Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“PENGHAPUSAN PIDANA”

DISUSUN OLEH :

1. Ahmad Saputra (2011120022)


2. Tiara Dwi Jayanti (2011120006)
3. Muhammad Rizki Pratama (2111120030)

DOSEN PENGAMPU :

SUIMI FALES, SH.,MH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah “Penghapusan Pidana” ini sebagai tanda usaha
kami dalam tujuan untuk menambah ilmu dan pengetahauan saya di bidang Hukum pidana ini.
Makalah ini dibuat atas keyakinan kami dengan membaca referensi e-buku dan e-journal.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada ibuk Suimi Fales, SH.,MH sebagai
dosen pengampu mata kuliah Hukum Pidana yang telah memberikan tugas, yang mana tugas
ini adalah ilmu yang sangat bermanfaat bagi kami.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tugas yang kami buat masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, tim penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan pembuatan tugas dimasa yang akan datang. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
tim penulis khususnya juga bagi semua pihak umumnya.

Bengkulu, 20 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................2

A. Pengertian Penghapusan Pidana ................................................................................2


B. Alasan Penghapusan Pidana ...................................................................................... 3
C. Hal-hal yang Menghapus, Mengurangi dan Memberatkan Pidana ........................... 4
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................8

A. Kesimpulan ................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum pidana mengenal beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bagi hakim
untuk tidak menjatuhkan hukuman atau pidana kepada pelaku atau terdakwa yang diajukan
ke pengadilan karena telah melakukan suatu tindak atau perbuatan pidana. Alasan-alasan
tersebut dinamakan alasan penghapus pidana. Alasan penghapus pidana adalah peraturan
yang terutama ditujukan kepada hakim. Peraturan ini menetapkan berbagai keadaan
pelaku, yang telah memenuhi perumusan delik sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-undang yang seharusnya dipidana, akan tetapi tidak dipidana. Hakim dalam hal
ini, menempatkan wewenang dalam dirinya (dalam mengadili perkara yang konkret)
sebagai pelaku penentu apakah telah terdapat keadaan khusus dalam diri pelaku, seperti
dirumuskan dalam alasan penghapus pidana.
Pembentuk undang-undang telah menetapkan sejumlah alasan penghapus pidana
umum dalam Buku I Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP sendiri tidak
memberikan pengertian yang jelas tentang makna dari alasan penghapus pidana itu. Di
dalam KUHP, pada buku kesatu bab III terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang
hal-hal yang menghapuskan pemidanaan terhadap seorang terdakwa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari penghapusan pidana?
2. Bagaimana alasan penghapusan pidana dapat terjadi?
3. Hal-hal apa saja yang dapat meghapus, mengurangi dan memberatkan pidana ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian penghapusan pidana
2. Menjelaskan alasan penghapusan pidana
3. Menjelaskan hal-hal yang menghapus, mengurangi dan memberatkan pidana

