Anda di halaman 1dari 12

KEPEMILIKAN RELATIF (AL-MILKIYAH AL-MUQAYYADAH)

PRIVAT DAN PUBLIK DALAM EKONOMI ISLAM

Sarmiana Batubara
Program Studi Perbankan Syariah STAI Barumun Raya
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 66 B Sibuhuan, Padang Lawas, Kab. Kab. Padang Lawas Utara
e-mail: syarmabatubara@yahoo.com

Abstract: This paper discusses how ownership in the Islamic economy, especially about relative ownership (al-
milkiyah al-muqayyadah) from the perspectives of the Qur'an and hadith. This is a library research.
The conclusions of this discussion are: 1) The concept of ownership is really regulated in the Qur'an
and Hadith where many verses of Al-qur'an and Hadith that discuss about the relative ownership of
both private and public ownership. 2) The possessions of human beings are not his essential property.
Human ownership is only a substitute and a representative of God over the earth. It is an obligation
for humans to infaon their possessions in order to fulfill God's right to him, as well as the obligation of
a person to provide for his family and to spend another's fortune if permitted. Islam recognizes the
existence of individual ownership, but it is not an absolute possession, that is ownership which is
limited by certain rules. Islam has established the permissibility of each individual to own property in
private. 3) Islam not only recognizes individual ownership that is essentially concerned only with
private rights, but also recognizes ownership in general so that it can be exploited by the people, such
as water, grass and fire.

Kata kunci: kepemilikan relatif, harta, individu

PENDAHULUAN Hadis Rasulullah juga sangat menekankan


arta pada hakikatnya merujuk pada pada umatnya untuk mencari harta yang
H semua parameter sumber-sumber
alam. Menurut pandangan Alquran, itu
halal dan menafkahkan hartanya pada
jalan yang benar. Harta dan anak
adalah nikmat Allah, alat-alat provisi digambarkan Alquran sebagai sumber
(perlengkapan), kesenangan dan kebanggaan. kekuatan dan kehormatan.
Harta bukanlah sesuatu yang buruk. Dalam beberapa ayat Alquran
Alquran menyatakan bahwa ia adalah menyifati kepemilikan kekayaan pada
sesuatu yang baik (khair) dan juga sebagai manusia. Penyifatan seperti ini bukan
alat yang membantu kehidupan manusia. berarti manusia adalah pemilik hakiki.
Alquran banyak menekankan untuk Allah sebagai pemilik hakiki dari
mempergunakan kekayaan yang dimiliki kekayaan ini memberikan mandat kepada
dalam hal-hal yang baik. manusia untuk menjadi khalifah-Nya
Pernyataan bahwa harta itu adalah yang diberi karunia-Nya sebagai pemilik
sebagai kebaikan, memungkinkan kita sementara harta itu, dan diberi wewenang
untuk menyatakan bahwa kehidupan untuk mengatur harta benda itu dengan
tanpa kekayaan itu tidak baik. Dalam sebaik-baiknya.
174 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

Dalam memperoleh harta, manusia Artinya benda yang dikhususkan


harus tetap pada syari’at, Rasulullah Saw kepada seseorang itu sepenuhnya berada
sangat fokus dengan persoalan yang dalam penguasaannya, sehingga orang lain
menyangkut dengan kepemilikan harta tidak boleh bertindak dan memanfaatkannya.
kekayaan. Beliau sangat memperhatikan Sesungguhnya hanya Allah yang
dari mana seorang memperoleh harta. menciptakan segala sesuatu yang ada di
Beliaulah yang merumuskan formula alam semesta, semua yang ada di alam ini
yang sangat terkenal “min ayna laka adalah milik Allah. Firman Allah dalam
haadza?” (darimana kamu dapat ini surat al-A’raf ayat 128.
semua?). kemudian Umar bin Khathab
dengan tegas mempraktikkan formula ini         
untuk para gubernur dan para pejabat di
jajaran pemerintahannya.  
Dalam makalah ini penulis akan
menyajikan makalah yang membahas “Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan
tentang wawasan Alquran dan Sunnah Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang
tentang kepemilikan khususnya kepemilikan dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan
relatif (al-milkiyah al-muqayyadah) baik kesudahan yang baik adalah bagi orang-
kepemilikan privat (pribadi) maupun orang yang bertakwa”. (Q.S. al-A’raf [7]:
kepemilikan publik (umum). 128)

