Al Milkiyyah Al Muqayyadah
Al Milkiyyah Al Muqayyadah
Sarmiana Batubara
Program Studi Perbankan Syariah STAI Barumun Raya
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 66 B Sibuhuan, Padang Lawas, Kab. Kab. Padang Lawas Utara
e-mail: syarmabatubara@yahoo.com
Abstract: This paper discusses how ownership in the Islamic economy, especially about relative ownership (al-
milkiyah al-muqayyadah) from the perspectives of the Qur'an and hadith. This is a library research.
The conclusions of this discussion are: 1) The concept of ownership is really regulated in the Qur'an
and Hadith where many verses of Al-qur'an and Hadith that discuss about the relative ownership of
both private and public ownership. 2) The possessions of human beings are not his essential property.
Human ownership is only a substitute and a representative of God over the earth. It is an obligation
for humans to infaon their possessions in order to fulfill God's right to him, as well as the obligation of
a person to provide for his family and to spend another's fortune if permitted. Islam recognizes the
existence of individual ownership, but it is not an absolute possession, that is ownership which is
limited by certain rules. Islam has established the permissibility of each individual to own property in
private. 3) Islam not only recognizes individual ownership that is essentially concerned only with
private rights, but also recognizes ownership in general so that it can be exploited by the people, such
as water, grass and fire.
rintangan, niscaya akan dianugerahi
kekuasaan.
Allah menciptakan bumi dengan
segala isinya, kemudian Allah ciptakan
manusia. Setelah Allah menciptakan
“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di
hamparan bumi dan segala isinya, Allah
langit, semua yang di bumi, semua yang di
mengajak kepada umat manusia untuk antara keduanya dan semua yang di bawah
mengambil bagian mereka. Setiap tanah”.
manusia yang hidup di atas bumi,
mempunyai hak yang tidak bisa diganggu Pemberdayaan manusia atas segala
dan dihalangi oleh orang lain, hak itu fasilitas kehidupan, bukan berarti dapat
mencukupi segala kebutuhan pokok menafikan kepemilikan Allah yang hakiki
hidupnya. (Sami’ Al-Misri, 2006: 27) atau aset-aset tersebut. Dan juga tidak bisa
Dengan demikian manusia harus dipahami bahwa kepemilikan atas harta
berusaha agar mendapatkan harta, yakni benda berpindah dari Allah menjadi milik
berusaha dengan jalan yang baik dan manusia. Kepemilikan manusia hanyalah
benar yaitu sesuai dengan syariat Islam, kepemilikan untuk menikmati memberdayakan
karena sebaik-baiknya apa yang akan harta kekayaan yang ada, bukan sebagai
dipakai untuk kebutuhan sehari-sehari pemilik yang hakiki. Manusia hanya bisa
diperoleh dari hasil usaha sendiri. memiliki kemanfaatan dan fasilitas yang
Rasulullah SAW bersabda (Nashiruddin, ada. seperti mempunyai tanah untuk
2007: 294): dimanfaatkan sebagai tempat tinggal,
sebagai lahan pertanian, ataupun sebagai
: ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ,ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ ladang bisnis. Kepemilikan yang ada
.إن أﻃﻴﺐ ﻣﺎ اﻛﻞ اﻟﺮﺟﻞ ﻣﻦ ﻛﺴﺒﻪ و إن وﻟﺪﻩ ﻣﻦ ﻛﺴﺒﻪ hanya sebatas mengambil manfaat dan
tidak bisa menghilangkan kepemilikan
()رواﻩ إﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ Allah yang hakiki. Yakni dengan
menafkahkan sebagian harta yang
“Dari Aisyah RA. Ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda, sesungguhnya hal yang dimiliki.
terbaik yang dimakan oleh seseorang adalah Allah berfirman dalam surat Al-
apa yang Ia dapat dari hasil usahanya Hadid ayat 7:
sendiri, dan sungguh anaknya adalah hasil
usahanya”. (HR. Ibnu Majah).
memperoleh pahala yang besar”. (Q.S. Al- Di sana mereka akan melihat
Hadid [57]: 7) kemuliaan dan pahala yang tidak
pernah dilihat oleh mata, tak pernah
Yang dimaksud dengan menguasai didengar oleh telinga, dan tidak pernah
di sini ialah penguasaan yang bukan terlintas dalam hati manusia seseorang
secara mutlak. Hak milik pada hakikatnya pun. (Al-Maraghi, 1989: 287-288)
adalah pada Allah. Manusia menafkahkan
Al-Zamakhsyari menafsirkan bahwa
hartanya itu haruslah menurut hukum-
harta kekayaan yang berada dalam
hukum yang Telah disyariatkan Allah.
