Lalu apa itu ide? Dalam buku logika scientifika karya DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph.,
L.Ph. ide adalah sebuah kata yang berasal dari kata Yunani eidos, eidosberarti ‘yang orang
lihat’, ‘penampakan’, ‘bentuk’, ‘gambar’, ‘rupa’ yang dilihat.
Lalu yang disebut konsep? Dalam buku yang sama konsep berasal dari kata Latin:
concipere, yang artinya mencakup, mengandung, mengambil, menyedot, menangkap. Dari
kata concipere muncul kata benda conceptus yang berarti tangkapan.
Dalam keterangan yang lain konsep adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin
conceptus (kata benda masculinum) yang dibentuk dari kata conceptumyang berasal dari
kata kerja (konjugasi III) concipio. Kata ini berarti ‘mengambil ke dalam dirinya’ atau
‘menangkap’.
Penangkapan ide atau konsep bisa terjadi dengan benar atau tidak benar, maka aprehensi
sederhana juga dapat diragukan atau ditolak. Apabila ide atau konsep kita tangkap secara
tidak sah atau secara tidak benar, maka hal tersebut akan berakibat pada keputusan yang
juga tidak sah dan tidak benar.
B. Pengertian Term
Setelah kita mengetahui pengertian tentang ide dan konsep maka apa itu term? Menurut
DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph. term merupakan ide atau konsep yang
dinyatakan dalam sebuah kata atau lebih. Tidak semua kata atau kumpulan kata adalah
term, meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata.
Sebagai catatan, suatu term, sebagai suatu kegiatan tahu, di dalam fenomologi modern
selalu menyandang ciri intensional. Suatu tangkapan selalu merupakan suatu kegiatan
menangkap ke arah sesuatu yang lain yakni sesuatu yang atas kesadaran spontan tidak
bergantung pada kegiatan menangkap tersebut. Karena tangkapan-tangkapan tersebut
berciri abstrak, maka ia mengungkapkan benda-benda secara tidak penuh, tetapi di lain
pihak mengungkapkan suatu isi tertentu yang tidak jelas.
Jika sebuah kata-kata tidak memiliki pengertian tertentu sehingga tidak dapat digunakan
sebagai term tanpa bantuan kata-kata yang lain, maka ia tidak disebut dengan term atau
juga disebut dengan Term Sinkategorimatis. Contoh: kepada, dari, dsb.
Sebaliknya jika sebuah kata telah memiliki pengertian tertentu tanpa bantuan dengan kata
yang lain biasa disebut dengan Term Kategorimatis. Contoh: hewan, manusia, dsb.
2. Term Kategorimatis Equivokal, yaitu term yang dikenakan kepada beberapa hal atau
benda dalam arti yang berbeda-beda, contoh kalimat-kalimat berikut: “kambing itu adalah
kambing hitam”, “Hidayat adalah orang yang sering dijadikan kambing hitam”. Kambing
hitam yang pertama merupakan kambing yang memang berwarna hitam, sedangkan yang
kedua adalah dimaksudkan orang yang sering dipersalahakan.
3. Term Kategorimatis Analogis, yaitu term yang digunakan kepada beberapa hal atau
benda dalam arti yang berlainan namun dari segi tertentu memiliki kesamaan, seperti contoh
term sakit untuk “orang sakit” dan “rumah sakit”
Menurut DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph. komprehensi adalah keseluruhan arti
yang tercakup dalam suatu konsep atau term. Yang dimaksudkan dengan keseluruhan arti
adalah suatu unit (kesatuan) arti-arti yang kompleks yang terdapat pada suatu konsep.
Contoh: term manusia komprehensinya rasional, beradab, berbudaya, dan sebagainya.
Sedangkan Ekstensi lebih mengacu pada luas cakupan, kuantitas, bidang, lingkungan
konsep suatu term. Dengan kata lain, ekstensi adalah keseluruhan luas lingkungan dan
bidang serta keseluruhan jumlah dari suatu konsep yang terkandung dalam suatu term.
Contoh: Ekstensi term manusia ialah semua manusia tanpa terkecuali dan pembatasan
apapun juga.
Catatan:
· Semakin miskin komprehensi, semakin luas ekstensi, contoh: ide atau konsep tentang
hewan jika tanpa keterangan yang lebih lanjut, maka ide tentang hewan tersebut akan
mengacu pada hewan apa saja, bisa saja kucing, ular, anjing dsb.
· Semakin kaya komprehensi, semakin sempit ekstensi, contoh: idehewan yang meringkik
keterangan yang meringkik memperkaya komprehensi karenanya maka ekstensinya
menjadi sempit dan hanyakuda yang dapat ditunjuk dengan ide atau konsep hewan yang
meringkik.
E. Jenis-Jenis Term
Term biasanya dibedakan atas lima jenis:
1. Term konkret, yaitu term yang mengarah kepada suatu benda konkret, dalam logika
tradisional termasuk pula nama diri (proper name). misalnya: kursi, meja, kuda, dsb.