Ayat ini menceritakan kisah Fir’aun


KEPEMILIKAN RELATIF (AL-MILKIYAH yang merasa sangat berkuasa atas bumi
AL-MUQAYYADAH) ini, ayat ini merupakan nasihat Musa
kepada kaumnya yang telah cemas,
Secara etimologi, kata milik berasal mereka mesti memperkuat benteng iman
dari bahasa arab al-milk yang berarti mereka kepada Allah, memperteguh
penguasaan terhadap sesuatu. Al-milk kepercayaan. Meskipun Fir’aun telah
juga berarti sesuatu yang dimiliki (harta). mengatakan bahwa ia sangat berkuasa
(Mas’adi, 2002: 53) Milik juga merupakan melakukan apa yang dia ingini terhadap
hubungan seseorang dengan sesuatu Bani Isra’il, namun yang mempunyai
harta yang diakui oleh syara’. Secara bumi ini yang sebenarnya bukanlah
terminologi defenisi al-milk adalah Fir’aun, tetapi Allah. Di atas kekuasaan
(Haroen, 2000: 31): Fir’aun ada kekuasaan Allah dan
‫إﺧﺘﺼﺎص ﺑﺎ اﻟﺸﻲء ﳝﻨﻊ اﻟﻐﲑ ﻣﻨﻪ وﳝﻜﻦ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻣﻦ‬ kesudahan yang baik adalah bagi orang-
orang yang bertakwa. (Hamka, 1985: 40)
‫اﻟﺘﺼﺮف ﻓﻴﻪ اﺑﺘﺪاء‬ Kesimpulan yang disampaikan oleh
“Pengkhususan seseorang terhadap suatu ayat ini adalah bahwa Fir’aun berkuasa
benda yang memungkinnya untuk atas izin Allah juga. Yang memberikan
bertindak hukum terhadap benda itu (sesuai kekuasaan itu mampu untuk mencabutnya.
dengan keinginannya) selama tidak ada Karena itu, jika manusia berupaya sambil
halangan syara’.” meminta pertolongan Allah dan tabah
menghadapi segala tantangan dan
Kepemilikan Relatif (Al-Milkiyah Al-Muqayyadah) Privat dan Publik dalam Ekonomi Islam ║175

         
rintangan, niscaya akan dianugerahi
kekuasaan.
 
Allah menciptakan bumi dengan
segala isinya, kemudian Allah ciptakan
manusia. Setelah Allah menciptakan
“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di
hamparan bumi dan segala isinya, Allah
langit, semua yang di bumi, semua yang di
mengajak kepada umat manusia untuk antara keduanya dan semua yang di bawah
mengambil bagian mereka. Setiap tanah”.
manusia yang hidup di atas bumi,
mempunyai hak yang tidak bisa diganggu Pemberdayaan manusia atas segala
dan dihalangi oleh orang lain, hak itu fasilitas kehidupan, bukan berarti dapat
mencukupi segala kebutuhan pokok menafikan kepemilikan Allah yang hakiki
hidupnya. (Sami’ Al-Misri, 2006: 27) atau aset-aset tersebut. Dan juga tidak bisa
Dengan demikian manusia harus dipahami bahwa kepemilikan atas harta
berusaha agar mendapatkan harta, yakni benda berpindah dari Allah menjadi milik
berusaha dengan jalan yang baik dan manusia. Kepemilikan manusia hanyalah
benar yaitu sesuai dengan syariat Islam, kepemilikan untuk menikmati memberdayakan
karena sebaik-baiknya apa yang akan harta kekayaan yang ada, bukan sebagai
dipakai untuk kebutuhan sehari-sehari pemilik yang hakiki. Manusia hanya bisa
diperoleh dari hasil usaha sendiri. memiliki kemanfaatan dan fasilitas yang
Rasulullah SAW bersabda (Nashiruddin, ada. seperti mempunyai tanah untuk
2007: 294): dimanfaatkan sebagai tempat tinggal,
sebagai lahan pertanian, ataupun sebagai
: ‫ ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬,‫ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ‬ ladang bisnis. Kepemilikan yang ada
.‫إن أﻃﻴﺐ ﻣﺎ اﻛﻞ اﻟﺮﺟﻞ ﻣﻦ ﻛﺴﺒﻪ و إن وﻟﺪﻩ ﻣﻦ ﻛﺴﺒﻪ‬ hanya sebatas mengambil manfaat dan
tidak bisa menghilangkan kepemilikan
(‫)رواﻩ إﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬ Allah yang hakiki. Yakni dengan
menafkahkan sebagian harta yang
“Dari Aisyah RA. Ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda, sesungguhnya hal yang dimiliki.
terbaik yang dimakan oleh seseorang adalah Allah berfirman dalam surat Al-
apa yang Ia dapat dari hasil usahanya Hadid ayat 7:
sendiri, dan sungguh anaknya adalah hasil
usahanya”. (HR. Ibnu Majah).       

        


Semua harta kekayaan yang ada di
bumi merupakan hak milik Allah,
kepemilikan manusia atas benda hanya “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-
kepemilikam yang datang kemudian dan Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
tidak bisa menghapus kepemilikan Allah hartamu yang Allah telah menjadikan
yang abadi. kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan
menafkahkan (sebagian) dari hartanya
176 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