kekuasaan manusia, sesungguhnya
Karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.
adalah milik Allah semata yang telah
Di dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi
menciptakan dan menghadirkannya
dijelaskan penafsiran ayat tersebut di atas,
untuk manusia. Allah memberikan
yakni:
kesempatan dan kekuasaan kepada
1. ءاﻣﻨﻮا ﺑﺎﷲ و رﺳﻮﻟﻪ, akuilah oleh kalian manusia untuk memanfaatkan dan
keesaan Allah, dan benarkanlah Rasul- memberdayakan segala kekayaan alam
Nya tentang apa yang dia datangkan semesta demi kelangsungan hidup di
dari Tuhan kamu. dunia. Harta yang dikuasai manusia
2. وأﻧﻔﻘ اﻮ ﳑﺎ ﺟﻌﻠﻜﻢ ﻣﺴﺘﺨﻠﻔﲔ ﻓﻴﻪ, dan belanjakanlah bukanlah merupakan milik hakiki
harta yang ada padamu, yang baginya, kepemilikan manusia hanya
sebenarnya merupakan pinjaman itu, merupakan pengganti dan wakil Allah
karena harta tersebut pernah pula atas bumi. Merupakan sebuah kewajiban
berada pada tangan umat sebelum bagi manusia untuk melakukan infak atas
harta benda yang dimiliki guna
kamu, kemudian beralih kepadamu.
Dan gunakanlah harta itu dalam memenuhi hak Allah atasnya, seperti
ketaatan kepada Allah, kalau tidak halnya kewajiban bagi seseorang untuk
maka Allah akan menghisab kamu atas memberikan nafkah kepada keluarganya
dan menafkahkan harta orang lain jika
harta tersebut dengan hisab yang berat.
Alangkah baiknya perkataan: diizinkan. (Sami’ Al-Misri, 2006: 28)
وﻣﺎ اﳌﺎل واﻷﻫﻠﻮن إﻻ وداﺋﻊ
وﻻ ﺑﺪ ﻳﻮﻣﺎ أن ﺗﺮد اﻟﻮداﺋﻊ KEPEMILIKAN PRIBADI (PRIVATE
PROPERTY)
Harta dan keluarga, tak lain hanyalah
titipan belaka, pada suatu hari titipan- Islam mengakui adanya kepemilikan
titipan itu pasti dikembalikan”. individu, namun bukanlah sebuah
3. ﻓﺎﻟﺬﻳﻦ أﻣﻨﻮا ﻣﻨﻜﻢ واﻧﻔﻘﻮا ﳍﻢ أﺟﺮ ﻛﺒﲑ, maka orang- kepemilikan yang mutlak, kepemilikan
orang yang beriman kepada Allah dan yang dibatasi dengan kaidah-kaidah
membenarkan rasul-Nya diantara tertentu. Sebagai agama yang sesuai
kamu, disamping membelanjakan di dengan fitrah manusia, Islam telah
jalan Allah harta yang Allah pindahkan menetapkan adanya kebolehan setiap
kepada mereka dari generasi individu untuk memiliki harta benda
sebelumnya, mereka akan mendapatkan secara pribadi. Allah berfirman dalam
pahala yang besar disisi Tuhan mereka. surat An-Nisa ayat 32:
Kepemilikan Relatif (Al-Milkiyah Al-Muqayyadah) Privat dan Publik dalam Ekonomi Islam ║177
itu kepada hakim, supaya kamu dapat Dengan demikian menurut penulis
memakan sebahagian daripada harta benda Ayat diatas dapat dimaknai, janganlah
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, sebagian kamu mengambil harta orang
padahal kamu Mengetahui”. (Q.S. al- dan menguasainya tanpa hak, dan jangan
Baqarah [2]: 188) pula menyerahkan urusan harta kepada
Dalam kitab Tafsir Al-Misbah ayat ini hakim yang berwenang memutuskan
dijelaskan, janganlah kamu memakan perkara bukan untuk tujuan memperoleh
harta sebagian kamu antara kamu, yakni hak kalian, tetapi untuk mengambil hak
janganlah memperoleh dan menggunakannya. orang lain dengan melakukan dosa, dan
Harta yang dimiliki oleh si A hari ini, dalam keadaan mengetahui bahwa kalian
dapat menjadi milik si B esok. Harta sebenarnya tidak berhak. Tidak semua
seharusnya memiliki fungsi sosial, hak milik pribadi dilindungi oleh Islam.