2. Term abstrak, yaitu term yang mengacu pada kualitas, sifat, dan hubungan dari sesuatu.
Misalnya: kebajikan, kemanusiaan, keindahan, bulatan, hitam, peramah, dsb.
3. Term tunggal, term yang mengacu kepada satu benda atau perorangan, atau kepada
suatu himpunan yang terdiri atas sebuah pengertian yang menunjuk kepada suatu diri.
Misalnya: kepala SMP Negeri 30 Jakarta yang kedua, direktur utama Garuda Indonesia
yang ketujuh, dsb.
4. Term kolektif, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan atau kelompok dari hal-
hal atau benda yang dilihat selaku satu kesatuan. Misalnya: UIN, PERSIS, dsb.
5. Term umum, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan tanpa pembatasan
kuantitas ataupun kualitas (berlaku umum) contoh: manusia, hewan, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
A. Kesesatan Berfikir
Ilmu logika lahir bersamaan dengan lahirnya Filsafat Barat di Yunani. Dalam usaha untuk
menyebar luaskan pemikiran-pemikirannya, para filusuf Yunani banyak yang mencoba
membantah pemikirannya dengan para filusuf lainnya dengan menunjukkan kesesatan
penalarannya. Sejak awal, logika telah menaruh perhatian atas kesesatan penalaran
tersebut. Kesesatan penalaran ini disebut dengan kesesatan berfikir (fallacia/fallacy)
Kesesatan berfikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis,
salah arah dan menyesatkan. Ini karena adanya suatu gejala berfikir yang disebabkan oleh
pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.
Kesesatan relavansi timbul ketika seseorang menurunkan suatu kesimpulan yang tidak
relevan pada premisnya atau secara logis kesimpulan tidak terkandung bahkan tidak
merupakan implikasi dari premisnya.
3. Argumentum ad Baculun.
Baculum artinya tongkat. Kesesatan ini terjadi jika penerimaan atau penolakan suatu
penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman, jika tidak menyetujui akan dihukum,
dipenjarakan, dipukuli, bahkan dipersulit hidupnya dan diteror. Teror pada hakikatnya adalah
suatu paksaaan untuk menerima suatu gagasan karena ketakutan.
4. Argumentum ad Misericordiam.
Argumentum ad Misericordiam adalah penalaran yang ditujukan untuk menimbulkan belas
kasihan agar dapat diterima. Argumen ini biasanya berhubungan dengan usaha agar suatu
perbuatan dimaafkan.
Penalaran ini biasanya diungkapkan dalam pengadilan. Seperti, terdakwa mengingatkan
hakim bahwa ia mempunyai anak, istri, keluarga dan yang lain-lain.
5. Argumentum ad Populum.
Argumentum ad Populum banyak dijumpai dalam kampanye politik, seperti pidato-pidato,
demonstrasi dan propaganda. Karena Argumentum ad Popolum ditujukan kepada rakyat,
kepada suatu masa atau kepada halayak ramai, maka dalam Argumentum ad Populum
perlu pembuktian sesuatu secara klogis tidak dipentingkan, yang diutamakan adalah
menggugah perasaan masa pendengar atau membakar emosi pendengar agar menerima
suatu konklusi tertentu.
7. Kesesatan Aksidensi.
Sifat atau kondisi aksidental adalah sifat yang kebetulan, tidak harus ada dan tidak mutlak.
Kesesatan aksidensi terjadi jika kita menerapkan prinsip atau pernyataan umum kepada
peristiwa-peristiwa tertentu, tetapi karena keadaannya yang bersifat aksidental, maka
menyebabkan penerapan itu tidak cocok. Contoh:
Makan adalah suatu perbuatan baik. Tetapi jika makan pada waktu harus berpuasa, maka
penalaran tersebut sesat karena faktor aksidensi.
9. Petition Principia.
Petition Principia adalah kesesatan ketika membuktikan sesuatu. Penalaran yang disusun
menggunakan konklusinya atau apa yang hendak kita buktikan itu sebagai premis, sudah
tentu dengan kata-kata atau ungkapan yang berbeda dengan bunyi konklusinya. Contoh:
Manusia harus berlaku adil. Karena adil adalah perintah Tuhan yang tercantum dalam Kitab
Suci. Sebagai alasan (premis), dikemukakan bahwa Kitab Suci itu berisi perintah Tuhan.
Disini dibuktikan bahwa perintah Tuhan itu tercantum dalam Kitab Suci karena Kitab Suci
berisi perintah Tuhan.
Dalam suatu pengadilan, seorang pembela dengan panjang lebar berhasil membuktikan
bahwa pembunuhan adalah suatu perbuatan yang sangat keji dan menarik kesimpulan
bahwa terdakwa melakukan perbuatan sekeji itu.
Rumah itu terdiri atas bagian-bagian apa saja?. Dapat dijawab: atap, dinding, langit-langit,
dan sebagainya.
