Contoh Eksepsi & Pledoi
Contoh Eksepsi & Pledoi
PRO JUSTITIA
EKSEPSI
Terhadap Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Tertanggal 5 Juli 2012
DALAM PERKARA PIDANA DENGAN NOMOR REGISTER
……………………
ATAS NAMA TERDAKWA:
……………………..
Perihal : Eksepsi
Kepada
Yth. Ketua Pengadilan Negeri Bogor
Cq. Majelis Hakim yang Memeriksa Perkara Pidana
Dengan Nomor Register ………………………….
di Tempat
Setelah mempelajari dan mendengar secara seksama Surat Dakwaan SaudariPenuntut
Umum maka sesuai dengan hukum acara, sekarang adalah giliran saya, Terdakwa, untuk
memberikan pendapat, apakah Surat Dakwaan ini telah memenuhi asas-asas dan ketentuan hukum
untuk mendudukkan saya menjadi Terdakwa dan sekaligus menjadi dasar satu-satunya sebagai
pedoman untuk memeriksa dalam persidangan nanti yakni apakah saya Terdakwa telah melakukan
tindak pidana sebagaimana telah diuraikan dalam Surat Dakwaan.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa SURAT DAKWAAN berfungsi sebagai dasar atau
LANDASAN PEMERIKSAAN PERKARA di dalam sidang pengadilan. Surat dakwaan itu dibuat dan
disusun berdasarkan berkas perkara yang berisi hasil pemeriksaan dan penyidikan terhadap
tersangka, saksi-saksi maupun alat-alat bukti. Berita Acara pemeriksaan tersangka, saksi-saksi,
Berita Acara diberkas dalam satu berkas perkara yang menjadi dasar bagi saudari Jaksa Penuntut
Umum di dalam menyusun Surat Dakwaannya, yang kemudian Surat Dakwaan tersebut menjadi
pedoman bagi Majelis Hakim, Penuntut Umum maupun saya Terdakwa di persidangan dalam upaya
mencari dan menentukan kebenaran materiil.
Apabila Penuntut Umum tidak cermat atau keliru menuntut, maka akibatnya sidang
Pengadilan akan dituntun memasuki ruangan atau bangunan hukum yang keliru.
Dalam Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah ditentukan hal-hal sebagai
berikut:
Pasal 143 ayat 2b:
Bahwa surat dakwaan Penuntut Umum harus diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap, mengenai
tindak pidana yang didakwakan.
Pasal 143 ayat 3:
Bahwa surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf b,
batal demi hukum.
Berdasarkan ketentutan Pasal 156 ayat 1 KUHAP yang diberikan hak kepada kami, Penasihat
Hukum dan Terdakwa sendiri untuk mengajukan keberatan, meminta agar Surat Dakwaan Saudara
Jaksa Penuntut Umum yang tidak cermat, kabur dan tidak berdasarkan hukum, untuk dinyatakan
tidak dapat diterima atau dinyatakan batal demi hukum.
Dengan didasari pemikiran dan ketentuan perundang-undangan tersebut di atas dan setelah
mempelajari dengan seksama surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang dibacakan pada
persidangan tanggal 5 Juli 2012, dengan tidak mengurangi penghargaan kami atas segala usaha dan
jerih payah Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan, maka eksepsi ini kami ajukan karena
kami menemukan adanya hal-hal yang prinsipil dalam dakwaan.
Bahwa dakwaan yang dibuat oleh Saudara Penuntut Umum sudah bertentangan dengan
fakta-fakta yang terjadi di lapangan dan juga dengan ketentuan-ketentuan dan asas-asas hukum
pidana. Bahwa berdasarkan BAP yang dibuat oleh Kepolisian Sektor Bogor Selatan, tindakan
terdakwa sebenarnya tidak memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam dakwaan yang diajukan
oleh saudara Penuntut Umum.
Bahwa Pasal 48 KUHPidana menyatakan :”tidaklah dapat dihukum barangsiapa telah
melakukan sesuatu perbuatan di bawah pengaruh dari suatu keadaan yang memaksa”. Dengan
demikian, tindakan terdakwa yang melakukan pembelaan atas penganiayaan karena dibawah
tekanan akan di keroyok oleh teman-teman pelapor ……………... Semoga hal ni dapat menjadi
pertimbangan majlis hakim yang mulia.
Diajukannya eksepsi ini yaitu dengan maksud agar Jaksa Penuntut Umum dapat
menampilkan suatu Surat Dakwaan yang dapat dijadikan dasar bagi Majelis Hakim dalam memeriksa
dan memutus perkara ini dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, serta memungkinkan
bagi saya Terdakwa untuk membela kepentingan hukumnya atau dibela dengan wajar.
Sehingga dengan demikian eksepsi ini bukan dimaksud untuk sekedar membela kepentingan
individu Terdakwa saja.
Berdasarkan seluruh uraian kami diatas, kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa seluruh dakwaan Jaksa Penuntut Umum kepada saya Terdakwa, menurut
hemat saya kiranya tidak memenuhi syarat-syarat materiil sebuah surat dakwaan, karena tidak
diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap sebagaimana ketentuan Pasal 143 ayat 2 KUHAP.
2. Bahwa Surat Dakwaan yang tidak jelas dan tidak lengkap tersebut akan menyulitkan Terdakwa
membela diri dan surat dakwaan demikian juga akan sulit untuk dijadikan dasar bagi Majelis dalam
memeriksa dan mengadili perkara ini.
3. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, surat dakwaan Penuntut Umum dimaksud
batal demi hukum.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka saya mohon Majelis Hakim yang memeriksa
perkara pidana para Terdakwa, berkenan memberikan putusan serbagai berikut:
- Menerima eksepsi ini;
- Menyatakan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima; atau
- Menyatakan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum harus dibatalkan.
Akhirnya, saya Terdakwa mohon kepada Majelis Hakim yang Mulia dapat memberikan
putusan yang adil dalam perkara ini. Demikianlah eksepsi dari saya Terdakwa, atas perhatian
Majelis Hakim yang mulia saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Terdakwa,
……………
NOTA KEBERATAN
(EKSEPSI)
SONYA SOLATIAH
A. PEDAHULUAN
Majelis hakim yang kami muliyakan
Saudara jaksa penuntut umum serta hadirin persidangan yang kami hormati,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji sukur kehadrat tuhan yang maha esa karena dengan
nikmat kesehatan yang diberikannya, kita semua yang hadir dalam persidangan ini dapat
mengikuti peroses persidangan yang mulia ini.
B. ALASAN KEBERATAN
Setelah mempelajari dan memahami surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang dibacakan
pada tanggal 10 Mei 2015, Kami hendak mengajukan keberatan atas surat dakwaan tersebut
sesuai dengan prinsip-prinsip atas asas-asas hukum acara pidana yang berlaku.
Dalam hubungan dengan proses penerapan hukum (pemeriksaan) guna pembuatan BAP yang
menyangkut Saudari Sonya Solatiah, kami menilai bahwa pemeriksaan tingkat penyidik,
klien kami tidak mendapat bantuan hukum yang sebenarnya. Padahal dalam pasal 54 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyebutkan dengan tegas, bahwa :
"Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum
selama dalam waktu dan setiap tingkat pemeriksaan"
Dan pasal 27 ayat (2) huruf a Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi
Prinsip dan Standard Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Polri menyatakan,
"...dalam melakukan pemeriksaan terhadap saksi, tersangka atau terperiksa, petugas
dilarang memeriksa saksi, tersangka atau terperiksa sebelum didampingi oleh penasihat
hukumnya, kecuali atas persetujuan yang diperiksa".
Oleh karena itu selama pemeriksaan tingkat pertama, klien kami Saudari Sonia Solatiah tidak
mendapat haknya, maka pemeriksaan (BAP) tersebut dapat dikatakan cacat hukum.
Dengan demikian menurut kami, surat dakwaan terhadap Saudari Sonya Solatiah juga cacat
hukum, sebab surat dakwaan tersebut disusun berdasarkan BAP yang cacat hukum.
Bahwa Dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum, yang mendakwa Terdakwa Sonya
Solatiah dengan dakwaan primair pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan
dakwaan Subsidair pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum pidana sangat tidak memenuhi
rasa keadilan, karena dalam pasal-pasal tersebut adalah delik pembunuhan, sedangkan yang
menjadi unsur delik pembunuhan adalah “adanya niat untuk membunuh” sedangkan
seperti yang sama-sama telah diketahui, kasus posisi peristiwa pidana ini adalah Terdakwa
Sonya Solatiah ingin bertemu dengan Korban Sarpin Rizalno pada tangga dasar Gedung
Barat Fakultas Hukum Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram, niat terdakwa
Sonya Solatiah bertemu Korban adalah untuk meminta Korban Sarpin Rizalno melamar dan
menikahinya, sehingga tidakada niat untuk membunuh korban.
Terjadinya pembunuhan dikarenakan emosi yang memuncak setelah penolakan
permintaannya oleh korban Sarpin Rizalno, yang dalam istilah Ilmu Kriminologi disebut The
Episodic Criminal atau dorongan emosi yang hebat, karena telah 4 tahun menjalin hubungan
pacaran dan si Korban menolak menikahinya, sehingga disana tidak terdapat unsur
membunuh, melainkan hanya untuk membuat si korban sakit.
Dengan demikian akibat ketidak cermatan Jaksa Penuntut Umum dalam membuat surat
dakwaannya tersebut jelas tidak memenuhi syarat sebagaimana diamanatkan pasal 143 ayat
(2) point b KUHP.
Dengan demikian, sesuai dengan pasal 143 ayat (3) KUHP, surat dakwaan tersebut adalah
batal demi hukum.
C. PENUTUP
Oleh karena itu, kami mohon kepada Ketua Majlis Hakim untuk memberikan putusan, yaitu
menyatakan batal demi hukum atau setidak-tidaknya menolak surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum, karena surat dakwaan tersebut merupakan abscurum libeleum.
Hormat kami,
Tim Penasehat Hukum Terdakw
N O T A P E M B E L A A N
(Pledoi)
I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati, dan
Pengunjung Sidang Sekalian
Puji Syukur kita pantjatkan kehadirat Allah SWT, Atas limpahan Rahmat dan Karunianya
kepada kita semua, sehingga Persidangan hari ini berjalan dengan baik, lancar dan tepat
waktu sesuai dengan rencana dan agenda Persidangan yang telah kita sepakati bersama.
Selanjutnya selawat beriring salam kita sampaikan kepada Junjungan Alam Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah memberikan Pedoman dan
Suri Teladan bagi kita semua, sehingga menjadi Tuntunan dan contoh bagi kita semua dalam
menjalani kehidupan dan menjalankan aktivitas di muka bumi ini.