memperoleh pahala yang besar”. (Q.S. Al- Di sana mereka akan melihat
Hadid [57]: 7) kemuliaan dan pahala yang tidak
pernah dilihat oleh mata, tak pernah
Yang dimaksud dengan menguasai didengar oleh telinga, dan tidak pernah
di sini ialah penguasaan yang bukan terlintas dalam hati manusia seseorang
secara mutlak. Hak milik pada hakikatnya pun. (Al-Maraghi, 1989: 287-288)
adalah pada Allah. Manusia menafkahkan
Al-Zamakhsyari menafsirkan bahwa
hartanya itu haruslah menurut hukum-
harta kekayaan yang berada dalam
hukum yang Telah disyariatkan Allah.
kekuasaan manusia, sesungguhnya
Karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.
adalah milik Allah semata yang telah
Di dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi
menciptakan dan menghadirkannya
dijelaskan penafsiran ayat tersebut di atas,
untuk manusia. Allah memberikan
yakni:
kesempatan dan kekuasaan kepada
1. ‫ءاﻣﻨﻮا ﺑﺎﷲ و رﺳﻮﻟﻪ‬, akuilah oleh kalian manusia untuk memanfaatkan dan
keesaan Allah, dan benarkanlah Rasul- memberdayakan segala kekayaan alam
Nya tentang apa yang dia datangkan semesta demi kelangsungan hidup di
dari Tuhan kamu. dunia. Harta yang dikuasai manusia
2. ‫وأﻧﻔﻘ اﻮ ﳑﺎ ﺟﻌﻠﻜﻢ ﻣﺴﺘﺨﻠﻔﲔ ﻓﻴﻪ‬, dan belanjakanlah bukanlah merupakan milik hakiki
harta yang ada padamu, yang baginya, kepemilikan manusia hanya
sebenarnya merupakan pinjaman itu, merupakan pengganti dan wakil Allah
karena harta tersebut pernah pula atas bumi. Merupakan sebuah kewajiban
berada pada tangan umat sebelum bagi manusia untuk melakukan infak atas
harta benda yang dimiliki guna
kamu, kemudian beralih kepadamu.
Dan gunakanlah harta itu dalam memenuhi hak Allah atasnya, seperti
ketaatan kepada Allah, kalau tidak halnya kewajiban bagi seseorang untuk
maka Allah akan menghisab kamu atas memberikan nafkah kepada keluarganya
dan menafkahkan harta orang lain jika
harta tersebut dengan hisab yang berat.
Alangkah baiknya perkataan: diizinkan. (Sami’ Al-Misri, 2006: 28)
 ‫وﻣﺎ اﳌﺎل واﻷﻫﻠﻮن إﻻ وداﺋﻊ‬
 ‫وﻻ ﺑﺪ ﻳﻮﻣﺎ أن ﺗﺮد اﻟﻮداﺋﻊ‬ KEPEMILIKAN PRIBADI (PRIVATE
PROPERTY)
Harta dan keluarga, tak lain hanyalah
titipan belaka, pada suatu hari titipan- Islam mengakui adanya kepemilikan
titipan itu pasti dikembalikan”. individu, namun bukanlah sebuah
3. ‫ ﻓﺎﻟﺬﻳﻦ أﻣﻨﻮا ﻣﻨﻜﻢ واﻧﻔﻘﻮا ﳍﻢ أﺟﺮ ﻛﺒﲑ‬, maka orang- kepemilikan yang mutlak, kepemilikan
orang yang beriman kepada Allah dan yang dibatasi dengan kaidah-kaidah
membenarkan rasul-Nya diantara tertentu. Sebagai agama yang sesuai
kamu, disamping membelanjakan di dengan fitrah manusia, Islam telah
jalan Allah harta yang Allah pindahkan menetapkan adanya kebolehan setiap
kepada mereka dari generasi individu untuk memiliki harta benda
sebelumnya, mereka akan mendapatkan secara pribadi. Allah berfirman dalam
pahala yang besar disisi Tuhan mereka. surat An-Nisa ayat 32:
Kepemilikan Relatif (Al-Milkiyah Al-Muqayyadah) Privat dan Publik dalam Ekonomi Islam ║177

         


