Anda di halaman 1dari 9

1.

MAKALAH IDE ATAU KONSEP, DAN TERM 

A. Pengertian Ide atau Konsep 


Berbicara masalah term maka tidak bisa tidak kita harus membahas apa yang menjadi
penopang term itu sendiri, ada dua unsur penopang dalam yaitu ide dan konsep. 

Lalu apa itu ide? Dalam buku logika scientifika karya DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph.,
L.Ph. ide adalah sebuah kata yang berasal dari kata Yunani eidos, eidosberarti ‘yang orang
lihat’, ‘penampakan’, ‘bentuk’, ‘gambar’, ‘rupa’ yang dilihat. 

Lalu yang disebut konsep? Dalam buku yang sama konsep berasal dari kata Latin:
concipere, yang artinya mencakup, mengandung, mengambil, menyedot, menangkap. Dari
kata concipere muncul kata benda conceptus yang berarti tangkapan. 

Dalam keterangan yang lain konsep adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin
conceptus (kata benda masculinum) yang dibentuk dari kata conceptumyang berasal dari
kata kerja (konjugasi III) concipio. Kata ini berarti ‘mengambil ke dalam dirinya’ atau
‘menangkap’. 

Penangkapan ide atau konsep bisa terjadi dengan benar atau tidak benar, maka aprehensi
sederhana juga dapat diragukan atau ditolak. Apabila ide atau konsep kita tangkap secara
tidak sah atau secara tidak benar, maka hal tersebut akan berakibat pada keputusan yang
juga tidak sah dan tidak benar. 

B. Pengertian Term 
Setelah kita mengetahui pengertian tentang ide dan konsep maka apa itu term? Menurut
DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph. term merupakan ide atau konsep yang
dinyatakan dalam sebuah kata atau lebih. Tidak semua kata atau kumpulan kata adalah
term, meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata. 

Sebagai catatan, suatu term, sebagai suatu kegiatan tahu, di dalam fenomologi modern
selalu menyandang ciri intensional. Suatu tangkapan selalu merupakan suatu kegiatan
menangkap ke arah sesuatu yang lain yakni sesuatu yang atas kesadaran spontan tidak
bergantung pada kegiatan menangkap tersebut. Karena tangkapan-tangkapan tersebut
berciri abstrak, maka ia mengungkapkan benda-benda secara tidak penuh, tetapi di lain
pihak mengungkapkan suatu isi tertentu yang tidak jelas. 

C. Term Sinkategorimatis dan Term Kategorimatis 


Seperti yang telah diungkapkan pada yang telah lalu, bahwa apa disebut term adalah setiap
kata atau kumpulan kata yang mempunyai arti, keterkaitan antara kata yang mempunyai arti
dengan konsep atau ide karena kata merupakan suatu pengejawantahan dari ide atau
konsep itu sendiri. Dengan kata lain term merupakan pernyataan lahiriah dari konsep atau
ide. 

Jika sebuah kata-kata tidak memiliki pengertian tertentu sehingga tidak dapat digunakan
sebagai term tanpa bantuan kata-kata yang lain, maka ia tidak disebut dengan term atau
juga disebut dengan Term Sinkategorimatis. Contoh: kepada, dari, dsb. 

Sebaliknya jika sebuah kata telah memiliki pengertian tertentu tanpa bantuan dengan kata
yang lain biasa disebut dengan Term Kategorimatis. Contoh: hewan, manusia, dsb. 

Term Kategorimatis dapat dibedakan menjadi tiga jenis: 


1. Term Kategorimatis Univokal, yaitu term yang dikenakan kepada beberapa hal atau
benda dalam arti yang sama, seperti contoh kalimat-kalimat berikut: “Adam adalah
manusia”, “Tuti adalah manusia”, “jhon adalah manusia”. Term “manusia dalam contoh ini
digunakan dalam arti yang sama. 

2. Term Kategorimatis Equivokal, yaitu term yang dikenakan kepada beberapa hal atau
benda dalam arti yang berbeda-beda, contoh kalimat-kalimat berikut: “kambing itu adalah
kambing hitam”, “Hidayat adalah orang yang sering dijadikan kambing hitam”. Kambing
hitam yang pertama merupakan kambing yang memang berwarna hitam, sedangkan yang
kedua adalah dimaksudkan orang yang sering dipersalahakan. 

