“PENGHAPUSAN PIDANA”
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
FAKULTAS SYARIAH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah “Penghapusan Pidana” ini sebagai tanda usaha
kami dalam tujuan untuk menambah ilmu dan pengetahauan saya di bidang Hukum pidana ini.
Makalah ini dibuat atas keyakinan kami dengan membaca referensi e-buku dan e-journal.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada ibuk Suimi Fales, SH.,MH sebagai
dosen pengampu mata kuliah Hukum Pidana yang telah memberikan tugas, yang mana tugas
ini adalah ilmu yang sangat bermanfaat bagi kami.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tugas yang kami buat masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, tim penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan pembuatan tugas dimasa yang akan datang. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
tim penulis khususnya juga bagi semua pihak umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
A. Kesimpulan ................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum pidana mengenal beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bagi hakim
untuk tidak menjatuhkan hukuman atau pidana kepada pelaku atau terdakwa yang diajukan
ke pengadilan karena telah melakukan suatu tindak atau perbuatan pidana. Alasan-alasan
tersebut dinamakan alasan penghapus pidana. Alasan penghapus pidana adalah peraturan
yang terutama ditujukan kepada hakim. Peraturan ini menetapkan berbagai keadaan
pelaku, yang telah memenuhi perumusan delik sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-undang yang seharusnya dipidana, akan tetapi tidak dipidana. Hakim dalam hal
ini, menempatkan wewenang dalam dirinya (dalam mengadili perkara yang konkret)
sebagai pelaku penentu apakah telah terdapat keadaan khusus dalam diri pelaku, seperti
dirumuskan dalam alasan penghapus pidana.
Pembentuk undang-undang telah menetapkan sejumlah alasan penghapus pidana
umum dalam Buku I Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP sendiri tidak
memberikan pengertian yang jelas tentang makna dari alasan penghapus pidana itu. Di
dalam KUHP, pada buku kesatu bab III terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang
hal-hal yang menghapuskan pemidanaan terhadap seorang terdakwa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari penghapusan pidana?
2. Bagaimana alasan penghapusan pidana dapat terjadi?
3. Hal-hal apa saja yang dapat meghapus, mengurangi dan memberatkan pidana ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian penghapusan pidana
2. Menjelaskan alasan penghapusan pidana
3. Menjelaskan hal-hal yang menghapus, mengurangi dan memberatkan pidana
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Eva Achjani Zulfa, Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan, dan Pemberat Pidana, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2010, Hlm 45.
2
Ibid
3
Nanang sitorus, Perdamaian Sebagai Upaya Penghapusan Proses Pidana (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1600 K/Pid/2009), doktrina: journal law, 2020, hlm.129
2
ini merupakan alasan penghapus pidana yang berasal dari luar diri pelaku atau
uitwending. Disini pelaku harus memilih satu diantara dari dua perbuatan yang sama-
sama menyimpang dari aturan. Perbuatan yang dipilih sudah tentu adalah perbuatan
yang peringkat kejahatannya lebih ringan;
3. Theory of necessary defense atau teori pembelaan yang diperlukan. Menurut Fletcher,
didalam theory of necessary defense terdapat juga theory of self defense atau teoeri
pembelaan diri. (Eddy O.S Hiariej, 2014).
3
b. Alasan pemaaf, yaitu alasan yang menghapuskan kesalahan Terdakwa. Perbuatan yang
dilakukan oleh Terdakwa tetap bersifat melawan hukum dan tetap merupakan
perbuatan pidana tetapi dia tidak dipidana karena tidak ada kesalahan. (Moeljatno,
2008). Alasan pemaaf diatur pada Pasal 44, Pasal 49 Ayat (2), dan Pasal 51 Ayat (2)
KUHPidana.
c. Alasan penghapus penuntutan, bahwa permasalahannya disini bukan ada alasan
pembenar maupun alasan pemaaf. Jadi tidak terdapat pikiran mengenai sifatnya
perbuatan maupun sifatnya pelaku yang melakukan perbuatan tersebut, melainkan
pemerintah menganggap bahwa atas dasar utilitas atau kemanfaatannya kepada
masyarakat, sebaiknya tidak diadakan penuntutan. (K. Wancik Saleh, 2007).