Kami sebagai Tim Penasihat Hukum Terdakwa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sigli yang telah memeriksa dan
mengadili perkara terdakwa dengan penuh kesabaran, ketekunan serta menjunjung tinggi Hak
Azasi Manusia (HAM) sesuai dengan peraturan yang ada, berbagai hambatan dan rintangan
dapat diselesaikan dengan arif dan bijaksana, pilar-pilar keadilan masih berdiri kokoh dan
tegak lurus di Pengadilan Sigli.
Terlepas dari adanya perbedaan posisi dan pandangan antara Jaksa Penuntut Umum dan
Kami Penasihat Hukum Terdakwa, namun kita semua selalu bersama-sama mencari dan
berusaha menemukan kebenaran dalam hukum berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di
Persidangan demi tercapainya kebenaran materil sejati sebagai suatu keadilan untuk
Terdakwa. Namun sebelum putusan hukum terhadap diri terdakwa diberikan, Nota
Pembelaan yang kami ajukan sebagai Penasehat Hukum terdakwa ini, kami mohonkan untuk
dapat dipertimbangkan sebaik-baiknya secara yuridis, filosofis dan berdasarkan hati nurani
yang terbaik demi tegaknya kebenaran dan keadilam di bumi pertiwi Indonesia yang kita
cintai ini, yang kami inginkan keyakinan Hakim mohon untuk memutuskan dengan yang
Seadil-adilnya demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
a. Dakwaan
Bahwa dalam perkara ini, terdakwa didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 351 Ayat (1) KUHP.
b. Tuntutan
Bahwa jaksa penuntut umum dalam surat tuntutannya telah menuntut terdakwa sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa Nuraini Binti Hasan terbukti secara sah dan mennyakinkan bersalah
telah melakukan tindak pidana penganiayaan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 351 Ayat (1) KUHP sesuai Dakwaan Penuntut Umum.
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Nuraini Binti Hasan dengan pidana penjara selama 1
(satu) tahun dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan sementara dan dengan
perintah terdakwa tetap ditahan.
3. Menyatakan barang bukti berupa:
- Sebilah pisau lipat ukuran 1 X 11 Cm dirampas untuk dimusnahkan
4. Menetapkan agar Terdakwa Nuraini Binti Hasan membayar biaya perkara sebesar Rp. 2000,-
(dua ribu rupiah).
IV. ANALISA YURIDIS
Majelis Hakim yang Mulia,
Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati,
Bahwa berdasarkan pemeriksaan di persidangan di antara Terdakwa Nuraini Binti Hasan
dengan saksi Korban Ruhamah dan Saksi Korban Suriati terjadi perkelahian tanding satu lawan
dua. Di mana Saksi Korban Ruhamah dan Suriati menunggu Terdakwa di persimpangan jalan
untuk mencegatnya. Terjadinya laga tanding ini dibenarkan berdasarkan keterangan Para Saksi
yang diajukan ke persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum
Bahwa oleh karena di antara Terdakwa dan Saksi korban terlibat laga tanding, maka
Pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum kepada Terdakwa salah alamat alias tidak
tepat sasaran. Karena ketentuan mengenai perkelahian tanding diatur dalam ketentuan
tersendiri dalam BAB VI KUHP yang hukumannya lebih ringan daripada Pasal yang didakwakan
kepada diri Terdakwa yaitu Pasal 351 Ayat (1) KUHP.
Bahwa jikalau Jaksa Penuntut Umum mendakwakan Terdakwa dengan Pasal 351 Ayat
(1) KUHP maka unsur penganiayaan tidak memenuhi. Karena yang melakukan penganiayaan
bukan saja dilakukan oleh Terdakwa, akan tetapi penganiayaan dilakukan juga oleh Para Saksi
Korban Ruhaman dan Suriati terhadap diri Terdakwa. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh
saksi Muhammad Zubir Bin Mahmud yang menyaksikan dan meleraikan perkelahian antara
Terdakwa dengan para korban. Oleh karenanya, sungguh tidak adil bila Jaksa Penuntut Umum
menyatakan hanya Terdakwa yang melakukan penganiayaan. Padahal sama-sama melakukan
penganiayaan.
Bahwa saksi korban Ruhamah memiliki dendam pribadi kepada Terdakwa, sehingga
keterangan yang diberikannya terlalu berlebihan dan mengada-ngada dengan tujuan untuk
memperberat hukuman bagi Terdakwa. Luka sayat yang dialaminya sebanyak dua kali di tangan
dan mukanya, tapi dalam keteranganyan di persidangan mengemukakan sebanyak tiga kali. Niat
tidak baik dari saksi korban ini kiranya menjadi pertimbangan bagi Majelis Hakim dalam
memutuskan perkara ini demi terwujudnya nilai-nilai keadilan bagi masyarakat.
Bahwa pisau yang terdapat dalam saku celana Terdakwa tidak bermaksud untuk
menganiaya saksi korban Ruhamah, akan tetapi pisau yang dibawanya digunakan untuk
memotong daun pandan sebagai mata pencaharian hidup dalam menopang biaya kehidupan
rumah tangganya. Karena Terdakwa menyadari betul pendapatan suaminya kurang mencukupi
untuk membiayai nafkah keluarga yang terdiri anak yang masih kecil-kecil untuk membelikan
susu agar perkembangan anaknya yang masih kecil menjadi lebih optimal.