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penghapusan Pidana


Pada dasarnya, apa yang diatur dalam aturan perundang-undangan adalah hal-hal
yang umum sifatnya. Utrech menyatakan, bahwa sifat umum tersebut membuka
kemungkinan peluang akan kemungkinan dijatuhkannya pidana yang tidak adil. Dengan
kata lain, kemungkinan bahwa dijatuhkannya hukuman kepada seseorang yang tidak
bersalah. 1
Para pembentuk undang-undang melihat bahwa perlunya suatu pengaturan tentang
kondisi-kondisi atau keadaan-keadaan tertentu untuk meniadakan pemidanaan bagi
seseorang. Kondisi-kondisi atau keadaankeadaan tertentu ini merupakan suatu kondisi atau
keadaan yang berkaitan dengan perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana ataupun
kesalahan yang melekat pada diri seorang pelaku tindak pidana.2
Penghapusan pidana dikenal dalam tatanan hukum di Indonesia dan selain
menetapkan perbuatan yang diancam dengan pidana, Kitab Undang-undang Hukum
Pidana juga menetapkan beberapa perbuatan yang mengurangi pidana. Alasan penghapus
pidana tersebut diatur dalam buku I bab III KUHPidana yang menerapkan hal-hal yang
menghapuskan, mengurangi atau memberatkan sanksi atau hukuman”.3
Ada 3 (tiga) teori terkait alasan penghapus pidana, sebagaimana yang telah
dikemukan oleh George P. Fletcher dalam Rethinking Criminal Law, yaitu:
1. Theory of pointless punishment diterjemahkan sebagai teori hukuman yang tidak
perlu. Teori ini berpijak pada the utilatarian theory of excues atau teori kemanfaatan
alasan pemaaf sebagai bagian dari the utilatarian theory of punishment atau teori
manfaat dari hukuman. Menurut teori ini tidak ada manfaatnya menjatuhkan pidana
kepada orang gila atau orang yang menderita sakit jiwa. Dikatakan oleh Fletcher, “if
punishment is pointless in aparticular class of cases, in inflicts pain without a
commenssurate benefit and therefore should not be permited”;
2. Theory of lessers evils atau diterjemahkan sebagai teori peringkat kejahatan yang lebih
ringan. Theory of lessers evils merupakan teori alasan pembenar, oleh karena itu teori

1
Eva Achjani Zulfa, Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan, dan Pemberat Pidana, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2010, Hlm 45.
2
Ibid
3
Nanang sitorus, Perdamaian Sebagai Upaya Penghapusan Proses Pidana (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1600 K/Pid/2009), doktrina: journal law, 2020, hlm.129

2
ini merupakan alasan penghapus pidana yang berasal dari luar diri pelaku atau
uitwending. Disini pelaku harus memilih satu diantara dari dua perbuatan yang sama-
sama menyimpang dari aturan. Perbuatan yang dipilih sudah tentu adalah perbuatan
yang peringkat kejahatannya lebih ringan;
3. Theory of necessary defense atau teori pembelaan yang diperlukan. Menurut Fletcher,
didalam theory of necessary defense terdapat juga theory of self defense atau teoeri
pembelaan diri. (Eddy O.S Hiariej, 2014).

Buku I bab III KUHPidana menjelaskan tentang “hal-hal yang mengurangi,


memberatkan atau menghapuskan pidana”.

B. Alasan Penghapusan Pidana


Dasar bagi hakim didalam hukum pidana untuk menjatuhkan hukuman kepada para
pelaku tindak pidana memiliki beberapa alasan. Alasan tersebut disebut sebagai alasan
penghapus pidana. Alasan penghapus pidana merupakan peraturan yang pertama ditujukan
kepada hakim. Keadaan atau kondisi pelaku ditetapkan dalam peraturan ini, tentunya telah
memenuhi perumusan delik sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang seharusnya dipidana, namun dalam kenyataannya tidak diberikan hukuman atau tidak
dipidana. KUHPidana yang digunakan saat ini meskipun mengatur tentang alasan
penghapus pidana, akan tetapi tidak memberikan pengertian yang jelas tentang makna dari
alasan penghapus pidana. Pengertian alasan penghapus pidana tersebut hanya dapat
dipahami melalui penelusuran melalui sejarah pembentukan KUHPidana W.v.S yang
selanjutnya disebut Wetboek van Strafrecht Belanda.
Alasan penghapus pidana adalah keadaan khusus (harus dikemukakan tetapi tidak
dibuktikan oleh Terdakwa) yang jika dipenuhi menyebabkan, meskipun terhadap semua
unsur tertulis dari rumusan delik telah dipenuhi dan dijatuhi sanksi atau hukuman.
KUHPidana tidak menguraikan dan menjelaskan apa itu alasan penghapus pidana dan
perbedaan antara alasan pembenar dan alasan pemaaf. Namun, hukum pidana membagi
alasan penghapus pidana ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
a. Alasan pembenar, yaitu alasan yang menghapuskan dan menghilangkan sifat melawan
hukum atas suatu perbuatan, sehingga apa yang dilakukan oleh si pembuat lalu menjadi
perbuatan yang patut dan benar. (Tri Andrisman, 2011). Alasan pembenar tersebut
telah diatur dalam Pasal 49 Ayat (1), Pasal 50 dan Pasal 51 ayat (1) KUHPidana.
Alasan pembenar ini merupakan alasan penghapus pidana yang terletak pada perbuatan
pidana yang dilakukan, yaitu perbuatannya dibenarkan.