sehingga sebagian diantara apa yang Islam tidak melindungi kepemilikan harta
dimiliki si A seharusnya dimiliki pula benda yang diperoleh dengan jalan haram
oleh si B, baik melalui zakat maupun dan melindungi hak milik yang diperoleh
sedekah. Pengembangan harta tidak dapat dengan jalan yang halal. Artinya harta
terjadi kecuali dengan interaksi antara yang dimiliki seharusnya diperoleh dari
manusia dengan manusia lain, dalam jalan yang halal, Rasulullah pernah
bentuk pertukaran dan bantu-membantu. bersabda (Al-Albani, 2007: 24):
Makna-makna inilah yang antara lain ﻋﻦ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ,ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ
dikandung dalam penggunaan kata antara ﻳﺄﰐ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺎس زﻣﺎن ﻻ ﻳﺒﺎل اﳌﺮء ﻣﺎ أﺧﺬ ﻣﻨﻪ أﻣﻦ: ﻗﺎل
kamu ( )ﺑﯿﻨﻜﻢdalam firmannya yang
memulai uraian menyangkut perolehan .(اﳊﻼل أم ﻣﻦ اﳊﺮام )رواﻩ ﲞﺎرى
harta. Kata antara juga mengisyaratkan “Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW,
bahwa interaksi dalam perolehan harta beliau bersabda, “Akan datang kepada
terjadi antara dua pihak. Harta seakan- manusia suatu masa yang mana sesorang
akan berada ditengah dan kedua pihak tidak peduli darimana ia mendapatkan
berada pada posisi ujung yang harta, apakah dari yang halal atau yang
berhadapan. Keuntungan atau kerugian haram”. (HR. Bukhari).
dari interaksi itu, tidak terlalu ditarik jauh Harta benda yang dimiliki, yang
oleh masing-masing, sehingga salah satu ditipkan Allah kepada manusia haruslah
pihak merugi, sedangkan pihak lain dipergunakan dengan baik, untuk
mendapatkan keuntungan, sehingga bila menambah ketaatan dalam beribadah
demikian harta tidak berada ditengah serta meningkat keimanan kepada Allah.
atau antara, dan kedudukan kedua belah Jangan karena harta benda menjadikan
pihak tidak lagi seimbang. Perolehan seseorang lalai akan perintah Allah.
tidak seimbang adalah batil, dan yang Firman Allah dalam surat Al-Fath ayat 11:
batil adalah segala sesuatu yang tidak
hak, tidak dibenarkan oleh hukum, serta
tidak sejalan dengan tuntunan Ilahi
walaupun dilakukan atas dasar kerlaan
yang berinteraksi. (Shihab, 2002: 288)
Kepemilikan Relatif (Al-Milkiyah Al-Muqayyadah) Privat dan Publik dalam Ekonomi Islam ║179
Rasulullah SAW bersabda (As- dari harta yang dimiliki dalam hal yang
Suyuthi, 2006: 222): baik merupakan perintah Allah.
ﻋﻦ أﰊ اﳌﻨﻬﺎل ﻋﻦ إﻳﺎس أن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ
mereka peroleh dari Allah itu kepada banyak ayat Alquran maupun Hadis
budak-budak yang mereka miliki, agar Rasulullah yang membicarakan kepemilikan
mereka sama merasakan rezeki itu. Ada relatif baik kepemilikan pribadi
juga ulama yang memahami ayat ini maupun umum.
dalam arti anjuran kepada pemilik harta 2. Harta yang dikuasai manusia bukanlah
agar menyerahkan sebagian dari merupakan milik hakiki baginya,
kelebihan rezeki yang mereka peroleh kepemilikan manusia hanya merupakan
kepada kaum lemah, yakni para budak- pengganti dan wakil Allah atas bumi.
budak dan fakir miskin. Seakan-akan ayat Merupakan sebuah kewajiban bagi
ini menyatakan bahwa Allah telah manusia untuk melakukan infak atas
menganugerahkan kepada kamu kelebihan harta benda yang dimiliki guna
dibanding dengan yang lain, maka adalah memenuhi hak Allah atasnya, seperti
sewajarnya kamu menyalurkan kelebihan halnya kewajiban bagi seseorang untuk
itu kepada orang-orang yang butuh memberikan nafkah kepada keluarganya
sehingga kamu sama seperti mereka dan menafkahkan harta orang lain jika
dalam pemenuhan kebutuhan hidup. diizinkan.