Bahwa tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang menuntut Terdakwa selama 1 (Satu) tahun
sangat memberatkan bagi Terdakwa. Di mana saat ini Terdakwa masih memiliki anak yang
masih kecil-kecil yang membutuhkan kasih sayang seorang ibunya, butuh perlindungan dari
seorang ibu dan dipelihara sebagaimana mestinya agar menjadi anak yang dapat mengabdikan
diri bagi bangsa dan Negara Indonesia ke depan. Bagaimana nasib anak-anak Terdakwa yang
masih kecil, siapa yang akan memelihara, menjaga dan merawatnya bila Terdakwa berada
dalam masa tahanan dalam durasi waktu yang lama. Terdakwa tidak menginginkan anak-anak
yang masih kecil-kecil terabaikan hak-haknya begitu saja, tidak ada orang memeliharanya,
sehingga nasib dan masa depan mereka menjadi suram.
V. PENUTUP
Majelis Hakim yang Mulia,
Jaksa Penuntut Umum yang Kami Hormati,
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas, kami Penasehat Hukum Terdakwa
memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan dan memohon kepada kepada Majelis Hakim agar
memutuskan sebagai berikut:
1. Membebaskan Terdakwa Nuraini Binti Hasan dari tuntutan pidana sebagaimana yang
dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum
2. Memulihkan hak-hak Terdakwa, dalam kemampuan, kedudukan, harkat serta martabatnya;
3. Membebankan biaya perkara ini kepada Negara;
Atau
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan seadil-adilnya sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
Demikianlah Nota Pembelaan (Pleidoi) ini kami sampaikan, atas perkenan Ketua Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Sigli yang memeriksa dan mengadili perkara ini, kami Tim Penasehat Hukum
Terdakwa mengucapkan Terima Kasih.
Hormat Kami,
Kuasa Hukum Terdakwa,
Mansari, SHI
Terhadap surat dakwaan atau dakwaan yang tidak memenuhi syarat materil
termasuk kedalamnya mengenai rumusan dakwaan, dakwaan haruslah dirumuskan
sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan.
Banyak contoh eksepsi atas rumusan dakwaan penuntut umum yang tidak cermat,
kabur atau bisa juga disebut sebagai rumusan dakwaan yang mengandung cacat
hukum, dan beresiko batal demi hukum. Ketidak cermatan atau kekaburan rumusan
dakwaan maupun dalam uraian dakwaan, tentu bukan kewajiban hakim untuk
membentulkannya, melainkan menurut Pasal KUHAP, konsekuensinya dakwaan
batal demi hukum. Berikut adalah satu contoh eksepsi atas rumusan dakwaan
penuntut umum:
Nama : Masri
Tempat Lahir : Kota Baru
Umur/Tgl Lahir : 50 tahun/15-Maret -1966
Agama : Islam.
Kewarganegaraan : Indonesia .
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Alamat : Jln Permai Raya Kota Baru
Pendidikan : S-1
PENDAHULUAN.
Bahwa dengan disertakannya Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dalam rumusan dakwaan
Penuntut Umum dalam perkara a quo, sementara orang lain selain Terdakwa yang
dakwa bersama terdakwa melakukan tindak pidana tentulah juga terdakwa. Dalam
hubungan ini terdapat Surat Edaran Kejaksaan Agung Republik Indonesia No. B-
69/E/02/1997 perihal Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana yang antara lain
menyebutkan: Bahwa Yurisprudensi yang diikuti selama ini masih mengakui saksi
Mahkota sebagai alat bukti, misalnya Putusan Mahkamah Agung No. 1986K/Pid/1
989 tanggal 2 Maret 1990 menyatakan bahwa Jaksa Penuntut Umum diperbolehkan
oleh undang-undang mengajukan teman terdakwa yang ikut serta melakukan
perbuatan pidana tersebut sebagai saksi di persidangan, dengan syarat bahwa saksi
ini dalam kedudukannya sebagai terdakwa, tidak termasuk dalam berkas perkara
yang diberikan kesaksian. Selanjutnya Putusan Mahkamah Agung No. 2437
K/Pid.Sus/2011, yang menyatakan: “Saksi mahkota didefinisikan sebagai Saksi yang
berasal atau diambil dari salah seorang tersangka atau Terdakwa lainnya yang
bersama-sama melakukan perbuatan pidana, dan dalam hal mana kepada Saksi
tersebut diberikan mahkota”. Kemudian dalam yurisprudensi Mahkamah Agung,
Putusan Nomor 1986 K/Pid/1989 tanggal 21 Maret 1990 dijelaskan, bahwa
Mahkamah Agung tidak melarang apabila jaksa penuntut umum mengajukan saksi
mahkota di persidangan dengan syarat bahwa saksi ini dalam kedudukannya
sebagai terdakwa tidak termasuk dalam satu berkas perkara dengan terdakwa yang
diberikan kesaksian (Varia Peradilan, 1990: 25). Berdasarkan yurisprudensi
Mahkamah Agung tersebut, maka dalam perkara a quo, saksi Antoni tidak bersatus
sebagai terdakwa sampai perkara ini dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Pada
Pengadilan Negeri Kota Baru dan bahkan tidak mungkin dijadikan Penuntut Umum
sebagai tersangka apalagi terdakwa.
