Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KEBIJAKAN PERTANIAN DAN PERDAGANGAN

INTERNASIONAL DI NEGARA CHINA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perdagangan


dan Bisnis Internasional
Dosen Pengampu : Johan Setiawan, S.P., M.Si.

Disusun oleh :
Dita Nur Amalia (4441200081)
Silvi Fuji Astuti (4441200082)
Rismaniar Nurbaya (4441200083)
Ade Ambawa Rizky (4441200085)
Alayya Farrizqi Ramadhanti (4441200086)
Muhammad Hanif Syahriza (4441200087)
Meilisa Hestia Dini (4441200088)
Dicky Nur Arfiansyah (4441200089)
Arusal Nisa Sudrajat (4441200098)
Siti Andayani (4441200113)
Altia Puri (4441200114)
Mei Tio Rogate (4441200115)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah
diberikan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan makalah ini dengan tepat
waktu. Hal-hal yang dibahas dalam laporan makalah ini adalah terkait Analisis kebijakan
internasional pada perdagangan di bidang pertanian negara China. Penyusun dalam
menyusun makalah ini banyak mendapat saran, serta keterangan-keterangan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Johan Setiawan, S.P., M.Si. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Perdagangan dan Bisnis Internasionl yang telah memberikan kesempatan kepada
mahasiswa dan mahasiswi untuk menyusun laporan makalah terkait Analisis
kebijakan internasional pada perdagangan di bidang pertanian negara China.
2. Serta semua pihak yang telah memberi banyak informasi yang berhubungan
dengan laporan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena pengalaman dan pengetahuan kami
yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis
terima dengan senang hati. Penyusun berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Serang, 13 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 4
2.1 Profil Singkat Negara China .............................................................................. 4
2.2 Komoditi Andalan Hasil Pertanian China ......................................................... 4
2.2.1 Tanaman Pangan......................................................................................... 4
2.2.2 Tanaman Serat ............................................................................................ 5
2.2.3 Ternak ......................................................................................................... 6
2.3 Produk Impor dan Ekspor China ....................................................................... 6
2.4 Kebijakan Perdagangan Internasional ............................................................... 7
2.5 Kebijakan Pertanian Negara China .................................................................... 8
2.5.1 Kebijakan Harga ......................................................................................... 8
2.5.2 Kebijakan Pemasaran ............................................................................... 10
2.5.3 Kebijakan Input ........................................................................................ 10
2.5.4 Kebijakan Kredit....................................................................................... 10
2.5.5 Kebijakan Mekanisasi............................................................................... 11
2.5.6 Kebijakan Reformasi Lahan ..................................................................... 12
2.5.7 Kebijakan Penelitian ................................................................................. 16
2.6 Alasan Mengapa Produk China Menguasai Pasar Global ............................... 16
2.7 Pelaksanaan Politik Dumping China Terhadap Indonesia ............................... 19
2.8 Tujuan dan Dampak China melakukan Politik Dumping di Indonesia ........... 20
2.9 Kelebihan dan Kekurangan Kebijakan Pertanian di Negara China ................. 21
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 23
3.1 Simpulan .......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di kawasan Asia Timur, China adalah satu-satunnya negara yang memiliki
wilayah terluas dan sekaligus sebagai Negara terluas ketiga didunia. Selain wilayah
yang terbentang seluas 9.600.000 km persegi, penduduk China disebut-sebut seperti
jumlah setengah dari pendudukseluruh dunia. Dengan wilayah yang terbentang luas
dan terdiri atas pegunungan, dataran tinggi, perbukitan, dan lembah, China sangat
kaya akan sumber daya alam. Jika dilihat dari latar belakang sejarah
perekonomiannya, China memanfaatkan sektor pertanian sebagai basis
perekonomiannya. Dalam sejarah China, pertanian merupakan basis untuk
membangun bangsanya, meski kemudian pada tahun 1950an China memulai untuk
menkonstruksi industrialisasinya dalam skala yang besar. Meski demikian, pertanian
China tetap memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap jumlah GDP
negaranya.
Bagi China, pertanian merupakan salah satu pilar penting perekonomian yang
tidak hanya menopang perekonomian dalam aspek perdagangan namun juga
penghidupan seluruh penduduknya. Mayoritas penduduk pada negara yang berbasis
agrikultur menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian, dan petani merupakan
matapencaharian yang paling banyak. Untuk China, pertanian harus mampu
memenuhi pangan bagi seluruh populasi yang sangat padat dan tersebar diseluruh
provinsi.
Peran sektor pertanian China mengalami penurunan dalam perekonomian,
namun demikian China masih dapat merasakan adanya pertumbuhan yang stabil
dalam sektor pertanian yang juga dipengaruhi oleh cepatnya peningkatan populasi.
Penjabaran diatas memunculkan pertanyaan yang menarik berkaitan dengan sektor
pertanian China dan liberalisasi saat ini. Populasi yang padat dan pertanian yang
menjadi penopang perekonomian negara dan rakyat, membuat China berada pada
dua keadaan ketika dihadapkan dengan liberalisasi. Ini kemudian semakin menarik
ketika melihat kondisi China setelah memutuskan untuk bergabung dengan WTO (
World Trade Organization ). Prasyarat utama menjadi negara anggota WTO adalah

1
melakukan liberalisasi ekonomi yang berarti menghapuskan berbagai bentuk
hambatan perdagangan.
China bergabung dengan WTO pada akhir tahun 2001. Sama seperti anggota
WTO yang lain China juga tak luput dari kewajibannya untuk meliberalisasi sistem
ekonominya. Sektor pertanian China tentu terkena dampak dari liberalisasi ekonomi.
Entah itu dari tingkat produktivitas atau kontribusi terhadap GDPnya ( Gross
Domestic Product ) yang kemudian mengindikasikan pemerintah untuk
merekonstruksi kebijakan pertaniannya.
Keikutsertaan China dalam organisasi perdagangan liberal WTO, sudah pasti
berimplikasi terhadap kebijakan pemerintah dalam mengarahkan dan membuat
strategi pada sektor pertanian. Pemerintah China disatu sisi pasti mendapatkan
keuntungan dengan bergabung dengan WTO, namun disisi lain baik China harus
tetap menjaga dan melindungi sektor pertaniannya dari persaingan yang semakin
ketat di arena internasional pasca liberalisasi. Hal ini karena pertanian tidak hanya
menjadi penopang ekonomi, namun pertanian dapat menentukan ketahanan pangan
bagi negara berkembang, yakni untuk China.
Berdasarkan dari alasan bahwa China memiliki strategi untuk melindungi
sektor pertanian sebagai basis perekonomian, penelitian ini kemudian melihat
adanya WTO sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan. Bagaimana
pemerintah China harus melakukan penyesuaian kebijakan terhadap WTO sebagai
jalan untuk berada pada koridor yang ditetapkan WTO, disisi lain juga harus
mempertimbangkan jalan untuk tetap melindungi pertaniannya. Begitu pula dengan
bagaimana pemerintah China menghadapi liberalisasi yang dibawa WTO sebagai
agenda mutlaknya, kebijakan seperti apa yang diimplementasikan pemerintah untuk
mengikuti agenda tersebut sekaligus untuk melindungi setiap sektor pertaniannya
agar tidak terkena dampak negatifnya. Strategi kebijakan Pemerintah China akan
menentukan nasib sektor pertanian yang menjadi basis perekonomiannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada pembahasan makalah ini maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu :

