Anda di halaman 1dari 69

i

PROPOSAL SKRIPSI

EVALUASI PELAKSANAAN PILAR KEDUA

PADA PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGARORO KABUPATEN NAGEKEO PROPINSI


NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh :

Wigberta Mogi Tuakong


Nim 25000118183023

Pembimbing :
Dr. Nurjazuli,SKM, M.Kes
Dr. Budiyono, SKM, M.Kes

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
ii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ……………………………………………………………………………………….i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………………......iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………………….iv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………………………......61
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………….1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………………........4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………...4
1. Umum ……………………………………………………………………….4
2. Khusus ………………………………………………………………………4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………………….5
E. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………………...6
F. Keaslian Penelitian ………………………………………………………………….7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………………………………8
A. Evaluasi ……………………………………………………………………………..8
B. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ……………………………………………..13
C. Cuci tangan pakai sabun ………………………………………………………….29
D. Puskesmas …………………………………………………………………………36
E. Sistem dan Berpikir Sistem Kesehatan ………………………………………….38
F. Kerangka Teori ……………………………………………………………………..43

BAB III
METODE PENELITIAN……………………………………………………………………………….44
A. Kerangka Konsep …………………………………………………………………44
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ……………………………………………………46
C. Jenis Dan Rancangan Penelitian … ……………………………………………..46
D. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………………………...47
E. Variabel Penelitian, Defenisi Operasioanal dan cara Penguuran …………...48
F. Sumber Data Penelitian ……………………………………………………………..53
G. Instrumen Penelitian …………………………………………………………………54
H. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………………….55
I. Pengolaha dan Analisa Data ………………………………………………………56
J. Jadwal Penelitian …………………………………………………………………….58

DAFTAR PUSTAKA
iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rencana pelaksanaan Penelitian ……………………………………………………58


iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4. Kerangka Teori …………………………………………………………………………43


Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………………………..44
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang dapat hidup
produktif secara social dan ekonomis yng tertuang dalam undang-undang
Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan .(1) Salah satu
factor penting dalam pembangunan kesejahteraan penduduk di Indonesia
adalah kesehatan, akan tetapi masalah kesehatan di Indonesia masih banyak
ditemukan dan harus diselesaikan. Berdasarkan data dari WHO (world Health
Organization) diare dan ispa yang merupakan(infeksi saluran pernapasan
akut)yang merupakan penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan
yang ada diindonesia.(2)
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan berupaya
meningkatkan derajat kesehatan melalui berbargai program dalam bidang
kesehatan. Program kesehatan yang menjadi fokus kementerian kesehatan
yaitu program kesehatan yang tercakup dalam program Sustainable
Development Goals (SDGs). Salah satu tujuan SDGs dalam bidang
kesehatan terdapat pada point 6 yaitu menjamin ketersediaan dan
pengelolahan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang. Tujuan
program sanitasi total berbasis masyarakat menurut Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 3 tahun 2014 tentang sanitasi sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dan mendukung target SDG’s (Sustainable Development Goals) atau
pembangunan berkelanjutan yang ditargetkan akan dicapai pada tahun 2030.
(3)

Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) merupakan


upaya pengendalian semua faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang
menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan, dan daya tahan hidup manusia. Upaya peningkatan akses sanitasi
2

di Indonesia terus di kembangkan, salah satunya adalah penerapan konsep


Community Led Total Sanitation (CLTS).(4) CLTS merupakan sebuah konsep
dengan pendekatan promosi dengan memfasilitasi masyarakat untuk
menerapkan sanitasi lingkungan yang baik diantaranya adalah CTPS (cuci
tangan pakai sabun)CLTS di Indonesia mengalami berbagai evaluasi dan
penyesuaian.(5)
Penyedian sanitasi yang layak perlu ditingkatkan bagi seluruh
komunitas baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan sebab sanitasi yang
layak memberikan dampak terhadap lingkungan yang lebih baik.CLTS
berfokus pada prilaku stop buang air besar sembarang dengan strategis
peningkatan kebutuhan sanitasi. CLTS kemudian dievaluasi dan
dikembangkan lagi dengan menambahkan 4 pilar (perubahan prilaku).
Program ini dinamakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) merupakan suatu pendekatan
untuk mengubuh perilaku higiene dan sanitasi dengan melakukan pemicuan
di komunitas. STBM meliputi 5 pilar, yaitu stop buang air besar sembarangan
(BABS), mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan
yang aman, pengamanan sampah rumah tangga, mengelola limbah cair
rumah tangga dengan aman
Tujuan khusus pelaksanaan STBM adalah sebagai berikut: 1)
Meningkatkan ketrampilan petugas provinsi/kabupaten untuk dapat
melaksanakan pelatihan pemicuan dan pemantauan pelaksanaan program
STBM dan meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan kader desa
melakukan pemicuan; 2) Melakukan pemicuan di komunitas dan kegiatan
kelanjutan paska pemicuan masyarakat dusun/RW sampai terjadi desa SBS;
3) Untuk mendapatkan dukungan dan komitmen pemerintah daerah serta
SKPD di provinsi, kabupaten dan kecamatan serta pemerintah desa untuk
pemasaran sanitasi; 4) Memperbaiki akses masyarakat terhadap pelayanan,
peralatan dan material sanitasi serta pembiayaan; 5) Memperbaiki sistem dan
penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi program STBM.(6)
3

Cuci tangan menggunakan sabun dapat kita lakukan pada waktu-


waktu berikut : sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan seseudah
makan, setelah BAK dan BAB, setelah bermain / memberi makan hewan,
setelah membuang ingus, setelah batuk atau bersin, setelah membuang atau
menangani sampah.(5) Cuci tangan pakai sabun sebagai upaya preventif
dalam melindungi diri dari berbagai penyakit menular. Cuci tangan merupakan
teknik dasar yang paling penting dalam pecegahan penularan infeksi berbagai
penyakit seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) dan diare.
Terdapat empat factor utama yang berkaitan dalam derajat kesehatan
seseorang, kelompok dan masyarakat yaitu perilaku, pelayanan kesehatan,
lingkungan dan keturunan atau herediter. Faktor-faktor tersebut memiliki
keterkaitan dalam mempengarui derajat kesehatan masyarakat dan
kesehatan perorangan. Diantara empat faktor tersebut faktor determinan yang
paling berpengaruh besar adalah faktor perilaku manusia dan disusul faktor
lingkungan pada urutan kedua. Hal ini dapat terjadi akibat faktor perilaku
memiliki pengaruh lebih besar dari faktor lingkungan sehingga lingkungan
hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.(7)
Berdasarkan evaluasi program pemberantasan penyakit puskesmas
nangaroro terdapat penderita penyakit yang disebabkan oleh factor
lingkungan seperti ISPA 1870 (9,81%) jumlah penderita diare mengalami
peningkatan mencapai 1.240(6,50%) orang sedangkan di tahun 2018 jumlah
penderita 897 (4,70%) orang dan di tahun 2017 sebanyak 852
(4,46%)penderita. (8)
Pelaksanaan STBM diwilayah puskesmas Nangaroro Kecamatan
Nangaroro yang terdiri dari 19 Desa dimulai dari tahun 2013 didukung oleh
sebuah lembaga sosial masyarakat yakni Plan International. Program STBM
sudah dijalankan disemua desa untuk lima pilar mulai dari proses awal
pemicuan hingga penandatanganan kontrak social oleh kepala Desa. Proses
pengerjaan sarana dimulai berdasarkan tanggal yang tertera di kontrak social
namun hingga November 2019 baru 4 desa yang sudah mencapai 100 %
sedangkan 15 desa lainnya untuk pilar kedua cuci tangan pakai sabun masih
4

dalam tahap monitoring.Progres yang dicapai untuk pilar kedua per Oktober
57 % sudah memiliki sarana cuci tangan pakai sabun 43 % belum memiliki
sarana cuci tangan pakai sabun dari 4.278 kk yang ada di wilayah kerja
puskesmas Nangaroro.
Berdasarkan data tersebut penulis terdorong untuk melakukan
penelitian “ Evaluasi pelaksaan pilar kedua cuci tangan pakai sabun pada
program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Wilayah Kerja
Puskesmas Nangaroro”
B. Rumusan Masalah
Pelaksanaan STBM diwilayah puskesmas Nangaroro Kecamatan
Nangaroro khusus pada pilar kedua sudah berjalan sejak tahun 2013 di
semua Desa namun hingga oktober 2019 hanya 4 (empat) desa yang
mencapai 100 % memiliki sarana CTPS sedangkan 15 desa lainya masih
dalam proses pengrjaan. Progres yang dicapai untuk pilar kedua per Oktober
57 % sudah memiliki sarana cuci tangan pakai sabun 43 % belum memiliki
sarana cuci tangan pakai sabun dari 4.278 kk yang ada di wilayah kerja
puskesmas Nangaroro.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui
pelaksanaan STBM oleh petugas khususnya pilar kedua cuci tangan pakai
sabun di wilayah kerja puskesmas Nangaroro ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi pelaksanaan pilar kedua cuci tangan pakai sabun
pada program sanitasi total berbasis masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Nangaroro.
2. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi input pelaksanaan pilar kedua pada program sanitasi
total berbasis masyarakat (STBM) di wilayah kerja puskesmas
Nangaroro yang meliputi: ketenagaan (sumber daya manusia), dana
5

(anggaran), metode STBM, sistim kebijakan operasional, peralatan


dan Waktu.
b. Mengevaluasi proses pelaksanaan pilar kedua pada program sanitasi
total berbasis masyarakat di wilayah kerja puskesmas Nangaroro
yang meliputi: perencanaan, pemicuan, pemantauan dan evaluasi
serta penyusunan laporan.
c. Mengevaluasi output kondisi akhir dari pilar kedua cuci tangan pakai
sabun pada pelaksanaan program STBM di wilayah kerja puskesmas
Nangaroro yang meliputi: jumlah rumah yang memiliki sarana cuci
tangan pakai sabun .
d. Menggambarkan faktor- faktor penghambat dalam pelaksanaan
program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) terkhusus pada
pilar kedua penerapan cuci tangan pakai sabun diwilayah puskesmas
Nangaroro.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai bahan informasi untuk memperbaiki pelaksanaan program
STBM dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan program-program
yang akan datang
2. Bagi Intitusi Pendidikan
Menambah kepustakaan bahan informasi dan dokumentasi penelitian
mahasiswa yang dapat digunakan dalam pengembangan ilmu kesehatan
masyarakat tentang program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
3. Bagi fasilitator STBM dan sanitarian puskesmas
Sebagai bahan referensi dalam melaksanakan program sanitasi total
berbasis masyarakat (STBM).
4. Bagi peneliti
Menambah wawasan, pengalaman dan keterampilan dalam pelaksanan
program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM).
6

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Lingkup keilmuan
Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah bagian dalam ilmu
Kesehatan masyarakat khususnya pada ilmu Kesehatan Lingkungan.
2. Lingkup masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah dalam pelaksanaan pilar kedua cuci
tangan pakai sabun pada program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
di wilayah kerja puskesmas Nangaroro.
3. Lingkup objek
Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat wilayah kerja puskesmas
Nangaroro dan sanitarian Puskesmas Nangaroro
4. Lingkup metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode evaluasi
dan menggunakan rancangan penelitian diskriptif.
5. Lingkup lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada lingkup wilayah kerja puskemas Nangaroro
Kecamatan Nangaroro.
Penelitian evaluasi pelaksanaan pilar kedua cuci tangan pakai sabun pada
program sanitasi total berbasis masyarakat dilaksanakan pada bulan
November tahun 2019 sampai dengan bulan Juni tahun 2020.

