Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ecah

Npm : 2001030006

Prodi : PGMI
Kelas : C Semester 2
Tugas : Sejarah Kebudayaan Islam
SOAL !!
1. Jelaskan penemuan-penemuan Jabir bin Hayyan dalam bidang kimia!
2. Bagaimana perbedaan Aljabar yang ditemukan pertama kali oleh Al-Khawarizmi
dengan aljabar yang kita gunakan saat ini?
3. Mengapa dikatakan bahwa “Kalau saja Al-Kindi tidak hidup pada masa Khalifah Al-
Ma’mum barangkali peradaban Islam tidak akan semaju waktu itu”?
4. Kejadian apa yang membuat Al-Biruni harus tinggal di India bahkan sampai menulis
buku-buku sejarah India dan menjadi rujukan bagi bangsa India waktu belakangan
ini?
5. Jelaskan penemuan-penemuan Ibnu Sina dalam bidang kedokteran!
JAWABAN:
1. Untuk penemuan dan karya tentu saja tidak sedikit, hal itu disebabkan ilmuwan pada
masa itu tidak hanya mendalami satu bidang keilmuan saja tetapi banyak. Penulis
hanya mencantumkan penemuan dan karya tokoh ini dibidang yang paling menonjol
yaitu kimia.

Beberapa penemuan Jabir Ibn Hayyan diantaranya adalah: asam klorida, asam nitrat,
asam sitrat, asam asetat, teknik distilasi dan teknik . Dia juga yang menemukan larutan aqua
regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas.

Jabir Ibn Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam


proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama
mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca. Jabir Ibn Hayyan
juga pertama kali mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah
terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.

Jika kita mengetahui kelompok metal dan non-metal dalam penggolongan kelompok
senyawa, maka lihatlah apa yang pertamakali dilakukan oleh Jabir. Dia mengajukan tiga
kelompok senyawa berikut:

 “Spirits“ yang menguap ketika dipanaskan, seperti camphor, arsen dan amonium
klorida.
 “Metals” seperti emas, perak, timbal, tembaga dan besi; dan
 “Stones” yang dapat dikonversi menjadi bentuk serbuk.

Jabir juga telah meninggalkan banyak karyanya bahkan ada yang menyebutkannya tidak
kurang dari 200 judul buku. Karya-karyanya hingga kini masih tetap terpelihara dan
tersimpan di berbagai perpustakaan nasional di beberapa negara, seperti di Museum Britania
Inggris misalnya, didapati sebuah manuskrip karya Jabir yang berjudul Al-Khawash al-Kabir
(Inti-inti yang Besar), sementara di Perpustakaan Nasional Paris (Prancis) terdapat satu
naskah karya Jabir dengan judul Al-Ahjar (batu-batuan).

Karya-karya Jabir kian banyak diakui oleh para ilmuwan Barat.Hal ini terbukti
dengan mulai banyaknya diterjemahkan karya-karyanya itu ke dalam bahasa Latin yang
menjadi rujukan standar selama beberapa abad. Karya-karya Jabir menarik minat para
ilmuwan Barat, seperti R. Ruska, Kupp, EJ Holmyard, M. Berthelot, Paul Kraus, George
Sarton, R. Russell, dan lain-lain untuk menelaahnya.