1. Jelaskan profil singkat negara China?

2
2. Apa saja komoditi andalan hasil pertanian China?
3. Apa saja produk impor dan ekspor China?
4. Jelaskan kebijakan perdagangan internasional?
5. Apa saja kebijakan pertanian di negara China?
6. Jelaskan alasan mengapa produk China menguasai pasar global?
7. Jelaskan pelaksanaan politik dumping China terhadap Indonesia?
8. Apa saja tujuan dan dampak China melakukan politik dumping di
Indonesia?
9. Apa saja kelebihan dan kekurangan kebijakan pertanian di negara
Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang diinginkan dicapai dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui profil singkat negara China?
2. Untuk mengetahui komoditi andalan hasil pertanian China?
3. Untuk mengetahui produk impor dan ekspor China?
4. Untuk mengetahui kebijakan perdagangan internasional?
5. Untuk mengetahui kebijakan pertanian di negara China?
6. Untuk mengetahui alasan mengapa produk China menguasai pasar global?
7. Untuk mengetahui pelaksanaan politik dumping China terhadap
Indonesia?
8. Untuk mengetahui tujuan dan dampak China melakukan politik dumping
di Indonesia?
9. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kebijakan pertanian di
negara

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profil Singkat Negara China


China atau Tiongkok adalah Negara dengan Jumlah Penduduk Terbanyak di
Dunia. Jumlah Penduduk China yang sebanyak 1,38 miliar jiwa ini sekitar 5 kali lipat
lebih banyak dari populasi Indonesia yang berjumlah sekitar 262 juta jiwa. Selain
sebagai Negara yang memiliki penduduk terbanyak di Dunia, China juga merupakan
salah satu Negara Terbesar di Dunia dengan Luas wilayahnya sebesar 9.596.960km 2.
Luas wilayah ini menjadikan China sebagai Negara Terbesar ke-4 di dunia.

Di bidang Ekonomi, China adalah Negara dengan Ekonomi terbesar kedua di


dunia. Pendapatan Bruto Domestik atau PDB China adalah sebesar USD. 23,21 triliun
di tahun 2017. China juga merupakan penghasil utama beberapa komoditas penting
seperti Emas, Perak, Tembaga, Batu bara, Timah, Nikel, Aluminium, Besi dan lain
sebagainya. Pendapatan Per Kapita China (Tiongkok) ini adalah sebesar US$16.700,

Secara geografis, China atau Tiongkok terletak di Benua Asia bagian Timur (Asia
Timur) dan berada di antara 18° LU – 54° LU dan 73° BT – 135° BT. China
berbatasan dengan Mongolia di sebelah Utaranya sedangkan di sebelah Selatannya
berbatasan dengan Nepal, Bhutan, India, Myanmar, Laos dan Vietnam. Di Sebelah
Timur China berbatasan dengan Korea Utara dan sebelah Barat berbatasan dengan
Pakistan, Kirghistan, Kazakhtan dan Tajikistan. China yang memiliki nama lengkap
Republik Rakyat China (People’s Republic of China) ini secara politik
pemerintahannya dikuasai oleh hanya satu partai saja yaitu Partai Komunis China
(PKC). Ibukota Republik Rakyat China adalah Kota Beijing.

2.2 Komoditi Andalan Hasil Pertanian China


2.2.1 Tanaman Pangan
Sekitar 75% dari area budidaya China digunakan untuk tanaman pangan.
Padi adalah tanaman paling penting di Cina, ditanam di sekitar 25% dari area

4
budidaya. Mayoritas padi ditanam di selatan Sungai Huai, di delta Zhu Jian , dan
di provinsi Yunnan, Guizho , dan Sichuan. Gandum adalah tanaman biji-bijian
yang paling umum kedua, tumbuh di sebagian besar negara tetapi terutama di
Dataran Cina Utara, lembah Sungai Wei dan Fen di dataran tinggi Loess, dan di
provinsi Jiangsu, Hubei, dan Sichuan. Jagung dan millet ditanam di Cina utara
dan timur laut, dan gandum penting di Mongolia Dalam dan Tibet.

Tanaman lainnya termasuk ubi jalar di selatan, kentang putih di utara


(Cina adalah produsen kentang terbesar di dunia), dan berbagai buah dan sayuran
lainnya. Buah-buahan tropis ditanam di Pulau Hainan, apel dan pir ditanam di
Liaoning utara dan Shandong. Biji minyak penting dalam pertanian Cina,
memasok minyak nabati dan industri dan membentuk bagian besar dari ekspor
pertanian. Di Cina Utara dan Timur Laut, kedelai Cina ditanam untuk digunakan
dalam tahu dan minyak goreng. Cina juga merupakan produsen kacang tanah
terkemuka, yang ditanam di provinsi Shandong dan Hebei. Tanaman biji minyak
lainnya adalah biji wijen, biji bunga matahari, biji lobak, dan biji pohon tung.

Jeruk adalah tanaman komersial utama di Cina selatan, dengan produksi


tersebar di sepanjang dan selatan lembah Sungai Yangtze. Jeruk mandarin adalah
jeruk paling populer di Cina, dengan produksi jeruk dua kali lipat. Tanaman
pangan penting lainnya untuk Cina termasuk the hijau dan melati (populer di
kalangan penduduk Cina), the hitam (sebagai ekspor), tebu, dan bit gula.
Perkebunan the terletak di lereng bukit di tengah Lembah Yangtze dan di tenggara
provinsi Fujian dan Zhejiang. Tebu ditanam di Guangdong dan Sichuan,
sedangkan bit gula ditanam di provinsi Heilongjiang dan di lahan irigasi di
Mongolia Dalam. Teratai banyak dibudidayakan di seluruh Cina selatan. Kopi
arabika ditanam di provinsi barat daya Yunnan. Perkebunan yang jauh lebih kecil
juga ada di Hainan dan Fujian.

2.2.2 Tanaman Serat


Cina adalah produsen utama kapas, yang ditanam di seluruh, tetapi
terutama di daerah Dataran Cina Utara, delta sungai Yangtze, lembah Yangtze
tengah, dan Daerah Otonomi Uygur Xinjiang. Tanaman serat lainnya termasuk

5
rami. Serikultur, praktik beternak ulat sutera, juga dipraktikkan di Cina tengah
dan selatan.

