Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

Aspek Eliminasi BAB

NAMA : MATHEOS KIFTA

A. Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowe
(feses). Buang Air Besar/BAB atau eliminasi alvi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan ini diatur oleh gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus
(duodenum, jejenum dan ileum) dan usus besar yang meliputi katup ileum caecum
sampai ke dubur (anus). Proses pembentukan feses (sisa makanan) dimulai dari ketika
makanan yang diterima oleh usus dalam bentuk setengah padat (chyme) yang berasal dari
lambung kemudian akan diabsorpsi air, nutrien/zat gizi, maupun elektrolit kemudian usus
sendiri akan mensekresi mucus, potasium, bikarbonat dan enzim. Proses perjalanan
makan hingga ke rektum membutuhkan waktu lebih dari 12 jam.

a. Proses Buang Air Besar (defekasi)

Defekasi merupakan pengosongan usus (BAB). Dalam proses defekasi terdapat dua refleks
yang berperan penting terletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi
rangsangan parasimpatis, sphingter ani bagian dalam kendor dan usus besar menguncup
refleks defekasi dirangsang untuk buang besar, kemudian spingter ani bagian luar diawasi
oleh sistem parasimpatis setia waktu menguncup atau kendor. Selama proses defekasi
berbagai otot lain membantu proses itu diantaranya otot-otot dinding perut, diafragma, dan
otot dasar pelvis.

Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi terdapat beberapa gangguan/masalah yang bisa
terjadi diantaranya:

b. Gangguan/masalah eliminasi alvi (buang air besar) :

Konstipasi: Keadaan individu mengalami atau berisiko tinggi terjadinya stasis usus besar yang
berakibat jarang buang air besar, keadaan ini ditandai dengan adanya feses yang keras,
defekasi kurang dari 3 kali seminggu, menurunnya bising usus, nyeri saat mengejan dan
defekasi dan keluhan pada rectum.

Konstipasi kolonik: keadaan individu mengalami atau berisiko mengalami pelambatan pasase
residu makanan yang mengakibatkan feses kering dan keras. Konstipasi kolonik ditandai
dengan adanya penurunan frekuensi eliminasi, feses kering dan keras, mengejan saat defekasi,
nyeri defekasi, distensi abdomen, tekanan pada rektum dan nyeri abdomen.

Diare: keadaan individu mengalami atau berisiko sering mengalami pengeluaran feses
cair/tidak berbentuk atau keluarnya tinja yang encer terlalu banyak dan sering. Frekuensi
defekasi lebih dari 3 kali sehari, nyeri/kram abdomen, bising usus meningkat.

Inkontinensia usus merupakan keadan individu mengalami perubahan kebiasaan defekasi yang
normal dengan pengeluaran feses involunter (sering juga dikenal inkontinensia alvi). Orang
mengalami inkontensia alvi dapat ditandai dengan hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.

Kembung: keadaan flatus yang berlebihan di daerah testinal yang dapat menyebabkan
terjadinya distensi pada intestinal, hal ini dapat disebabkan karena konstipasi atau penggunaan
obat-obatan.

Hemorid adalah pelebaran dan inflamasi dari pleksus arteri-vena disaluran anus yang
berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Hemoroid juga
sering disebut penyakit wasir atau ambeien.

Fecal impaction keadaan dimana masa feses keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Masalah ini sering terjadi pada orang
yang mengalami sembelit dalam waktu yang lama yang dapat disebabkan adanya aktivitas
kurang, asupan rendah serat dan kelemahan tonus otot.

Konstipasi adalah menurunya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang keras
dan kering atau tidak adanya feses pada periode waktu tertentu. Hal ini juga terjadi apabila
feses melewati usus sangat lambat sehingga memungkinkan terus terjadi reabsorbsi selama
diusus besar. Konstipasi juga diasosiasikan dengan kesulitan untuk mengeluarkan feses.
Seorang perawat harus mengkaji riwayat pola defekasi klien sebelum menyatakan seseorang
klien mengalami konstipasi karena ada beberapa orang yang mempunyai pola defekasi tidak
setiap hari tapi ada juga yang setiap hari.