2. Asal mula Aljabar dapat ditelusuri berasal dari Babilonia Kuno yang mengembangkan
system matematika yang cukup rumit, dengan hal ini mereka mampu menghitung
dalam cara yang mirip dengan aljabar sekarang ini. Dengan menggunakan sistem ini,
mereka mampu mengaplikasikan rumus dan menghitung solusi untuk nilai yang tak
diketahui untuk kelas masalah yang biasanya dipecahkan dengan menggunakan 
persamaan Linier, persamaan Kuadrat dan Persamaan Linier tak tentu. Sebaliknya,
bangsa Mesir dan kebanyakan bangsa India, Yunani, serta Cina dalam melenium
pertama belum masehi, biasanya masih menggunakan metode geometri untuk
memecahkan persamaan seperti ini, misalnya seperti yang disebutkan dalam “the
Rhind Mathematical Papyrus”, “Sulba Sutras”, “Eucilid’s Elements” dan “The Nine
Chapters on the Mathematical Art”. Hasil bangsa Yunani dalam Geometri, yang
tertulis dalam kitab elemen, menyediakan kerangka berpikir untuk menggeneralisasi
formula metematika di luar solusi khusus dari suatu permasalahan tertentu ke dalam
sistem yang lebih umum untuk menyatakan dan memecahkan persamaan, yaitu
kerangka berpikir logika Deduksi.
Seperti telah disinggung di atas istilah “aljabar” berasal dari kata Arab “al-jabr” yang
berasal dari kitab “Al-Kitab aj-jabr wa al-Muqabala” (yang berarti “The Compendious
Book on Calculation by Completion and Balancing”) Yang ditulis oleh
matematikawan Persia Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi. Kata “Al-Jabr” sendiri
sebenarnya berarti penggabungan (reunion). Matematikawan Yunani di zaman
Hllenisme, Diophantus, secara tradisional dikenal sebagai “Bapak Aljabr”, walaupun
sampai sekarang masih diperdebatkan, tetapi ilmuwan yang bernama R Rashed dan
Angela Armstrong dalam karyanya bertajuk The Development of Arabic
Mathematics, menegaskan bahwa Aljabar karya Al-Khawarizmi memiliki perbedaan
yang signifikan dibanding karya Diophantus, yang kerap disebut-sebut sebagai
penemu Aljabar. Dalam pandangan ilmuwan itu, karya Khawarizmi jauh lebih baik di
banding karya Diophantus.
Al-Khawarizmi yang pertama kali memperkenalkan aljabar dalam suatu bentuk dasar
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsep aljabar
Diophantus lebih cenderung menggunakan aljabar sebagai alat bantu untuk aplikasi
teori bilangan.
Para sajarawan meyakini bahwa karya al-Khawarizmi merupakan buku pertama
dalam sejarah di mana istilah aljabar muncul dalam konteks disiplin ilmu. Kondisi ini
dipertegas dalam pembukuan, formulasi dan kosakata yang secara teknis merupakan
suatu kosakata baru.
Ilmu pengetahian aljabar sendiri sebenarnya merupakan penyempurnaan terhadap
pengetahuan yang telah dicapai oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Kedua bangsa
tersebut telah memiliki catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah aritmatika,
aljabar dan geometri pada permulaan 2000 SM. Dalam buku Arithmetica of
Diophantus terdapat beberapa catatan tentang persamaan kuadrat. Meskipun demikian
persamaan yang ada belum terbentuk secara sistematis, tetapi terbentuk secara tidak
sengaja melalui penyempurnaan kasus-kasus yang muncul. Karena itu, sebelum masa
al-Khawarizmi, aljabar belum merupakan suatu objek yang secara serius dan
sistematis dipelajari.
3. Karena Al-Kindi merupakan manusia terbaik pada zamannya. Ia menguasai beragam
ilmu pengetahuan. Dunia pun mendapuknya sebagai filsuf arab yang paling tangguh.
Juga kepandaiannya dan kemampuannya dalam menguasai berbagai ilmu, termasuk
kedokteran, membuatnya diangkat menjadi guru dan tabib kerajaan khalifah juga
mempercayainya untuk berkiprah di Baitul Hikmah (House of Wisdom) yang kala itu
gencar menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari berbagai bahasa, seperti
Yunani.
4. Bagian awal Kitab Al-Athar memuat penjelasan Al-Biruni bahwa ide penyusunan
buku ini muncul dari diskusinya dengan seorang penguasa terpelajar. Keduanya
sepakat, bahwa dengan kajian yang mendekati kenyataan tentang budaya dan institusi
sosial generasi kuno, plus dibarengi studi perbandingan sejarah bangsa-bangsa, kita
bisa memetik pelajaran berguna bagi pembangunan sistem sosial baru yang lebih baik.
“Akan tetapi, pikiran kita harus bersih dulu dari semua yang membutakan manusia
pada kebenaran, seperti bersikap partisan, mementingkan rivalitas, tergila-gila pada
satu tujuan (fanatisme ideologis), berhasrat untuk menghegemoni dan lainnya,” tulis
Al-Biruni dalam Kitab Al-Athar (Chronology of Ancient Nations, terjemahan Edward
Sachau, 1879, hlm. 3). Sikap simpatik Al-Biruni pada komunitas di luar Islam makin
menguat ketika usianya matang. Pada usia 40-an, ia diboyong Sultan Mahmud Al-
Ghazna ke Afganistan dan kemudian “terpaksa” mengikuti ekspedisi politik Dinasti
Ghaznavid ke India Utara selama 13-an tahun. Di India, secara mandiri, ia meneliti
dan menulis Kitab Fi Tahqiq Ma Li Al-Hind Min Maqola Maqbula Fi Al-`Aql Aw
Mardhula (Alberuni's India). Al-Biruni juga menerjemahkan buku-buku sanskerta ke
bahasa Arab. Sebaliknya, ia juga menerjemahkan buku bahasa Arab dan Yunani ke
sanskerta. Al-Biruni beda pendapat dengan Sultan Mahmud Al-Ghazna. Ia
menganggap masyarakat India bukan kafir penyembah berhala, melainkan pengikut
“bentuk lain” monoteisme. Di tanah pemuja dewa-dewa Hindu, Al-Biruni
mempraktikkan toleransi total sekaligus aktif mendorong dialog kebudayaan. Saat
menulis Kitab Al-Hind, ia sengaja melenyapkan deskripsi yang bisa membuat
pembaca muslim “mengolok-olok” kepercayaan orang India. Al-Biruni mengingatkan
pembacanya bahwa perbedaan bahasa dan konteks mudah memunculkan salah paham
terkait teologi. “Dia tak lelah meminimalisir informasi soal perbedaan (antara Islam
dan Hindu) agar memudahkan perjumpaan pembaca muslim dengan mereka yang
liyan (India),” tulis Soumaya Mestiri, filsuf dari Universitas Tunisia, dalam terbitan
Unesco itu. Soumaya menilai Al-Biruni memiliki sikap humanisme skeptis saat
menulis India. Kitab Al-Hind, yang membuat Al-Biruni masyhur sebagai “Bapak
Antropologi” dan "sang pemula" dalam studi perbandingan agama serta Indologi, bisa
jadi adalah warisan terpentingnya. Buku ini adalah praksis Al-Biruni mendorong
dialog peradaban demi kehidupan bersama di tengah perbedaan dengan fondasi
“saling memahami”. Dalam kalimat pembuka Kitab Al-Hind, Al-Biruni menegaskan,
“Buku ini tak membahas polemik. Saya menjelaskan India sebagaimana adanya. Saya
malah akan menunjukkan keterkaitan India dengan Yunani... Juga keterkaitannya
dengan gagasan sebagian sufi dan sejumlah pengikut Kristen, terutama pada konsep
perpindahan jiwa, dan panteisme, teori kesatuan tuhan dengan ciptaannya.
5. Berikut 5 penemuan dan kontribusi Ibnu Sina untuk dunia kedokteran yang
dirangkum dari berbagai sumber.
1. Penemu teori penularan TBC
Ibnu Sina adalah ilmun yang pertama kali mengemukakan teori penularan virus TBC
dan efek placebo. Namun selama berabad-abad teorinya ini tidak atau belum diterima
oleh ilmuan barat.
Barulah setelah ditemukannya mikroskop dunia barat baru menerima teorinya dan
baru pada 1960 efek placebo teori ibnu sina baru diterima kebenarannya setelah mulai
majunya teknologi kedokteran.
 