Allah, lalu kamu menggantikannya
dengan harta haram yaitu harta anak
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yatim yang dititipkan kepadamu.
yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian 3. ‫ وﻻ ﺗﺄﻛﻠﻮا اﻣﻮاﳍﻢ اﱃ اﻣﻮاﻟﻜﻢ‬, yang dimaksud
kamu lebih banyak dari sebahagian yang
dengan memakan ialah semua
lain”. (Q.S. An-Nisa [4]: 32)
penggunaan yang menghabiskan harta.
Sesungguhnya disini hanya disebutkan
         istilah memakan, karena sebagian besar
penggunaan harta benda itu untuk
          tujuan makan. Dan kata ila (‫)إﻟﻰ‬
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim bermakna ma’al atau beserta. Arti
(yang sudah balig) harta mereka, jangan keseluruhan ayat ialah “janganlah
kamu menukar yang baik dengan yang kalian memakan harta anak-anak yatim
buruk dan jangan kamu makan harta dengan me n c a m p u r k a n dan
mereka bersama hartamu. Sesungguhnya menggabungkan di antara keduanya.
tindakan-tindakan (menukar dan 4. ‫ إﻧﻪ ﻛﺎن ﺣﻮﺑﺎ ﻛﺒﲑا‬, sesungguhnya memakan
memakan) itu, adalah dosa yang besar”. harta milik anak yatim termasuk
(Q.S. An Nisa' [4]: 2 ) perbuatan dosa besar. (Al-Maraghi,
Penafsiran ayat di atas dalam kitab 1989: 323)
kitab Tafsir Al-Maraghi, yakni: Islam mengharamkan kepemilikan
1. ‫ واﺗﻮااﻟﻴﺘﻤﻰ اﻣﻮاﳍﻢ‬, yang dimaksud dengan harta menggunakannya untuk membuat
memberikan harta kepada anak-anak kerusakan di muka bumi dan
yatim ialah menjadikannya khusus membahayakan manusia, karena tatanan
untuk mereka, dan tidak boleh sedikit Islam mengajarkan prinsip laa dharara wa
pun untuk dimakan dengan cara yang la dhirara (tidak membahayakan diri dan
batil (tidak sah). Artinya wahai wali membahayakan orang lain). Islam juga
dan penerima wasiat harta anak yatim, melarang umatnya menginvestasikan
peliharalah harta anak yatim itu, harta pribadinya pada sektor yang
janganlah kamu memperlakukannya menyebabkan kerusakan moral. Firman
dengan cara yang tidak baik, dan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 188:
serahkanlah harta mereka ketika kamu
telah merasa bahwa kedewasaan telah        
tumbuh dalam diri mereka, sebab anak
yatim adalah orang lemah, tidak       
mampu memelihara hartanya dan
mempertahankannya.  
2. ‫ وﻻ ﺗﺘﺒﺪﻟﻮا اﳋﺒﻴﺚ ﺑﺎ اﻟﻄﻴﺐ‬, janganlah kamu
“Dan janganlah sebahagian kamu
mengganti harta halal, yaitu hartamu memakan harta sebahagian yang lain di
sendiri yang kamu hasilkan dari jerih antara kamu dengan jalan yang batil dan
payahmu sendiri berkat kemurahan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
178 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

itu kepada hakim, supaya kamu dapat Dengan demikian menurut penulis
memakan sebahagian daripada harta benda Ayat diatas dapat dimaknai, janganlah
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, sebagian kamu mengambil harta orang
padahal kamu Mengetahui”. (Q.S. al- dan menguasainya tanpa hak, dan jangan
Baqarah [2]: 188) pula menyerahkan urusan harta kepada
Dalam kitab Tafsir Al-Misbah ayat ini hakim yang berwenang memutuskan
dijelaskan, janganlah kamu memakan perkara bukan untuk tujuan memperoleh
harta sebagian kamu antara kamu, yakni hak kalian, tetapi untuk mengambil hak
janganlah memperoleh dan menggunakannya. orang lain dengan melakukan dosa, dan
Harta yang dimiliki oleh si A hari ini, dalam keadaan mengetahui bahwa kalian
dapat menjadi milik si B esok. Harta sebenarnya tidak berhak. Tidak semua
seharusnya memiliki fungsi sosial, hak milik pribadi dilindungi oleh Islam.
sehingga sebagian diantara apa yang Islam tidak melindungi kepemilikan harta
dimiliki si A seharusnya dimiliki pula benda yang diperoleh dengan jalan haram
oleh si B, baik melalui zakat maupun dan melindungi hak milik yang diperoleh
sedekah. Pengembangan harta tidak dapat dengan jalan yang halal. Artinya harta
terjadi kecuali dengan interaksi antara yang dimiliki seharusnya diperoleh dari
manusia dengan manusia lain, dalam jalan yang halal, Rasulullah pernah
bentuk pertukaran dan bantu-membantu. bersabda (Al-Albani, 2007: 24):
Makna-makna inilah yang antara lain ‫ ﻋﻦ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬,‫ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ‬
dikandung dalam penggunaan kata antara ‫ ﻳﺄﰐ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺎس زﻣﺎن ﻻ ﻳﺒﺎل اﳌﺮء ﻣﺎ أﺧﺬ ﻣﻨﻪ أﻣﻦ‬: ‫ﻗﺎل‬
kamu (‫ )ﺑﯿﻨﻜﻢ‬dalam firmannya yang
memulai uraian menyangkut perolehan .(‫اﳊﻼل أم ﻣﻦ اﳊﺮام )رواﻩ ﲞﺎرى‬
harta. Kata antara juga mengisyaratkan “Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW,
bahwa interaksi dalam perolehan harta beliau bersabda, “Akan datang kepada
terjadi antara dua pihak. Harta seakan- manusia suatu masa yang mana sesorang
akan berada ditengah dan kedua pihak tidak peduli darimana ia mendapatkan
berada pada posisi ujung yang harta, apakah dari yang halal atau yang
berhadapan. Keuntungan atau kerugian haram”. (HR. Bukhari).
dari interaksi itu, tidak terlalu ditarik jauh Harta benda yang dimiliki, yang
oleh masing-masing, sehingga salah satu ditipkan Allah kepada manusia haruslah
pihak merugi, sedangkan pihak lain dipergunakan dengan baik, untuk
mendapatkan keuntungan, sehingga bila menambah ketaatan dalam beribadah
demikian harta tidak berada ditengah serta meningkat keimanan kepada Allah.
atau antara, dan kedudukan kedua belah Jangan karena harta benda menjadikan
pihak tidak lagi seimbang. Perolehan seseorang lalai akan perintah Allah.
tidak seimbang adalah batil, dan yang Firman Allah dalam surat Al-Fath ayat 11:
batil adalah segala sesuatu yang tidak
hak, tidak dibenarkan oleh hukum, serta      
tidak sejalan dengan tuntunan Ilahi
walaupun dilakukan atas dasar kerlaan     
yang berinteraksi. (Shihab, 2002: 288)
Kepemilikan Relatif (Al-Milkiyah Al-Muqayyadah) Privat dan Publik dalam Ekonomi Islam ║179