Setiap perbuatan pidana yang dilakukan akan menimbulkan akibat negatif berupa
ketidakseimbangan suasana yang baik dalam kehidupan. Untuk mengembalikan dan
memulihkan kehidupan yang bernilai baik, maka diperlukan suatu pertanggungjawaban
dari pelaku yang telah membuat suasana menjadi tidak seimbangan. Pertanggungjawaban
yang wajib dilakukan oleh pelakunya yaitu dengan cara pelimpahan ketidakenakan
masyarakat agar penderitaan atau kerugian yang dialami dapat dirasakan sesuai dengan
tingkat perbuatan yang dilakukan.
4
Pasal 44
Pasal 45
Dalam hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena
melakukan suatu perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan:
1. Memerintah supaya yang bersalah dikembangkan kepada orang tuanya, walinya atau
pemeliharanya, tanpa pidana apapun;
2. Atau memerintah pusaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa pidana
apapun. Jika perbuatan merupakan kejahatan atau salah pelanggaran berdasarkan
Pasal-Pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536, dan
540 serta belum lewat dua tahun sejak dinyatakan bersalah karena melakukan
kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut di atas, dan putusannya telah menjadi
tetap,
3. atau menjatuhkan pidana kepada yang bersalah.
Pasal 46
1. Jika hakim memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah, maka
ia dimasukkan dalam rumah pendidikan negara supaya pendidikan dari pemerintah
atau di kemudian hari dengan cara lain, atau diserahkan kepada seorang tertentu yang
bertempat tinggal di Indonesia atau kepada sesuatu badan hukum, yayasan atau
lembaga amal yang berkedudukan di Indonesia untuk menyelenggarakan
pendidikannya atau di kemudian hari, atas tanggungan pemerintah dengan cara lain;
5
dalam kedua hal di atas, paling lama sampai orang yang bersalah itu mencapai umur
delapan belas tahun.
2. Aturan untuk melaksanakan Ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 47
1. Jika hakim menjatuhkan pidana, maka maksimum pidana pokok terhadap tindak
pidananya dikurangi sepertiga.
2. Jika perbuatan itu merupakan kajahatan yang diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup, maka dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.
3. Pidana tambahan dalam Pasal 10 butir nomor 1 dan 3 tidak dapat diterapkan.
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
6
2. Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika
yang diperintah, dengan itikad baik mengirim bahwa perintah diberikan dengan
wewenang dan pelaksanaanya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.
Pasal 52
Pasal 52a
4
https://yuridis.id/hal-hal-yang-dapat-menghapuskan-mengurangi-atau-memberatkan-pidana/, diakses
pada 20 April 2022, 21.20 WIB
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penghapusan pidana dikenal dalam tatanan hukum di Indonesia dan selain
menetapkan perbuatan yang diancam dengan pidana, Kitab Undang-undang Hukum
Pidana juga menetapkan beberapa perbuatan yang mengurangi pidana. Ada 3 (tiga) teori
terkait alasan penghapus pidana, sebagaimana yang telah dikemukan oleh George P.
Fletcher dalam Rethinking Criminal Law yaitu Theory of pointless punishment, Theory of
lessers evils, Theory of necessary defense.
Alasan penghapus pidana adalah keadaan khusus (harus dikemukakan tetapi tidak
dibuktikan oleh Terdakwa) yang jika dipenuhi menyebabkan, meskipun terhadap semua
unsur tertulis dari rumusan delik telah dipenuhi dan dijatuhi sanksi atau hukuman.
KUHPidana tidak menguraikan dan menjelaskan apa itu alasan penghapus pidana dan
perbedaan antara alasan pembenar dan alasan pemaaf. Namun, hukum pidana membagi
alasan penghapus pidana ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu: alasan pembenar, alasan
pemaaf dan alasan penghapusan penuntutan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Zulfa Eva Achjani. 2010. Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan, dan Pemberat
Pidana, Ghalia Indonesia. Bogor
Sitorus Nanang. 2020. Perdamaian Sebagai Upaya Penghapusan Proses Pidana (Studi Kasus
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1600 K/Pid/2009), Doktrina: journal law
https://yuridis.id/hal-hal-yang-dapat-menghapuskan-mengurangi-atau-memberatkan-pidana/