3. Term Kategorimatis Analogis, yaitu term yang digunakan kepada beberapa hal atau
benda dalam arti yang berlainan namun dari segi tertentu memiliki kesamaan, seperti contoh
term sakit untuk “orang sakit” dan “rumah sakit” 

D. Komprehensi dan Ekstensi 


Kita telah meneropong pengertian ide atau konsep dan juga term, maka penulis merasa
perlu juga untuk membahas ruang lingkup dari ide atau konsep itu sendiri, dalam ide atau
konsep ada yang disebut dengan Komprehensi dan Ekstensi. 

Menurut DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph. komprehensi adalah keseluruhan arti
yang tercakup dalam suatu konsep atau term. Yang dimaksudkan dengan keseluruhan arti
adalah suatu unit (kesatuan) arti-arti yang kompleks yang terdapat pada suatu konsep.
Contoh: term manusia komprehensinya rasional, beradab, berbudaya, dan sebagainya. 

Sedangkan Ekstensi lebih mengacu pada luas cakupan, kuantitas, bidang, lingkungan
konsep suatu term. Dengan kata lain, ekstensi adalah keseluruhan luas lingkungan dan
bidang serta keseluruhan jumlah dari suatu konsep yang terkandung dalam suatu term.
Contoh: Ekstensi term manusia ialah semua manusia tanpa terkecuali dan pembatasan
apapun juga. 

Catatan: 
· Semakin miskin komprehensi, semakin luas ekstensi, contoh: ide atau konsep tentang
hewan jika tanpa keterangan yang lebih lanjut, maka ide tentang hewan tersebut akan
mengacu pada hewan apa saja, bisa saja kucing, ular, anjing dsb. 

· Semakin kaya komprehensi, semakin sempit ekstensi, contoh: idehewan yang meringkik
keterangan yang meringkik memperkaya komprehensi karenanya maka ekstensinya
menjadi sempit dan hanyakuda yang dapat ditunjuk dengan ide atau konsep hewan yang
meringkik. 

E. Jenis-Jenis Term 
Term biasanya dibedakan atas lima jenis: 
1. Term konkret, yaitu term yang mengarah kepada suatu benda konkret, dalam logika
tradisional termasuk pula nama diri (proper name). misalnya: kursi, meja, kuda, dsb. 

2. Term abstrak, yaitu term yang mengacu pada kualitas, sifat, dan hubungan dari sesuatu.
Misalnya: kebajikan, kemanusiaan, keindahan, bulatan, hitam, peramah, dsb. 

3. Term tunggal, term yang mengacu kepada satu benda atau perorangan, atau kepada
suatu himpunan yang terdiri atas sebuah pengertian yang menunjuk kepada suatu diri.
Misalnya: kepala SMP Negeri 30 Jakarta yang kedua, direktur utama Garuda Indonesia
yang ketujuh, dsb. 

4. Term kolektif, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan atau kelompok dari hal-
hal atau benda yang dilihat selaku satu kesatuan. Misalnya: UIN, PERSIS, dsb. 
5. Term umum, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan tanpa pembatasan
kuantitas ataupun kualitas (berlaku umum) contoh: manusia, hewan, dsb. 

DAFTAR PUSTAKA 

PENGANTAR LOGIKA asas-asas penalaran sistematis karya jan handrik rapar.


logika scientifika karya DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph.
wikipedia.org

A. Kesesatan Berfikir
Ilmu logika lahir bersamaan dengan lahirnya Filsafat Barat di Yunani. Dalam usaha untuk
menyebar luaskan pemikiran-pemikirannya, para filusuf Yunani banyak yang mencoba
membantah pemikirannya dengan para filusuf lainnya dengan menunjukkan kesesatan
penalarannya. Sejak awal, logika telah menaruh perhatian atas kesesatan penalaran
tersebut. Kesesatan penalaran ini disebut dengan kesesatan berfikir (fallacia/fallacy)
Kesesatan berfikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis,
salah arah dan menyesatkan. Ini karena adanya suatu gejala berfikir yang disebabkan oleh
pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.
Kesesatan relavansi timbul ketika seseorang menurunkan suatu kesimpulan yang tidak
relevan pada premisnya atau secara logis kesimpulan tidak terkandung bahkan tidak
merupakan implikasi dari premisnya.