Pertanyaan itu sebetulnya terdiri atas sejumlah pertanyaan. Demikian juga perintah untuk
menyebutkan jenis-jenis kalimat dapat dijawab dengan kalimat tanya dan kalimat berita,
atau kalimat pasif dan aktif, atau dengan kalimat panjang atau pendek. Kalau kita bertanya:
jam berapa kamu bangun?, maka pertanyan itu tidak kompleks. Karena terdiri dari satu
peretanyaan, akan tetapi pertanyaan itu mengandung sebuah pernyataan di dalamnya, yaitu
“bahwa kamu tidur”. Kalau ASEAN menuntut supaya Vietnam menarik mundur tentaranya
dari Kampuchea, di dalamnya terkandung pernyataan bahwa Vietnam telah memasuki
Kampuchea dengan tidak sah. Kalau perjanjian Camp David mengenai otonomi Palestina
ditafsirkan berbeda oleh Mesir dan Israel, itu disebabkan karena bunyi kalimat-kalimat yang
bersangkutan mengandung makna yang kompleks, sehingga Negara yang satu dapat
menunjuk makna Negara lainnya. Biasanya suatu persetujuan diplomatik memang
mengandung makna majemuk yang kelak dapat ditafsirkan menurut situasinya.
C. Kesalahan formal
Penalaran dapat sesat kalau bentuknya tidak tepat dan tidak sahih. Kesesatan inilah yang
disebut dengan kesalahan formal. Kesalahan formal adalah kesalahan yang terjadi karena
pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika.
Sesat pikir tidak hanya terjadi dalam fakta-fakta saja, melainkan juga dalam bentuk
penarikan kesimpulan yang sesat dikarenakan tidak dari premis-premisnya yang menjadi
acuannya. Sesat pikir juga bisa terjadi ketika menyimpulkan sesuatu lebih luas dari
dasarnya. Seperti: kucing berkumis, candra berkumis. Jadi, candra Kucing.
1. Definisi,
Kesesatan dalam definisi terjadi karena kata-katanya sulit, abstrak, negatif dan mengulang;
(kesesatan: mengulang apa yang didefinisikan). Contoh:
Hukum waris adalah hukum untuk mengatur warisan.
2. Klasifikasi,
Kesesatan dalam definisi terjadi pada dasar penggolongan yang tidak jelas, tidak konsisten
dan tidak bisa menampung seluruh fenomena yang ada. Contoh:
Musim menurut kegiatannya dapat dibagi menjadi musim tanam, musim menyiangi, musim
hujan dan musim panen; (kesesatan: musim kemarau dan musim hujan bukanlah kegiatan).
3. Perlawanan,
Kontraris hukumnya jika salah satu proposisi salah, berarti yang lain tentu benar. Contoh:
Jika semua karyawan korupsi dinilai salah, berarti semua karyawan tidak korupsi pasti
benar.
4. Fallacy of Two Negatife Premises (kekeliruan karena menyimpulkan dari dua premis
yang negatif)
Kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negative sebenarnya tidak
bisa ditarik konklusi. Contoh:
Tidak satupun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah.
Jadi, semua barang di toko itu adalah baik.
Sementara konsep dapat diartikan sebagai ungkapan pikiran atau produk pemikiran hasil
daya tangkap otak manusia terhadap suatu hal baik yang berbentuk materi maupun
nonmateri, nyata atau tidak nyata. Konsep sedikit banyak beroleh pengaruh dari faktor
eksternal.
Term adalah kata, atau hasil pengungkapan konsep secara lahiriah berupa kata dan atau
kumpulan kata yang dapat dan bisa ditangkap oleh pikiran-pikiran pribadi lain.
Prinsip penalaran adalah kaidah-kaidah (hukum) paling dasar pada logika yang harus
dipatuhi dan diakui sebagai legitimasi dan komitmen berpikir yang bertolak dari pengamatan
indera (observasi empirik) yang pada akhirnya menghasilkan sejumlah konsep-konsep dan
pengertian.
Hubungan struktural paling sederhana antara ide, konsep, dan term dengan prinsip
penalaran: Logika berfondasikan silogisme, silogisme terbentuk dari proposisi-proposisi,
sementara proposisi merupakan gabungan term. Dan seperti yang kita tahu, term
merupakan kata atau gabungan kata berupa output atau hasil pemikiran-pemikiran yang
bermula dari adanya konsep berpikir dimana ide adalah inti dari pemikiran tersebut.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan ide, konsep dan term dengan prinsip
penalaran adalah bahwa ide memunculkan suatu gagasan atau konsep berpikir yang
rancangan-rancangannya dibahasakan menggunakan term (kata) dimana kata-kata ini
haruslah mempunyai suatu pedoman berupa kaidah-kaidah (hukum) mendasar sebagai
prinsip penalaran yang mengandung kebenaran universal.
Ada dua kategori sederhana mengenai sesat pikir yakni kesesatan pikir formal dan sesat
pikir material
Sesat pikir formal adalah kesesatan yang dilakukan karena penalaran yang tidak tepat dan
terjadi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip logika mengenai term dan preposisi
Contoh:
Sesat pikir material adalah kesesatan yang menyangkut isi (materi) penalaran yang dapat
terjadi karena faktor bahasa sehingga keliru dalam menarik simpulan.
Contoh:
Sumber:
https://ragil.org/2015/05/09/fallacy-atau-sesat-pikir-dalam-logika/