2.2.3 Ternak
Cina memiliki populasi ternak yang besar, dengan babi dan unggas yang
paling umum. Populasi babi dan produksi babi China sebagian besar terletak di
sepanjang Sungai Yangtze. Pada tahun 2011, provinsi Sichuan memiliki 51 juta
babi (11% dari total pasokan China). Di pedesaan Cina barat, domba, kambing,
dan unta dipelihara oleh penggembala nomaden. Di Tibet, yang dipelihara sebagai
sumber makanan, bahan bakar, dan tempat berteduh. Sapi, kerbau, kuda, bagal,
dan keledai juga dipelihara di Cina, dan susu baru-baru ini didorong oleh
pemerintah, meskipun sekitar 92,3% dari populasi orang dewasa dipengaruhi oleh
beberapa tingkat intoleransi laktosa.

Seiring dengan meningkatnya permintaan akan makanan gourmet,


produksi daging yang lebih eksotis juga meningkat. Berdasarkan data survei dari
684 penangkaran penyu Cina (kurang dari setengah dari semua 1.499
penangkaran penyu yang terdaftar secara resmi pada tahun 2002), mereka menjual
lebih dari 92.000 ton penyu (sekitar 128 juta hewan) per tahun, ini diperkirakan
sesuai dengan total industri lebih dari 300 juta kura-kura per tahun. Peningkatan
pendapatan dan peningkatan permintaan daging, terutama daging babi, telah
mengakibatkan permintaan untuk breed ternak yang lebih baik, bibit yang diimpor
terutama dari Amerika Serikat. Beberapa breed ini beradaptasi dengan
peternakan.

2.3 Produk Impor dan Ekspor China


China adalah pengimpor kedelai Dan tanaman pangan lainnya terbesar di dunia.
Dan diperkirakan akan menjadi pengimpor utama produk pertanian dalam dekade
berikutnya. Dalam pidato pada September 2020, pemimpin PKC Xi Jinping
menyesali ketergantungan negaranya pada benih impor. Sementara sebagian besar
tahun produksi pertanian China cukup untuk memberi makan negara itu, di tahun-

6
tahun berikutnya, China harus mengimpor biji-bijian. Karena kurangnya lahan
pertanian yang tersedia dan banyaknya tenaga kerja, mungkin lebih masuk akal untuk
mengimpor tanaman yang luas lahannya (seperti gandum dan beras) dan untuk
menyelamatkan lahan pertanian China yang langka untuk produk ekspor bernilai
tinggi , seperti buah-buahan, kacang-kacangan. atau sayuran. Namun, untuk menjaga
kemandirian biji-bijian dan memastikan ketahanan pangan, pemerintah Cina telah
memberlakukan kebijakan yang mendorong produksi biji-bijian dengan
mengorbankan tanaman yang lebih menguntungkan. Meskipun pembatasan berat
pada produksi tanaman, ekspor pertanian China telah meningkat pesat dalam
beberapa tahun terakhir.

Salah satu motivator penting dari peningkatan perdagangan internasional adalah


masuknya China ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 11 Desember
2001, yang mengarah pada pengurangan atau penghapusan tarif pada sebagian besar
ekspor pertanian China. Karena pembukaan pasar internasional untuk pertanian Cina,
pada tahun 2004 nilai ekspor pertanian Cina melebihi $17,3 miliar (AS). Sejak
masuknya Cina ke dalam WTO, perdagangan pertaniannya belum diliberalisasikan
seperti perdagangan barang-barang manufakturnya. Pasar diChina masih relatif
tertutup bagi perusahaan asing. Karena populasinya yang besar dan terus bertambah,
diperkirakan bahwa jika pasar pertaniannya dibuka, Cina akan menjadi pengimpor
bersih makanan yang konsisten, yang mungkin membuat pasar makanan dunia tidak
stabil . Hambatan yang diberlakukan oleh pemerintah Tiongkok terhadap biji-bijian
tidak transparan karena perdagangan biji-bijian negara Tiongkok dilakukan melalui
Perusahaan Pengimpor dan Pengekspor Sereal, Minyak, dan Pangan.

2.4 Kebijakan Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional hendaknya dilakukan dengan penuh perhitungan,
mengingat hal ini akan sangat memengaruhi kondisi perekonomian nasional. Untuk
itu diperlukan kebijakan-kebijakan tertentu dalam mengatur pelaksanaan
perdagangan internasional. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi cara atau strategi
tertentu yang sifatnya protektif untuk menyelamatkan dan melindungi perekonomian
dalam negeri.

7
Kebijakan Perdagangan Internasional adalah segala tindakan negara/pemerintah,
baik langsung ataupun tidak langsung untuk memengaruhi struktur, arah, komposisi,
serta bentuk perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan
yang dimaksud bisa berupa kebijakan pertanian salah satunya pada negara cina yaitu
kebijakan harga, pemasaran, input, kredit, mekanisme, reformasi lahan dan penelitian.
Pada dasarnya tujuan kebijakan perdagangan internasional adalah untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri yang tidak dapat terpenuhi karena adanya keterbatasan-
keterbatasan tertentu.

2.5 Kebijakan Pertanian Negara China


2.5.1 Kebijakan Harga
Negeri Tirai Bambu patut dicontoh dalam mengendalikan harga-harga di
pasar-pasar negara mereka. Berbeda dengan praktek ekonomi di negara-negara
Barat, terlebih di Indonesia, otoritas perdagangan pemerintahan China punya
kantor khusus yang disebut Biro Harga. Biro itu bertanggung jawab menetapkan
kebijakan harga pasar dan memantau pelaksanaannya. Meskipun harga produk
atau jasa dapat ditentukan oleh perusahaan, masing-masing perusahaan atau usaha
patungan China harus melaporkan rencana | harga yang akan diberlakukan kepada
Biro Harga untuk dipertimbangkan. Pemerintah pusat China berpendapat, harga
barang dan jasa harus diukur dan dikendalikan agar ketidakpuasan politis terhadap
reformasi ekonomi dapat diketahui dan dihindari. Menurut pemerintah China,
"kepanikan masyarakat" terhadap harga tidak boleh tidak, harus dihindari.
"Kepanikan", kata mereka, dapat mempercepat hiperinflasi dan menurunkan nilai
mata uang.

Oleh karena itu, para pejabat Biro Harga harus melaksanakan tugas
mereka dengan bersungguh-sungguh. Selain mengerjakan beberapa kegiatan lain,
setiap tahun Biro Harga mencocokkan berbagai komoditi di pasar dengan harga
yang ditetapkan pemerintah dan melaporkan hasilnya. Selain harga makanan
(sembako), dan barang lainnya (rokok, minuman keras, dan lain-lain), Biro Harga
secara teratur memeriksa biaya-biaya yang terkait dengan jasa seperti pariwisata
dan angkutan (distribusi).