F. Keaslian Penelitian
No Judul Penelitian Peneliti/Tahun Metode Hasil
1. Evaluasi Arum Purposive
pelaksanaan Prastyaningsih/2015 sampling Ketidaksesuaian
sisitem informasi pelaksanaan
manajemen pemantauan
pemantauan dengan pedoman
sanitasi total penyelenggaraan
berbasis Ditjen PP dan PL
masyarakat tahun 2011
7

(STBM) pilar
pertama di
Kabupaten Boyolali
2. Evaluasi Afriani Yorince Hasil penelitian
Pencapaian Blegur/ 2016 Penelitian ini menunjukan
Program Sanitasi merupakan bahwa
Total Berbasis penelitian pelaksanaan
Masyarakat deskriptif program Stop
(STBM) Pilar dengan BABS di desa
Pertama Di pendekatan Kambata Tana
Wilayah Kerja kualitatif dan telah
Puskesmas kuantitatif. dilaksanakan dari
Kawangu Informan tahun 2012
Kabupaten Sumba dikumpulkan hingga saat ini,
Timur melalui akan tetapi belum
wawancara berhasil
mendalam mewujudkan
terhadap104 sebagai desa
informan serta SBS
dilakukan
pengamatan
dan telaah
dokumen

3. Evaluasi program Zidni Nazria/2017 Jenis Hasil penelitian


gerakan 21 hari penelitian yang menunjukkan
cuci tangan pakai digunakan bahwa 61,2%
sabun terhadap dalam siswa sudah
perilaku cuci penelitian ini berperilaku cuci
tangan siswa SD adalah tangan pakai
Al-azhar Semarang penelitian sabun dengan
deskriptif baik, dimana lebih
dengan dari 90% siswa
metode selalu melakukan
kualitatif cuci tangan
kuantitatif. sebelum makan
menggunakan pagi (96,2%),
hasil sebelum makan
wawancara siang (93,8%),
yang diperoleh mencuci tangan
melalui menggunakan air
kuesioner mengalir
terbuka.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi
1. Pengertian evaluasi
Evaluasi berasal dari Bahasa inggris “evaluation’ yang diadopsi dalam
perbendaharaan istilah dalam Bahasa Indonesia dengan tujuan
mempertahankan kata aslinya dengan sedikit menyesuaikan dengan lafal
Indonesia menjadi evaluasi yang diartikan memberikan penilaian dengan
membandingkan sesuatu hal dengan sesuatu tertentu. Pengertian evaluasi
menurut kamus Oxfort Advanced Leaner’s Distionary of Current English
evaluasi adalah upaya untuk menentukan nilai atau jumlah dan dalam
kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab,
menggunakan strategi dan dapat dipertanggungjawabkan.(9)
Evaluasi merupakan bagian yang integral dari sebuah fungsi
manajemen yang didasarkan pada suatu sistim informasi manejemen.
Evaluasi dilakukan karena adanya dorongan untuk mengukur pencapaian
hasil kerja atau suatu kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang
telah ditetapkan.(10)
Evaluasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menghasilkan
informasi tentang nilai-nilai yang telah dicapai dari kebijakan yang telah
dicapai. Fungsi evaluasi untuk memberikan informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai kinerja kebijakan, kebutuhan, nilai dan kesempatan
yang telah dicapai. Evaluasi berfungsi untuk memberikan informasi yang
valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, seberapa jauh
kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dicapai. Evaluasi juga
9

memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik pada nilai-nilai yang


mendasari pemilihan tujuan dan target.(11)
Fungsi evaluasi program sebagai upaya dalam mengumpulkan sebuah
informasi tentang kerjanya program pemerintah sebagai upaya alternatif
yang tepat dalam pengambil sebuah keputusan yang efektif. Evaluasi
program bertujuan sebagai alat yang digunakan dalam memperbaiki sebuah
perencanaan dan pelaksanaan program yang dilaksanakan pada waktu
yang akan datang. Evaluasi juga dapat mengetahui tingkatan
keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui
efektifitas setiap komponen. Evaluasi dilaksanakan pada proses dan
dititikberatkan pada pelaksanaan program, apakah sudah sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan. Penilaian tersebut juga bertujuan untuk
mengetahui metode yang dipilih sudah efektif atau tidak efektif pada
pelaksanaan program.
Tujuan diadakan evaluasi suatu program biasanya bervariasi,
tergantung pada pihak yang memerlukan informasi hasil tersebut. Tujuan
dilakukan evaluasi adalah. Sebagai alat untuk dapat memperbaiki kebijakan
pelaksanaan dan perencanaan program selanjutnya. Hasil dari evaluasi
dapat memberikan gambaran mengenai hambatan pelaksanaan program
yang telah dilaksanakan. Hasil dari evaluasi juga dapat dimanfaatkan
sebagai dasar dalam memperbaiki kebijakan dalam pelaksanaan program
yang akan datang sehingga program tersebut dapat terlaksana dengan lebih
efektif.
a. Sebagai alat yang dapat dimanfaatkan dalam memperbaiki alokasi
sumber dana, sumber daya, manajemen (resources) saat ini serta di
masa yang akan mendatang. Evaluasi dapat membantu mengontrol
terjadi pemborosan penggunaan sumber dana dan sumber daya yang
sehingga dapat digunakan untuk program lain.
b. Sebagai alat yang dapat digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan
suatu program serta perencanaan kembali program tersebut. Kegiatan
yang dilakukan antara lain dengan melakukan pengecekan pada
10

perubahan-perubahan kecil secara terus menerus, melakukan


pengukuran pada kemajuan target yang telah direncanakan, serta
menentukan hal yang mempengaruhi pelaksanaan program baik dari
dalam maupun luar.
2. Fungsi evaluasi
Evaluasi memiliki sejumlah fungsi utama dalam analisa kebijakan.
Beberapa fungsi utama evaluasi antara lain :
a. Evaluasi dapat memberikan informasi mengenai kinerja kebijakan yang
tepat dan dapat dipercaya yaitu melalui tindakan publik seberapa jauh
kebutuhan akan nilai dan kesempatan dapat dicapai. Evaluasi dapat
mengungkapkan seberapa besar pencapaian dari tujuan dan target
tertentu.
b. Evaluasi dapat memberikan kritik dan klarifikasi terhadap nilai-nilai yang
menjadi dasar pemilihan tujuan dan target.
c. Evaluasi dapat memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode
analisa kebijakan lainnya baik perumusan masalah maupun
rekomendasi
3. Jenis evaluasi
Evaluasi secara umum dapat dibagi ke dalam 2 jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif merupakan sebuah evaluasi yang bertujuan untuk
mengubah data serta memperbaiki sebuah program yang sedang
berlangsung dalam sehari-hari, minggu, bulan atau dalam kurun waktu
yang relatif pendek. Evaluasi ini dilakukan pada tahap pelaksanaan
sebuah program. Manfaat utama dari evaluasi formatif adalah untuk
memberikan umpan balik kepada manajer program mengenai hasil yang
dicapai beserta berbagai hambatan yang dihadapi. Sebutan lain dari
evaluasi formatif adalah evaluasi proses atau monitoring.
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi surnatif merupakan evaluasi untuk melihat keseluruhan
hasil dari suatu program yang telah selesai dilakukan. Evaluasi ini
11

dilaksanakan pada tahap akhir dari kegiatan atau beberapa kurun waktu
setelah program dilaksanakan, untuk menilai keberhasilan program
tersebut.(10)
4. Evaluasi Program
Evaluasi program merupakan penilaian terhadap berlangsungnya
sebuah program pemerintah dengan upaya pengumpulan berbagai
informasi untuk dapat memberikan keputusan yang tepat. Salah satu tujuan
dari dilakukannya evaluasi program adalah untuk memperbaiki perencanaan
sebuah program serta pelaksanaan program yang akan datang serta untuk
dapat mengetahui efektifitas tiap komponen dalam program sehingga dapat
menilai secara cermat terlaksananya suatu kebijakan dan juga untuk
mengetahui keefektifan penggunaan metode yang dipilih. Evaluasi terhadap
proses dititikberatkan pada pelaksanaan program, apakah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan atau tidak.
5. Jenis-jenis evaluasi yaitu, yaitu Ruang Lingkup Evaluasi
a. Evaluasi terhadap masukan (input)
Evaluasi input dilakukan saat sebelum program dimulai. Kegiatan ini
bersifat pencegahan dengan tujuan untuk mengetahui apakah pemilihan
setiap sumber daya program telah sesuai dengan kebutuhan. Masukan
(input) terdiri dari :
a) Sumber daya manusia
Sumber daya manusia merupakan suatu aspek yang sangat
penting bagi tercapainya keberhasilan dalam
penyelenggaraan pemerintahan , pelaksanaan pembangunan,
dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
b) Sumber daya dana
Sumber daya dana merupakan suatu aspek yang dapat
menciptakan tambah maupun kurangnya motifasi kerja staf
yang akan mempengarui kinerja sehingga tujuan programpun
tidak tercapai
c) Sarana dan prasarana
12

Sarana atau alat merupakan bagian dari organisasi yang


dibutuhkan untuk menyelanggarakan pelayanan dan
mencapai suatu tujuan. Apabila sarana atau alat tidak sesuai
dengan standar, maka suatu pelayanan yang bermutu akan
sulit dihasilkan
d) Petunjuk pelaksanaan
Kebijakan adalah cara untuk mencapai sasaran tahunan yang
mencakup pedoman, peraturan, dan prosedur yang ditetapkan
guna mendukung usaha pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan. pengawasan program.
b. Evaluasi terhadap proses (process)
Evaluasi terhadap proses dilakukan saat program tengah
berlangsung untuk mengetahui apakah metode yang dipilih benar-benar
efektif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkanEvaluasi terhadap
keluaran adalah evaluasi tehadap hasil yang dicapai dari dilaksnakan
suatu program
c. Evaluasi terhadap keluaran
Evaluasi terhadap keluaran dilakukan pasca pelaksanaan program
untuk mengetahui apakah output serta effect atau outcome program
telah sesuai dengan target pencapaian yang telah ditetapkan.(12)

6. Prosedur Evaluasi
Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya
sendiri walaupun tidak selalu sama tetapi yang paling penting adalah bahwa
prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri dengan menentukan
apa yang dievaluasi mengacu pada program yang dievaluasi. Banyak
terdapat aspek-aspek yang kiranya dapat dan perlu untuk dievaluasi tetapi
biasanya diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi
kegiatan evaluasi kunci sukses.(13)
13

a. Menetukan hal-hal yang dapat dievaluasi, dapat mengacu pada


program, banyak terdapat aspek yang perlu dievaluasi dan
diprioritaskan yang menjadi key success factor.
b. Merancang (desain) kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan
terlebih dahulu menyiapkan data yang dibutuhkan, tahapan-tahapan
kerja yang dilalui, siapa saja yang dilibatkan serta apa saja yang akan
dihasilkan.
c. Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan
pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu
sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan
kebutuhan serta kemampuan.
d. Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut
diolah untuk dikelompokan agar mudah dianalisis dengan
menggunakan alat-alat analisis sesuai, sehingga menghasilkan fakta
yang dapat dipercaya. Selanjutnya membandingkan. Antara fakta dan
harapan/rencana untuk menghasilkan gab. Besar gab disesuaikan
dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.
e. Pelaporan hasil evaluasi. Agar evaluasi dimanfaatkan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan
secara tertulis dan diinformasikan baik secara lisan maupun tertulis.
f. Tindak lanjut evaluasi. Tindak lanjut evaluasi merupakan salah satu
bagian dari fungsi manajemen, oleh karena itu hasil evaluasi hendaknya
dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam
rangka mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat strategi maupun
ditingkat implementasi strategi.

B. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


1. Sejarah sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
14

Di Indonesia sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) merupakan


sebuah program pemerintah yang diterapkan dari keberhasilan
pembangunan sanitasi total dengan menggunakan metode Cummunity Led
Total Sanitasi (CLTS). Metode CTLS berasal dari sebuah evaluasi mengenai
Water Ait dari VER’s (Vilage Education Resourcel) yang dilakukan oleh
Kamal Kar. Berdasarkan evaluasi pada tahun 2000 tersebut diperoleh
sebuah pendekatan CLTS dengan metode PRA. Sejak tahun 2000, melalui
pelatihan langsung dilakukan oleh Kamal Kar dan didukung oleh banyak
lembaga serta dibantu dengan kunjungan berbagai Negara, CTLS telah
menyebar ke organisasi lain di Bangladesh dan Negara-negara lain di Asia
selatan, Asia Tenggara, Afrika, Amerika Latin dan Negara Timur Tengah.(14)
Pada tahun 2005, uji coba pelaksanaan CLTS dilakukan pada 6
Kabupaten di Indonesia. Pada bulan Juni 2006 Departemen kesehatan
mendeklarasikan pendekatan CLTS sebagai strategi nasional untuk program
sanitasi dan dilakukan pada bulan September 2006, saat yang sama pula
beberapa LSM mulai mengadopsi pendekatan CLTS. Mulai bulan Januari
sampai Mei 2007, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Bank dunia
merancang proyek PAMSIMAS di 115 kabupaten di Indonesia. Dalam
rancangannya program ini mengadopsi pendekatan CLTS.(6)
Bulan Juni 2007 merupakan periode yang sangat penting bagi
perkembangan CLTS di Negara Indonesia, karena pemerintah Indonesia
bekerja sama dengan Bank dunia mulai mengimplementasikan sebuah
proyek yang mengadopsi pendekatan sanitasi total yang diberi nama total
Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau sanitasi Total dan
Pemasaran Sanitasi (SToPS) dan pada tahun 2008 diluncurkan Sanitasi
total berbasis masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional.
2. Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Sanitasi total berbasis masyarakat merupakan strategi dan program
untuk menambah prilaku hiygiene dan santasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan. Perilaku hygiene dan sanitasi yang
dimaksut dari program STBM, 1) tidak buang air besar sembarangan; 2)
15

mencuci tangan pakai sabun; 3) mengelolah air minum dan makanan yang
aman; 4) mengelolah sampah dengan benar; 5) mengelolah limbah cair
rumah tangga dengan aman. Perilaku hygiene dan sanitasi tersebut
merupakan rangkaian kegiatan sanitasi total. Selanjutnya rangkaian perilaku
tersebut disebutkan sebagai pilar sanitasi total berbasis masyarakat
(STBM). Kelima pilar STBM tersebut merupakan suatu kesatuan kegiatan,
namun perlu diprioritaskan pilar yang paling mendesak. Prioritas
berdasarkan kriteria 1) luasnya akibat dampak yang ditimbulkan oleh prilaku
itu, 2) kemampuan masyarakat dalam upaya pengendalian, 3) keterdesakan
untuk ditanggulangi, 4) keterdesakan akibat yang akan timbul apabila
persoalan tidak segera ditanggulangi.(3)
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dilakukan melalui
pemberdayaan masyarakat dimana masyarakat sadar, mau dan mampu
untuk melaksanakan sanitasi total yang timbul dari dirinya sendiri, bukan
melalui paksaan. Melalui cara ini diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi
hanya pada saat pelaksanaan program melainkan berlangsung seterusnya.
(6)
Program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) mengajak masyarakat
untuk menjadi pelaksana sekaligus pengawas proses pelaksanaan program
tersebut. Selain itu masyarakat juga dilibatkan secara langsung dalam
menentukan strategi yang tepat dalam pelaksanaan program STBM dengan
difasilitasi oleh kader atau team STBM. Hal ini dimaksud agar tujuan dari
program tersebut dapat dicapai dengan baik.(15)
Metode yang digunakan dalam program sanitasi total berbasis
masyarakat dengan metode pemicuan. Metode pemicuan ini dilaksanakan
oleh team fasilitator yang telah dilatih dengan cara memicu masyarakat
dalam lingkup kemunitas terlebih dahulu untuk memperbaiki sarana sanitasi
sehingga tercapai tujuan dalam memperkuat budaya prilaku hidup bersih
dan sehat pada masyarakat dan mencegah terjadinya penyakit-penyakit
yang berbasis lingkungan. Faktor-faktor yang harus dilakukan pemicuan
antara lain rasa jijik, rasa malu, takut sakit, aspek agama, privacy, dan
kemiskinan. Setelah dilakukan pemicuan faktor tersebut terlaksana,
16

dibentuknya komite dari komunitas tersebut. Komite dibentuk untuk rencana


aksi dari masyarakat yang terpicu dapat berjalan dengan baik. Selain itu
monitoring dari team fasilitator juga harus dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Kegiatan tersebut dilakukan terus-menerus sampai tercapai kondisi
desa bebas buang air besar sembarangan ODF (Open Defecation Free).
3. Komponen STBM
Dalam mewujutkan ke 5 pilar STBM tersebut, STBM menetapkan
strategi utama yang harus melembaga sebagai dasar pengembangan.
Strategi utama dalam pelaksanaan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang
saling mendukung satu dengan yang lain yaitu: (1) penciptaan lingkungan
yang kondusif, (2) peningkatan kebutuhan Sanitasi, dan (3) peningkatan
penyediaan akses sanitasi. Apabila salah satu dari strategi/komponen STBM
tersebut tidak ada maka proses pencapaian program STBM tidak maksimal.

4. Pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)


Masyarakat menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan
berpedoman pada Pilar STBM. Pilar STBM ditujukan untuk memutus mata
rantai penularan penyakit dan keracunan. Pemerintah merubah pendekatan
pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan
penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya
ungkit terjadinya perubahan perilaku hiegenis dan peningkatan akses
sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi berbasis total masyarakat yang
menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku hiegenis. Pelaksanaan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih
baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup
bersih dan sehat.
Pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) terdiri atas perilaku :
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air
besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana
17

sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi


fasilitas sanitasi yang memenuhi standard an persyaratan kesehatan
yaitu :
1) Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan
yang berbahaya bagi manusia.
2) Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada
pemakai dan lingkungan sekitarnya. (5)
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan perilaku cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
Perilaku pengolahan air layak minum dan makanan yang aman dan
bersih secara berkelanjutan dan menyediakan dan memelihara tempat
pengolahan air minum dan makanan rumah tangga yang sehat.
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Masyarakat dapat membudayakan perilaku memilah sampah rumah
tangga sesuai dengan jenisnya dan membuang sampah rumah tangga di
luar rumah secara rutin, melakukan pengurangan (reduce), penggunaan
kembali (reuse), dan pengolahan kembali (recycle), dan menyediakan
dan memelihara sarana pembuangan sampah rumah tangga di luar
rumah.
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Masyarakat dapat melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah
tangga melalui sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah,
menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair rumah
tangga, dan memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah
cair rumah tangga.
5. Pelaksanaan STBM
a. Tahapan perencanaan
Tahap perencanaan terdiri dari
1) Analisis situasi dan identifikasi masalah
18

Bersama masyarakat mengidentifikasi masalah yang terjadi di


Kabupaten Nagekeo terutama tentang kejadian diare atau penyakit
yang berbasis lingkungan yang cukup tinggi. Identifikasi masalah
dilakukan dengan menemukan suatu kesenjangan antara apa yang
diharapkan atau yang telah direncanakan.
Analisa situasi adalah telaah dari keadaan yang ada saat
sekarang dan merupakan awal dari penerapan manejemen program
kesehatan. Analisa situasi menjadi suatu hal yang sangat penting
dalam suatu proses perencanaan sebab analisa yang tepat dapat
mendefinisikan masalah sesuai realita yang kita harapkan
(supriyanto dan damayanti 2007).
Dalam tahap perencanaan petugas memfasilitasi masyarakat
untuk mengenal sendiri masalah kesehatan lingkungan yang ada di
desa/kelurahannya.
2) Perencanaan waktu, tempat, dan sasaran pemicu
Waktu, tempat dan sasaran pemicuan dilakukan berdasarkan
kesepakatan bersama dengan masyarakat desa/kelurahan dan
tokoh masyarakt serta lembaga yang terkait.
3) Membentuk fasilitator tingkat desa
Sosialisasi STBM dan peningkatan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan stop BABS memerlukan tenaga fasilitator yang
handal, trampil dan memahami prinsip fasilitasi yang benar. Tugas
utama fasilitator adalah mempersiapkan dan melakukan pemicuan
pada masyarakat. Proses pembentukan fasilitator dilakukan melalui
seleksi dan dilanjutkan dengan pelatihan. Pelatihan terdiri dari TOT
(training of trainers) bagi pelatih serta pelatihan bagi fasilitator.
Substansi dari pelatihan adalah keterampilan, pengetahuan dan
sikap sebagai fasilitator serta langka pemicuan untuk STBM.
4) Advokasi kepada tokoh masyarakat
Advokasi merupakan upaya persuasi yang mencakup kegiatan
penyadar dan rasionalisasi yang dilakukan dengan orang atau pihak
19

yang dianggap memiliki pengaruh terhadap keberhasilan suatu


program atau kegiatan yang dilaksanakan. Tujuan umum dari
advokasi adalah memperoleh komitmen dan dukungan dalam upaya
kesehatan berupa kebijakan, tenaga, dana, saran, kemudahan,
keikutsertaan dalam kegiatan maupun berbagai bentuk lainnya
sesuai dengan situasi dan kondisi.(16)
Advokasi dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan dukungan
dari pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan para
penyandang dana agar setiap stakeholder yang terlibat dalam
kegiatan tersebut dapat memahami prinsip-prinsip dalam kegiatan
STBM. Dengan demikian sebelum dilakukan pemicuan para tokoh
masyarakat terlbih dahulu diberikan kesadaran dan pemahaman
tentang konsep STBM. Upaya melibatkan tokoh masyarakat
diharapkan adanya kontribusi dalam pelaksanaan program mulai
dari perencanaan sampai terwujudnya desa ODF.(17)
5) Membentuk forum diskusi
Pembentukan forum diskusi dilakukan untuk mendiskusikan
masalah berdasarkan analisa dan identifikasi masalah kesehatan
lingkungan yang ditemukan di masyarakat dengan melibatkan
masyarakat, dan berbagai piihak yang terkait dalam pelaksanaan
program STBM.
b. Tahapan pelaksanaan/pemicuan
Proses pemicuan dilakukan satu kali dalam priode tertentu, dengan
lama pemicuan Antara 1-3 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari
informasi yang terlalu banyak dan dapat membuat bingung masyarakat.
Pemicuan dilakukan berulang sampai sejumlah orang terpicu. Orang
yang terpicu adalah orang yang tergerak dengan spontan dan
menyatakan untuk merubah prilaku. Sang pelopor perubahan biasanya
disebut dengan natural leader. Tahap-tahap pelaksanaan pemicuan
STBM terdiri dari :
1) Pengantar pertemuan
20