3
b. Alasan pemaaf, yaitu alasan yang menghapuskan kesalahan Terdakwa. Perbuatan yang
dilakukan oleh Terdakwa tetap bersifat melawan hukum dan tetap merupakan
perbuatan pidana tetapi dia tidak dipidana karena tidak ada kesalahan. (Moeljatno,
2008). Alasan pemaaf diatur pada Pasal 44, Pasal 49 Ayat (2), dan Pasal 51 Ayat (2)
KUHPidana.
c. Alasan penghapus penuntutan, bahwa permasalahannya disini bukan ada alasan
pembenar maupun alasan pemaaf. Jadi tidak terdapat pikiran mengenai sifatnya
perbuatan maupun sifatnya pelaku yang melakukan perbuatan tersebut, melainkan
pemerintah menganggap bahwa atas dasar utilitas atau kemanfaatannya kepada
masyarakat, sebaiknya tidak diadakan penuntutan. (K. Wancik Saleh, 2007).

Hal-hal yang tertuang dalam KUHPidana hanya menyebutkan dan menjelaskan


tentang penghapusan pidana saja. Hal tersebut berkembang melalui doktrin dan
yurispridensi dalam sistem hukum pidana yang berlaku di Indonesia, KUHPidana telah
mengatur alasan penghapus pidana, yaitu:

1) Tidak mampu bertanggungjawab (Pasal 44 KUHPidana )


2) Daya paksa (Pasal 48 KUHPidana)
3) Pembelaan terpaksa (Pasal 49 KUHPidana)
4) Melaksanakan ketentuan Undang- Undang (Pasal 50 KUHPidana)
5) Melaksanakan perintah jabatan (Pasal 51 KUHPidana). (Diah Gustiniati, 2014).

Setiap perbuatan pidana yang dilakukan akan menimbulkan akibat negatif berupa
ketidakseimbangan suasana yang baik dalam kehidupan. Untuk mengembalikan dan
memulihkan kehidupan yang bernilai baik, maka diperlukan suatu pertanggungjawaban
dari pelaku yang telah membuat suasana menjadi tidak seimbangan. Pertanggungjawaban
yang wajib dilakukan oleh pelakunya yaitu dengan cara pelimpahan ketidakenakan
masyarakat agar penderitaan atau kerugian yang dialami dapat dirasakan sesuai dengan
tingkat perbuatan yang dilakukan.

C. Hal-Hal yang Menghapus, Mengurangi dan Memberatkan Pidana


Berikut ini, hal-hal yang dapat menghapus, mengurangi atau memberatkan tindak
pidana yang dilakukan seseorang serta diatur dalam aturan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana yakni :

4
Pasal 44

1. Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat ditanggungkan kepadanya karena


jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.
2. Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan kepada pelakunya karena
pertumbuhan jiwanya cacat atau terganggu karena penyakit, maka hakim dapat
memerintahkan supaya orang itu dimasukkan ke rumah sakit jiwa, paling lama satu
tahun sebagai waktu percobaan.
3. Ketentuan dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi,
Pengadilan Negeri.

Pasal 45

Dalam hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena
melakukan suatu perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan:

1. Memerintah supaya yang bersalah dikembangkan kepada orang tuanya, walinya atau
pemeliharanya, tanpa pidana apapun;
2. Atau memerintah pusaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa pidana
apapun. Jika perbuatan merupakan kejahatan atau salah pelanggaran berdasarkan
Pasal-Pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536, dan
540 serta belum lewat dua tahun sejak dinyatakan bersalah karena melakukan
kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut di atas, dan putusannya telah menjadi
tetap,
3. atau menjatuhkan pidana kepada yang bersalah.