8
Biro Harga memiliki hak yang ditetapkan oleh undang-undang untuk
mengenakan denda (yang terberat adalah sanksi hukuman kurungan) kepada
seseorang yang menetapkan harga produk atau jasa di luar aturan harga resmi.
Selain harga, macam atau ragam produk dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan asing atau usaha patungan juga berada di bawah kekuasaan hukum
administrasi Biro Harga.

Jika Anda memasok produk atau jasa ke pasar China maka hubungan
dengan Biro Harga tidak dapat dihindari. Pada Mei 1998, undang-undang harga
yang pertama mulai berlaku di China. Aturan itu menentukan bahwa harga
komoditi harus disesuaikan dengan penawaran dan permintaan pasar, tetapi jika
diperlukan pemerintah pusat masih berhak mengendalikan harga, terutama harga
barang-barang kebutuhan pokok. (Bab Enam: Pejabat Pemerintah Cina; Buku
Menembus Pasar Cina, Yuan Wang, Rob Goodfellow, Xin Sheng Zhang).

Pemerintah China sangat peka dengan potensi pergolakan yang mungkin


timbul dari hal-hal, yang oleh negara lain dianggap remeh. Biro Harga yang
mereka bentuk, bertindak penuh atas nama rakyat dan undang-undang serta
pemerintah. Rakyat tidak boleh "panik" akibat kenaikan harga. Sebab "kepanikan"
akan mendorong pada instabilitas keamanan dan politis. Ini harus dihindari.
Bahkan, Biro Harga juga menentukan seberapa besar ongkos distribusi suatu
barang dan jasa, lalu menentukan harga barang dan jasa yang didistribusikan itu,
hingga barang dan jasa yang harus dibayar masyarakat sesuai dengan pendapatan
mainimumnya. Jika ada yang tidak patuh terhadap kebijakan Biro Harga, mereka
tidak segan-segan menangkap para pelanggar atas nama konstitusi dan dituduh
"hendak mengacaukan kondisi rakyat" alias dianggap hendak makar.

Peraturan harga itu tidak terkecuali juga berlaku bagi perusahaan swasta
dan perusahaan swasta patungan. Jika tak suka dengan aturan ini, pemerintah
mempersilahkan investor yang dianggap "tidak bisa menjamin kesejahteraan
rakyat China" itu, untuk angkat kaki dari negara itu, untuk menghindari tindak
nasionalisasi perusahaan dan asetnya, oleh pemerintah China.

9
2.5.2 Kebijakan Pemasaran
Eropa merupakan konsumen yang penting bagi China dan menjadi
peluang pasar yang strategis, namun mempunyai standart khusus GAP (Good
Agricultural Practice). Dengan demikian penerapan GAP menjadi sangat penting
untuk memasuki pasar Eropa. Beberapa perusahaan di China sudah mengadopsi
EUROGAP System dan berusaha untuk mendapatkan sertifikasi dengan tujuan
ekspor ke Eropa, GAP versi local yang disesuaikan dengan situasi dan standar
EUROGAP sedang dipelajari dan disusun.

2.5.3 Kebijakan Input


China melalui upaya sendiri, dengan menggunakan tanah garapan yang
hanya menduduki 7% dari total luasnya seluruh dunia, menghidupi populasi
sebanyak 22% total jumlah penduduk seluruh dunia. pada tahun 1997, volume
produksi bahan pangan Tiongkok mencapai 492 juta ton, katun 4,3 juta ton,
berbagai jenis bahan minyak 21,5 juta ton, daging 53,54 juta ton, dan hasil
perairan 35,61 juta ton, semua angka mutlaknya menduduki tempat terdepan
dunia.

Pada tahun 2006 sistem subsidi baru diperkenalkan. Pajak atas pertanian
kemudian dihapuskan dan kemudian ada juga subsidi pendapatan langsung serta
kebijakan harga minimum. China kian giat meningkatkan subsidinya untuk
mendukung sektor pertaniannya dengan memberikan subsidi input pertanian
berupa mesin-mesin pertanian, pupuk, dan benih bermutu.

2.5.4 Kebijakan Kredit


Di Cina memiliki bank spesialis pertanian yaitu Agriculture Bank of
China. Dengan adanya bank khusus untuk pertanian, berarti pemerintah cina
memberikan perhatian yang sangat besar pada sektor pertanian. Agriculture Bank
of China memiliki cabang di setiap daerah setingkat kabupaten. Sehingga petani
sangat dimudahkan dalam peminjaman modal.

10
2.5.5 Kebijakan Mekanisasi
Untuk memproduksi bahan pangan bagi 1,435 miliar penduduknya,
pertanian China mendapat dukungan mekanisasi.
a. Tingkat Mekanisasi 80%. Dengan adanya sentralisasi pengelolaan
lahan, kepemilikan traktor besar beserta implemennya cenderung
naik, sementara traktor kecil menurun. Konsumen China juga
sekarang lebih menyukai alsintan multifungsi ketimbang alsintan
berfungsi tunggal seperti bajak dan ganu. Akibatnya, pembelian
alsintan multifungsi meningkat, sedangkan pembelian alsintan
fungsi tunggal menurun.
b. Padi 30 Juta Hektar. Luas tanam padi dalam beberapa tahun terakhir
stabil di kisaran 30,7 juta ha dengan produktivitas meningkat terus
berkat mekanisasi. Kendati begitu, pemakaian mesin tanam (rice
transplanter) tidak terlalu besar, baru mencapai 45% dengan alasan
produksi bibitnya ribet dan petani sulit menggunakannya. Padahal
harganya relatif murah. Selain itu penggunaan transplanter di lahan
sempit tidak ekonomis. Karena itulah di beberapa wilayah petani
memilih cara tanam langsung dengan mesin penebar benih
berkecepatan tinggi. Memang, masih ada kendala agronomis dalam
tabela yang belum terpecahkan.
c. Jagung 33 Juta Ha. Mekanisasi pengolahan lahan jagung sudah
mencapai 95%, tetapi dalam penanaman benih masih bervariasi.
Pemerintah China merekomendasikan cara olah lahan ramah
lingkungan. Olah lahan dengan mesin rotary skala kecil dilakukan
di lahan berbukit dan pegunungan. Sementara di lahan yang
kemiringannya rendah, petani memanfaatkan mesin rotary
berukuran kecil dan menengah atau tanpa olah lahan sama sekali.
Secara total, mekanisasi pada budidaya jagung mencapai 85%. Kini
aplikasi mesin penebar benih yang presisi makin populer. Salah satu
titik lemah mekanisasi di budidaya jagung adalah pemanenan, hanya
mencapai 70%, jauh lebih rendah ketimbang padi dan gandum.
d. Kedelai Naik, 9,33 Juta Ha. Produksi biji penghasil minyak nabati

