Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya, saya bisa menyelesaikan makalah Hukum Pidana kami sadari, masih
banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, semoga hal ini tidak
menghalangi saya untuk terus berkarya. Saya berharap di masa yang akan datang, saya dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi dan menjadi penulis yang sukses.
Di dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah membantu & mendukung juga. Semoga dengan dukungannya dapat menambah
kemampuan saya di masa yang akan datang.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi kami di masa yang akan
datang dan juga memberi manfaat bagi pembaca agar lebih meningkatkan kesadaran untuk
membaca.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................4
F. Pasal 51 KUHP.......................................................................................................................11
G. Suatu Kesengajaan Dapat Terjadi Karena Salah Paham atau Kekeliruan (Dwaling).....11
A. Kesimpulan............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum pidana adalah hukum positif yang menentukan tentang perbuatan
pidana danmenentukan tentang kesalahan bagi si pelanggarnya (substansi hukum
pidana) danmenentukan tentang pelaksanaan substansi hukum pidana (hukum acara
pidana). Tujuan hukum pidana merupakan suatu aturan yang dibuat oleh pejabat
berwenang yang berhubungan dengan ketertiban, ketenangan, keamanan,
perlindungan kepentingan tertentu, menghindari tindakan main hakim sendiri dari
pihak penduduk atau masyarakat secara perseorangan, serta setiap saat harus
ditagakkan kebenarannya agar terciptanya kehidupan yang sejahtera bernegara.
Hukum pidana berlaku pada masarakat dan badan-badan negara lain karena tidak ada
yang kebal terhadap hukum yang berlaku (hukum positif) Hukum pidana mempunyai
ketentuan-ketentuan terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masyarakat,
tindakan mana yang dapat dipidana dan mana yang tidak dapat dipidana,dan mana
yang tindakan mendapat suatu penghapus, peringan dan pemberat pidana. Hal ini
disebut dengan Dasar Penghapus,Peringan dan pemberat pidana.
Pembentuk undang-undang telah menetapkan sejumlah alasan penghapus
pidana umum dalam Buku I Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP
sendiri tidak memberikan pengertian yang jelas tentang makna dari alasan penghapus
pidana itu. Di dalam KUHP, pada buku kesatu bab III terdapat beberapa pasal yang
mengatur tentang hal-hal yang menghapuskan pemidanaan terhadap seorang
terdakwa.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penjelasan lebih detailnya dalam Dasar Penghapusan Pidana?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memunih nilai tugas Hukum acara Pidana dan dapat lebih
memahami tentang apa itu Dasar Penghapusan Pidana.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
pemaaf, dan yang kedua alasan penghapus pidana yang merupakan alasan
pembenar.4
Khusus mengenai dasar penghapus pidana, KUHP merumuskan
beberapa keadaan yang dapat menjadi dasar penghapus pidana, sebagai berikut
:
1. Pasal 44 KUHP tentang Ketidakmampuan Bertanggungjawab.
2. Pasal 48 KUHP tentang Daya Paksa dan Keadaan Terpaksa.
3. Pasal 49 KUHP tentang Bela Paksa.
4. Pasal 50 KUHP tentang Melaksanakan Perintah Undang-undang.
5. Pasal 51 KUHP tentang Melaksanakan Perintah Atasan.
4
Ibid Hlm.29
5
Ibid
6
Eva Achjani Zulfa, Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan, dan Pemberat Pidana, Op.Cit,
Hlm. 47
5
2. Dasar Pembenar dan Dasar Pemaaf
Menurut doktrin hukum pidana, penyebab tidak dipidananya si
pembuat tersebut dibedakan dan dikelompokan menjadi dua dasar yaitu
pertama alasan pemaaf (schuiduitsluitingsgronden), yang bersifat subjektif dan
melekat pada diri orangnya, khususnya mengenal sikap batin sebelum atau
pada saat akan berbuat, dan kedua dasar pembenar
(rechtsvaardingingsgronden), yang bersifat objektif dan melekat pada
perbuatannya atau hal-hal lain diluar batin si pembuat.7
Pada umumnya, pakar hukum memasukkan kedalam dasar pemaaf yaitu
sebagai berikut :8
a. Ketidakmampuan bertanggung jawab
b. Pembelaan terpaksa yang melampaui batas
c. Hal menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan itikad baik.
7
Adami Chazawi, Penafsiran Hukum Pidana, Dasar Peniadaan, Pemberatan dan Peringanan, Kejahatan
Aduan, Perbarengan dan Ajaran Kausalitas, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2009, Hlm. 18.
8
Ibid
9
Ibid
6
hapusnya sifat melawan hukum pada perbuatan itu, si pembuat tidak dapat
dipidana.