     


“Orang-orang Badwi yang tertinggal
(Tidak turut ke Hudaibiyah) akan
         
mengatakan: "Harta dan keluarga kami
Telah merintangi kami, Maka mohonkanlah
ampunan untuk kami” (Q.S. al-Fath [48]: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan
11) merasa ringan maupun berat, dan
Bahwa sebelum Nabi berangkat berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu
menuju Makkah untuk berumrah, beliau di jalan Allah. yang demikian itu adalah
mengajak kelompok-kelompok al-‘Arab lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui”.
yakni masyarakat penduduk gunung (Q.S. at-Ataubah [9]: 41)
(badui).yang ketika itu telah memeluk Dalam ayat tersebut kata harta
Islam untuk berangkat bersama beliau (‫ )اﻣﻮاﻟﻜﻢ‬lebih didahulukan dari pada
melaksanakan umrah, tetapi mayoritas jiwa/diri (‫)اﻧﻔﺴﻜﻢ‬ untuk menekankan
mereka tidak menyambut baik ajakan itu.
perlunya menyumbangkan harta benda
Mereka disibukkan oleh upaya memelihara
dalam situasi perang. (Shihab, 2002: 602)
harta yakni ternak dan keluarga yaitu
Islam mewajibkan atas seluruh
anak dan isteri mereka. Jika mereka ikut
manusia untuk menjaga hak miliknya.
menurut mereka harta mereka akan
Rasulullah SAW bersabda: (Haroen, 2000:
hilang dan keluarga mereka akan
76)
terlantar. (Shihab, 2002: 188) Mereka lupa
jika harta dan anak hanyalah cobaan.
( ‫ﻰ رﺳﻮل ﷲ ﻋﻦ اﺿﺎﻋﺔ اﳌﺎل )رواﻩ ﲞﺎرى و ﻣﺴ ﻠ ﻢ‬
      
“Rasulullah SAW melarang membuang-
buang harta”. (HR. Bukhori dan
  
Muslim).
Bahkan orang-orang yang terbunuh
“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan karena gigih mempertahankan hartanya
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan membelanya hak miliknya, maka ia
dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala
digolongkan sebagai orang yang mati
yang besar”. (Q.S. al-Anfal [8]: 28)
syahid. (Al-Albani, 2007: 481)
Atinya harta yang dititipkan kepada
mereka membuat mereka sibuk dan lalai ‫ ﻋﻦ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬,‫ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ اﺑﻦ زﻳﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ وﺑﻦ ﺛﻘﻴﻞ‬
dalam menjalankan ibadah kepada Allah. (‫ ﻣﻦ ﻗﺘﻞ دون ﻣﺎﻟﻪ ﻓﻬﻮ ﺷﻬﻴﺪ )رواﻩ إﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬: ‫وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬
Padahal dalam surat lain Allah
“Dari Sa’id ibnu Zaid ibnu Umar dan
memerintahkan kepada hamba-Nya yang
Ibnu Tsaqil, dari Rasulullah SAW
memilki harta benda agar berangkat ke
bersabda: Barang siapa yang terbunuh
medan jihad dengan harta yang mereka karena mempertahankan hartanya, maka
miliki. ia adalah seorang syahid”. (HR. Ibnu
Majah)
180 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