11
ini, menurut Rencana Modernisasi Pertanian Nasional China 2016-
2020, akan digenjot dengan menambah luas tanam menjadi 9,33 juta
ha atau naik 2,667 juta ha dari angka 2016. Rata-rata tingkat
mekanisasi pada olah lahan kedelai mencapai 80%, penanaman
75%, dan pemanenan lebih rendah, yaitu 70%. Kebanyakan mesin
panen kedelai adalah modifikasi mesin panen gandum. Perencanaan
tanam nasional mempengaruhi permintaan dan arah pengembangan
alsintan di China. Skala pengusahaan yang kecil dan lokasi terpencar
menjadi penghambat adopsi mesin pengolah lahan. Perkembangan
industri alsintan juga dipengaruhi subsidi pemerintah yang
jumlahnya stabil.

2.5.6 Kebijakan Reformasi Lahan


Lahan yang merupakan salah satu unsur produksi dikuasai oleh Negara,
petani dapat mengunakannya dengan cara sewa, dengan demikian tidak ada
spekulasi lahan. Sewa lahan pun tergantung dengan komoditi yang di tanam
petani. Misalnya, untuk padi 1.5 % dan kopi 5 % dari hasil yang diproleh. Untuk
usaha pada tanaman-tanaman perkebunan lama sewanya diberikan hingga 70
tahun.
Kebijakan penggunaan lahan. Kebijakan Manajemen Lahan di RRC
Republik Rakyat China merupakan negara terbesar ketiga di dunia dengan luas
wilayah sekitar 3,7 juta mil persegi. China juga merupakan sebuah negara yang
berpenduduk paling padat di dunia. Sekitar 85% penduduknya tinggal di wilayah
pedesaan dan 90% daripadanya menempati seperenam wilayah China. Dari
seluruh luas wilayah China, hanya 15% tanahnya yang cocok untuk pertanian.
Hal tersebut menimbulkan permasalahan tersendiri bagi Cina. Ketika Mao
Zedong memproklamirkan negara Republik Rakyat China pada tanggal 1 Oktober
1949, perekonomian China berada pada keadaan yang buruk. Perang China-
Jepang dan perang saudara menimbulkan inflasi mencapai 85.000%. Oleh sebab
itu selama beberapa tahun pertama kaum komunis memusatkan perhatian pada
perbaikan pabrik pabrik, produksi, dan fasilitas-fasilitas transportasi serta
mengendalikan inflasi dan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Setelah komunis

12
berkuasa pada tahun 1949, maka diadakan kebijakan ekonomi nasional yang
didasarkan pada pembaruan agraria. Gurley mengkategorikan kebijakan ekonomi
nasional menjadi :
a) Masa landreform tahun 1949-1952,
b) Masa kolektivisasi-komunisasi tahun 1955-1959,
Pembentukan modal (capital formation) untuk pertanian tahun 1960-
1972, serta Perubahan secara gradual dari nilai tukar (terms of trade) di antara
pertanian dan industri bagi kepentingan sektor pertanian dan kaum tani Land-
reform di bidang agraria tersebut dilakukan menggunakan peraturan 28 juni
1950 tentang hukum penertiban tanah.
Dengan membagi penduduk cina dalam golongan tuan tanah (pemilik
banyak tanah tetapi tidak menggarapnya sendiri), petani kaya (pemilik tanah/
lintah darat), petani menengah (pemilik tanah yang menggarapnya sendiri), dan
petani miskin, pemerintah membagi hak atas pemilikan dan pengelolaan tanah
dengan kuota-kuota yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan oleh partai
komunis dalam 11 rangka menarik dukungan petani yang saat ini mencapai
70% jumlah penduduk. Namun belakangan, sejak tahun 1978 hak atas
pemilikan tanah dihapus dengan sisipan peraturan pada konstitusinya yaitu
semua tanah di RRC aadalah milik negara. Sedangkan petani dberikan hak
pengelolaan atas tanah melalui kontrak kerjasama. Dengan munculnya
peraturan tersebut, maka dapat dipastikan bahwa kepemilikan atas lahan untuk
pribadi telah di hapus di Cina.
Meskipun demikian, masih banyak persepsi dan pemikiran yang
berkembang pada masyarakat bahwa masyarakat perdesaan memiliki hak atas
tanahnya, sedangkan orang yang tinggal di kota tidak. Namun hal tersebut
dibantah oleh seorang ahli ekonomi dan ahli hubungan Cina, Cheng Xianong
dalam sebuah wawancara di Radio Sound of Hope. Namun perubahan status
kepemilikan lahan dari lahan privat menjadi milik negara berdasarkan
konstitusi tersebut merujuk pada pemerintah daerah dan bukan pemerintah
pusat. Ini berarti bahwa lahan dalam yuridiksi pemerintah daerah menjadi milik
pemerintah daerah. Akibatnya pemerintah daerah bebas melakukan
perencanaan dan pengelolaan lahan.

13
Sebab terkait dengan perubahan peraturan tersebut, masyarakat tidak
diberikan kompensasi sama sekali. Maka pada saat ini yang ada hanyalah hak
atas pengelolaan atau pemanfaatan lahan yang telah diberikan. Hak atas
pemanfaatan tersebut juga dilakukan menggunakan batas tempo waktu. Seperti
halnya apabila memiliki rumah, maka batas waktu tempo penggunaannya
adalah 70 tahun meskipun terkadang pemerintah tidak menaati waktu tersebut.
Misalnya adalah kegiatan revitalisasi lahan dimana sebagian lahan dihancurkan
untuk dibangun infrastruktur lain melalui peraturan dari kementerian
konstruksi yang menyebutkan bahwa semua rumah di Cina yang dibangun
sebelum tahun 1995 berkualitas buruk dan harus dirobohkan.
Kebijakan agraria yang dimiliki pemerintah China yaitu tanah atau
lahan milik negara sehingga semua rakyat berhak untuk mengelola dan
menggarap lahan/sawah, mengenai luas kecilnya lahan garapan tergantung dari
kesanggupan petani dalam menggarap lahan/sawah. Ketika lahan/sawah siap
akan di olah untuk menanam pada maka pemerintah-pun menurunkan subsidi
guna membantu biaya proses menanam padi mulai pra kondisi hingga pasca
kondisi. Besar kecilnya subsidi ditentukan oleh luas lahan yang digarap
sehingga akan berbanding lurus antara luas lahan dengan subsidi pemerintah
yang diterima petani.
Subsidi ini tidak diberikan secara cuma cuma melainkan ada satu target
yang harus dicapai, misalkan dengan subsidi 1M/tahun luas lahan 10 ha petani
harus menghasikan padi sebanyak 10 ton, maka hal ini harus tercapai. Hal
positif yang dilakukan petani China adalah ketika subsidi turun untuk proses
menanam padi maka dana tersebut total akan digunakan untuk menanam padi
bukan untuk kebutuhan pribadi atau rumah tangga. Petani China berprinsip
negara maju dan hebat bukan karena pemerintahnya tapi karena rakyatnya yang
konsekwen membangun negaranya sesuai tujuan pemerintahnya.
 Bibit Padi Berkualitas
Dalam masalah pembibitan, pemerintah mempercayakan penuh pada
institusi yang berkcimpung di dunia pertanian yaitu universitas universitas
pertanian di china, dari universitas universitas itu maka diperoleh berbagai
bibit dengan kualitas yang bagus.