B. Bentuk-bentuk Kesesatan Relevansi: 


1. Argumentum ad Hominem.
Kesesatan ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak suatu usul
yang tidak berdasarkan penalaran, melainkan karena alasan yang berhubungan dengan
kepentingan atau keadaan orang yang mengusulkan dan orang yang diusuli. Contoh: 
Menolak land reform karena pembagian tanah itu selalu dituntut oleh orang komunis. 
Jadi, usul land reform itu perbuatan orang komunis dan perbuatan orang komunis itu jahat. 

2. Argumentum ad Veccundiam atau Argumentum Auctoritas.


Kesesatan ini sama dengan Argumentum ad Hominem, yaitu menerima atau menolak
sesuatu tidak berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena orang yang
mengemukakannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya dan seseorang yang
ahli. 

3. Argumentum ad Baculun.
Baculum artinya tongkat. Kesesatan ini terjadi jika penerimaan atau penolakan suatu
penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman, jika tidak menyetujui akan dihukum,
dipenjarakan, dipukuli, bahkan dipersulit hidupnya dan diteror. Teror pada hakikatnya adalah
suatu paksaaan untuk menerima suatu gagasan karena ketakutan. 

4. Argumentum ad Misericordiam.
Argumentum ad Misericordiam adalah penalaran yang ditujukan untuk menimbulkan belas
kasihan agar dapat diterima. Argumen ini biasanya berhubungan dengan usaha agar suatu
perbuatan dimaafkan. 
Penalaran ini biasanya diungkapkan dalam pengadilan. Seperti, terdakwa mengingatkan
hakim bahwa ia mempunyai anak, istri, keluarga dan yang lain-lain. 

5. Argumentum ad Populum.
Argumentum ad Populum banyak dijumpai dalam kampanye politik, seperti pidato-pidato,
demonstrasi dan propaganda. Karena Argumentum ad Popolum ditujukan kepada rakyat,
kepada suatu masa atau kepada halayak ramai, maka dalam Argumentum ad Populum
perlu pembuktian sesuatu secara klogis tidak dipentingkan, yang diutamakan adalah
menggugah perasaan masa pendengar atau membakar emosi pendengar agar menerima
suatu konklusi tertentu. 

6. Kesesatan Non Causa Pro Causa.


Kesesatan Non Causa Pro Causa terjadi apabila kita menganggap sesuatu sebagai sebab,
padahal sebenarnya bukan sebab atau bukan sebab yang lengkap. 

7. Kesesatan Aksidensi.
Sifat atau kondisi aksidental adalah sifat yang kebetulan, tidak harus ada dan tidak mutlak.
Kesesatan aksidensi terjadi jika kita menerapkan prinsip atau pernyataan umum kepada
peristiwa-peristiwa tertentu, tetapi karena keadaannya yang bersifat aksidental, maka
menyebabkan penerapan itu tidak cocok. Contoh: 

Makan adalah suatu perbuatan baik. Tetapi jika makan pada waktu harus berpuasa, maka
penalaran tersebut sesat karena faktor aksidensi. 

8. Kesesatan Komposisi atau Divisi.


Kesesatan karena komposisi dan divisi terjadi ketika menyimpulkan bahwa predikat itu juga
berlaku untuk kelompok kolektif seluruhnya. Maka disini penalaran kita sesat karena
komposisi. Contoh: 
Jika film itu bagus, belum tentu semua pemerannya bermain bagus. 

9. Petition Principia.
Petition Principia adalah kesesatan ketika membuktikan sesuatu. Penalaran yang disusun
menggunakan konklusinya atau apa yang hendak kita buktikan itu sebagai premis, sudah
tentu dengan kata-kata atau ungkapan yang berbeda dengan bunyi konklusinya. Contoh: 

Manusia harus berlaku adil. Karena adil adalah perintah Tuhan yang tercantum dalam Kitab
Suci. Sebagai alasan (premis), dikemukakan bahwa Kitab Suci itu berisi perintah Tuhan.
Disini dibuktikan bahwa perintah Tuhan itu tercantum dalam Kitab Suci karena Kitab Suci
berisi perintah Tuhan. 

10. Ignoratio Elenchi.


Ignoraito Elenchi atau disebut pula kesesatan penalaran yang tidak disebabkan oleh
bahasa. Kesalahan ini terjadi ketika konklusi yang diturunkan dari premis tidak relavan
dengan premis itu. Contoh: 

Dalam suatu pengadilan, seorang pembela dengan panjang lebar berhasil membuktikan
bahwa pembunuhan adalah suatu perbuatan yang sangat keji dan menarik kesimpulan
bahwa terdakwa melakukan perbuatan sekeji itu. 