KEPEMILIKAN UMUM (PUBLIC ُ‫َﻺ وَاﻟﻨﱠﺎ ِر َوﲦََﻨُﻪ‬


َِ ‫ث ِﰲ اﻟْﻤَﺎ ِء وَاﻟْﻜ‬
ٍ ‫ا ﻟْ ُ ﻤ ْ ﺴ ﻠِ ُ ﻤ ﻮ َ ن ُﺷَﺮﻛَﺎءُ ِﰲ ﺛ ََﻼ‬
PROPERTY)
Islam tidak hanya mengakui
‫اﳉَْﺎرِي‬ َ‫اﻟْﻤَﺎء‬ ‫ﻳـَﻌ ِْﲏ‬ ‫َﺳﻌِﻴ ٍﺪ‬ ‫أَﺑُﻮ‬ ‫َﺎل‬
َ‫ﻗ‬ ٌ‫َﺣﺮَام‬
pemilikan secara perseorangan yang pada “Telah menceritakan kepada kami Abdullah
hakikatnya hanya mementingkan hak bin Sa'id berkata, telah menceritakan
pribadi, tetapi juga mengakui pemilikan kepada kami Abdullah bin Khirasy bin
secara umum sehingga bisa dimanfaatkan Hausyab Asy Syaibani dari Al Awwam bin
oleh orang banyak. Tujuannya adalah Hausyab dari Mujahid dari Ibnu Abbas ia
agar bahan pokok yang ada tidak berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
dimanfaatkan sebagian orang dengan wasallam bersabda: "Kaum muslimin
sewenang-wenang yang menyebabkan berserikat dalam tiga hal; air, rumput dan
terlantarnya orang banyak. api. Dan harganya adalah haram." Abu
Dalam surat A-Rahman ayat 10 Sa'id berkata, "Yang dimaksud adalah air
Allah berfirman: yang mengalir”. (HR. Ibnu Majah).
Yang dimaksud air dalam Hadis ini
   adalah adalah air sungai, mata air milik
“Dan Allah Telah meratakan bumi untuk umum, dan air lainnya yang diperoleh
makhluk (Nya)”. (Q.S. ar-Rahman [55]: tanpa jerih payah orang-orang tertentu.
10) Dengan kata lain mata air yang diperoleh
dengan cara menggali tanah seperti
Di samping keadaaan langit yang sumur atau kolam tidak termasuk air
diatur Allah sedemikian rupa, bumi milik umum.
diletakaan-Nya yakni dihamparkan-Nya Yang dimaksud dengan kala’
untuk kenyamanan semua makhluk menurut Imam Kurthubi ialah apa yang
hidup yang menghuninya. Bukan hanya tumbuh di tanah tidak bertuan. Tidak ada
sekedar menghamparkan, tetapi juga seorang pun yang berhak atas hasil tanah
menyiapkan bahan pangan dan tidak bertuan ini dengan melarang orang
kenyamanan hidup makhluk, karena di lain mengambil hasilnya.
dalamnya yakni bumi yang dihamparkan- Menurut sebagian ulama, yang
Nya itu ada buah-buahan dan pepohonan dimaksud dengan api adalah batu yang
dan juga biji-bijian yang berkulit atau memercikkan api. Tidak seorang pun
berdaun atau bunga-bunga yang harum berhak melarang orang lain mengambil
aromanya. (Shihab, 2002: 501) api dari gesekan batu itu. Ulama lain
Nabi menetapkan bahan pokok berpendapat, bahwa yang dimaksud api
tersebut adalah air, ladang rerumputan, dalam Hadis Nabi ialah sarana perapian
dan api. Beliau bersabda (Baqi dan Fawa’, yang didapatkan tanpa ada usaha dari
t,th.: 773): seseorang. Misalnya kayu bakar di hutan
belukar atau di padang pasir. Kayu ini
tidak ada pemiliknya dan tumbuh lewat
‫َﺐ َﻋ ْﻦ ﳎَُﺎ ِﻫ ٍﺪ َﻋ ْﻦ‬
ٍ ‫ﱠام ﺑْ ِﻦ ﺣ َْﻮﺷ‬
ِ ‫َﺎﱐﱡ َﻋ ْﻦ اﻟْ َﻌﻮ‬
ِ ‫َﺐ اﻟ ﱠﺸْﻴﺒ‬
ٍ ‫ﺣ َْﻮﺷ‬ tiupan angin tanpa adanya pemeliharaan
secara khusus oleh manusia. (Qardhawi,
1997: 91)
Kepemilikan Relatif (Al-Milkiyah Al-Muqayyadah) Privat dan Publik dalam Ekonomi Islam ║181

Rasulullah SAW bersabda (As- dari harta yang dimiliki dalam hal yang
Suyuthi, 2006: 222): baik merupakan perintah Allah.

‫ﻋﻦ أﰊ اﳌﻨﻬﺎل ﻋﻦ إﻳﺎس أن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬          

     