Pasal 44 KUHP merupakan gambaran yang jelas atas suatu kondisi, di mana
seorang pelaku tindak pidana tidak dapat mempertanggungjawabkan atas perbuatan
yang dilakukannya itu. Simons menggambarkan suatu konsep, bahwa setiap
tindakan harus dapat dipertanggungjawabkan, karena adanya kesalahan (schuld
dalam arti luas) yang melekat pada diri seseorang. Simons pun menyatakan, bahwa
maksud kesalahan dalam arti luas ini tidak bisa otomatis disamakan dengan opzet
atau culpa. Kesalahan sebagai dasar dari seorang pelaku yang memungkinkan pelaku
10
Endik Wahyudi SH.MH, Hapusnya Kewenangan Menuntut dan menjalankan Pidana, PPT
11
Pasal 44 KUHP
7
tersebut dapat menilai akan maksud dari tindakannya, sehingga bila yang
dilakukannya merupakan tindak pidana, maka hal ini dapat dipersalahkan
kepadanya.12
Pada Pasal 44 ayat (1) KUHP yang dimaksud dengan tidak dapat
dipertanggungjawabkan adalah sebagai berikut :
Menurut Van Hamel, yang dimaksut pertumbuhan yang tidak sempurna dari
kemampuan jiwa yaitu dengan mengatakan bahwa orang yang kemampuan jiwanya
tidak tumbuh secara sempurna, seperti adanya gangguan secara psikis, idiot atau
imbecile, siamping itu van Hamel juga Pompe berpendapat bahwa kecacatan2
tertentu yang berdampak pada pertumbuhan tidak sempurna dari kemampuan
berfikir seperti orang2 yang buta sejak lahir atau orang2 tuli sejak lahir termasuk
didalamnya.13
12
Eva Achjani Zulfa, Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan, dan Pemberat Pidana, Op.Cit,
Hlm. 56.
13
Endik Wahyudi SH.MH, Hapusnya Kewenangan Menuntut dan menjalankan Pidana, PPT
14
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, Intisari Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hlm. 70.
15
Ibid
8
c. Overmacht dalam arti Noodtoestand atau keadaan darurat, keadaan darurat ada
bila kepentingan hukum seseorang berada dalam keadaan bahaya, maka untuk
mengelakkan bahaya itu, terpaksa melanggar kepentingan hukum orang lain.
16
Endik Wahyudi SH.MH, Hapusnya Kewenangan Menuntut dan menjalankan Pidana, PPT
17
Ibid
9
Pembelaan terpaksa Melampaui Batas dapat terjadi dalam 2 hal :18
Ibid
18
Eva Achjani Zulfa, Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan, dan Pemberat Pidana, Op.Cit,
19
Hlm. 96.
10
terhadap seseorang yang diberikan kewenangan oleh undang-undang selayaknya
dapat mengukur tindakan diperintahkan oleh undang-undang.20
20
Ibid
21
KUHP Pasal 51 ayat (1)
22
Eva Achjani Zulfa, Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan, dan Pemberat Pidana, Op.Cit,
Hlm. 100.
23
Endik Wahyudi SH.MH, Hapusnya Kewenangan Menuntut dan menjalankan Pidana, PPT
11
penginsyafan atas unsur melawan hukum daripada delik. Apabila menginsyafi atas
sifat melawan hukum itu berdasarkan atas kesalahfahaman (dwaling) mengenai hal-
hal di luar hukum pidana maka di situ tidak ada opzet (feitelijke dwaling), akan tetapi
apabila kesalahfahaman itu berdasarkan atas hukum pidan maka di situlah
kesalahfaman tidak mempunyai arti sama sekali untuk melepaskan diri dari tuntutan
pidana (rechtsdwaling).24
12
undang dalam rumusan delik, dan kedua dari sudut sumber hukumnya, dimana sifat
melawan hukum mengandung pertentangan dengan asas kepatutan, keadilan, dan
hukum yang hidup di masyarakat.26
26
Ibid
27
Endik Wahyudi SH.MH, Hapusnya Kewenangan Menuntut dan menjalankan Pidana, PPT
28
Ibid
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alasan penghapus pidana adalah peraturan yang terutama ditujukan kepada hakim.
Peraturan ini menetapkan keadaan apa seorang pelaku yang telah memenuhi
perumusan delik yang seharusnya dipidana, tidak dipidana.
Dalam hukum pidana, seseorang yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dapat
dipidana bila memenuhi dua hal, yaitu :
1. Perbuatannya bersifat melawan hukum
2. Pelaku tindak pidana dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang
didakwakan (adanya kesalahan pelaku) atau perbuatan tersebut dapat
dilecehkan kepada pelakunya dan tidak ada alasan pemaaf.
Di dalam judul ketiga dari buku pertama KUHP, terdapat hal-hal yang
menghapuskan, mengurangkan atau memberatkan pidana, yaitu :
14
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Eva Achjani Zulfa, 2010, Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan, dan
Pemberat Pidana, Ghalia Indonesia, Bogor.
M. Hamdan, 2012, Alasan Penghapus Pidana Teori dan Studi Kasus, PT. Refika
Aditama, Bandung.
Adami Chazawi, Penafsiran Hukum Pidana, Dasar Peniadaan, Pemberatan dan
Peringanan, Kejahatan Aduan, Perbarengan dan Ajaran Kausalitas, PT. Raja
Grafindo, Jakarta, 2009.
Endik Wahyudi SH.MH, Hapusnya Kewenangan Menuntut dan menjalankan Pidana, PPT.
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, Intisari Hukum Pidana, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Website
Dulkadir SH.MH, http://gudangilmuhukum.blogspot.com/2010/08/pidana.html
Juventhy M Siahaan, SH.MH, http://lbhamin.org/perbuatan-melawan-hukum/
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang No. 1 Tahun 1964 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)
15