Bahwa bila dalam rumusan tindak pidana dalam didakwakan penuntut umum
disebutkan Antoni sebagai saksi saja, sementara dalam uraian dakwaan disebutkan
Antoni dengan jabatan Bendahara Pengeluaran Pembantu dari tahun 2011 s/d 2013,
dan dalam uraian selebihnya Penuntut umum hanya menyebut Bendahara tanpa
menyebutkan nama orangnya. Uraian dakwaan yang demikian adalah uraian
dakwaan yang kabur, tidak jelas, tidak cermat, dimana antara Bendahara dengan
bendahara Pengeluaran Pembantu adalah dua jabatan yang berbeda dan dipangku
oleh orang yang berbeda.
Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka tak terbantahkan bahwa dakwaan penuntut
umum adalah uraian dakwaan yang tidak cermat, samar-samar, kabur, cacat hukum
dan tidak didasarkan pada hasil penyidikan yang lengkap, sehingga merugikan
kepentingan pembelaan diri Terdakwa. Oleh karena itu sudah seharusnya dakwaan
penuntut umum batal demi hukum. .
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, kiranya telah cukup alasan
hukum bagi Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
untuk menerima Eksepsi Terdakwa/Penasehat Hukum Terdakwa seraya
memberikan Putusan Sela dengan amarnya berbunyi sebagai berikut;
Yth.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung
Pemeriksa Perkara Pidana
Atas nama Terdakwa FIRMANSYAH BIN FIRMAN UTINA
Dengan Nomor Register Perkara 12/Pid.B/2008/PN.Bdg
Di Pengadilan Negeri Bandung
Bandung
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Kevin Eduard Matindas, S.H., M.H
2. HilmanFathoni, S.H.
KeduaPenasihat Hukum tersebut merupakan anggota dari MATINDAS PARTNERS,
ADVOCATES AND LEGAL CONSULTANT yang berkantor di Perumahan Bandung Indah
Blok A Nomor 3 RT 1 RW 7 Kota Bandung, dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tanggal 22 Oktober 2008 bertindak sebagai Penasihat Hukum untuk dan atas nama
Terdakwa :
Lengkap : Firmansyah bin Firman Utina
Tempat Lahir : Boyolali
Umur/Tanggal Lahir : 23 (dua puluh tiga) tahun/ 21 Juli 1985
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan : Indonesia
tinggal : Perumahan Surya Indah Blok E Nomor 6 RT 2 RW 13, Desa Nanggeleng, Kecamatan
Cicaheum, Kota Bandung
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Untuk kemudian sebagai Terdakwa dalam perkara pidana dengan Nomor Reg. Perkara
12/Pid.B/2008/PN.Bdg tanggal 27 Oktober2008.
DIDAKWA
DAKWAAN KESATU :
Primer : Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 jo Pasal 65
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Subsider : Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 jo Pasal 65
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)·
DAKWAAN KEDUA :
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 181 jo Pasal 65
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
1. Penuntut Umum tidak cermat di dalam menentukan pengadilan mana yang seharusnya
mengadili perkara a quo.
Bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum bertentangan dengan kewenangan relatif
pengadilan berdasarkan Pasal 84 ayat (2) KUHAPyang berbunyi :
Pengadilan negeri yang di dalam daerah hukumnya terdakwa
bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau
ditahan, hanya berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut,
apabila tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih
dekat pada tempat pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan
pengadilan negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu
dilakukan.
Berdasarkan Pasal tersebut, maka jelas bahwa, Pengadilan Negeri Bandung tempat Jaksa Penuntut
Umum mengajukan Surat Dakwaantidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara ini, karena
Terdakwa diketemukan di rumah saudaranya di Saguling, Kabupaten Bandung Barat maka pengajuan Surat
Dakwaan seharusnya diajukan diPengadilan Negeri Kabupaten Bandung.
2. Surat Dakwaan tidak jelas dalam menyebutkan fakta dalam uraian perbuatan
Kecerobohan Penuntut Umum tidak memasukkan fakta yang sangat penting, terlihat
di dalam Surat Dakwaan pada halaman duayang Kami kutip sebagai berikut:
- Bahwa Terdakwa bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) di keluarga
Korban Ronald Alimudin dan Korban Sri Magdalena sejak Oktober 2007. Korban Ronald
Alimudin menderita penyakit yang menyebabkan Korban tidak dapat melakukan aktivitas
apapun, dan harus selalu berbaring di tempat tidur. Di keluarga tersebut, tugas utama
Terdakwa adalah untuk merawat dan memenuhi kebutuhan sehari-hari Korban Ronald
Alimudin. Selain Terdakwa, Keluarga tersebut juga mempekerjakan pembantu rumah
tangga lain yaitu Saksi Dina Sari. Yang mengurus pekerjaan rumah tangga yang lainnya
dengan waktu bekerja dari pukul 06.00 WIB – 17.00 WIB;
Selanjutnya di dalam Surat Dakwaan juga terdapat uraian fakta-fakta sebagai
berikut :
- Bahwa sekitar pukul 11.00 WIB, Korban Sri Magdalena datang dengan membawa
barang belanjaan kebutuhan warung dan kebutuhan rumah tangga. Lalu Terdakwa
membantu memasukan barang belanjaan kebutuhan rumah ke dapur dan barang belanjaan