Penyebab :

Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, perubahan dari kebiasaan
rutin dapat dengan cepat merubah pola defekasi. Diet yang tidak adekuat seperti kurang serat
(daging, telur) dan kurang caiaran yang dapat menyebabkan kandungan air dalam chyeme
berkurang sehingga feses menjadi kering dan keras
Meningkatnya stess fisiologis stress psikologis : akan mengaktifkan sistem saraf simpatik dan
hormon ephineprin sehingga menyebabkan spastic bowel/hypertonic constipation/irritable colon.
Kurangnya olah raga seperti berbaring terlalu lama

a. Obat-obatan : beberapa obat seperti kodein, morphin, antikolinergik dan zat besi dapat
menurunkan motilitas usus sehingga dapat menyebabkan konstipasi. Besi dapat merusak
mukosa usus sehinga dapat menyebabkan konstipasi tetapi besi juga dapat mengiritasi
mukosa usus sehingga pada beberapa individu besi dapat menyebabkan diare.

b. Usia : pada usila mengalami penurunan kualitas otot perut, sekresi intestinal juga
menurun sehingga menyulitkan proses defekasi

c. Proses penyakit : obstruksi usus, ileus paralitik, injury spinal cord dan tumor

d. Penggunaan laksatif yang berlebihan : dapat menghambat reflek fisiologis untuk BAB

Kondisi yang tidak diperbolehkan mengalami konstipasi :

a. Post op abdomen dan rektal


b. Gangguan kardiovaskular
c. Peningkatan tekanan intraokular (glukoma)
d. Peningkatan tekanan intra kranial

Karakteristik konstipasi :

a. Menurunya frekuensi BAB


b. F eses keras dan kering
c. Nyeri saat BAB
d. Nyeri abdomen
e. Distensi abdomen
f. Teraba ada tekanan pada rektum/teraba penuh
g. Teraba adanya masa fecal (retensi fecal)
h. Penurunan nafsu makan

Aspek Eliminasi BAK


Eliminasi Urine (BAK) adalah :

Pengeluaran melalui saluran kencing berupa urine tubuh dibersihkan dari bahan-bahan yang
melebihi kebutuhan badan dari produk buangan (kotor)

Secara garis besar struktur sistem perkencingan terdiri dari :

a. Ginjal : melakukan 2 fungsi utama


1. Mengekspresikan sebagian terbesar produksi akhir metabolism tubuh berupa urine
2. Mengatur konsentrasi garam dalam dari keseimbangan asam basah, darah serta
keseimbangan cairan
b. Ureter : berfungsi smenyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing
c. Kandung kencing berfungsi :
1. Sebagai reservoir dari urine yang diproduksi terus menerus dari ke dua ginjal
2. Mencegah terjadinya refluk yaitu aliran balik urine dari buli-buli ke sistem ureter dan
ginjal
3. Urethra dan sprintel berfungsi mengeluarkan urine dari kandung kencing
d. Fungsi sistemperkencingan yang normal
1. Penderita dapat kencing spontan
2. Produksi urine : 1 CC/KG/JAM Atau 50-60 jam
3. Karakteristik urine normal : warnanya bening orange, pucat, tanpa endapan, baunya
tajam.
4. Pemeriksaan laboratorium :
a. Berat jenis urine : 1000- 1025 PH=6
b. Urine lengkap dalam batas-batas normal
c. Bun.S. creatine dalam batas normal

Urine :

Hasil dari penyaringan darah di ginjal, dimana ampas-ampas pertukaran ikut tersaring dan
dikeluarkan oleh tubuh melalui saluran kencing.

Isi Urine :

a. 96%
b. Ampas-ampas pertukaran zat
c. Ureum
d. Kreatinin
e. Acidum Uricum
f. Beberapa macam garam
g. Urochrom, memberi warna urine
Yang perlu diopservasi pada urine atau dikaji adalah :

a. Banyaknya
b. Frekuensi
c. Warna
d. Jernihnya
e. Baunya
f. Keadaan yang luar biasa

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine :

a. Diet dan asupan


Tipe makanan seperti protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk,
dapat meningkatkan pembentukan urine.
b. Respons keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan berkemih dapat menimbulkan urine banyak tertahan
di VU sehingga mempengaruhi ukuran VU dan jumlah urine
c. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup mempengaruhi ketersediaan fasilitas toilet
d. Stress psikologis
Meningkatnya stress dapat mengakibatkan frekuensi berkemih karena sensifitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi
e. Tingkat aktifitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot VU yang baik untuk fungsi spinkter yang
didapatkan dengan beraktivitas

Anda mungkin juga menyukai