2. Penemu manfaat Etanol
Seperti yang kita ketahui etanol sekarang banyak digunakan dalam dunia kedokteran
untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada pasien.
Ternyata yang pertama kali menemukan manfaat etanol tersebut adalah Ibnu Sina.
Setiap hendak menangani pasien atau meracik obat ia selalu mencuci tangannya
dengan khamr atau alkohol.
3. Kitab Al Qanun fii Thibb (Canon of Medicine)
Karya Ibnu Sina Berupa Kitab Al Qanun Fit Thibb (Canon of Medicine) telah
digunakan sebagai buku teks perubatan di pelbagai universiti di Perancis. Misalnya di
Sekolah Tinggi Perubatan Montpellier dan Louvin yang telah menggunakannya
sebagai bahan rujukan pada abad ke-17 M. Sementara itu, Prof. Phillip K. Hitti telah
menganggap buku tersebut sebagai “Ensiklopedia Perubatan”. Buku ini telah
membincangkan serta membahas tentang penyakit saraf. Arahan tersebut juga
membahas cara-cara pembedahan yang menekankan tentang keperluan pembersihan
luka. Bahkan di dalam buku-buku tersebut juga dinyatakan keterangan dengan lebih
jelas disamping gambar-gambar dan sketsa-sketsa yang sekaligus menunjukkan
pengetahuan anatomi Ibnu Sina yang luas. Penulis-penulis barat telah menganggap
Ibnu Sina sebagai “Father of Doctor” kerana beliau telah menggabungkan teori
perobatan Yunani Hipocrates dan Galen dan pengalaman dari ahli-ahli perubatan dari
India dan Parsi serta pengalaman beliau sendiri.
4. Pelopor aroma terapi
Ibnu sina juga merupakan penemu teknik destilasi uap yang mengekstrak minyak astri
dari herbal dan rempah. Selain itu juga dialah yang menemukan suatu zat untuk
mengkondensasikan uap aromatik. Oleh sebab itu maka tak heran dia disebut sebagai
pelopor aromaterapi.
5. Penemu adanya pengaruh pikiran dan kondisi fisik seseorang
Belum lama ini peneliti melakukan penelitian antara kondisi fisik manusia dan
pikirannya. Hasilnya mencengangkan, ternyata pikiran manusia berpengaruh terhadap
kondisi fisiknya. Jadi, apabila ada seorang pasien yang sakit lalu dokter tersebut
memberikan obat yang sama sekali tidak ada hubungan dengan penyakitnya lalu
dokter tersebut mengatakan "ini obat yang sangat manjur" maka pasien tersebut dapat
sembuh. Teori ini baru dibuktikan sekarang padahal Ibnu Sina telah berpendapat
demikian seribu tahun yang lalu. Ia selalu berpesan kepada muridnya "jangan pernah
katakan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat diobati, sesungguhnya sugesti
kalian merupakan obat bagi pasien".

Anda mungkin juga menyukai