14
 Pestisida dan Pupuk Serta Jenis Obat Pertanian lainnya
Selain pembibitan, universitas universitas pertanian di china
bekerjasama dengan pakar obat obatan khusus pertanian untuk
menciptakan obat yang diperlukan. selama menanam padi sehingga
munculnya hama pada tanaman padi dapat teratasi dengan cepat. Bibit
padi dan jenis obat obatan yang dibutuhkan selama masa tanam telah
ditangani langsung oleh pakar pertanian.

 Alat Alat Pendukung Pertanian


Untuk alat yang digunakan dalam pengolahan lahan pertanian
pemerintah mempercayakan kepada penuh pada institusi yang
berkcimpung di dunia mesin alat berat sehingga akan diperoleh alat alat
pengolahan sawah yang sesuai kondisi dan kebutuhan petani seperti
traktor. Selain traktor yang digunakan untuk membajak sawah, institusi
yang menangani mesin alat alat berat juga dipercaya berinovasi untuk
menciptakan alat pemotong padi sehingga dapat memotong padi dalam
sehari sebanyak 1 ha.

 Pemenuhan Kebutuhan Air


Ketika menanam padi, kebutuhan utama yang harus dipenuhi adalah
pemenuhan kebutuhan air sehingga perlu ada ketersediaan air yang cukup.
Secara geografis China adalah negara dengan daratan yang sangat luas dan
tentu ini menjadi kendala terberat dalam pemenuhan kebutuhan air untuk
pertanian, namun hal ini semua bisa di atasi bahkan persediaan air selama
menanam padi sangat melimpah.

 Pemantauan Selama Musim Tanam


Selama usia tanam padi mulai hari pertama tanam hingga panen tiba
pemerintah bekerjasama dengan institusi pendidikan (universitas
universitas pertanian di China), selalu memantau perilaku dan
perkembangan dari tanaman padi itu sendiri dan juga memperhatikan
berbagai hama pengganggu dari tanaman padi baik yang berasal dari
dalam tanah atau dalam tubuh tanaman itu sendiri atau hama yang berasal
dari luar seperti serangga, tikus dan burung. Selain itu perubahan musim,

15
cuaca dan suhu juga menjadi pantauan utama selama masa tanam padi
sehingga gagal panen yang di sebabkan oleh banjir atau kekeringan sangat
mudah dan cepat diatasi.

 Managemen Pasca Panen


Dalam satu tahun petani China mengalami panen padi sebanyak 3 kali
dan managemen yang digunakan dalam pengadaan padi/beras bagi petani
dan seluruh rakyat China yaitu dengan cara untuk panen pertama, hasil
panen wajib masuk ke gudang setiap petani penggarap sawah untuk
pemenuhan kebutuhan beras petani selama satu tahun.

Panen kedua dan ketiga, hasil panen dijual ke negara sehingga semua
padi/beras akan dikelola oleh negara untuk pemenuhan kebutuhan beras
bagi masyarakat bukan petani selama satu tahun seperti warga kota.
Apabila pemenuhan kebutuhan beras selama satu tahun untuk masyarakat
di luar petani cukup dan jika ternyata ada sisa maka dapat dialokasikan
untuk di export ke negara lain.

2.5.7 Kebijakan Penelitian


Lembaga penelitian di Cina melakukan penelitian sesuia dengan
kebutuhan. masyarakat (petani), bukan kebutuhan peneliti. Mereka melakukan
survei, teknologi apa yang dibutuhkan petani dan sesuai dengan daerahnya.
Peneliti juga mengamati tentang jenis tanamana apa yang disenangi oleh
konsumen dan mudah di budidayakan oleh petani. Lembaga penelitian
bekerjasama dengan pemerintah dalam membantu memecahkan masalah yang
dihadapi petani. Di cina memiliki saluran televise khusus untuk bidang pertanian.
Sehingga inovasi-inovasi yang dihasilkan dapat diketahui masyarakat memalui
saluran tv khusus pertanian.

2.6 Alasan Mengapa Produk China Menguasai Pasar Global


Made-In-China, Ya! Benar sekali. Semua orang termasuk masyarakat Indonesia
pasti sangat tidak asing dengan embel-embel produk yang menjelaskan bahwa ini

16
adalah produk buatan China. Banyak banget produk yang memang buatan China di
pasaran. Tentu, barang Made-In-China ini di Indonesia juga banyak sekali ditemui,
bahkan bisa dikatakan mendominasi. Bagi masyarakat, siapa sih yang tidak ingin
mendapatkan harga murah tapi kualitas super? Pastinya mayoritas dari kita tidak
mungkin kalau menolak tawaran tersebut. Selagi murah dan bagus, akan menjadi
inceran banyak orang. Lalu apakah muncul tanda tanya di benak kita semua, seperti
“Mengapa berani China jual produk bagus banget dan murah banget? tidak takut rugi
kah?” Sudah sepantasnya dan wajar sih jika pertanyaan tersebut muncul di pikiran
kita semua. Maka dari itu dalam bab ini kami akan menjelaskan secara rinci mengapa
China memberlakukan harga yang murah pada produk buatannya.

Kebanyakan barang yang ditawarkan dengan harga miring ini lebih menarik
konsumen, karena dengan harga yang murah mereka bisa mendapatkan kualitas yang
11:12 dengan barang lain yang serupa. Barang serupa yang dimaksud bisa saja barang
yang memang sudah memiliki harga resmi pasaran yang relatif mahal. Namun bagi
China, mereka bisa membuatnya dan menjual dengan harga yang relatif murah
dengan kualitas bersaing yang tidak kalah buruk. Tidak hanya barang serupa, China
juga membuat produk-produknya sendiri dengan tetap memiliki ciri khas yaitu “harga
murah”.