kebutuhan warung disimpan di warung milik Korban Sri Magdalena. Setelah Terdakwa
menyimpan barang belanjaan di warung, Terdakwa meminjam uang kepada Korban Sri
Magdalena sebesar Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) dan Korban Sri
Magdalena tidak keberatan untuk meminjamkan uang tersebut kepada Terdakwa. Kemudian
korban Sri Magdalena ke dapur dan tidak lama kemudian kembali ke warung menanyakan
kepada Terdakwa “Dina Sari kemana”, dijawab oleh Terdakwa “pulang”, korban Sri
Magdalena menanyakan lagi : “kenapa pulang”, dijawab oleh Terdakwa “karena ada
bapaknya datang dari Garut”, dijawab oleh korban Sri Magdalena ”kenapa sama kamu
diizinkan”, dijawab oleh Terdakwa: “karena sebelumnya Dina sari katanya telah meminta
izin sama ibu”. Selanjutnya korban Sri Magdalena mengatakan kepada Terdakwa “Kamu
kan Man bekerja sudah lama harus tegas dong,tambah di warung banyak permen yang
hilang”, dijawab oleh Terdakwa : “Kan suka diganti sama saya kalau ada yang hilang
mah”, korban Sri Magdalena mengatakan lagi “Ngasih obat sama Bapak telat, yang benar
kamu sekarang kerjanya, lalu Terdakwa menjawab “Saya sudah benar kerjanya”. Kemudian
korban Sri Magdalena pergi ke ruangan tengah dan Terdakwa merasa korban Sri
Magdalena memperlihatkan roman yang tidak senang dengan Terdakwa;
Uraian-uraian dakwaan sebagaimana yang kami kutip di atas telah membuat tidak terang
fakta yang sebenarnya terjadi. Pasalnya, Terdakwa diperkirakan telah bekerja kepada korban
kurang lebih satu tahun, tetapi saksi Dina Sari tidak disebutkan secara jelas sejak kapan dia
bekerja kepada korban. Hal ini tentunya penting disebutkan mengingat bahwa dalam
dakwaan korban mengatakan bahwa “terdakwa bekerja sudah lama”. Sudah lama atau
sebaliknya harus ada elemen lain untuk dijadikan parameter, elemen lain disini tentunya
adalah masa kerja saksi Dina Sari sendiri. Mana mungkin bisa dipastikan bahwa Terdakwa
bekerja sudah lama sedangkan waktu mulai bekerjanya Saksi Dina Sari tidak disebutkan
dalam surat dakwaan.
Perlu diketahui bahwatugas utama Terdakwa adalah untuk merawat dan memenuhi
kebutuhan sehari-hari Korban Ronald Alimudin, sedangkan urusan rumah tangga lainnya
dikerjakan olehSaksi Dina Sari. Namun, dalam surat dakwaan yang disusun oleh Penuntut
Umum terdapat fakta yang sulit untuk dimengerti, yakni terdakwa juga melakukan pekerjaan
di luar pekerjaan utamanya, yakni menjagawarungkorban. Dakwaan Penuntut Umum
sungguh mengada-ada. Telah secara jelas disebutkan di awal bahwa terdakwa hanya
mempunyai tugas utama untuk merawat dan memenuhi kebutuhan sehari-hari korban Ronald
Alimudin tetapi ternyata pekerjaan lain di luar itu juga dikerjakan oleh korban. Sebenarnya
pekerjaan pasti dari Saudara Terdakwa apa?.
Berdasarkan Hal-hal yang telah Kami jelaskan menjadikan Surat Dakwaan menjadi
kabur(obscuur libel, yang berakibat sulitnya Terdakwa untuk melakukan pembelaan diri.
Bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor. Reg.Perkara :
PDM-23/BANDUNG/10/2008tertanggal 20Oktober 2008 yang dibacakan pada tanggal 27
Oktober2008 tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 143 ayat (2) sub b KUHAP dan sekaligus
menetapkan bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah BATAL DEMI HUKUM.
PERMOHONAN
Berdasarkan pada Pokok-Pokok Nota Keberatan yang Kami uraikan d atas, maka Kami
selaku Penasihat Hukum Terdakwa FIRMANSYAH BIN FIRMAN UTINAmemohon
kepada Majelis Hakim untuk menjatuhkan Putusan Sela dengan Amar Putusan yang pada
pokoknya menyatakan sebagai berikut:
PRIMAIR
SUBSIDAIR
Atau apabila Majelis Hakim Yang Mulia atas dasar pertimbangannya berpendapat lain,
Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa memohon Putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et
bono)
Hormat Kami,
Tim Penasihat Hukum Terdakwa
Lex inusta on est lex
Bandung,27 Oktober2008
Diposting oleh HadeDanil di 10.13
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Hukum
2 komentar:
1.
IQMEDIACENTER5 Nove
Terlebih dahulu kami selaku Tim Penasehat Hukum, untuk dan atas nama sdr. Sukimin bin Surim mengucapkan
terima kasih kepada majelis hakim yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengajukan eksepsi
ini.
I. Pendahuluan
II. Eksepsi Atas Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
III. Kesimpulan
IV. Penutup
I. Pendahuluan
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dan yang bathil, dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran
padahal kamu mengetahui (Q.S. Al Baqaroh : 42)
Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati serta seluruh Pencinta Keadilan yang kami cintai.
Dalam 58 tahun perjalanan sejarah Republik Indonesia, belum sekalipun pernah terdapat periode panjang
terhadap perhormatan, perlindungan, penegakkan, dan pemajuan Hak Asasi Manusia. Manusia-manusia
Indonesia terus menerus diperlakukan secara buruk oleh negaranya sendiri yang tidak lain adalah negara yang
kemerdekaannya diperjuangkan dengan melibatkan partisipasi seluruh rakyat dan tidak hanya diperjuangkan
oleh segelintir orang saja.