“Dari Abu Minhal, dari Ilyas, bahwa
Rasullullah SAW melarang untuk menjual “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
air”. kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu
Diharamkan menjual kelebihan air
cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan
yang melebihi kebutuhan, Tirmidzi
Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
mengatakan “Ini yang diamalkan oleh
(Q.S. Ali-Imran [3]: 92)
kalangan mayoritas ulama” menurut Asy-
Syaukani, Hadis tersebut menunjukkan Hadis Rasulullah tentang
diharamkan menjual kelebihan air jika kepemilikan umum yang salah satunya
melebihi kebutuhan pemiliknya. Air adalah wakaf yaitu tentang sedekah
untuk minum ataupun untuk keperluan Jariyah yang ditafsirkan ulama sedekah
lain, baik untuk kebutuhan binatang jariyah dalam Hadis tersebut adalah
ataupun tanaman. Menurut sebagian wakaf. (Hajjaj, 1998: 281)
ulama, adapun orang yang telah ‫ ان رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ اﻟﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬,‫ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ‬
mengambil air lalu telah diletakkannya
dalam satu wadah, maka air itu menjadi ‫ إ ذ ا ﻣ ﺎ ت إ ﺑ ﻦ أ د م إ ﻧ ﻘ ﻄ ﻊ ﻋ ﻤ ﻠ ﻪ إ ﻻ ﺛ ﻼ ث ﺻ ﺪ ﻗ ﺔ ﺟ ﺎ رﻳ ﺔ ا و‬: ‫ﻗ ﺎ ل‬
miliknya. Dan apabila air itu telah (‫ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ﻋﻠﻢ ﻳﻨﻔﻊ ﺑﻪ او وﻟﺪ ﺻﺎﱀ ﻳﺪﻋﻮا ﻟﻪ‬
menjadi miliknya, maka bolehlah ia “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
menjualnya. (As-Suyuthi, 2006: 223) bersabda: Jika meninggal anak Adam
Alquran banyak menekankan untuk terlepaslah semua amal ibadahnya kecuali
mempergunakan kekayaan dalam hal-hal tiga hal, sedekah Jariyah, atau ilmuyang
yang baik, yang disebut dengan infak. diajarkan dan anak sholeh yang
Implikasinya adalah bahwa mencari mendokannya”. (HR. Muslim).
penghasilan, memiliki kekayaan bukan
saja suatu hal yang baik, namun itu Ghanimah dan fai’ juga merupakan
adalah hal yang sangat esensial agar harta milik umum, yang mana harta
orang bisa berinfak. Sebab sangat tidak tersebut dipergunakan untuk kemaslahatan
mungkin seseorang akan berinfak jika dia umum terutama anak yatim, orang-orang
tidak memiliki harta benda. (Ahmad, miskin dan ibnu sabil. Sebagaimana
2003: 53) Ulama sepakat, tempat ibadah, firman Allah dalam surat Al-anfal ayat 41:
madrasah, jalan, wakaf yang diperuntukkan
demi kebaikan umat masuk dalam        
kepemilikan publik. (Al-Misri, 2006: 71)
Sebagaimana di dalam Alquran      
dinyatakan bahwa menafkahkan sebagian
182 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

        


Maha Terpuji”. (Q.S. Al-Baqarah [2]:
267)
         Allah menitipkan rezeki berbeda-
beda terhadap hamba-Nya. Tidak semua
  manusia diberi rezeki yang dapat
mencukupi kehidupan sehari-harinya,
“Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang namun ada juga yang diberi rezeki yang
dapat kamu peroleh sebagai rampasan berlebih oleh Allah. Semua harta yang
perang, Maka Sesungguhnya seperlima dititipkan Allah, baik banyak atau sedikit
untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-
adalah milik Allah. Dengan demikian
anak yatim, orang-orang miskin dan
manusia yang dilebihkan Allah dalam
ibnussabil jika kamu beriman kepada Allah
rezeki seharusnya memberikan sebagian
dan kepada apa yang kami turunkan kepada
rezekinya kepada yang lain, agar sama-
hamba kami (Muhammad) di hari Furqaan,
sama dapat menikmati rezeki itu.
yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
(Q.S. al-Anfal [8]: 41)          

       


Dalam menafkahkan harta untuk
kepentingan umum maka yang diberikan
     
bukanlah barang yang tidak layak
(buruk), melainkan barang yang baik agar
orang lain dapat memanfaaatkan benda Dan Allah melebihkan sebahagian kamu
tersebut dengan baik pula. Sebagaimana dari sebagian yang lain dalam hal rezki,
firman Allah dalam surat Al-Baqarah 267: tetapi orang-orang yang dilebihkan
(rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki
        mereka kepada budak-budak yang mereka
miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki
         itu. Maka Mengapa mereka mengingkari
nikmat Allah. (Q.S. An-Nahl [8]: 71)
         Dalam Tafsir Al-Misbah dijelaskan,
ayat ini menyatakan: dan Allah maha
     kuasa lagi bijaksana itu melebihkan
“Hai orang-orang yang beriman, sebagian kamu wahai manusia atas
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari sebagian yang lain dalam hal rezeki,
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian walaupun boleh jadi yang memiliki
dari apa yang kami keluarkan dari bumi kelebihan itu lemah fisik, atau berusia
untuk kamu, dan janganlah kamu memilih muda lagi tidak berpengatahuan, lalu
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan kendati Allah menganugerahkan rezeki
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak itu dan membagi-bagikannya sesuai
mau mengambilnya melainkan dengan hikmah kebijaksanaannya, namun tidaklah
memincingkan mata terhadapnya. dan orang-orang yang dilebihkan rezekinya
Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi itu mau memberikan separuh rezeki yang
Kepemilikan Relatif (Al-Milkiyah Al-Muqayyadah) Privat dan Publik dalam Ekonomi Islam ║183