a) Memperkenalkan diri beserta semua anggota tim dan


membangun hubungan setara dengan masyarakat yang dipicu.
b) Menjelaskan tujuan keberadaan kader atau fasilitator. Tujuannya
adalah untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
c) Menjelaskan kader atau fasilitator akan banyak bertanya dan
meminta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan jujur.
d) Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau fasilitator bukan
untuk membawa bantuan dalam bentuk apapun melainkan untuk
belajar.
2) Pencairan suasana
a) Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana akrap
antara fasilitator dengan masyarakat sehingga masyarakat akan
terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi di kampung
tersebut.
b) Pencairan suasana bisa dilakukan dengan permainan yang
menghibur, mudah dilakukan oleh masyarakat dan dapat
melibatkan banyak orang.
3) Identifikasi istilah tentang sanitasi
a) Fasilitator atau kader dapat memulai dengan pertanyaan,
misalnya “siapa yang melihat atau mencium bau kotoran
manusia pada hari?” “siapa yang BAB tempat terbuka hari ini?”
b) Kemudian itu sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB
dan kotoran manusian dengan Bahasa setempat yang kasar,
misalnya “berak” untuk BAB dan “tai” untuk kotoran manusia.
Gunakan kata-kata ini selama proses analisis.
4) Pemetaan sanitasi
a) Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan
sederhana yang dilakukan oleh masyarakat untuk menentukan
lokasi rumah, sumber daya yang tersedia dan permasalahan
21

sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu terjadinya diskusi dan


dilakukan di ruangan terbuka yang cukup lapang.
b) Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi (daun, batu,
batang kayu, dan lain-lain) untuk membuat peta.
c) Memulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung,
jalan desa, lokasi Pemicuan, lokasi kebun, sawah, kali,
lapangan, rumah penduduk (tandai mana yang punya dan yang
tidak punya jamban, sarana cuci tangan, tempat pembuangan
sampah, saluran limbah cair rumah tangga).
d) Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya digunakan untuk
membuang tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga.
Selanjutnya membuat garis dari lokasi pembuangan ke rumah
tangga.
e) Melakukan diskusi tentang peta tersebut dengan cara meminta
peserta untuk berkelompok sesuai dengan dusun/RT Minta
mereka mendiskusikan dusun/RT mana yang paling kotor?
Mana yang nomor 2 kotor dan seterusnya. Catat hasil diskusi di
kertas dan bacakan.
f) Memindahkan pemetaan lapangan tersebut kedalam kertas
flipchat atau kertas manila karton, karena peta ini akan
dipergunakan untuk memantau perkembangan perubahan
perilaku masyarakat.
5) Penelusuran wilayah
a) Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil
melakukan pengamatan, bertanya dan mendengar.
b) Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair
rumah tangga dan kunjungi rumah yang sudah memiliki fasilitas
jamban, cuci tangan, tempat pembuangan sampah dan saluran
pembuangan limbah cair.
22

c) Penting sekali untuk berhenti di lokasi pembuangan tinja,


sampah, limbah cair rumah tangga dan luangkan waktu di
tempat itu untuk berdiskusi.
6) Diskusi dengan masyarakat
a) Alur kontaminasi
i. Menanyakan gambar-gambar yang menunjukkan alur
kontaminasi penyakit.
ii. Tanyakan: Apa yang terjadi jika lalat-lalat tersebut hinggap di
makanan anda? Di piring anda? Di wajah dan di bibir anak
kita?
iii. Kemudian tanyakan: Jadi apa yang kita makan bersama
makanan kita?
iv. Tanyakan: Bagaimana perasaan anda yang telah saling
memakan kotorannya sebagai akibat dari BAB di sembarang
tempat?
v. Fasilitator tidak boleh memberikan komentar apapun, biarkan
mereka berfikir dan ingatkan kembali hal ini ketika membuat
rangkuman pada akhir proses analisis.
b) Simulasi air yang terkontaminasi
i. Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah
seorang anggota masyarakat untuk minum air tersebut.
Lanjutkan ke yang lainnya, sampai mereka yakin bahwa air
tersebut memang layak diminum.
ii. Minta I helai rambut kepada salah seorang peserta,
kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja yang ada di
sekitar kita, celupkan rambut ke air yang tadi diminum oleh
peserta.
iii. Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali
air yang telah diberi dicelup rambut bertinja. Minta juga
peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan:
Kenapa tidak yang ada berani minum?
23

iv. Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu


mereka bahwa lalat mempunyai 6 kaki yang berbulu.
Tanyakan: Apakah lalat bisa mengangkut tinja lebih banyak
dari rambut yang dicelupkan ke air tadi?
7) Menyusun rencana program pembangunan jamban sehat
a) Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah,
dorong mereka untuk mengadakan pertemuan untuk membuat
rencana aksi.
b) Pada saat Pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan
muncul menjadi natural leader.
c) Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi pimpinan
kelompok, memicu orang lain untuk mengubah perilaku.
d) Tindak lanjut setelah Pemicuan merupakan hal penting yang
harus dilakukan, untuk menjamin keberlangsungan perubahan
perilaku serta peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus
menerus.
e) Mendorong natural leader untuk bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana aksi dan perubahan perilaku terus
berlanjut.
f) Setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM (minimal
pilar 1), masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika
perlu memasang papan pengumuman. Untuk menjamin agar
masyarakat perlu membuat aturan local, contohnya denda bagi
anggota masyarakat yang masih BAB di tempat terbuka.
g) Mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan
perilaku hygiene dan sanitasi sampai tercapai Sanitasi Total.
c. Pemantauan dan evaluasi
Tahapan pelaksanaan pemantauan program STBM
1) Pemantauan di desa/kelurahan dilakukan oleh fasilitator untuk
melihat perkembangan kegiatan Pemicuan di masyarakat dan
mengumpulkan data dasar STBM. Hasil dari pemantauan berupa
24

data dasar dan kemajuan akses sanitasi tentang proses Pemicuan


yang selanjutnya dicatat dan didokumentasi dalam bentuk peta
sosial masyarakat, terbentuknya tim kerja masyarakat di
desa/kelurahan, dan rencana kerja masyarakat.
2) Pemantauan dan evaluasi di Kecamatan dilakukan oleh tenaga
kesehatan Puskesmas, untuk melakukan kompilasi Pemicuan,
rencana kerja masyarakat, dan aktifitas tim kerja masyarakat.
Selanjtnya tenaga kesehatan Puskesmas melakukan pendampingan
terhadap masyarakat yang terpicu agar mampu melaksanakan
rencana kerjanya dan melaporkan hasil kemajuan akses sanitasi
masyarakat di wilayah kerjanya.
3) Pemantauan dan evaluasi di Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memperoleh gambaran tentang
kemajuan Pemicuan, implementasi rencana kerja masyarakat dan
aktivitas natural leader, kondisi masyarakat yang tidak BABS serta
upaya percepatan menuju desa/kelurahan STBM
4) Pemantauan dan evaluasi di Provinsi dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi untuk memperoleh gambaran tentang upaya
dalam percepatan desa/kelurahan STBM pada Kabupaten/Kota.
5) Pemantauan dan evaluasi di Pusat dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan
kabupaten/kota serta provinsi dalam menerapkan pendekatan
STBM dalam rangka mencegah dan memutus mata rantai penularan
penyakit berbasis masyarakat. (3)
d. Penyusun laporan
Teknik pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi STBM dapat
dilakukan dengan cara :
1) Sanitarian Puskesmas mengirimkan data ke layanan pesan singkat
(sms) server di Kementerian Kesehatan, SMS yang masuk di server
akan diverifikasi oleh sistem berdasarkan riwayat data sebelumnya,
apabila sistem menemukan kesalahan/meragukan, sistem akan
25

mengirim SMS kepada sanitarian untuk klarifikasi, namun sebaliknya


data akan dikirim ke website server.
2) Petugas pemantauan di kabupaten akan masuk ke menu (control
panel) kabupaten melalui situs STBM, dan masuk pada menu isi
data. Sistem akan mengenali data desa/kelurahan yang terhubung
dengan database pengirim berdasarkan wilayah kerjanya sebagai
penanggung jawab pemantauan. Data dari dua cara perekaman
sistem pemantauan akan disimpan dalam database server melalui
situs dan melalui SMS akan dilakukan sinkronisasi dalam dua
database utama yaitu dasar dan data kemajuan.(3)
6. Indikator pilar pertama STBM
a. Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM
Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah melaksanakan
STBM adalah
1) Minimal telah ada intervensi melalui Pemicuan di salah satu dusun
dalam desa/kelurahan tersebut.
2) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi
intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu
(natural leader) ataupun bentuk kelompok masyarakat.
3) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, kelompok masyarakat
menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai
komitmen perubahan perilaku pilar STBM, yang telah disepakati
bersama.
b. Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang air besar Sembarangan)
Indikator suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah mencapai status SBS
adalah:
1) Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan
membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk
di sekolah).
2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
26

3) Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat


untuk mencegah BAB di sembarang tempat.
4) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.
5) Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai sanitasi
total.
c. Desa/Kelurahan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) .(3)
Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan sebagai
Desa/Kelurahan sudah mencapai sanitasi total berbasis masyarakat
(STBM) adalah Desa/Kelurahan tersebut telah mencapai 100% dari 5
(lima) Pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM).
7. Hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian diare
Epidemiologi diare atau penyebaran diare sebagian besar disebabkan
karena faktor lingkungan dan sanitasi yang buruk. Lingkungan yang tidak
bersih tersebut bisa menjadi pemicu munculnya bakteri-bakteri penyebab
diare dalam tubuh manusia. Berikut adalah berbagai faktor mempengaruhi
kejadian diare diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan,
pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan prilaku masyarakat.(18)
Kejadian diare erat kaitannya dengan prilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah
kebersihan lingkungan dan perorangan seperti kebersihan putting susu,
kebersihan botol susu dan dot susu, maupun kebersihan air yang digunakan
untuk mengelola susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak
diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan,
faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu masalah kesehatan.
(18)

Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insidens diare lebih tinggi


pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan
faktor prilaku orang tua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu
yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah baung
air besar atau membuang tinja anak.
27

Masyarakat yang masih sangat kurang menjaga kebersihan, masih


berprilaku tidak mencuci tangan menggunakan sabun, penduduk padat
sehingga sulit untuk membuat septic tank, sulit untuk membuat
penampungan saluran limbah cair rumah tangga, hingga pembuanganpun
disatukan dalam saluran got yang dimana kondisi keadaan terbuka
mendukung lingkungan yang tidak bersih, dapat menimbulkan virus, dan
bakteri sehingga menjadi media transmisi penyebaran penyakit diare.(19)
8. Buang Air Besar Sembarangan Ditinjau dari Kesehatan Lingkungan
Ekskreta manusia terutama fases merupakan hasil akhir dari proses
yang berlangsung dalam tubuh manusia dimana terjadi pemisahan dan
pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Ditinjau dari
kesehatan lingkungan, fases dapat menjadi masalah apabila dalam
pembuangannya tidak baik dan sembarangan. Buang air besar
sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, udara,
makanan, dan perkembangbiakan lalat. Penyakit yang dapat terjadi akibat
kontaminasi tersebut antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera,
penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi
gastrointestinal lain, serta infeksi parasite lain. Penyakit tersebut dapat
menjadi beban kesakitan pada komunitas dan juga menjadi penghalang bagi
tercapainya kemajuan di bidang sosial dan ekonomi. Pembuangan kotoran
manusia yang baik merupakan hal yang mendasar bagi keserasian
lingkungan.(20)
Faktor yang mendorong kegiatan pembuangan tinja secara
sembarangan antara lain tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan
di bidang kesehatan lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam
pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke genarasi.
Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia
sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara,
antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran.
Terjadinya proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :
1. Kuman penyebab penyakit
28

2. Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab


3. Cara keluar dari sumber
4. Cara berpindah dari sumber ke inang
5. Cara masuk ke inang yang baru
6. Inang yang peka (susceptible)
9. Kaitan stop buang air besar sembarangan dengan penyakit diare
Buang air besar sembarangan dapat menyebabkan penyebaran
berbagai penyakit. Tinja yang terinfeksi dapat mencemari air tanah atau
permukaan air tanah sehingga terkontaminasi bibit penyakit dari tinja, dan
dikonsumsi oleh manusia. Selain itu bisa juga tinja yang terinfeksi dihinggap
oleh lalat, kecoak, kemudian lalat dan kecoak merayap atau hinggap di
makanan atau tempat meletakkan makanan seperti piring dan sendok yang
digunakan untuk makan.(21) Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Pokja
Air Minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) diketahui, Jika program Stop
Buang air besar sembarangan dapat menurunkan kasus diare. Dengan
program sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama stop buang
air besar sembarangan kasus diare dapat menurunkan 94 %.(22)
Prilaku stop buang air besar sembarangan diikuti dengan pemanfaatan
sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Pengalaman dibeberapa
Negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai
dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare.
Pemanfaatan jamban sehat menjadikan lingkungan menjadi bersih, sehat
dan tidak berbau. Jamban dapat mencegah pencemaran sumber air yang
ada disekitarnya. Jamban juga tidak mengundang datangnya vector
pembawah penyakit seperti lalat atau serangga lainnya yang dapat
menularkan diare, kolera, disentri, typus, kecacingan, penyakit saluran
pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.(23)
Sumber terjadinya penyakit, dengan melihat transmisi penyakit melalui
tinja adalah tinja. Dengan demikian untuk memutus terjadinya penularan
penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan.
29

Tersedianya jamban merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar


dan dapat memutus rantai penularan penyakit.(24)
Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan
sebagai tempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas
pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi ke badan air, kontak antara
manusia dan tinja, bau yang tidak sedap, membuat tinja tidak dapat
dihinggapi serangga, serta binatang lainnya, dan konstruksi dudukannya
dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan.

C. Cuci Tangan Pakai Sabun


1. Pengertian Cuci Tangan Pakai Sabun
Menurut Kusnoputranto (2010), kebersihan perseorangan (hygiene)
adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempengaruhi kondisi lingkungan
terhadap kesehatan manusia. Mencuci tangan adalah kegiatan
membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari
kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan
kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum baunya. Mencuci
tangan merupakan kebiasaan sederhana yang sangat penting untuk
dilakukan, karena mempunyai manfaat yang sangat penting untuk mencegah
penularan penyakit yang diakibatkan oleh kuman atau bakteri yang menular
melalui tangan.
Menurut Depkes, CTPS adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh
manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci
tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan
penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Penggunaan sabun
selain membantu singkatnya waktu cuci tangan dengan menggosok jemari
dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak
minyak/lemak/kotoran di permukaan kulit, erta meninggalkan bau wangi.
Perpaduan kebersihan, bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif
yang diperoleh setelah menggunakan sabun.
30

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi


dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun
oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi
agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu
orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak
langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dengan
kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain seperti ingus, dan
makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun
dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasite pada orang lain yang tidak
sadar bahwa dirinya sedang ditularkan.(25)
CTPS merupakan kebiasaan yang bermanfaat untuk membersihkan
tangan dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang
merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan beberapa
peralatan berikut : sabun antiseptic, air bersih, dan handuk atau lap tangan
bersih. Untuk hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan selama 20 –
30 detik. Menurut WHO, terdapat dua teknik mencuci tangan, yaitu mencuci
tangan dengan sabun dan mencuci tangan dengan larutan berbahan dasar
alkohol.
2. Tujuan CTPS
Tujuan utama mencuci tangan adalah membersihkan dan membunuh
kuman penyebab penyakit yang berada di tangan, guna mencegah terjadinya
penyakit pada seseorang dan mengurangi kejadian penularan penyakit lewat
tangan.
3. Lima Hal Penting Harus Memiliki Kebiasaan CTPS
a. Cuci tangan pakai air saja tidak cukup
Cuci tangan dengan menggunakan air saja merupakan hal yang umum
dilakukan di seluruh dunia. Kebiasaan ini sangat kurang efektif disbanding
CTPS. Sabun dapat meluruhkan lemak dan kotoran yang mengandung
31

kuman dengan cara digosokkan, dan tangan pun menjadi harum. Dengan
penggunaan yang benar, sabun memiliki efektifitas dalam meluruhkan
kuman-kuman penyebab penyakit.
b. Saat paling penting untuk CTPS
Tangan adalah anggota tubuh yang paling sering bersentuhan dengan
benda disekitar dan sela[ut benda (mata). Tangan adalah salah satu jalur
utama bibit penyakit masuk kedalam tubuh. Karena itu CTPS sangat penting
untuk dilakukan pada saat-saat sebelum makan pagi, sebelum makan siang,
sebelum makan malam, dan setelah dari toilet. Selain itu mandi
menggunakan sabun sangat efektif untuk meluruhkan kuman-kuman di
bagian tubuh selain tangan.(11)
c. CTPS dapat menjadi perlindungan 10 masalah kesehatan karena
kuman
CTPS dapat mencegah minimal 10 masalah kesehatan karena kuman,
yaitu: radang tenggorokan, masalah saluran pernafasan, disentri, diare,
iritasi kulit, biang keringat, mata merah, jerawat, bau badan, tipus.
Berdasarkan studi penelitian oleh Curtis V. Caimcross, mencuci tangan
pakai sabun dapat menurunkan risiko diare hingga 47%.
d. CTPS adalah kegiatan preventif yang paling murah dan efektif
CTPS merupakan cara yang sederhana dan paling murah yang dapat
dilakukan tanpa memerlukan biaya berlebih atau teknologi, bahkan di
masyarakat kumuh sekalipun. Kampanye CTPS sangat murah jika
dibandingkan dengan bentuk pencegahan penyakit lainnya. Manfaat
kesehatan dari investasi US$3,35 dalam promosi CTPS setara dengan
manfaat kesehatan dari investasi dalam promosi saluran air dan sanitasi
yang mencapai lebih dari US$200. Selain itu Bank Dunia (World Bank)
mencatat Negara sedikitnya menghemat Rp. 33 miliar setiap tahun bila
CTPS dibudayakan. Ongkos ekonomi itu ditimbulkan hanya dari akibat
penyakit diare dan cacingan. Selain itu, biaya bukan merupakan kendala
bagi kampanye CTPS karena hamper semua rumah tangga diseluruh dunia
32

memiliki sabun dan bisa mengupayakan berbagai cara untuk mengadakan


sarana air mengalir untuk mencuci tangan.(5)
e. CTPS berdampak pada bidang pendidikan
CTPS juga berdampak pada bidang pendidikan karena diare
menyebabkan anak-anak kerap tidak bisa masuk sekolah. Penelitian di luar
negeri menunjukkan CTPS di waktu penting dapat membantu mengurangi
absensi sekolah sekitar 42 persen. Di Indonesia, hasil penelitian lembaga
swadaya masyarakat (LSM) Spektra terhadap 550 siswa di 11 kabupaten di
Jawa Timur, dengan perilaku cuci tangan pakai sabun terutama sebelum
makan dapat menurunkan tingkat absensi anak akibat sakit diare hingga
11%.
4. Peralatan dan Perlengkapan Mencuci Tangan Pakai Sabun
Menurut Dahlan dan Umrah, peralatan dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan adalah :
a. Sabun biasa atau antiseptik.
Sabun dan detergen merupakan produk-produk pembersih (berbentuk
batangan, cair, selebaran atau bubuk) yang menurunkan tegangan
permukaan sehingga membantu membuang kotoran, debu dan
mikroorganisme sementara dari kedua belah tangan. Sabun biasa
membutuhkan friksi (penggosokan) untuk membuang mikroorganisme
secara mekanik sedangkan sabun antiseptik juga membunuh atau
menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme.
Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci
tangan menggunakan sabun anti microbial, iritasi kulit jauh lebih rendah
apabila menggunakan sabun biasa. Cuci tangan sebaiknya dilakukan
sebelum memeriksa/kontak langsung dengan pasien, sebelum memakai
sarung tangan bedah steril/DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi), setelah kedua
tangan terkontaminasi (memegang instrument yang kotor dan alat lainnya,
menyentuh lendir, darah, kontak yang lama dan intensif dengan pasien
setelah melepas sarung tangan.
b. Handuk bersih.
33

c. Wastafel atau air mengalir.


5. Prosedur atau Langkah Cara Cuci Tangan Paka Sabun yang Benar
Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air
yang mengalir. Sedangkan menurut Depkes, langkah-langkah teknik
mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut :
a. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
Sebelum melakukan cuci tangan pakai sabun tangan terlebuh dahulu
harus kita basahi dengan air bersih yang mengalir karena dengan air yang
bersih dan mengalir akan membantu membersihkan kuman yang ada di
tangan, serta memudahkan sabun terurai menjadi busa.
b. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan.
Menggunakan sabun saat mencuci tangan diketahui sebagai salah satu
upaya pencegahan penyakit dan penularan penyakit. Hal ini dilakukan
karena tangan merupakan agen yang membawa kuman dan menyebabkan
patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak tidak
langsung maupun kontak langsung (menggunakan permukaan lain seperti
handuk dan gelas).(5)
Bila tidak mencuci tangan menggunakan sabun, dapat menularkan
infeksi pada diri sendiri terhadap bakteri dan virus dengan memegang
bagian hidung, mata dan mulut. Selain itu juga dapat menyebarkan atau
menularkan bakteri kepada orang lain. Penyakit infeksi biasanya terjangkit
melalui kontak tangan ke tangan termasuk flu dan common cold. Pada
tangan yang kurang bersih tidak hanya dapat menyebabkan ISPA dan diare
tetapi juga dapat menimbulkan penyakit terkait infeksi bakteri Salmonella
dan E.coli.
c. Gosokkan kedua telapak tangan.
Telapak tangan merupakan area yang banyak terkontaminasi dengan
kuman saat kita memegang benda yang kotor ataupun saat kita bersin.
Punggung tangan juga mempunyai area yang luas sehingga banyak
kemungkinan sebagai tempat kuman saat kita menyeka keringan maupun
tersentuh oleh benda yang kotor.
34

d. Gosokkan sampai ke ujung jari.


e. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya)
dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan
kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
f. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling
mengunci.
g. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar.
Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
h. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan
gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
i. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan
memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
Pada poin d sampai i untuk langkah-langkah cuci tangan pakai sabun
menjelaskan bahwa sela jari juga perlu digosok karena dia area tersebut
juga sebagai tampat kuman bersembunyi. Kuku juga perlu dibersihkan
karena kuku yang kotor juga sebagai tempat kuman bersarang, kuku dan
ujung jari merupakan area yang paling sering digunakan untuk menyentuh
berbagai macam benda, baik itu benda bersih maupun benda yang terkena
kotoran.
j. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
Setelah melakukan cuci tangan pakai sabun tangan kita harus bersihkan
sabun dari kedua tangan dengan air bersih yang mengalir karena dengan air
yang bersih dan mengalir akan membantu membersihkan sisa busa sabun
dan kotoran yang ada di tangan dengan maksimal.
k. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue/lap/handuk dan bila
menggunakan kran, tutup kran dengan tissue.
Proses mengeringkan tangan secara seksama setelah mencuci tangan
adalah hal terpenting dengan tujuan untuk mengurangi perpindahan bakteri
ke tangan. Hal ini disebabkan karena transmisi bakteri lebih mungkin terjadi
pada tangan yang basah dibandingkan tangan yang kering.(7)
6. Kesalahan Cuci Tangan yang Sering Terjadi
35

a. Memegang kembali pemutar atau penutup kran dengan jari tangan.


