Anda di halaman 1dari 3

Triase pasien IGD di masa Pandemi COVID-19

Menurut Permenkes RI No. 47 tahun 2018, IGD merupakan salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit
yang menyediakan penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke rumah sakit)/lanjutan
(bagi pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain), menderita sakit ataupun cedera yang
dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Secara garis besar kegiatan di IGD rumah sakit secara
umum terdiri dari : 1) Menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan menangani
kondisi akut atau menyelamatkan nyawa dan/atau kecacatan pasien. 2) Menerima pasien rujukan
yang memerlukan penanganan lanjutan/definitif dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 3)
Merujuk kasus-kasus gawat darurat apabila rumah sakit tersebut tidak mampu melakukan layanan
lanjutan (Permenkes RI No. 47 tahun 2018). Fasilitas Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas, Klinik,
maupun RS di era pandemi COVID-19 akan sangat berbeda dengan sebelum adanya COVID-19.
Rumah Sakit perlu menerapkan prosedur screening lebih ketat dalam hal penerimaan pasien,
pembatasan pengunjung/pendamping pasien, kewaspadaan standar protokol PPI juga harus
dilaksanakan sesuai dengan prosedur, dan bahkan memisahkan pelayanan untuk pasien COVID-19
dan non COVID-19 agar memberi rasa aman dan nyaman kepada pasien, penunggu/pengunjung,
maupun petugas kesehatan yang sedang bekerja serta mengurangi terjadinya resiko infeksi
nosokomial di Rumah Sakit.

Di Indonesia kasus COVID-19 pertama kali diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 sebanyak 2 kasus
dan sampai saat ini kasus COVID-19 semakin hari semakin bertambah. Pada tanggal 13 Juni 2021
jumlah orang dengan kasus terkonfirmasi 1.937.652 jiwa, kasus sembuh 1.763.870 jiwa, dan kasus
meninggal 53.476 (CFR 2,8 %). Provinsi dengan kasus terkonfirmasi terbanyak adalah DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Jawa Tengah (http://infeksiemerging.kemkes.go.id). Meningkatnya jumlah kasus
harian di Indonesia menyebabkan fasilitas kesehatan terutama RS rujukan COVID-19 menjadi
“kewalahan” dengan banyaknya temuan kasus COVID-19 yang datang ke Instalasi Gawat Darurat
(IGD), sementara kapasitas ruang isolasi di IGD terbatas.

Kebijakan Rumah Sakit saat pandemi COVID-19 ini pada umumnya mewajibkan dilakukan screening
pada pasien yang akan berobat baik melalui Poliklinik maupun IGD. Salah satu contoh di RSU Astrini
Wonogiri adalah baik pasien dan penunggu yang datang ke Poliklinik maupun IGD wajib mengisi
screening COVID-19 lembar screening COVID-19 yang tersedia di ruang screening maupun triage,
Waktu menunggu hasil screening COVID-19 yang tidak bisa cepat akan menyebabkan penumpukan
pasien di triage IGD sehingga akan berakibat fatal jika ada salah satu pasien diantaranya positif
COVID-19, kondisi inilah yang menyebabkan adanya rasa cemas dan takut bagi tenaga kesehatan
yang bertugas walaupun sudah menggunakan APD minimal level 2.

Untuk itulah diperlukan Triase atau skreening pada pasien IGD untuk memilah dan memisahkan
pasien susp COVID dan non COVID di IGD agar tidak terjadi penularan infeksi silang dan memberi
rasa aman dan nyaman terhadap petugas, pasien dan pengunjung di RS.

Triage merupakan proses pemilahan dan klasifikasi pasien untuk menentukan prioritas kebutuhan
dan penentuan tempat perawatan yang sesuai. Adapun triage yang saat ini dilakukan di rumah sakit,
yakni :

1. Triase Sehari – hari


Pada triage yang sehari-hari dilakukan, tingkat kegawatdaruratan pasien, senantiasa dinilai
berdasarkan penilaian primary survey yang terdiri atas airway, breathing, circulation,
disability dan eksposure. Adapun triase 5 level yang sering digunakan, yakni Australian
Triage Scale (ATS), Canadian Emergency Department Triage and Acuity Scale (CTAS),
Manchester Triage Scale (MTS), dan Emergency Severity Index (ESI).

 Prioritas 1 (Resuscitation) : Kondisi pasien yang mengancam nyawa dan memerlukan


penanganan yang agresif/segera
 Prioritas 2 (Emergent) : Kondisi pasien yang berpotensi mengancam nyawa, dan /
atau anggota tubuh beserta fungsinya, dan membutuhkan intervensi medis segera
(waktu tunggu pasien – 15 menit)
 Prioritas 3 (Urgent) : Kondisi pasien yang dapat berpotensi menyebabkan kegawatan
dan membutuhkan penanganan yang cepat (waktu tunggu < 30 menit)
 Prioritas 4 (Less Urgent) : Kategori pasien dengan resiko rendah untuk terjadinya
perburukan kondisi saat pasien menunggu Treatment (waktu tunggu < 60 menit)
 Prioritas 5 (Non Urgent) : Kondisi pasien yang stabil dan cukup aman untuk
menunggu tindakan selanjutnya (waktu tunggu < 120 menit)

Di Rumah Sakit Astrini, yang diterapkan adalah Australian Triage Scale ( ATS )

2. Triage  pada masa pandemi covid-19

Triage pada masa pandemi covid-19, pemilahan dan klasifikasi pasien untuk menentukan
prioritas kebutuhan dan penentuan tempat perawatan yang sesuai menggunakan indikator
tingkat kegawatdaruratan berdasarkan penilaian primary survey yang terdiri atas airway,
breathing, circulation, disability eksposure dan penilaian tingkat virulensi pasien berdasarkan
indikator EWS Screening Covid-19. Hal yang perlu diketahui dalam EWS Screening Covid
19, yakni :

 EWS screening COVID-19 memungkinkan tenaga kesehatan untuk mendeteksi lebih


cepat dan relatif lebih akurat pada pasien yang dicurigai COVID-19
 EWS sreening covid-19 berbeda dengan EWS monitoring Covid-19
 Parameter yang digunakan pada EWS Screening Covid-19, yakni :

          

3. Algoritma Triage pada masa pandemi

Tim ilmiah Gugus Tugas Covid-19 DPP HIPGABI sangat merekomendasikan pemisahan alur
pelayanan dan ruangan antara pasien dengan keluhan ISPA dan non ISPA.
a. Pengkajian di Triase Primer : Tujuannya untuk emilahan pasien berdasarkan riwayat dan
keluhan terkait ISPA

    

b. Pengkajian di Triase Sekunder : Tujuannya untuk pemilahan pasien berdasarkan tingkat


kegawatdaruratan dan tingkat virulensi pasien

    

Jadi dapat disimpulkan bahwa Triase EWS COVID tidak menggantikan triase sehari – hari,
hanya menambahkan beberapa elemen untuk kewaspadaan.

Anda mungkin juga menyukai