Anda di halaman 1dari 4

k~1=eã oj1=eã ufeã kBæ

Muzakkarah, 27 Mei 2022


Tempat : Aula Muzakkarah Al-Marfu’ah di Rajak-Sukaraja
Sumber : Kitab Takriratussadidah
Cetakan Darul Ulum Islamiah Hal.461-463 Terjemah hal. 20-21
Materi : I’KTIKAF

Hukum–hukum I’tikaf ada empat :


1. Wajib, yaitu jika ia bernazar
2. Sunnah dan ini adalah hukum asalnya, pada bulan
Ramadhan dan sepuluh akhir Ramadhan sangat dianjurkan
3. Makruh yaitu I’tikafnya perempuan yang berpenampilan
menarik dengan izin suaminya serta aman dari fitnah
4. Haram ada dua :
a. Haram tapi sah yaitu I’tikafnya perempuan tanpa izin
suaminya, atau dengan izinnya tapi dikhawatirkan terjadi
fitnah
b. Haram dan tidak sah yaitu I’tikafnya orang junub atau
perempuan yang sedang haid atau nifas
Rukun-rukun I’tikaf ada empat :
1. Niat i’tikaf
2. Tinggal/ berdiam diri
3. Ada tempat i’tikaf
4. Orang yang I’tikaf

$ä~ne äæd äjQvã äYã


Syarat-syarat I’tikaf ada enam :
1. Berniat untuk melakukan, berdasarkan hadits :

“Artinya : “sesungguhnya segala bentuk amal


perbuatan itu terletak pada niatnya”
2. Harus di Masjid yang sudah khusus dijadikan sebagai
masjid, maka tidak sah i’tikaf di mushalla, madrasah
atau rubat/ pondok
Catatan : ada satu kaul yang menyatakan sah iktikaf
bagi perempuan saja jika menentukan satu tempat
khusus untuk sholat, dan ini pendapat yang muktamad
dari Imam Hanafi
3. Harus tinggal lebih dari masa tuma’ninah shalat yaitu
selama ukuran bacaan tasbih, maka tidak sah kalau
hanya lewat saja tanpa berhenti, lain halnya kalau
mondar-mandir (taraddud) maka sah karena hukum
taraddud di masjid seperti hukum berdiam di masjid.
4. Harus dalam keadaan suci dari hadats besar seperti
junub, haid dan nifas
5. Harus dalam keadaan berakal, maka tidak sah I’tikafnya
orang gila, apabila seseorang gila sewaktu I’tikaf
walaupun sebentar maka I’tikafnya batal
6. Harus dalam keadaan beragama Islam, maka tidak sah
I’tikafnya orang yang murtad atau kafir asli
Catatan : tidak boleh orang kafir masuk masjid kecuali
dengan dua syarat, yaitu dengan izinnya orang Islam
dan aman dari fitnah, kecuali Masjidil Haram tidak boleh
orang kafir masuk
Sunnat-sunnat I’tikaf di antaranya :
1. I’tikaf di masjid jami’ yaitu masjid yang dilaksanakan
shalat Jum’at di dalamnya, karena banyak jamaahnya
dan tidak perlu keluar untuk sholat jumat. Ada pendapat
madzab lain yang mewajibkan I’ktikaf di Masjid jami’
2. I’tikaf sehari penuh, lebih utama menggabungkan malam
sampai siang harinya.
3. I’tikaf sambil berpuasa
4. Memperbanyak zikir, doa dan ibadah
5. Meninggalkan segala yang makruh dan tidak ada
faedahnya
6. Bernazar untuk I’tikaf agar mendapatkan pahala ibadah
fardlu
Catatan : wajib niat fardu iktikaf bagi yang
menazarkannya yatiu : saya bernazar untuk iktikaf di
Masjid ini selama diamnya saya di masjid ini, adapun
niatnya iktikafnya saya berniat I’tikaf wajib
Beberapa masalah dalam I’tikaf
1. Seseorang yang masuk masjid dan berniat I’tikaf lalu
keluar, kemudian masuk lagi ke masjid, apakah dia akan
beniat i’tikaf untuk kedua kalinya ataukah cukup dengan
niat i’tikaf yang pertama?
Dalam masalah ini ada perinciannya sebagai berikut :
- terkadang I’tikaf itu tidak menentukan lama waktunya
atau
- terkadang i’tikaf itu sudah ditentukan lama waktunya
- terkadang I’tikaf itu dinazarkan
- terkadang I’tikaf itu untuk melaksanakan sunnah saja,
Maka penjelasannya sebagai berikut:
1. Apabila I’tikaf itu tidak ditentukan waktunya maka
dapat dipandang:
1. Apabila seseorang keluar dari masjid tanpa ada
keinginan untuk kembali lagi maka ia wajib berniat
memulai I’tikaf ketika ingin beri’tikaf lagi, baik ia
keluar untuk qadla hajat atau lainnya
2. Apabila ia keluar dari masjid tapi ada keinginan
untuk masuk lagi maka ia tidak wajib berniat I’tikaf
lagi, karena keinginannya itu menjadi pengganti
niat
2. Apabila waktu i’tikaf sudah ditentukan misalnya sehari
atau sebulan, tapi tidak ia syaratkan harus berturut-
turut maka dapat dipandang :
1. Apabila ia keluar untuk qadak hajat seperti kencing,
buang air besar, maka ia tidak wajib berniat I’tikaf
lagi walaupun hajatnya agak lama, karena qadha’
hajat itu merupakan keharusan maka dalam hal
dikecualikan saat berniat
2. Apabila ia keluar bukan untuk qadak hajat, tetapi
ada keinginan untuk kembali sewaktu keluarnya
maka ia tidak wajib berniat lagi, adapun kalau
tidak ada keinginan untuk kembali lagi maka
wajib ia berniat i’tikaf lagi
2. Apabila seseorang masuk masjid dan lupa berniat I’tikaf,
apakah boleh ia berniat i’tikaf dalam hati di pertengahan
shalatnya?
Jawab: Boleh berniat i’tikaf di dalam hati ketika berada di
pertengahan shalat tapi tidak boleh melafazkan niat itu
karena termasuk ucapan lain yang dapat membatalkan
shalat ini menurut imam Ramliy, sedang menurut imam
Ibnu Hajar tidak membatalkan ucapan-ucapan yang bentuk
pendekatan kepada Allah seperti memerdekakan budak,
berwakaf, bernazar dll.

=======================================================
Anjuran :
1. Dianjurkan untuk diperbanyak atau dishare kembali
2. Dilarang merubah teks aslinya tanpa konfirmasi terlebih dahulu untuk
menghindari kesalahan dalam pemahamannya
3. Mohon kritik, saran dan masukan (editor)
4. Tulisan ini adalah adalah hasil diskusi dengan rujukan utama Kitab
Taqriratussadidah.

Anda mungkin juga menyukai