Pasal 46

1. Jika hakim memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah, maka
ia dimasukkan dalam rumah pendidikan negara supaya pendidikan dari pemerintah
atau di kemudian hari dengan cara lain, atau diserahkan kepada seorang tertentu yang
bertempat tinggal di Indonesia atau kepada sesuatu badan hukum, yayasan atau
lembaga amal yang berkedudukan di Indonesia untuk menyelenggarakan
pendidikannya atau di kemudian hari, atas tanggungan pemerintah dengan cara lain;

5
dalam kedua hal di atas, paling lama sampai orang yang bersalah itu mencapai umur
delapan belas tahun.
2. Aturan untuk melaksanakan Ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 47

1. Jika hakim menjatuhkan pidana, maka maksimum pidana pokok terhadap tindak
pidananya dikurangi sepertiga.
2. Jika perbuatan itu merupakan kajahatan yang diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup, maka dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.
3. Pidana tambahan dalam Pasal 10 butir nomor 1 dan 3 tidak dapat diterapkan.

Pasal 48

Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana.

Pasal 49

1. Tidak dipidana, barangsiapa melakukan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri


maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun
orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan sangat dekat pada saat itu
yang melawan hukum.
2. Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh
keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak
dipidana.

Pasal 50

Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang tidak


dipidana.

Pasal 51

1. Barangsiapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang


diberikan oleh penguasa yang berwanang, tidak dipidana.

6
2. Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika
yang diperintah, dengan itikad baik mengirim bahwa perintah diberikan dengan
wewenang dan pelaksanaanya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.

Pasal 52

Bilamana seorang pejabat melakukan perbuatan pidana melanggar suatu


kewajiban khusus dari jabatannya, atau pada waktu melakukan perbuatan pidana
memakai kekuasaan, kesempatan atau sarana yang diberikan kepadanya karena
jabatannya, pidananya dapat ditambah sepertiga.

Pasal 52a

Bilamana pada waktu melakukan kejahatan digunakan bendera kebangsaan


Republik Indonesia, pidana untuk kejahatan tersebut dapat ditambah sepertiga.4

4
https://yuridis.id/hal-hal-yang-dapat-menghapuskan-mengurangi-atau-memberatkan-pidana/, diakses
pada 20 April 2022, 21.20 WIB

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penghapusan pidana dikenal dalam tatanan hukum di Indonesia dan selain
menetapkan perbuatan yang diancam dengan pidana, Kitab Undang-undang Hukum
Pidana juga menetapkan beberapa perbuatan yang mengurangi pidana. Ada 3 (tiga) teori
terkait alasan penghapus pidana, sebagaimana yang telah dikemukan oleh George P.
Fletcher dalam Rethinking Criminal Law yaitu Theory of pointless punishment, Theory of
lessers evils, Theory of necessary defense.
Alasan penghapus pidana adalah keadaan khusus (harus dikemukakan tetapi tidak
dibuktikan oleh Terdakwa) yang jika dipenuhi menyebabkan, meskipun terhadap semua
unsur tertulis dari rumusan delik telah dipenuhi dan dijatuhi sanksi atau hukuman.
KUHPidana tidak menguraikan dan menjelaskan apa itu alasan penghapus pidana dan
perbedaan antara alasan pembenar dan alasan pemaaf. Namun, hukum pidana membagi
alasan penghapus pidana ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu: alasan pembenar, alasan
pemaaf dan alasan penghapusan penuntutan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Zulfa Eva Achjani. 2010. Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan, dan Pemberat
Pidana, Ghalia Indonesia. Bogor
Sitorus Nanang. 2020. Perdamaian Sebagai Upaya Penghapusan Proses Pidana (Studi Kasus
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1600 K/Pid/2009), Doktrina: journal law
https://yuridis.id/hal-hal-yang-dapat-menghapuskan-mengurangi-atau-memberatkan-pidana/

Anda mungkin juga menyukai