Karena produk harga murah! Sebab ini membuat China dapat menguasai pasar
global. Berbeda dengan negara lain yang pada umumnya cenderung menguasai pasar
dengan harga barang yang mahal, namun China sebaliknya. Beberapa faktor dibawah
ini menjadi alasan China dapat menguasai pasar dunia antara lain :

1) Orientasi pada keuntungan kecil daripada keuntungan besar


Di China prinsip inilah yang mengantarkan mereka menjadi salah satu raja
pasar global. Lebih baik menjual dengan jumlah banyak namun hanya untung
kecil, daripada menjual dengan jumlah sedikit dengan keuntungan yang besar.
Pebisnis di China lebih mementingkan perputaran uang. Pepatah “Sedikit
demi sedikit lama-lama menjadi bukit” sepertinya cocok menjadi titel pebisnis
China.

17
2) Keterlibatan pemerintah di sektor bisnis
Sering banget kan beli barang online bebas ongkir? Lagi-lagi ini yang
membuat kita takjub dengan keberaniannya menjual produk keluar negeri
dengan ongkos kirim murah bahkan gratis. Ternyata, ada kebijakan
pemerintah yang mendukung pelaku usaha salah satunya adalah pengenaan
pajak ekspor yang murah, bahkan nol persen. Ini menjadi keuntungan dari
pebisnis China untuk tetap menjaga biaya produksi (cost production) yang
rendah. Peluang banget untuk produksi jumlah banyak dan menarik berbagai
investor.

3) Upah tenaga kerja rendah


Tenaga kerja di China digaji rendah? Ya, bahkan sampai ada yang
dibayarkan setiap setahun sekali demi agar pekerja disana terikat dan tidak
berhenti dari pekerjaannya. Negara dengan warga yang padat hingga
melimpahnya sumber daya manusia, serta kondisi ekonomi miskin yang tinggi
menjadi penyebab banyak orang disana rela bekerja apapun meski upahnya
relatif tidak pantas. Perusahaan / pebisnis China menggunakan banyak tenaga
kerja yang siap work hard dengan gaji rendah. Faktor inilah yang dapat
mempercepat produksi barang dengan jumlah besar

4) Kepatuhan terhadap hukum rendah


Walaupun di China memiliki serikat pekerja (ACFTU), hal ini masih
belum menjamin hak-hak pekerja sepenuhnya. Historinya, banyak ditemui
tenaga kerja yang memiliki jam kerja yang tidak wajar, tidak dijaminkan
asuransi, bahkan anak kecil pun bisa menjadi pekerja kasar. Lalu pabrik disana
cenderung abai dengan perlindungan lingkungan untuk memangkas biaya
pengelolaan limbah. Ini juga faktor yang bikin bisa produksi dalam jumlah
banyak.

5) Si KW Super Made-In-China
Sekarang ini siapa yang tidak mengakui kalau produk dari China juga
disebut sebagai si KW Super? Sebutan KW Super, KW Premium, KW 1, KW
2, dan sebutan lainnya ini sudah kental di telinga masyarakat. Ini merupakan
salah satu strategi bisnis pebisnis China, yaitu dengan menjiplak brand

18
terkenal dan mendobrak harga yang lebih murah. Produk yang mirip namun
Made-In-China ini bahkan bisa bersaing 11:12 dengan brand asli yang
dijiplak.

2.7 Pelaksanaan Politik Dumping China Terhadap Indonesia


Seperti yang sudah kita ketahui bersama, negara China merupakan salah satu
negara di dunia yang menggunakan politik dumping dalam salah satu kebijakan
perdagangan internasionalnya. Dikarenakan potensi di Indonesia yang cukup kuat
untuk dijadikan sasaran pelaksanaan politik dumping, maka mudah bagi China untuk
melancarkan politik dumping tersebut. Kita pasti tahu bahwa produk yang datang dari
China dan masuk ke Indonesia dijual dengan harga sangat rendah bahkan dapat
memukul harga pasaran yang ada di Indonesia, sehingga membuat konsumen lebih
memilih produk dari China. Mereka belum melihat masalah kualitas produk tersebut
melainkan melihat dari harganya. Tentu saja ini merugikan produsen dalam negeri.
Yang kualitasnya berbeda tipistapi terpaut harga yang agak jauh. Beberapa dari kita
pernah mendengar ungkapan “silahkan bayar sedikit mahal untuk kualitas yang baik,
atau belilah produk yang murah dengan kualitas buruk. Dan silahkan kembali Minggu
depan ketika anda sudah siap membayar sedikit lebih mahal.”

Contoh para pengekspor China mengekspor barang dengan harga yang lebih
rendah dari harga pasar di Indonesia untuk jenis barang yang sama. Harga pasaran
karpet buatan Indonesia seharga Rp.50.000, China bisa menjual karpet tersebut
dengan harga Rp. 25.000. Harga yang lebih rendah ini akan menguntungkan Negara
pengekspor karena secara rasional produknya akan digemari di Indonesia dan ini akan
memberikan multiplier yang positif dan besar bagi perekonomian negara pengekspor.
Dalam prakteknya politik dumping telah menuai kontroversi antara apakah politik ini
pro terhadap negara yang dijadikan sasaran atau kontra terhadap negara yang
dijadikan sasaran.

19
2.8 Tujuan dan Dampak China melakukan Politik Dumping di Indonesia
Dalam pelaksanaan politik dumping yang dilakukan oleh China, pastinya
memiliki tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya telah direncanakan. Berikut
beberapa tujuan dari pelaksanaan politik dumping;

a) Untuk menguasai pangsa pasar di Indonesia ataupun di dalam pasar di negara-


negara yang menjadi sasaran politik dumping.
b) Untuk mencapai target pemasaran yang telah direncanakan.
c) Cuci gudang. Cuci gudang ini dikarenakan lebih baik menjual barang dengan
harga murah daripada menimbun barang dan tidakmenghasilkan uang.
d) Membuat masyrakat Indonesia menjadi ketergantungan kan produkmurah
China.
Dalam pelaksanaannya, politik dumping memiliki suatu keuntungan yang
terkadang menciptakan suatu keuntungan baik bagi pengguna kebijakanini maupun
negara yang dijadikan sasaran kebijakan tersebut. Dari penjelasan-penjelasan di atas,
dapat ditarik suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa politik dumping memiliki
dampak positif untuk China sebagai pengguna kebijakan. Dampak positif tersebut,
diantaranya:

a) China dapat mencapai target penjualan bahkan dapat lebih daritarget penjualan
dengan menjual barang-barang sisa yang tidakterjual dari sistem cuci gudang;
b) China secara tidak langsung dapat mempromosikan produknyayang murah dan
yang menarik minat pembeli di Indonesia;
c) China dapat menguasai pangsa pasar di Indonesia;
Selain dampak positif yang diperoleh dari pelaksanaan politik dumping, pastilah
terdapat dampak negatif. Dan dalam hal ini yang terkena imbas atau mendapat
dampak negatif dari pelaksanaan politik dumping yangdilakukan China hanyalah
Indonesia. Hal ini dikarenakan, memang dalamteori kebijakan politik dumping yang
selalu dirugikan adalah negara yang menjadi sasaran dari politik dumping terse but.
Kerugiannya diantara lain;

a) Indonesia memperoleh produk-produk impor dari China yangkualitasnya


bagus atau tidak sesuai dengan standar perdaganganinternasional dan di bawah
kualitas dalam negeri;