Bukankah kelebihan yang terdapat dalam 3. Islam mengakui adanya kepemilikan
genggaman tangan kamu itu adalah individu, namun bukanlah sebuah
nikmat Allah, dan seharusnya nikmat itu kepemilikan yang mutlak, kepemilikan
kamu sebarluaskan? Apakah kamu yang dibatasi dengan kaidah-kaidah
enggan menyebarluaskannya karena tertentu. Islam telah menetapkan
kamu mengingkari nikmatnya? (Shihab, adanya kebolehan setiap individu
2002: 288) untuk memiliki harta benda secara
Menurut analisis penulis, konsep pribadi.
ekonomi Islam dalam hal kepemilikan
Islam tidak hanya mengakui pemilikan
relatif mempunyai karakteristik untuk
secara perseorangan yang pada
mendialektikkan nilai-nilai materialisme
hakikatnya hanya mementingkan hak
dan spritualisme. Memberikan pendidikan
pribadi, tetapi juga mengakui pemilikan
dan pengarahan kepada manusia untuk
secara umum sehingga bisa dimanfaatkan
menciptakan sebuah komunitas
oleh orang banyak. Diantaranya adalah
kehidupan masyarakat yang dibangun
air, rumput, dan api.
atas nilai tolong menolong dan kasih
sayang antar individu, bukan hanya
sekedar membentuk sebuah masyarakat
DAFTAR KEPUSTAKAAN
yang hanya berorientasi materi.
Ahmad, Mustaq. 2003. Etika Bisnis dalam
PENUTUP Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
-------------. 2007. Ringkasan Shahih Bukhari. T.th. Sunan At-Tirmidzi Juz III.
diterjemahkan oleh M. Faisal. Semarang: Toha Putra.
Jakarta: Pustaka Azzam.
Fawa’, Muhammad dan ‘Abdul Baqi. T.th.
--------------. 2007. Shahih Sunan Ibnu Majah. Sunan Ibnu MajahJuz II. Qohiroh:
diterjemahkan oleh Ahmad Taufiq Warorul Hadis.
Abdurrahman. Jakarta: Pustaka
Hamka. 1985. Tafsir Al-Azhar Juz IX.
Azzam.
Jakarta: Pustaka Panjimas
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1989. Tafsir
Haroen, Nasrun. 2000. Fiqh Muamalah.
Al-Maraghi Juz 27. diterjemahkan
Jakarta: Gaya Media Pratama.
oleh Bahrun Abu Bakar. Semarang:
Toha Putra. Ibnu Hajjaj, Imam Abi Husein Muslim.
1998. Terjemahan Hadis Shahih Muslim
---------------. 1989. Tafsir Al-Maraghi Juz 4.
Juz II. Jakarta: Pustaka Al-husna.
diterjemahkan oleh Bahrun Abu
Bakar. Semarang: Toha Putra. Mas’adi, Ghufron A.. 2002. Fiqh Muamalah
Kontekstual. Jakarta: Raja Grapindo
Al-Misri, Abdul Sami’. 2006. Pilar-Pilar
Persada.
Ekonomi Islam. diterjemahkan oleh
Dinyauddin Djuwaini. Jakarta: Qardhawi, Yusuf. 1997. Norma dan Etika
Pustaka Pelajar. Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani.
As-Suyuthi, Muhammad bin Kamal Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah
Khalid. 2006. Kumpulan Hadis yang Volume 1. Jakarta: Lentera Hati.
Disepakati 4 Imam. Jakarta: Pustaka ------------------------. 2002. Tafsir Al-Misbah
Azzam. Volume 13. Jakarta: Lentera Hati
At-Tarmidzi, Imam Hafiz Abi Isa
Muhammad ibnu ‘Isa bin Surah.