Anda di halaman 1dari 16

Kasus-kasus tuntutan

pasien terkait Hak


Pasien dan Keluarga
(HPK)
DR. Muhammad Luthfie Hakim, S.H., M.H.

WIA Training, Implementasi Hak Pasien dan


Keluarga Pada Era Covid-19, 8 Juni 2021.
Advokat di Jakarta, Pendiri M. LUTHFIE HAKIM & PARTNERS Law Firm
Curriculum
Curriculum Vitae 2021
Vitae 2020
DR.
DR.Muhammad Luthfie Hakim
Muhammad Luthfie Hakim Anggota Kompartemen Hukum, Advokasi dan Mediasi PP PERSI

Anggota Divisi Hukum PP MUKISI


Advocate and Legal Counsel
for Hospitals Anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
Dosen Hukum Kesehatan pada FH Univ. Gadjah Mada-Univ.
Dosen Hukum Kesehatan pada FH UGM-UI-UPN Jkt-Borobudur-UMJ Jkt
Muhammadiyah Jakarta-Univ. Borobudur

Ketua Umum Himpunan Advokat Spesialis Rumah Sakit (HASRS)

Anggota Dewan Pakar Perhimpunan Humas RS Indonesia (PERHUMASRI)

Anggota Dewan Penasihat Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia


(MHKI)

Anggota Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI)

Jubir Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)


Pasal 46 ayat (1)
PP No.47 Tahun • Rumah Sakit wajib menghormati dan
2021 tentang melindungi hak Pasien dengan
melakukan pelayanan yang
Tentang berorientasi pada hak dan
Penyelenggaraan kepentingan Pasien
Bidang
Perumahsakitan
a. memperoleh informasi mengenai tata
tertib dan peraturan yang berlaku di
Hak Pasien sebagaimana Rumah Sakit;
dimaksud dalam pasal 43 b. memperoleh informasi tentang hak dan
ayat (3) PP N0.47 Tahun kewajiban Pasien;
2021 tentang c. memperoleh layanan yang manusiawi,
Penyelenggaraan Bidang adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
Perumahsakitan jo. Pasal
32 UU No.44 Tahun 2009 d. memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi
tentang Rumah Sakit,
dan standar prosedur operasional;
terdiri atas: (1)
e. memperoleh layanan yang efektif dan
efisien sehingga Pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas
pelayanan yang didapatkan;
g. memilih dokter, dokter gigi, dan kelas
perawatan sesuai dengan keinginannya dan
Hak Pasien sebagaimana peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
dimaksud dalam pasal 43 h. meminta konsultasi tentang penyakit yang
ayat (3) PP N0.47 Tahun dideritanya kepada dokter lain yang
2021 tentang mempunyai surat izin praktik baik di dalam
Penyelenggaraan Bidang maupun di luar Rumah Sakit;
Perumahsakitan jo. Pasal i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan
32 UU No.44 Tahun 2009 penyakit yang diderita termasuk data
tentang Rumah Sakit, medisnya;
terdiri atas: (2) j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis
dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak
atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit
Hak Pasien sebagaimana yang dideritanya;
dimaksud dalam pasal 43 l. didampingi keluarganya dalam keadaan
ayat (3) PP N0.47 Tahun kritis;
2021 Tentang m. menjalankan ibadah sesuai agama atau
Penyelenggaraan Bidang kepercayaan yang dianutnya selama hal
Perumahsakitan jo. Pasal itu tidak mengganggu Pasien lainnya;
32 UU No.44 Tahun 2009
n. memperoleh keamanan dan
tentang Rumah Sakit, keselamatan dirinya selama dalam
terdiri atas: (3) perawatan di Rumah Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas
perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan
rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang
Hak Pasien sebagaimana dianut;
dimaksud dalam pasal 43 q. menggugat dan/atau menuntut
ayat (3) PP N0.47 Tahun Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
2021 Tentang diduga memberikan pelayanan yang
Penyelenggaraan Bidang tidak sesuai dengan standar baik
Perumahsakitan jo. Pasal secara perdata ataupun pidana; dan
32 UU No.44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, r. mengeluhkan pelayanan Rumah
terdiri atas: (4) Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Kasus-Kasus
HPK yang
Sering Terjadi
Memperoleh layanan yang
manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi
Kasus-kasus:
• Pasien merasa ditelantarkan
selama di IGD
• Pasien BPJS merasa
diperlakukan serba lambat
dan menerima segala
informasi secara minimalis
Memperoleh Layanan Kesehatan Yang
Bermutu Sesuai Dengan Standar Profesi
Dan Standar Prosedur Operasional

Kasus-kasus:
• Mengeluhkan tindakan
medis sebagai substandar
(terlambat, tidak tepat dll.)
• Membandingkan antara
pelayanan di fasyankes yang
satu dengan di tempat lain,
terlebih di luar negeri
Memperoleh Layanan Yang Efektif Dan
Efisien Sehingga Pasien Terhindar Dari
Kerugian Fisik Dan Materi

Kasus-kasus:
• Pemberian obat-obatan
ataupun tindakan medis
yang tidak sesuai dengan
indikasi medis
• Pemberian obat-obatan yang
terbilang mahal padahal ada
alternatif obat yang lebih
efisien
Mengajukan Pengaduan Atas
Kualitas Pelayanan Yang
Didapatkan
Kasus-kasus:
• Pengaduan ke
Dinkes/Kemenkes,
Ombudsman, Organisasi
Profesi, MKDKI
Meminta Konsultasi Tentang Penyakit Yang
Dideritanya Kepada Dokter Lain Yang
Mempunyai Surat Izin Praktik Baik Di Dalam
Maupun Di Luar Rumah Sakit

Kasus-kasus:
• Menghambat dilakukan
permintaan second opinion
• Menolak melanjutkan
pemberian pelayanan karena
Pasien meminta second
opinion
Mendapat Informasi Yang Meliputi Diagnosis
Dan Tata Cara Tindakan Medis, Tujuan
Tindakan Medis, Alternatif Tindakan, Risiko
Dan Komplikasi Yang Mungkin Terjadi, Dan
Prognosis Terhadap Tindakan Yang Dilakukan
Serta Perkiraan Biaya Pengobatan

Kasus-kasus:
• Pemberian informasi tidak
adekuat
• Tidak (lengkap) dicatat dalam
Rekam Medis
• Pengobatan membengkak
tanpa konsultasi dengan
Pasien terlebih dahulu
Memberikan Persetujuan Atau Menolak Atas
Tindakan Yang Akan Dilakukan Oleh Tenaga
Kesehatan Terhadap Penyakit Yang
Dideritanya

Kasus-kasus:
• Tidak ada informed consent sebelum
tindakan, atau IC dimintakan
tandatangan setelah selesai tindakan
• Informed consent ditandatangani
tanpa penjelasan memadai
• Penjelasan tidak dituliskan ke dalam
Rekam Medis (secara lengkap atau
memadai)
• Penolakan hanya secara lisan, atau
tanpa berita acara penolakan berikut
penyampaian resiko medis akibat
penolakan
Pasal 46 UU Rumah Sakit:
• Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
di Rumah Sakit.
Tanggung Jawab
Rumah Sakit Pasal 45 UU Rumah Sakit:
• Rumah Sakit tidak bertanggungjawab secara
hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang
dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang komprehensif.
• Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia

Anda mungkin juga menyukai