20
b) Membahayakan konsumen atau masyarakat Indonesia karenakualitas yang di
bawah standar;
c) Menurunnya penjualan produk yang diproduksi di dalam negerikarena kalah
saing dengan harga jual yang diberikan dari China;
d) Banyaknya industri-industri yang bangkrut karena penjualan produknya selalu
menurun;
e) Bertambahnya pengangguran karena banyak karyawan yang diPHK oleh
perusahaan yang sedang mengalami kebangkrutan;
f) Tidak berkembangnya industri-industri dalam negeri;

2.9 Kelebihan dan Kekurangan Kebijakan Pertanian di Negara China


Berikut kekurangan dan kelebihan kebijakan pertanian di Negara China:
1. Dapat mencocokkan harga berbagai komoditi di pasar dengan harga yang
ditetapkan pemerintah seperti Biro Harga juga menentukan seberapa besar
ongkos distribusi suatu barang dan jasa, lalu menentukan harga barang dan
jasa yang didistribusikan itu, hingga barang dan jasa yang harus dibayar
masyarakat sesuai dengan pendapatan mainimumnya. Jika ada yang tidak
patuh terhadap kebijakan Biro Harga, mereka tidak segan-segan
menangkap para pelanggar
2. Pajak atas pertanian kemudian dihapuskan dan kemudian ada juga subsidi
pendapatan serta kebijakan harga minimum. China kian giat
meningkatkan subsidinya untuk mendukung sektor pertaniannya dengan
memberikan subsidi input pertanian berupa mesin-mesin pertanian,
pupuk, dan benih bermutu
3. Petani sangat dimudahkan dalam peminjaman modal
4. Perencanaan tanam nasional mempengaruhi permintaan dan arah
pengembangan alsintan di China. Skala pengusahaan yang kecil dan lokasi
terpencar menjadi penghambat adopsi mesin pengolah lahan.
Perkembangan industri alsintan juga dipengaruhi subsidi pemerintah yang
jumlahnya stabil
5. Lahan yang merupakan salah satu unsur produksi dikuasai oleh Negara,
petani dapat mengunakannya dengan cara sewa, dengan demikian tidak

21
ada spekulasi lahan. Sewa lahan pun tergantung dengan komoditi yang di
tanam petani
6. Kebijakan agraria yang dimiliki pemerintah China yaitu tanah atau lahan
milik negara sehingga semua rakyat berhak untuk mengelola dan
menggarap lahan/sawah, mengenai luas kecilnya lahan garapan
tergantung dari kesanggupan petani dalam menggarap lahan/sawah.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
China atau Tiongkok adalah Negara dengan Jumlah Penduduk Terbanyak di
Dunia. Jumlah Penduduk China yang sebanyak 1,38 miliar jiwa ini sekitar 5 kali lipat
lebih banyak dari populasi Indonesia yang berjumlah sekitar 262 juta jiwa. Selain sebagai
Negara yang memiliki penduduk terbanyak di Dunia, China juga merupakan salah satu
Negara Terbesar di Dunia dengan Luas wilayahnya sebesar 9.596.960km 2. Luas wilayah
ini menjadikan China sebagai Negara Terbesar ke-4 di dunia.

Komoditi andalan hasil pertanian china adalah tanaman pangan. Tanaman pangan
ini terdiri dari padi, karena padi adalah salah satu tanaman paling penting di China. Selain
itu ada biji-bijian dan ubi jalar, serta jeruk yang digemari di China Selatan. Selain
tanaman pangan, tanaman serat seperti kapas sangat penting oleh karena itu ada praktik
beternak ulat sutra di China Tengah dan Selatan. Selain ada tanaman Cina memiliki
populasi ternak yang besar, dengan babi dan unggas yang paling umum. Populasi babi
dan produksi babi China sebagian besar terletak di sepanjang Sungai Yangtze. Di
pedesaan Cina barat, domba, kambing , dan unta dipelihara oleh penggembala nomaden
. Di Tibet, yang dipelihara sebagai sumber makanan, bahan bakar, dan tempat berteduh.
Sapi, kerbau , kuda , bagal , dan keledai juga dipelihara di Cina.

China memiliki kebijakan dalam pertaniannya seperti kebijakan harga, kebijakan


pemasaran, kebijakan input, kebijakan kredit, kebijakan mekanisasi, kebijakan reformasi
lahan dan kebijakan penelitian. Tetapi dalam kebijakan tersebut memiliki kelebihan dan
juga kekurangan seperti dapat mencocokkan harga berbagai komoditi di pasar dengan
harga yang ditetapkan pemerintah, pajak atas pertanian kemudian dihapuskan dan
kemudian ada juga subsidi pendapatan serta kebijakan harga minimum, petani sangat
dimudahkan dalam peminjaman modal dan lahan yang merupakan salah satu unsur
produksi dikuasai oleh Negara, petani dapat mengunakannya dengan cara sewa, dengan
demikian tidak ada spekulasi lahan. Sewa lahan pun tergantung dengan komoditi yang di
tanam petani.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aksara, Dika. 2021. Menyimak Perjalanan Perdagangan China, Mendominasi Ekonomi


Dunia [online] diakses pada 19 Mei 2022 melalui
https://bigalpha.id/news/menyimak-perjalanan-perdagangan-china-
mendominasi-ekonomi-dunia

Anggraeni, Nita. 2015. Dumping dalam Perspektif Hukum Dagang Internasional dan
Hukum Islam. Mazahib. 14 (2): 159-168

China Business, China Intercontinental Press, hal.11-12 Ibid, hal 73 diakses melalui
https://eprints.umm.ac.id/25668/1/jiptummpp-gdl-diniseptya-35874-2-babi.pdf

Irawan N.R. 2021. Produk China Kuasai Pasar Global [online] diakses global pada 19
Mei 2022 melalui https://rewangrencang.com/produk-china-kuasai-pasar-

Business-law.binus.ac.id. (2018). Kebijakan Subsidi Pertanian Domestik di China.


[online] diakses pada 17 Mei 2022 melalui https://business-
law.binus.ac.id/2018/12/31/kebijakan-subsidi-pertanian-domestik-di-china/

Palupi. P.S. (2020). Di Balik Sukses Pertanian China. Agrina, 16-17.

24

Anda mungkin juga menyukai