Petani dan Petani Penggarap, sebagai bagian terbesar dari masyarakat Indonesia juga sudah membuktikan diri
sebagai penyumbang terbesar untuk kemajuan bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintahan Soekarno pada 1960
telah memberikan penghargaan kepada petani sebuah UU yang menjanjikan adanya Reformasi Agraria yang
akan memberikan keadilan atas penguasaan tanah yaitu UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria yang lebih dikenal dengan UUPA. Tetapi UUPA ini tidak pernah dilaksanakan secara konsisten
oleh pemerintah. Pemerintah malah mengeluarkan kebijakan-kebijakan sektoral mengenai agraria yang hanya
menguntungkan para pemodal besar seperti halnya UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang kemudian
menutup rapat akses petani terhadap sumber-sumber agraria.
Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati serta semua orang yang merindukan Keadilan
yang kami cintai, kasus yang terjadi di desa Sindangasih berawal dari sengketa pertanahan antara Perum
Perhutani dengan masyarakat setempat. Untuk itu Pemerintah dan DPRD Kab Tasikmalaya dalam dengar
pendapatnya dengan Serikat Petani Pasundan bertempat di Ruang Rapat Paripurna DPRD Kab. Tasikmalaya
pada 9 Oktober 2003 telah bersepakat untuk membentuk Tim inventarisasi tanah-tanah Perhutani yang
bersengketa di wilayah kabupaten Tasikmalaya yang salah satunya terletak di blok cibadodon.
Selain itu dengan diterbitkannya Keputusan Presiden No 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Di Bidang
Pertanahan yang kemudian dalam pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) huruf c menegaskan kewenangan pemerintah
kabupaten/kota untuk menyelesaikan sengketa tanah garapan, maka telah jelas bahwa kasus ini adalah
sengketa perdata.
Dari keterangan diatas telah jelas sebenarnya, bahwa status lahan tersebut masih dalam sengketa. Akan tetapi
Perum Perhutani telah bertindak jauh dengan melakukan klaim atas lahan di blok Cibadodon tanpa dapat
menunjukkan alas hak yang sah kepada masyarakat. Perum Perhutani malah melakukan penangkapan-
penangkapan yang menjerat dan menyeret sdr. Sukimin bin Surim ke depan persidangan ini.
Semua orang adalah sama di muka hukum dan tanpa diskriminasi apapun berhak atas perlindungan hukum
yang sama (Pasal 7 Deklarasi Universal HAM, Pasal 14 (1) & (3) Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik,
Pasal 27 (1) & Pasal 28 D (1) UUD 1945, Pasal 7 & Pasal 8 TAP MPR No XVII Tahun 1998 Tentang HAM, Pasal
17 UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM)
Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, dan semua orang yang merindukan keadilan yang
kami cintai, apabila melihat kasus posisi dan akar permasalahan yang sebenarnya terjadi maka sesungguhnya
Jaksa Penuntut Umum tidak memahami akar permasalahan yang terjadi di desa Sindangasih dan tidak
memperhatikan beberapa hal yang cukup penting seperti proses penyelidikan dan penyidikan yang berlangsung
dengan mengabaikan aturan-aturan yang telah ada di KUHAP sehingga hak-hak tersangka sebagaimana yang
telah dijamin dan diatur dalam KUHAP terabaikan dan proses pengumpulan alat bukti yang penuh rekayasa dan
tergesa-gesa. Sehingga ketentuan yang telah digariskan dalam Pasal 143 (2) huruf b KUHAP menjadi tidak
terpenuhi karena surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum secara formil dan materil kabur (obscuur libel) dan
menyesatkan (misleading) dan secara substansi mengandung rekayasa hukum yang dengan sengaja
mengabaikan akses masyarakat terhadap tanah yang terkait langsung dengan akses terhadap keadilan (access
to justice)
Berdasarkan fakta yang telah diungkapkan diatas, maka kami merinci eksepsi kami sebagai berikut
Jaksa Penuntut Umum telah melakukan kesalahan dengan mendakwa bahwa Sukimin bin Surim telah
memasuki, merambah, dan melakukan menebang pohon dan lain sebagainya di areal hutan yang diklaim oleh
Perum Perhutani untuk menebang pohon Acacia Mangium dengan menggunakan mesin Senso, yang kemudian
sdr. Sukimin bin Surim membakarnya untuk menyuburkan tanah di ladang yang baru dibuka. Sementara itu di
lokasi yang dikenal dengan nama blok Cibadodon Kp. Sinagar Desa Sindangasih, Kecamatan Cikatomas,
Kabupaten Tasikmalaya tersebut belumlah dapat dikatakan sebagai kawasan hutan yang dibawah pengelolaan
Perum Perhutani, dikarenakan hingga saat ini Perum Perhutani tidak atau setidak-tidaknya belum dapat
menunjukkan alas haknya yang sah dalam pengelolaan kawasan tersebut sebagaimana yang ditentukan dalam
pasal 14 jo pasal 15 UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
Jaksa Penuntut Umum juga telah mengabaikan kenyataan bahwa sdr. Sukimin bin Surim ditangkap di rumahnya
tanpa ada surat penangkapan dan penahanan yang sah dan pada kenyataannya tidak ada seorangpun yang
melihat bahwa sdr. Sukimin bin Surim telah merambah, melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta
melakukan menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam tanpa memiliki izin dari
pejabat yang berwenang sebagaimana diatur dalam pasal 50 ayat (3) huruf b dan e UU No 41 tahun 1999
tentang Kehutanan.