11. Kesesatan Karena Pertanyaan yang Kompleks.


Sebuah pertanyaan atau perintah seringkali bukan pertanyaan yang tunggal dan dapat
dijawab dengan tepat dengan satu jawaban, meskipun pertanyaannya berbentuk kalimat
tunggal. Contoh: 

Rumah itu terdiri atas bagian-bagian apa saja?. Dapat dijawab: atap, dinding, langit-langit,
dan sebagainya. 

Pertanyaan itu sebetulnya terdiri atas sejumlah pertanyaan. Demikian juga perintah untuk
menyebutkan jenis-jenis kalimat dapat dijawab dengan kalimat tanya dan kalimat berita,
atau kalimat pasif dan aktif, atau dengan kalimat panjang atau pendek. Kalau kita bertanya:
jam berapa kamu bangun?, maka pertanyan itu tidak kompleks. Karena terdiri dari satu
peretanyaan, akan tetapi pertanyaan itu mengandung sebuah pernyataan di dalamnya, yaitu
“bahwa kamu tidur”. Kalau ASEAN menuntut supaya Vietnam menarik mundur tentaranya
dari Kampuchea, di dalamnya terkandung pernyataan bahwa Vietnam telah memasuki
Kampuchea dengan tidak sah. Kalau perjanjian Camp David mengenai otonomi Palestina
ditafsirkan berbeda oleh Mesir dan Israel, itu disebabkan karena bunyi kalimat-kalimat yang
bersangkutan mengandung makna yang kompleks, sehingga Negara yang satu dapat
menunjuk makna Negara lainnya. Biasanya suatu persetujuan diplomatik memang
mengandung makna majemuk yang kelak dapat ditafsirkan menurut situasinya. 

12. Argumentum ad Ignoratiam. 


Kesesatan ini terjadi pada hal-hal yang berkaitan erat dengan sesuatu yang tidak
terbuktikan. Seperti: gejala psikis, telepati dan semacamnya. Hal itu sulit di buktikan baik
oleh pendukung maupun penentangnya. 

C. Kesalahan formal
Penalaran dapat sesat kalau bentuknya tidak tepat dan tidak sahih. Kesesatan inilah yang
disebut dengan kesalahan formal. Kesalahan formal adalah kesalahan yang terjadi karena
pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika.
Sesat pikir tidak hanya terjadi dalam fakta-fakta saja, melainkan juga dalam bentuk
penarikan kesimpulan yang sesat dikarenakan tidak dari premis-premisnya yang menjadi
acuannya. Sesat pikir juga bisa terjadi ketika menyimpulkan sesuatu lebih luas dari
dasarnya. Seperti: kucing berkumis, candra berkumis. Jadi, candra Kucing. 

Sesat pikir juga terjadi dalam berbagai hal, seperti:

1. Definisi,
Kesesatan dalam definisi terjadi karena kata-katanya sulit, abstrak, negatif dan mengulang;
(kesesatan: mengulang apa yang didefinisikan). Contoh: 
Hukum waris adalah hukum untuk mengatur warisan. 
2. Klasifikasi,
Kesesatan dalam definisi terjadi pada dasar penggolongan yang tidak jelas, tidak konsisten
dan tidak bisa menampung seluruh fenomena yang ada. Contoh:
Musim menurut kegiatannya dapat dibagi menjadi musim tanam, musim menyiangi, musim
hujan dan musim panen; (kesesatan: musim kemarau dan musim hujan bukanlah kegiatan). 

3. Perlawanan,
Kontraris hukumnya jika salah satu proposisi salah, berarti yang lain tentu benar. Contoh: 
Jika semua karyawan korupsi dinilai salah, berarti semua karyawan tidak korupsi pasti
benar.

4. Dalam mengolah proposisi majemuk. 


Menyamakan antara proposisi hipotesis kondisional dan prposisi kondisional. Contoh: 
Jika mencuri maka dihukum. Berarti jika dihukum berarti dia mencuri. 

D. Klasifikasi Fallacy Formal: 


1. Fallacy of Four Terms (kekeliruan karena menggunakan empat term).
Kekeliruan berfikir karena menggunakan empat term dalam silogisme terjadi karena term
penengah diartikan ganda, sedangkan harusnya terdiri dari tiga term. Seperti : 
Semua perbuatan mengganggu orang lain diancam dengan hukuman 
Menjual barang di bawah harga tetangganya adalah mengganggu kepentingan orang lain. 
Jadi, menjual harga di bawah tetangganya diancam dengan hukuman.