b. Mengeringkan tangan yang sudah dicuci dengan benar menggunakan lap
yang tidak steril lagi.
c. Memegang sesuatu lain setelah cuci tangan menjelang makan atau
memegang makanan.
7. Hubungan Cuci Tangan dengan Kesehatan
Menurut Depkes, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci
tangan dengan sabun adalah :
a. Diare, menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-
anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait
menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka
penderita diare hingga separuh. Penyakit diare sering kali diasosiasikan
dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan
juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena
kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini.
Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk
mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang
terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci
terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor.(19)
b. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-
anak balita. Mencuci tangan dengan sabun menguranggi angka infeksi
saluran pernapasan ini dengan dua langkah : dengan melepaskan patogen-
patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak
tangan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama
virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala
penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bakwa praktik-
praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi.
c. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah
membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan
penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit
36

kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis
dan trichuriasis.(25)

D.Puskesmas
1. Konsep Puskesmas
Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
tingkat pertama di suatu wilayah. Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat dan sangat strategis dalam upaya meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Sebagai sarana pelayanan kesehatan
pemerintah, puskesmas wajib memberikan pelayanan yang bermutu,
terjangkau, adil dan merata bagi semua masyarakat.(26)
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok.(27)
2. Fungsi Puskesmas
a. Penyelenggara UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menjalankan fungsi sebagai penyelenggara UKM,
puskesmas memiliki wewenang antara lain:
1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan.
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
4) Menggerakan masyarakat untuk mengidentifikasikan dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
37

perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain


terkait.
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas.
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan.
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap
akses, mutu dan cakupan pelayanan kesehatan.
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan
respon penanngulangan penyakit.
b. Penyelenggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menjalankan fungsi sebagai penyelenggara UKP,
puskesmas memeiliki wewenang antara lain:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif.
3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.
6) Melaksanakan rekam medis.
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses pelayanan kesehatan.
8) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
38

9) Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas


pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan sistem rujukan.

E. Sistem dan berpikir sistem kesehatan


1. Pengertian
Sistem berasal dari bahasa latin  systēma dan bahasa Yunani sustēma
yaitu suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Secara
sederhana, suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau
himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling
berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan terpadu. Sistem juga
merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada
dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak.(28)
Berpikir sistemik (systemic thinking) didefinisikan sebagai hal yang
lebih kearah proses memahami dan berpikir bagaimana agar kita
memandang suatu sistem dalam perspektif yang lebih luas, melihat
keseluruhan pola berbagai macam  komponen di dalam sistem tadi saling
mempengaruhi satu sama lain dalam suatu kesatuan. Contohnya di dalam
suatu organisasi, bagaimana kita memahami suatu sistem yang terdiri dari
orang – orang, struktur dan proses dapat saling bekerja sama agar membuat
organisasi tersebut dapat bekerja dengan baik atau tidak baik.(28)
Dengan berpikir sistemik, kita akan diarahkan untuk melihat suatu
permasalahan sebagai bagian dari suatu sistem secara luas, bukan sebagai
suatu bagian spesifik yang terpisah.  Dengan demikian, akan lebih mudah
dalam mengidentifikasi isu – isu yang ada di suatu sistem / organisasi
kemudian berusaha berpikir lebih luas dan jangka panjang tentang
bagaimana mengatasi permasalahan tersebut.
2. Komponen sistem
Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat komponen:
39

a. Objek
Berupa bagian, elemen, ataupun variabel
b. Atribut
Menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.
c. Hubungan internal
Hubungan diantara objek-objek didalamnya
d. Lingkungan
Tempat dimana sistem itu berada.(28)
3. Konsep sistem
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan,
masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik
serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang
membentuk sebuah sistem :
a.    Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), baik hanya satu atau mungkin
banyak. Tujuan inilah yang menjadi motivasi yang akan mengarahkan
sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu
saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.(2)
b.    Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam
sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat
berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak
tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah,
sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi. Input berupa
komponen – komponen yang membentuk suau kesatuan yang akan
diproses ini, diklasifikasikan berdasar kegunaannya dalam sistem
tersebut, yaitu :
a) Komponen esensial
Merupakan komponen yang penting dan harus ada dalam
menjalankan fungsi dan mencapai tujuan dari sistem tersebut.
b)  Komponen aksesoris
40

Merupakan komponen yang boleh ada, namun tidak vital dalam


fungsi suatu sistem menjalankan tugasnya.
c.    Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau
transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih
bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa
hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau
limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada
rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.
d.    Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem
Kesehatan, keluaran bisa berupa kesembuhan pasien atau malah
perburukan kondisi pasien.
e.    Batas

Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem


dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan
konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh,
rumah sakit memiliki aturan – aturan yang mengatur jalannya fungsi
sistem di rumah sakit tersebut. Tentu saja batas sebuah sistem dapat
dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem.
Sebagai contoh, dengan memilih program – program prefentif dan
mengeliminasi program yang kurang di butuhkan saat itu, rumah sakit
dapat menghindar dari adanya keterbatasan biaya.
f.     Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan
menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan
balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses.
Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan
tujuan.

g.    Lingkungan
41

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem.


Lingkungan bisa berpengaruh terhadap fungsi suatu sistem, dalam arti
bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang
merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak
mengganggu kelangsungan fungsional sistem, sedangkan yang
menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap
kelangsungan hidup sistem.

4. Peran Berpikir Sistemik Dalam Sistem Kesehatan


Adanya tanggung jawab besar dalam memajukan kesehatan
masyarakat, membuat pemerintah menjadi konsen pada sistem kesehatan.
Berbagi upaya telah dilakukan namun dari tahun ke tahun tingkat kesehatan
masyarakat masih belum dapat ditingkatkan secara bermakna, sehingga
terjadi ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem kesehatan yang ada. (2)
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini ialah
mencoba merubah cara pandang, perumusan dan analisa masalah di dalam
sistem kesehatan tersebut.  Sebab, permasalahan yang ada saat ini telah
membuat sistem kesehatan yang ada seharusnya memandang lebih holistik
yang tidak hanya berfokus pada analisa satu bagian sistem, tapi lebih ke arah
bagaimana menyatukan seluruh komponen subsistem tersebut dan saling
menghubungkannya satu sama lain. Hal ini sangatlah penting, sebab dengan
hanya menganalisa dan melakukan perbaikan pada satu sector saja, dapat
mengakibatkan gangguan terhadap keseimbangan keseluruhan sistem yang
sudah dibangun sejak awal sampai menyebabkan bagian sistem yang lain
menjadi menolak bahkan melakukan tindakan yang melawan terhadap aksi
perbaikan tersebut.  Oleh karena itulah saat ini pendekatan masalah yang
paling memungkinkan terhadap situasi tersebut ialah melalui Systems
Thinking, dimana kita memandang satu masalah sebagai suatu bagian dari
keseluruhan sistem, yang keseluruhan komponen sistem tersebut juga harus
ditinjau lagi, guna perbaikan ke depannya.(2)
42

Penerapan Systemic thinking pada sistem kesehatan


nasional ditujukan untuk membantu tercapainya tujuan dari sistem kesehatan
nasional itu sendiri. Karena sistem kesehatan adalah suatu sistem yang
kompleks dan luas sehingga harus disusun secara sistematik agar dapat
tercipta suatu cara pandang yang dapat mencakup semua aspek yang
berhubungan dengan terciptanya kesehatan di Indonesia. Dengan
menerapkan kerangka konsep dari pemikiran yang sistemik, akan membantu
pelaksanaan sistem dan meminimalisir kemungkinan kegagalan sistem.
Pemikiran secara sistemik akan memberikan wawasan yang luas sehingga
dalam perencanaan dan pelaksanaannya dapat lebih mencakup seluruh
aspek sehingga tidak ada yang terlewatkan dan lebih sistematis dan
terkonsep dengan baik. Dengan penerapan pemikiran sistemik yang baik
dalam sistem kesehatan nasional akan memudahkan komponen - komponen
dalam sistem kesehatan  baik yang esensial maupun yang non-esensial
dalam menyatukan visi dan misi.

F .Kerangka Teori

Evaluasi Program
STBM

Output:
1. KK BAB di
jamban sehat
2. Desa ODF
3. Fasilitas cuci
tangan pake
43

Input:

1. Sumber Proses :
daya 1. Perencanaan
manusia 2. Pelaksanaan/
(Man) pemicuan
2. Anggaran 3. Pemantauan
(Money) dan evaluasi
3. Metode 4. Penyusunan
(Method) laporan
4. Peralatan
(Machine)
5. Sistem
kebijakan
6. Waktu
(Time)

Umpan balik

Outcome: Effect:
Menurunnya Perubahan
Penyakit pengetahuan,
Diare/penyakit sikap dan
Berbasis perilaku
Lingkungan
lainnya

Gambar 2.4. Kerangka Teori


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka konsep

INPUT PROSES OUTPUT


44

Sumber Daya Perencanaan 1. Proporsi KK yang


Manusia (Man) memiliki sarana
CTPS
Pelaksanan/
Anggaran (Money) 2. Perubahan perilaku
Pemicuan
cuci tangan pakai
sabun pada
Metode (Method) Pemantauan
masyarakat
dan evaluasi
Sistim Kebijakan
Operasional Penyusunan
Laporan
Peralatan
(Machine)

Waktu (Time)

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

1. Input
Input merupakan komponen atau komponen yang diperlukan
a. Sumber daya manusia (Man)
Sumber daya manusia dalam program sanitasi total berbasis
masyarakat adalah petugas atau pelaksana dari program STBM yakni
sanitarian Puskesmas Nangaroro yang telah dilatih menjadi fasilitator
STBM kecamatan
b. Anggaran (Money)
Anggaran merupakan dana yang digunakan dalam seluruh proses
pelaksanaan program STBM yang terkhusus untuk pilar kedua cuci
tangan pakai sabun
c. Metode(Method)
Metode merupakan tata cara yang digunakan dalam pelaksanaan
program STBM. Metode yang digunakan dalam program STBM yaitu
denagn metode pemicuan.
d. Peralatan (Machine)
45

Peralatan merupakan semua alat yang digunakan dalam mendukung


keberhasilan pelaksanaan program STBM terkhusus pilar kedua cuci
tangan pakai sabun serta dapat menciptakan efisiensi kerja.
e. Waktu (Time)
Waktu dalam penelitian dimaksud adalah waktu yang telah
ditetapkan untuk mencapai kondisi STBM
2. Proses
Proses merupakan jalannya suatu program mulai dari perencanaan,
pelaksanaan/ pemicuan, pemantauan/evaluasi dan penyusunan laporan.
a. Perencanaan
Advokasi kepada pemangku kepentingan secara berjenjang,
mengidentifikasi masalah dan analisis situasi, penyiapan fasilitator dan
peningkatan kapasitas kelembagaan.
b. Pelaksanaan/pemicuan
Tahap Pelaksanaan/pemicuan yang meliputi pengantar pemicuan,
pencairan suasana, identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi,
pemetaan sanitasi, transect walk, menghitung volume kotoran tinja, alur
kontaminasi, simulasi air yang terkontaminasi, diskusi dampak dan
menyusun rencana program sanitasi.
c. Pemantauan/evaluasi
Pendampingan dalam pelaksanaan rencana program dari tim
fasilitator, bimbingan teknis serta advokasi sasaran.
d. Penyusunan laporan
Pengiriman data oleh sanitarian puskesmas ke server Kementerian
Kesehatan dan petugas pemantauan Kabupaten akan melakukan control
panel melalui situs STBM.

