARAN
Solusi terhadap permasalahan guru menilai pembelajaran

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Effi Aswita Lubis, M.Pd, M.Si


Rini Herliani, SE, M.Si, Ak, CA

Disusun Oleh :

Ezra Octavia Siregar ( 7183342016 )

Iswan Reynaldo Sitohang ( 7181142012 )

Indah Hanarutnia Lumbangaol ( 7183142046 )

Rolasmaria Siringoringo ( 7183142041 )


Shindy Livani br Manik ( 7182142017 )

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kemurahanNya laporan ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam laporan ini
saya membahas “Rekayasa Ide”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Evaluasi Pembelajaran” di Universitas Negeri Medan. Laporan ini dibuat dalam rangka
memperdalam pemahaman tentang tata cara mengulas buku yang benar yang sangat diperlukan
agar kita mengetahui bagaimana tata cara, struktur dalam sebuah ulasan buku.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca, sehingga laporan ini
dapat digunakan dengan baik. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga ke depannya menjadi lebih baik.

Medan, 07 Oktober 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL DAN HALAMAN
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah........................................................................................................... 3
B. Rumusan masalah...................................................................................................................... 4
C. Tujuan masalah............................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 5
A. Pengertian kurikulum............................................................................................................... 5
B. Macam macam permasalahan dalam pembelajaran siswa.....................................6
C. Komponen-komponen kurikulum....................................................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................................. 10
B. Rekomendasi............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 11
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan berpotensi mencetak sumber daya manusia
yang berkualitas dan bertujuan untuk mempersiapkan lulusannya sebagai tenaga kerja
tingkat menengah. Lembaga ini juga dapat mengakomodir kebutuhan pasar dan
meningkatkan ekonomi masyarakat dengan mengangkat keunggulan lokal sebagai modal
daya saing bangsa, sebagaimana yang dituangkan dalam tujuan pendirian SMK itu
sendiri. Lulusannya diharapkan tidak hanya unggul di daerah saja, tetapi dengan kekuatan
sistem yang ada tamatan SMK pun diharapkan memiliki jati diri bangsa dan keunggulan
kompetitif di pasar nasional maupun internasional. Profesionalisme seorang guru
bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada
kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi
siswanya. Degeng (1989) mengemukakan bahwa daya tarik suatu pembelajaran
ditentukan oleh dua hal; pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara
mengajar guru. Oleh karena itu, tugas professional seorang guru adalah menjadikan
pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, pelajaran yang sulit menjadi
mudah, dan pelajaran yang tidak berarti menjadi bermakna.

B. Rumusan
 Pengertian pembelajaran
 Macam masalah siswa dalam belajar
 Pentingnya guru dalam mengatasi permasalahan belajar siswa
 Bagaimana solusi permaslaahan guru dalam menilai pembelajaran

C. Tujuan
Tujuannya yaitu :
 Untuk mengetahui arti dari pembelajaran
 Mengetahui masalah dalam pembelajaran siswa
 Mengetahui peranan guru dalam mengatasi permasalahan belajar siswa.
 Mengetahui solusi guru dalam menilai pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pembelajaran
Menurut undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan
pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan
baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Secara umum pengertian pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik/siswa
dengan pendidik/guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi
guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik.

B. Macam macam permasalahan dalam pembelajaran siswa

1. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan
pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama. Sesuai dengan
tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas
dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan intake
(pencapaian) siswa di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria
tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
2. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan memiliki
intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara optimal.
Belum tentu semua siswa yang terdapat dalam satu kelas memiliki kemampuan yang
sama, ada beberapa siswa dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super.
Kondisi inilah yang menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan
asupan kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa yang
seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima kondisi
sekitarnya.
3. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ yang
diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-rata
normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal. Misalnya KKM pada Mata
Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang dicapainya 70. Padahal seharusnya
dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80
bahkan lebih.
4. Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan
pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalami kondisi seperti ini yakni
siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering
bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru kehabisan ide untuk menangani siswa
yang seperti ini, bimbingan pelajaran tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif
penyelesaian masalah semacam ini.
5. Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa yang
kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti
ini biasanya didukung oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap
perkembangan belajar siswa. Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan
dalam proses belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga
belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang
merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi siswa itu
sendiri.
6. Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa
yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya,
seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau
bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang
diberikan oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur
pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang terlalu
disiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian (attention)
yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7. Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa
yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali materi pelajaran
yang telah disampaikan oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa
dituntut untuk mengikuti dan menguasai materi pelajaran dalam waktu yang relatif
singkat menyebabkan si siswa menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar
yang banyak.
8. Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan
intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak seumuran dan tidak
mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak atau siswa terpengaruh dengan
pola perilaku dan pergaulan yang serampangan, seperti berbicara dengan nada yang
tinggi dengan orang yang lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam
masyarakat. Kemudian siswa yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut
kedalam lingkungan sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya
terpengaruh dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam
memperlakukan orang lain

C. Pentingnya guru dalam mengatasi permasalahan belajar siswa


1. Guru sebagai pendidik
Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha
berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus
bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah.
2. Guru sebagai pengajar
Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan
memahami materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus
mengikuti perkembangan teknologi, sehinga apa yang disampaikan kepada
peserta didik merupakan hal-hal yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman.
3. Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggungjawab.
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan
waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk
perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik.
4. Guru sebagai pengarah
Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan
potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat membangun karakter yang baik bagi
dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.
5. Guru sebagai pelatih
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan
materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta
didik dan lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak
mencakup semua hal dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah
mungkin
6. Guru sebagai penilai
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan
teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik apapun yang dipilih,
penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap,
yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus memahami
teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing
teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau
tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat
kesukaran soal.
BAB III
REKAYASA IDE

Kita pasti mengetahui banyaknya masalah yang dihadapi siswa dalam mengahadapi berbagai
pembelajaran. Banyak factor yang dapat kita lihat seperti kurangnya motivasi yang dimiliki siswa
sehingga ia kurang dalam niat belajar. Juga terdapat factor lingkungan yang memang sanagt
mempengaruhi cara belajar siswa. Tidak jarang ketika siswa tersebut banyak yang ketinggalan
materi pelajaran.

Seorang pendidik melihat situasi seperti ini berfikiran bahwa setiap pelajaran yang ia berikan
tidak dapat diterima leh siswanya. Sehinga membuat nilai siswa menurun. Dalam pembahasan ini
kelompok kami akan memaparkan bagaimana solusi terhadap permasalahan guru menilai
pembelajaran seperti itu. Menurut kelompok kami, solusi yang tepat Salah satunya adalah guru
dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan inovatif diantaranya adalah
penggunanan model dan media pembelajaran yang dilakukan seefektif mungkin dalam suasana
yang menyenangkan dan penuh gairah serta bermakna.

Model dan media pembelajaran yang biasanya dipakai oleh guru-guru adalah model pembelajaran
langsung dengan menggunakan media papan tulis, gambar, foto sederhana ataupun dengan media
powerpoint disesuaikan sarana dan prasarana yang ada di masing-masing sekolah, model
pembelajaran jigsaw dengan media chart, tetapi kebanyakan para guru berpendapat bahwa
walaupun sudah menggunakan model dan media pembelajaran akan tetapi saat proses
pembelajaran berlangsung tetap saja guru lebih berperan aktif dibandingkan siswa.

Peran guru sebenarnya dituntut untuk lebih kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran,
guru dituntut untuk dapat meningkatkan kompetensinya dengan memahami penggunaan model
dan media pembelajaran secara baik
.

Anda mungkin juga menyukai