2. Fallacy of Undistributed Middle (kekeliruan karena kedua term penengah tidak


mencakup).
Contoh kekeliruan berfikir karena tidak satupun dari kedua term penengahmencakup: 
Orang yang terlalu banyak belajar kurus. 
Dia kurus sekali 
Karena itu tentulah ia banyak belajar.

3. Fallacy of Illicit Process (kekeliruan karena proses tidak benar).


Kekeliruan berfikir karena term premis tidak mencakup tapi dalam konklusi mencakup.
Seperti: 
Kuda adalah binatang, sapi bukan kuda. Jadi ia bukan binatang.

4. Fallacy of Two Negatife Premises (kekeliruan karena menyimpulkan dari dua premis
yang negatif)
Kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negative sebenarnya tidak
bisa ditarik konklusi. Contoh: 
Tidak satupun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah.
Jadi, semua barang di toko itu adalah baik. 

5. Fallacy of Affirming the Consequent (kekeliruan karena mengakui akibat).


Kekeliruan dalam berfikir dalam Silogisme Hipotetika karena membenarkan akibat kemudian
membenarkan sebabnya. Contoh: 
Bila pecah perang, harga barang-barang naik. Sekarang harga barang naik, jadi perang
telah pecah. 

6. Fallacy of Denying Antecedent (kekeliruan karena menolak sebab).


Kekeliruan berpikir dalam Silogisme Hipotetika karena mengingkari sebab, kemudian
disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana. Contoh: 
Bila datang elang, maka ayam berlarian. Sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak
berlarian. 

7. Fallacy of Disjunction (kekeliruan dalam bentuk disyungtif).


Kekeliruan berpikir terjadi dalam Silogisme Disyungtif karena mengingkari alternatif pertama,
kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif
pertama bisa juga tidak terlaksananya alternatif yang lain. Contoh: 
Dari menulis cerita atau pergi ke Surabaya. Dia tidak pergi ke Surabaya, jadi dia tentu
menulis cerita. 

8. Fallacy of Inconstistency (kekeliruan karena tidak konsisten).


Kekeliruan berfikir karena tidak runtutnya pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang
diakui sebelumnya. Contoh: 
Tuhan adalah Mahakuasa, karena itu Ia bisa menciptakan Tuhan lain yang lebih kuasa dari
Dia. 

E. Kesesatan Bersifat Semantik/Bahasa


Semantik berkaitan dengan ilmu kata, yaitu bagaimana kejadian dan pengertian sesuatu
kata. Kesalahan semantik itu dapat disebut dengan ambiguitas. Ambiguitasberasal dari amb
(bahasa latin) yang mempunyai arti sekitar atau sekeliling, dan kataagree yang dapat
diartikan sesuatu yang mendorong pikiran ke segala arah (Heru Suharto, 1994). Berarti
ambiguitas adalah kata-kata yang mempunyai arti lebih dari satu, atau bisa juga disebut
hemonim.
Hemonim adalah kesesatan karena adanya kata-kata. Kata disini adalah kata kata yang
memiliki banyak arti, yang dalam logika yang biasanya disebut ambiguitas. Diantara cara-
cara untuk menghindar ambiguitas adalah: 

1. Menunjukkan langsung adanya kesesatan semantik dengan mengemukakan konotasi


sejati, 
2. Memilih kata-kata yang hanya arti tunggal, 
3. Menggunakan wilayah yang tepat, apakah universal atau partikular, 
4. Dapat juga dengan konotasi subjektif yang berlaku khusus atau objektif yang bersifat
komprehensif. (Heru Suharto, 1994). 