mereka peroleh dari Allah itu kepada banyak ayat Alquran maupun Hadis
budak-budak yang mereka miliki, agar Rasulullah yang membicarakan kepemilikan
mereka sama merasakan rezeki itu. Ada relatif baik kepemilikan pribadi
juga ulama yang memahami ayat ini maupun umum.
dalam arti anjuran kepada pemilik harta 2. Harta yang dikuasai manusia bukanlah
agar menyerahkan sebagian dari merupakan milik hakiki baginya,
kelebihan rezeki yang mereka peroleh kepemilikan manusia hanya merupakan
kepada kaum lemah, yakni para budak- pengganti dan wakil Allah atas bumi.
budak dan fakir miskin. Seakan-akan ayat Merupakan sebuah kewajiban bagi
ini menyatakan bahwa Allah telah manusia untuk melakukan infak atas
menganugerahkan kepada kamu kelebihan harta benda yang dimiliki guna
dibanding dengan yang lain, maka adalah memenuhi hak Allah atasnya, seperti
sewajarnya kamu menyalurkan kelebihan halnya kewajiban bagi seseorang untuk
itu kepada orang-orang yang butuh memberikan nafkah kepada keluarganya
sehingga kamu sama seperti mereka dan menafkahkan harta orang lain jika
dalam pemenuhan kebutuhan hidup. diizinkan.
Bukankah kelebihan yang terdapat dalam 3. Islam mengakui adanya kepemilikan
genggaman tangan kamu itu adalah individu, namun bukanlah sebuah
nikmat Allah, dan seharusnya nikmat itu kepemilikan yang mutlak, kepemilikan
kamu sebarluaskan? Apakah kamu yang dibatasi dengan kaidah-kaidah
enggan menyebarluaskannya karena tertentu. Islam telah menetapkan
kamu mengingkari nikmatnya? (Shihab, adanya kebolehan setiap individu
2002: 288) untuk memiliki harta benda secara
Menurut analisis penulis, konsep pribadi.
ekonomi Islam dalam hal kepemilikan
Islam tidak hanya mengakui pemilikan
relatif mempunyai karakteristik untuk
secara perseorangan yang pada
mendialektikkan nilai-nilai materialisme
hakikatnya hanya mementingkan hak
dan spritualisme. Memberikan pendidikan
pribadi, tetapi juga mengakui pemilikan
dan pengarahan kepada manusia untuk
secara umum sehingga bisa dimanfaatkan
menciptakan sebuah komunitas
oleh orang banyak. Diantaranya adalah
kehidupan masyarakat yang dibangun
air, rumput, dan api.
atas nilai tolong menolong dan kasih
sayang antar individu, bukan hanya
sekedar membentuk sebuah masyarakat
DAFTAR KEPUSTAKAAN
yang hanya berorientasi materi.
Ahmad, Mustaq. 2003. Etika Bisnis dalam
PENUTUP Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Dari pemaparan di atas dapat Al-Albani, Muhammad Nashiruddin.


diambil kesimpulan yakni: 2006. Shahih Sunan Tirmidzi.
1. Konsep kepemilikan benar-benar diatur diterjemahkan oleh Fachrurazi.
dalam Alquran dan Hadis, artinya Jakarta: Pustaka Azzam.
184 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 2, Juli-Desember 2017

-------------. 2007. Ringkasan Shahih Bukhari. T.th. Sunan At-Tirmidzi Juz III.
diterjemahkan oleh M. Faisal. Semarang: Toha Putra.
Jakarta: Pustaka Azzam.
Fawa’, Muhammad dan ‘Abdul Baqi. T.th.
--------------. 2007. Shahih Sunan Ibnu Majah. Sunan Ibnu MajahJuz II. Qohiroh:
diterjemahkan oleh Ahmad Taufiq Warorul Hadis.
Abdurrahman. Jakarta: Pustaka
Hamka. 1985. Tafsir Al-Azhar Juz IX.
Azzam.
Jakarta: Pustaka Panjimas
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1989. Tafsir
Haroen, Nasrun. 2000. Fiqh Muamalah.
Al-Maraghi Juz 27. diterjemahkan
Jakarta: Gaya Media Pratama.
oleh Bahrun Abu Bakar. Semarang:
Toha Putra. Ibnu Hajjaj, Imam Abi Husein Muslim.
1998. Terjemahan Hadis Shahih Muslim
---------------. 1989. Tafsir Al-Maraghi Juz 4.
Juz II. Jakarta: Pustaka Al-husna.
diterjemahkan oleh Bahrun Abu
Bakar. Semarang: Toha Putra. Mas’adi, Ghufron A.. 2002. Fiqh Muamalah
Kontekstual. Jakarta: Raja Grapindo
Al-Misri, Abdul Sami’. 2006. Pilar-Pilar
Persada.
Ekonomi Islam. diterjemahkan oleh
Dinyauddin Djuwaini. Jakarta: Qardhawi, Yusuf. 1997. Norma dan Etika
Pustaka Pelajar. Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani.
As-Suyuthi, Muhammad bin Kamal Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah
Khalid. 2006. Kumpulan Hadis yang Volume 1. Jakarta: Lentera Hati.
Disepakati 4 Imam. Jakarta: Pustaka ------------------------. 2002. Tafsir Al-Misbah
Azzam. Volume 13. Jakarta: Lentera Hati
At-Tarmidzi, Imam Hafiz Abi Isa
Muhammad ibnu ‘Isa bin Surah.

Anda mungkin juga menyukai