Oleh karena itu adalah sangat beralasan apabila surat dakwaan ini kemudian dinyatakan tidak jelas dan kabur.
Bahwa kasus yang menjerat dan menyeret sdr. Sukimin bin Surim dalam persidangan ini pada pokoknya adalah
sengketa kepemilikan dan atau penguasaan lahan yang hingga saat ini masih dalam proses penyelesaian di
DPRD Kab. Tasikmalaya.
Oleh karena itu belum ada satupun unsur pidana yang telah dilakukan oleh sdr. Sukimin bin Surim sebelum ada
kejelasan menurut hukum bahwa lahan yang dimaksud benar-benar di bawah penguasaan Perum Perhutani
sehingga tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh sdr. Sukimin bin Surim belumlah dikatakan sebagai tindak
pidana kehutanan. Sementara itu kondisi yang secara nyata terjadi adalah permasalahan perdata dan
administratif yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tanah atau lokasi di blok Cibadodon bukanlah atau setidaknya belum dibawah penguasaan perum Perhutani
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
2. Sampai saat ini Perum Perhutani belum atau tidak dapat menunjukkan bukti penguasaan lahannya secara sah
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) huruf c jo pasal 14 UU No 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan
Oleh karena itu tindak pindana baru akan muncul apabila permasalahan perdata dan administratif telah selesai
dan Perum Perhutani secara sah dan meyakinkan menunjukkan bukti penguasaan lahan tersebut kepada
masyarakat
Bahwa barang bukti berupa alat gergaji mesin Senso tidak diambil penyidik dari tempat kejadian. Bagaimana
mungkin penyidik begitu yakin bahwa gergaji mesin senso tersebut yang dipakai oleh sdr. Sukimin bin Surim
apabila gergaji mesin senso tersebut tidak diambil dari tempat kejadian
d. Kualifikasi Delik
Karena masih terjadi sengketa kepemilikan atau penguasaan lahan maka lahan di blok Cibadodon belum dapat
dikatakan sebagai kawasan hutan, maka penerapan pasal 50 ayat (3) huruf 3 jo pasal 78 ayat (5) UU No 41
tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi tidak relevan dan salah penerapan hukum karena hingga saat ini belum
terjadi tindak pidana sebagaimana yang didakwakan terhadap sdr. Sukimin bin Surim
Bahwa sdr. Sukimin bin Surim memberikan keterangan di depan penyidik dengan dibawah tekanan karena sdr.
Sukimin bin Surim diancam untuk memberikan keterangan seperti yang diinginkan oleh penyidik hal ini berarti
bertentang dengan ketentuan yang digariskan dalam pasal 52 KUHAP.
Sehingga menurut hemat kami pemeriksaan terhadap diri sdr. Sukimin bin Surim telah dilakukan secara
melawan hukum
III. Kesimpulan
Dan Kami hendak memberikan karunia kepada mereka yang tertindas di bumi, Kami jadikan mereka menjadi
pemimpin-pemimpin dan Kami jadikan mereka pewaris (Q.S. Al Qashas : 5)
Berdasarkan uraian yang telah kami kemukakan diatas, maka tibalah kami pada kesimpulan yang pada
pokoknya adalah sebagai berikut:
1. Bahwa pokok permasalahannya adalah masalah perdata dan administratif, oleh karena itu berdasarkan
PERMA No 1 tahun 1956 pemeriksaan pidananya dapat ditangguhkan menunggu putusan dari hakim perdata.
2. Dakwaan tidak jelas dan kabur (Obscur Libeli) serta menyesatkan (misleading) sehingga terkesan dipaksakan
3. Surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal demi hukum karena pemeriksaan terhadap diri sdr. Sukimin bin
Surim dilakukan secara melawan hukum
4. Bahwa dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum adalah salah dalam penerapan hukum
IV. Penutup
Berdasarkan uraian kami diatas, sesuai dengan pasal 143 ayat (2) huruf b jo pasal 156 ayat (1) KUHAP maka
dakwaan Jaksa Penuntut Umum haruslah dapat dinyatakan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus
dibatalkan atau setidak-tidaknya menangguhkan perkaranya sampai putusan atas sengketa perdata telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Iklan
CONTOH EKSEPSI
EKSEPSI
ATAS NAMA TERDAKWA
SATRIA BIN M. YUNUS
DALAM PERKARA PIDANA NOMOR :103/Pid.B/2010/PN.SLEMAN
Oleh tim Pembela :
Ridwan Rofa’i S.H
Mas rizal S.H
Oby dinata S.H
Sehubungan dengan adanya dakwaan dari Rekan Jaksa Penuntut Umum, maka
perkenankan kami menyampaikan Eksepsi atas nama SATRIA Bin M. YUNUS,
sebagai berikut :
PRIMER
1. Menerima dan mengabulkan eksepsi kami untuk seluruhnya.
2. Menyatakan secara hukum bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal demi
hukum atau setidak-tidaknya haruslah dibatalkan.
3. Membebankan seluruh biaya perkara ini kepada negara.
SUBSIDER
Memberikan putusan yang seadil-adilnya.
Demikianlah Eksepsi ini kami sampaikan, atas perhatian dan perkenan Yth.
Bapak/ ibu Majelis Hakim, kami sampaikan terima kasih.
CONTOH EKSEPSI
Posted by Ridwan Rofai at 06:36
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: CONTOH EKSEPSI, pengertian eksepsi
Location: Indonesia
No comments:
Post a Comment