F. Kesesatan Karena Bahasa


Kesesatan karena bahasa terjadi karena beberapa hal; biasanya kata-kata dalam bahasa
dapat memiliki arti yang berbeda dan arti yang sama pun bisa ada pada kata-kata yang
berbeda. Kesesatan dalam bahasa bisa hilang karena bahasa itu biasanya hilang atau
berubah kalau penalaran dari bahasa disalin ke bahasa lain. 
Berikut ini beberapa kesesatan karena bahasa:
1. Kesesatan Karena Aksen atau Tekanan.
Perbedaan arti dan kessatan penalaran terjadi dalam ucapan tiap-tiap suku kata yang
diberikan tekanan, karena perubahan tekanan dapat membawa perubahan arti. Contoh: 
Tiap pagi pasukan mengadakan apel. 
Apel itu buah. 
Jadi, tiap paagi pasukan mengadakan buah. 
2. Kesesatan Karena Term Ekuivok.
Term ekuivok (term yang mempunyai lebih dari satu arti) adalah apabila dalam satu
penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah term yang sama, maka terjadilah kesesatan
penalaran. Contoh: 
Abadi adalah sifat Ilahi.
Adam adalah mahasiswa abadi.
Jadi, Adam adalah mahasiswa yang bersifat Ilahi.
3. Kesesatan Karena Methaphora (kiasan).
Kesesatan dalam kiasan terjadi karena dalam suatu penalaran sebuah arti kiasan
disamakan dengan arti sebenarnya atau arti sebaliknya. Cukup luar biasa apabila orang
mencampur adukkan arti sebenarnya dan arti kiasan dari sesuatu kata atau ungkapan.
Kesesatan ini sering disengaja dalam lawak. 
4. Kesesatan Karena Amfiboli.
Kesesatan amfiboli terjadi kalau konstruksi sebuah kalimat itu demikian rupa, sehingga
artinya menjadi bercabang. Contoh: 
Mahasiswa yang duduk diatas meja yang paling depan. 
Apa yang paling depan, mahasiswa atau mejanya? 
Menurut pemahaman saya, ide adalah fenomena mental berupa penyimpulan murni
pengejawantah pikiran tanpa tercampur adanya suatu sebab-alasan sebelumnya, ide adalah
bentuk pikiran itu sendiri.

Sementara konsep dapat diartikan sebagai ungkapan pikiran atau produk pemikiran hasil
daya tangkap otak manusia terhadap suatu hal baik yang berbentuk materi maupun
nonmateri, nyata atau tidak nyata. Konsep sedikit banyak beroleh pengaruh dari faktor
eksternal.

Term adalah kata, atau hasil pengungkapan konsep secara lahiriah berupa kata dan atau
kumpulan kata yang dapat dan bisa ditangkap oleh pikiran-pikiran pribadi lain.

Prinsip penalaran adalah kaidah-kaidah (hukum) paling dasar pada logika yang harus
dipatuhi dan diakui sebagai legitimasi dan komitmen berpikir yang bertolak dari pengamatan
indera (observasi empirik) yang pada akhirnya menghasilkan sejumlah konsep-konsep dan
pengertian.

Hubungan struktural paling sederhana antara ide, konsep, dan term dengan prinsip
penalaran: Logika berfondasikan silogisme, silogisme terbentuk dari proposisi-proposisi,
sementara proposisi merupakan gabungan term. Dan seperti yang kita tahu, term
merupakan kata atau gabungan kata berupa output atau hasil pemikiran-pemikiran yang
bermula dari adanya konsep berpikir dimana ide adalah inti dari pemikiran tersebut.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan ide, konsep dan term dengan prinsip
penalaran adalah bahwa ide memunculkan suatu gagasan atau konsep berpikir yang
rancangan-rancangannya dibahasakan menggunakan term (kata) dimana kata-kata ini
haruslah mempunyai suatu pedoman berupa kaidah-kaidah (hukum) mendasar sebagai
prinsip penalaran yang mengandung kebenaran universal.

Ada dua kategori sederhana mengenai sesat pikir yakni kesesatan pikir formal dan sesat
pikir material
Sesat pikir formal adalah kesesatan yang dilakukan karena penalaran yang tidak tepat dan
terjadi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip logika mengenai term dan preposisi

Contoh:

semua batu adalah benda mati

semua batu adalah bersifat padat

semua yang bersifat padat adalah benda mati

Sesat pikir material adalah kesesatan yang menyangkut isi (materi) penalaran yang dapat
terjadi karena faktor bahasa sehingga keliru dalam menarik simpulan.

Contoh:

semua yang mendukung sistem komunisme adalah manusia tidak bertuhan

semua manusia tidak bertuhan adalah pendukung sistem komunisme

padahal ada manusia liberal kapitalis yang tidak bertuhan

Sumber:

Modul Pengantar Logika

https://ragil.org/2015/05/09/fallacy-atau-sesat-pikir-dalam-logika/

Anda mungkin juga menyukai