3. Output
Output merupakan hasil pencapaian dari program sanitasi total berbasis
masyarakat pada pilar kedua cuci tangan pakai sabun pada masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas Nangaroro. Output dari pilar kedua cuci tangan
46

pakai sabun pada program sanitasi total berbasis masyarakat adalah jumlah
rumah yang memiliki sarana ctps serta perilaku cuci tangan pakai sabun.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Tempat penelitian evaluasi pelaksanaan pilar kedua cuci tangan pakai
sabunpada program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dilakukan di
wilayah kerja puskesmas Puskesmas Nangaroro Kecamatan Nangaroro
Kabupaten Nagekeo.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian evaluasi pelaksanaan pilar kedua cuci tangan pakai
sabun pada program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di
Kecamatan Nangaroro pada bulan April- Mei 2020.
C. Jenis dan Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif pada pelaksanaan pilar kedua dalam program sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) di Kabupaten Nagekeo. Desain penelitian yang
digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Rancangan ini dipilih
dengan tujuan ntuk dapat melihat sejauh mana pelaksanaan program STBM
berlangsung.Evaluasi formatif terutama untuk memberikan umpan balik
kepadda pelaksana kegiatan tentang kemajuan hasil yang dicapai beserta
hambatan-hambatan yang dihadapi. Evaluasi ini biasa disebut evaluassi
proses atau monitoring.
Penelitian deskriptif bertujuan membuat gambaran secara sistematis
factual dan akurat mengenai proses yang sedang berjalan dan selidiki
menggunakan standar untuk membuat perbandingan. Penelitian evaluative
ini merupakan suatu penelitian evaluasi yang menjelaskan bagaimana input
(sumber daya, anggaran, kebijakan operassional, metode, peralatan dan
waktu), proses (perencanaan, pelaksaan/ pemicuan, pemantauan,evaluasi
dan penyusunan laporan) dan output (jumlah rumah memiliki sarana ctps,
47

pengetahuan masyarakat) dalam pelaksanaan pilar kedua cuci tangan pakai


sabun pada program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Wilayah
Kerja Puskesmas Nangaroro.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti.(29) Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan
ciri yang sama.(30) Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semua petugas kesehatan yang terlibat dalam program STBM di Kecamatan
Nangaroro
2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tesebut.
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampling dengan pertimbangan tertentu sesuai kebutuhan peneliti.
(30)
Besaran sampel dalam penelitian ini adalah (18) responden yang terdiri dari 1 (satu)
responden pemegang program kesehatan lingkungan,17 (tujuh belas)responden lainya
adalah nakes yang ada di desa yang telah dilatih menjadi fasilitator STBM

E. Variabel Penelitian, Defenisi Operasional dan Cara Pengukuran

N Variabel Defenisi Cara Indikator Respon


o Operasional Penguku den
ran
1 Input Komponen atau
unsur program
yang diperlukan
a. Keberadaan Adanya sumber Wawanc Berdasarka Pemega
48

Sumber daya daya manusia ara n ng


manusia merupakan Pendidikan program
tenaga yang dan Kesehat
menjalankan pelatihan an
program atau fasilitator Lingkun
yang terlibat STBM yang gan dan
dalam ada di tenaga
pelaksanaan wilayah Kesehat
STBM kerja an di
puskesmas Desa
Nangaroro yang
telah
dilatih
menjadi
fasiitator
STBM
b. ketersediaan Tersedianya Wawanc Analisis Pemega
anggaran anggaran yang ara dan kecukupan ng
digunakan dalam observas dana program
melaksanakan i pengajuan Kesehat
program STBM ke dinas an
mulai dari tahap Kesehatan Lingkun
awal hingga baik dari gan dan
tercapainya APBN,APB tenaga
kondisi rumah D, maupun Kesehat
yang memiliki LSM an di
sarana CTPS Desa
yang
telah
dilatih
menjadi
49

fasiitator
STBM
c.ketersediaan adannya Wawanc Adanya Pemega
Peralatan peralatan yang ara dan media yang ng
digunakan untuk observas memperlan program
mempermudah i car Kesehat
dan pelaksaan an
memperlancar program Lingkun
pelaksanaan contoh gan dan
program cuci peralatan tenaga
tangan pakai sarana ctps Kesehat
sabun serta serta an di
menciptakan kendaraan Desa
efisiensi kerja operasioan yang
al telah
dilatih
menjadi
fasiitator
STBM
d.kecukupan Adanya waktu Wawanc Lamanya Pemega
waktu yang telah ara waktu yang ng
direncanakan dibutuhkan program
untuk mencapai untuk Kesehat
kondisi 100 % mencapai an
memiliki sarana kondisi 100 Lingkun
ctps % gan dan
tenaga
Kesehat
an di
Desa
yang
50

telah
dilatih
menjadi
fasiitator
STBM
e.Ketersediaan Adannya aturan Wawanc SOP atau Pemega
sitem Kebijakan tertulis yang ara peraturan ng
Operasional digunakan daerah program
sebagai acuan Kesehat
dalam an
pelaksanaan Lingkun
STBM gan dan
tenaga
Kesehat
an di
Desa
yang
telah
dilatih
menjadi
fasiitator
STBM
f.Adanya metode Adanya jenis wawanc Dokumen Pemega
yang dilakukan metode ara pelaksanaa ng
pelaksanaan/pe n pemicuan program
micuan STBM Kesehat
an
Lingkun
gan dan
tenaga
Kesehat
51

an di
Desa
yang
telah
dilatih
menjadi
fasilitato
r STBM
2 Proses Rangkaian
pelaksanaan
program STBM
mulai dari
perencaan
hingga
penyusunan
laporan
a.adanya Adanya dokumen wawanc Dokumen Sanitaria
perencanaan perencanaan ara Jadwal n
untuk waktu,tempat kegiatan puskes
pelaksanaan dan sasaran mas
program pemicuan
pembentukan
fasilitator tingkat,
advokasi kepada
tokoh
maasyarakat dan
membentuk
forum diskusi
b.adanya Adanya Wawanc Adanya Fasilitat
pelaksanaan/pe pelaksanaan ara dan daftar hadir or STBM
micuan kegiatan observas pemicuan, dan
52

pemicuan, oleh i kontrak Sanitaria


tenaga tenaga sosial dari n
terlatih anggota Puskes
yang mas
terpicu
c.Keberadaan Adanya program Wawanc -Adanya Sanitaria
pemantauan dan pemantauan dan ara data n
evaluasi evaluasi dalam pemanta puskes
kegiatan uan dan mas
pemantauan dan evaluasi
evaluasi
d.adanya Adanya Wawanc Adanya Fasilaita
pelaksanaan pelaksanaan ara dan data tor
Penyusunan penyusunan Observa kemaju STBM
Laporan laporan hasil si an dan
pemantauan pengun sanitaria
aan n
sarana puskes
ctps mas
3 Output Hasil pencapaian
dari pilar kedua
cuci tangan pakai
sabun pada
program STBM
a.Jumlah sarana Perbandingan Data Jumlah Data
ctps sebelum dan jumlah sarana sekunder sarana STBM
sesudah ctps sebelum dan
pelaksanaan sesudah
program ctps pelaksanaan ctps
dengan jumlah kk dengan jumlah
53

KK keseluruan
b. Jumlah desa Banyaknya desa Data Jumlah Data
yang sudah yang 100 % sekunder Desa STBM
memiliki sarana memiliki sarana
CTPS CTPS

F. Sumber Data Penelitian


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dalah
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dilokassi penelitian.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dengan cara wawancara dan
observasi
a. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara
ditujukan kepada pengelolah program kesling tingkat puskesmas
yang bekerja di Puskesmas Nangaroro
b. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi) yaitu pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Pengamatan
dalam penelitian ini meliputi input (angaran, peralatan, dan sistim
kebijakan operasional), proses (pelaksanaan/pemicuan, pemantauan dan
evaluasi, dan penyusunan laporan).

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dibutuhkan peneliti untuk
menunjang dan mendukung data primer.Data sekunder dalam peneitian
evaluasi pelaksanaan pilar kedua pada program sanitasi total berbasis
masyarakat diperoleh dari data monev STBM dan dokumen STBM
Kabupaten Nagekeo

G. Instrumen Penelitian
54

Instrumen penelelitian merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk


membantu dalam kegiatan pengumpulan data sehingga pekerjannya lebih
mudah dan mendapat hasil yang lebih baik dalam arti cermat, lengkap serta
(9)
sistimatis sehingga lebih mudah dalam proses pengolahannya.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Panduan wawancara
Panduan wawancara berupa daftar pertanyaan yang sudah disiapkan
terlebih dahulu oleh peneliti sebagai pedoman saat melakukan wawancara
2. Lembar observasi
Lembar observasi berupa daftar pemantauan secara langsung yang
digunakan sebagai instrument yang digunakan dalam pengamatan
langsung terhadap proses pelaksanaan program pilar kedua cuci tangan
pakai sabun
3. Alat bantu
a. Buku catatan
Buku yang digunakan untuk mencatat percakapan dengan
responden, termasuk hal-hal penting yang disampaikan oleh
reesponden. Buku catatan juga membantu memperjelas perkataan
yang disampaikan oleh responden yang tidak terekam dengan jelas

b. Tape recorder
Tape recorder digunakan untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan dengan responden. Penggunaan tape recorder perlu
mendapatkan persetujuan dari responden.
a. Camera
Camera digunakan untuk memotret berlangsungnya proses
pengambilan data. Hal ini meningkatkan terjaminnya keabsahan
penelitian karena sebagai bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan
pengumpulan data.
55

H. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik pengumpulan data
dengan 2 (dua) cara yaitu :
1. Interview (wawancara)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman wawancara
mendalam yang tidak terstruktur hanya berpdoman pada panduan
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan dan
tidak mempunyai alernatif jawaban dari responden. Wawancara
mendalam merupakan wawancara yang memungkinkan adanya
control dalam pembicaraan sehingga peneliti dapat menyesuaikan isi
pembicaraan seseuai dengan kenginan peneliti. Strategi pada
wawancara tidak terstruktur biasanya menggunakan daftar
pertanyaan garis-garis besar permassalahan yang akan ditanyakan
dan tidak mempunyai alternative jawaban sehingga dapat ditanyakan
responden.(30)
2. Pengamatan (observasi)
Dalam penelitian ini juga melakukan observasi terhadap dokumen-
dokumen pendukung dalam pelaksanaan pilar kedua pada program
sanitasi total berbasis masyarakat seperti (dokumen anggaran
dokumen sistim kebijakan operasional, perlatan yang digunakan, hasil
pemiicuan dan laporan kemajuan pilar kedua)

I. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini mengevaluasi tentang
pelaksanaan pilar kedua cuci tangan pakai sabun pada program sanitasi total
berbasis masyarakat (STBM). Pedoman yang digunakan sebagai alat
evaluasi adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 3 tahun 2014
tentang Sanitasi Total berbasis masyarakat.
Langkah-langkah dalam pengolahan data antara lain :
56

a. Abstraksi data
1) Proses koding
Proses koding merupakan pengkodean atau pemberian
kode/label pada istilah atau kata-kata yang memiliki arti tertentu
dengan tujuan agar dapat menyerdehanakan dan memfokuskan
suatu karakter tertentu dari suatu data.
2) Membuat tema
Membuat tema merupakan hasil akhir dari pembuatan koding
dengan cara menggabungkan atau mengelompokan kata atau
istilah yang telah dilakukan dan membentuk suatu ide yang
bersifat umum.
3) Penulisan memo
Penulisan memo dilakukan selama penyusunan kategori.
Tujuan penulisan memo adalah mencegah agar data telah
disusun tidak hilang dari ingatan peneliti. Memo yang ditlis dapat
berupa kejadian-kejadian yang diamati atau dialami serta
berbagai ide selama penelitian.
b. Melakukan interpretasi data
Interpretasi data merupakan gambaran yang dituliskan peneliti
tentang intisari, berupa kontruksi ide peneliti atau kombinassi dari
berbagai persepsi dari tema atau kategori yang dihasilkan dan
kemudian dihungkan dngan berbagai literatur sebelumnya.
2. Analisis Data
Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi akan dianalisis
secara diskriptif yaitu tentang evalusai pelaksanaan pilar kedua pada
program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di wilayah kerja
Puskesmas Nangaroro. Analisi dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
a. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.
b. Membaca keseluruhan data. Dalam proses ini yang perlu diperhatikan
adalah gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan informan,
57

Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-catatan


khusus atau gagasan umun tentang data yang diperoleh.
c. enganalisi lebih detail dengan mengkoding data. Koding merupakan
proses mengolah materi atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan
sebelum memaknainya.
d. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis. Setelah itu,
terapkan proses coding untuk membuat sejumlah kecil tema tau kategori,
bisa lima hingga tujuh kategori. Tema-tema inilah yang biasanya menjadi
hasil utama dalam penelitian kualitatif.
e. Kategori yang dihasilkan kemudian dibuat skema dengan mengaitkan
beberapa sub tema yang menghasilkan tema. Tema-tema dalam
penelitian ini yaitu faktor input, proses dan output. Hasil dari kategori
tema tersebut dikaitkan dengan pedoman Peraturan Menteri Kesehatan
RI No 3 tahun 2014.
f. Tahap terakhir peneliti membuat interpretasi dari data yang sudah
dikumpulkan dengan membuat kesimpulan secara umum bagaimana
pelaksanaaan pilar kedua cuci tangan pakai sabun dari tahun 2012
hingga tahun 2019 di wilayah kerja Puskesmas Nangaroro.

J. Jadwal penelitian
58

Tabel 3.1 Rencana pelaksanaan Penelitian

No Uraian kerja Tahun 2019-2020


Bulan Bulan
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
1. Persiapan
2. Proposal
3. Seminar Proposal
4. Penelitian
5. Pengumpulan
Data
6. Seminar Hassil
Penelitia
7. Seminar Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang republik indonesia No 36 tentang Kesehatan. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI; 2009.
2. World Health Organization. systems Thinking for health systems
strengthening. Genava: WHO Press; 2009.
3. Menteri Kesehatan RI no 3. Sanitasi total berbasis masyarakat. Jakarta:
59

Peraturan menteri kesehatan; 2014.


4. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2016.
5. Kemenkes RI. Perilaku cuci tangan pakai sabun di Indonesia. Jakarta:
Kemenkes RI; 2014.
6. Kementrian Kesehatan RI. Strategi nasional sanitasi total berbasis
masyarakat. Jakarta: Keputusan Menteri Kesehatan No.852/MENKES/SK/IX/
2008; 2008.
7. Hendrik L. Blum. Status derajat kesehaan. Jakarta: Notoatmodjo; 2010.
8. Profil Kesehatan Puskesmas Nangaroro tahun 2018. Nangaroro: Puskesmas
Nangaroro; 2019.
9. Arikunto S. Evaluasi program pendidikan : Pedoman teoritis praktis bagi
praktisi pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara; 2007.
10. Supriyanto A. Pengantar teknologi informasi. Jakarta: Salemba infotek; 2007.
11. Ayuningtyas D. Kebijakan kesehatan; Prinsip dan Praktik. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada; 2015. xxviii+198.
12. Azwar A. Pengantar Administrasi Ksesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara;
1996.
13. Kast FR. Organisasi dan manajemen. Jakarta; 1985.
14. Kar K CR. Community-Led Total Sanitasion. In London: Plan Internasional
UK; 2008. p. 96p.
15. M. N. Dampak program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)pilar
pertamadi Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang.
16. Wijono D. Manajemen program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat. Surabaya: CV. Duta Prima Airlangga; 2010.
17. Ditjen PP dan PL. Pedoman pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat
(STBM). Depkes RI; 2011.
18. A. A. Pengantar keperawatan anak. Jakarta: Salemba medika; 2006.
19. Budiman, Juhaeriah J, Abdila AD YB. kejadian diare pada balita. Teknol dan
Kesehat. 2010;(Kejadian diare pada balita dikelurahan Babat):;(852):180-94.
20. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.
21. Sutomo A,Machfoed I RW. Kesehatan lingkungan untuk keperawatan.
Yogyakarta: Fitramaya; 2013.
22. Kiprah. Jangan anggap sepeleh BAB sembarangan. Kiprah. 2015;50.
23. Sunarti. Faktor-faktor yang mempengarui kejadian diare pada anak balita.
FKM USU. 2015;(KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA).
24. soeparmin. Pembuangan tinja dan limbah cair. Jakarta; 2002.
25. Kemenkes RI. Buku saku cuci tangan pakai sabun di masyarakat. Jakarta:
Kemenkes RI; 2011.
26. Trihono. Arrimes. Manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta:
Trihono editor sagung seto; 2005.
27. Herlambang S. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta:
Gosyen Publishing; 2016.
28. Hester PT dan kevin MA. Systenic Thinking: Fundamentals for undestanding
Problem and messes. Switzerland: Springer Internasional; 2014.
60

29. Sugiyono. Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif.


Bandung: Alfabeta cv; 2016.
30. G. SMS. Metodologi penelitian : kuantitatof dan kualitatif.

Panduan Wawancara
Evaluasi Pelaksanaan Pilar Kedua Pada Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Nangaroro Tahun 2019

I. Identitas Informan
1. Tanggal wawancara :
61

2. Nomor :
3. Nama :
4. Jenis Kelamin
II. Karakteristik Informan
1. Umur :
2. Pendidikan terakhir :
3. Lama kerja :
4. Jabatan :
III. Pertanyaan
A. Variabel input
1. Tenaga (sumber daya manusia)
a. Apakah tenaga yang menjalankan program
sudah mencukupi?
b. Apakah perna mengikuti pelatihan terkait
program?jika iya pelatihan apa saja
c. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan
program cuci tangan pakai sabun
d. Apa saja tugas dan tanggung jawab dari
masing-massing tenaga didalam
pelaksanaan program
e. Bagaimana tanggapan anda mengenai
kinerja setiap tenaga yang melaksanakan
program

2. Anggaran
a. Apakah tersedia anggaran untuk
pelaksanaan program?
b. Apakah dana yang disediakan mencukupi?
c. Berasal dari mana saja sumber dana untu
melaksanakan program?
d. Untuk keperluan apa saja dana tersebut
dalam pelaksanaan program
e. Apakah dalam pelksanaan program
petugas meminta kontribusi berupa dana
kepada pemerintah kelurahan/desa?
f. Apakah dalam pelksanaan program
petugas meminta kontribusi berupa dana
kepada kepala keluarga?

3. Peralatan
a. Peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk
mendukung pelaksanaan program
62

b. Apakah peralatan yang tersedia cukup


untuk pelaksaan program?
c. Sarana apa saja yang dibutuhkan
puskesmas dalam pelkasanaan program
d. Bagaimana ketersediaan sarana tersebut
jika dilihat dari segi kualitas dan kuantitas?
e. Bagaimana tanggapan anda mengenai
ketersediaan alat pada saat pelaksanaan
program
4. Waktu
a. Apakah ada waktu yang telah
direncanakan untuk pelaksanaan program?
b. Apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai
waktu yang ditentukan? Jika tidak
mengapa
c. Apakah waktu pelaksanaan cukup sesuai
waktu yang disediakan?jika tidak
mengapa?
5. Kebijakan operasioanal
a. Apakah ada aturan tertulis sebagai acuan
pelaksanaan program?
b. Apakah aturan tersebut selalu dibacakan
sebelum pelaksanaan program
c. Apakah aturan yang ada memperlancar
pelaksanaan program?
d. Apakah kegiatan berjalan sesuai aturan
yang ada?jika tidak mengapa

6. Metode
a. Apakah ada metode yang dilakkukan untuk
pelaksanaan program?
b. Apakah metode yang dilakukan
memperlancar pelaksanaan program?
c. Apakah ada pengarahan dalam setiap
pelaksanaan program?jika ada seperti apa
dan siapa yang memberikan arahan
d. Apakah ada berita acara setiap
pelaksanaan program? Jika iya bagaimana
bentuk dari berita acara tersebut
B. Variable proses
1. Perencanaan
a. Apakah ada prencanaan untuk pelaksanaan
program?
63

b. Apakah ada dokumen perencanaan


pelaksanaan program?
c. Apakah kegiatan berjalan sesuai yang
direncanakan?jika tidak mengapa
2. Pelaksanaan pemicuan
a. Apakah ada pelaksanaan pemicuan?
b. Apakah pemicuan dilakukan olleh tenaga
yang terlatih?
c. Apakah pemicuan membawa dampak
positif bagi masyarakat
d. Bagaimana tanggapan anda terhadap
pelaksanaan pemicuan?
3. Pemantauan dan evaluasi
a. Apakah ada pemantauan dan evaluasi
pelaksaan program?
b. Apakah pemantauan dan evaluasi
dilakukan oleh tenaga yang terlatih?
c. Bagaimana pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi?
d. Apakah pemantauan dan evaluasi yang
dilakukan menurut anda sudah efektif?
4. Penyusunan laporan
a. Apakah ada data hasil pemantauan?
b. Apakah ada laporan hasil pemantauan
pelaksanaan program?
c. Seperti apakah bentuk laporan?
d. Apakah laporan diserahkan ke tingkat
kabupaten?

C. Output
1. Jumlah sarana
a. Apakah ada peningkatan jumlah sarana
setelah pelaksanaan program?
b. Apakah ada data sebelum dan sesudah
pelaksanaan program?
2. Jumlah desa
a. Apakah ada peningkatan jumlah desa yang
100 % memiliki saran ctps?
b. Apakah ada data jumlah desa yang 100 %
memiliki sarana ctps?
c. Apakah ada perubahan perilaku ctps pada
masyarakat?
64

Lembar observasi pelaksanaan program STBM pilar kedua cuci tangan pakai
sabun di masyarakat wilayah kerja puskesmas Nangaroro Tahun 2020

Hari/Tanggal :
65

Alamat :
Nama KK :
Jumlah jiwa :
Umur :

No Keberadaan sarana ctps Tersedia


ya Tidak
1. Terdapat peralatan cuci tangan
pakai sabun
2. Tersedia air bersih
3. Peralatan ctps ada diluar rumah
4. Peralatan ctps pisah dengan
kamar mandi
5 Ada bekas air atau sabun yang
dipakai
6. Peralatan ctps dalam keadaan
bersih
7. Tersedia sabun
8. Air bersihnya mudah mengalir

Anda mungkin juga menyukai