Kelompok III
KELAS E
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Fiqih siyasah berjudul
“KETATANEGARAAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH, ABBASIYAH,
DAN TURKI UTSMANI”.
Kami menyadari, bahwa Makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Baik segi Penyusunan, Bahasa, maupun Penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar
penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetaahuan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I
A. Latar belakang………………………………………………………………
B. Rumusan masalah…………………………………………………………...
C. Tujuan……………………………………………………………………….
BAB II
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................................…
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang penuh dengan aturan. Baik dalam hal hubungan dengan Allah
SWT., maupun dengan sesama manusia. Hubungan dengan sesama ini mencakup dalam
beberapa aspek kehidupan diantaranya tata negara atau pemerintahan. Tata negara dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan seperangkat prinsip dasar yang mencakupi
peraturan susunan pemerintahan, bentuk negara dan sebagainya yang menjadi dasar
pengaturan suatu negara.
Perubahan politik yang dilakukan Muawiyah adalah memindahkan ibu kota Negara ke
Damaskus. Perubahan lain yang dilakukan Muawiyah adalah mengganti sistem pemerintahan
yang bercorak syura dengan pemilihan kepala Negara secara penunjukan. Selain itu, Bani
Umayyah juga melakukan berbagai penyempurnaan di bidang administrasi Negara
(birokrasi), perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Struktur pemerintahan pusat terdiri dari
lima dapartemen, yaitu Diwan al-Jund (militer), Diwan al-Kharaj (perpajakan dan keuangan),
Diwan al-Rasa'il (surat menyurat), Diwan al-Khatam (arsip dan dokumentasi negara) dan
Diwan Al-Barid (pelayanan pos dan registrasi penduduk).
Kebijakan terpenting yang dilakukan Khalifah Dinasti Bani Abbas yaitu al-Manshsur
adalah memindahkan Ibu Kota pemerintahan ke Baghdad pada tahun762 M. Ada beberapa
hal penting yang dilakukan oleh khalifah-khalifah Bani Abbas dalam menjalankan
pemerintahan. Bani Abbas mengembangkan sistem pemerintahan dengan mengacu pada
empat aspek, yaitu:
1. aspek khilafah
2. aspek wozarah
3. aspek hijabah
4. aspek kitabah
Dinasti ini didirikan oleh suku nomad Kayi yang dipimpin Sulaiman Syah yang
menyelamatkan diri dari serangan mongol. Mereka membantu Sultan Alaiddin dari Saljuk
dalam memerangi tentara Romawi. Akibat diserang bangsa mongol, kerajaan ini menjadi
terpecah-pecah. Hal ini dimanfaatkan oleh Usman untuk membentuk pemerintahan yang
baru. Dalam pelaksanaan kekuasaan pemerintahan, penguasa imperium Usmani bergelar
Sultan dan khalifah sekaligus. Sultan untuk masalah duniawi dan khalifah untuk masalah
keagamaan. Kebijakan yang diambil negara terlebih dahulu didiskusikan dan dibicarakan
dalam lembaga Divan-I Humayun. Lembaga ini adalah pusat organisasi pemerintahalam
masalah keagamaan, usman dibantu oleh para mufti dan Kadi. Mufti sebagai penafsir hukum
dan kadi pelaksaannya. Sultan berhak membuat undang-undang sendiri. Peraturan yang
dibuat Sultan dinamakan Kanun yang memiliki tiga kategori, yakni sifatnya khusus pada
topik tertentu, mengacu pada wilayah tertentu dan secara umum diterapkan dalam kerajaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tata negara dan pemerintahan pada masa Dinasti Umayyah, Dinasti
Abassiyah, dan Turki Utsmani?
3. Bagaimana sistem pemerintahan dinasti umayyah , dinasti abassiyah , dan turki ustmani ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana tata negara dan pemerintahan pada masa dinasti umayyah,
abassiyah dan turki utsmani.
2. Untuk mengetahui pemikiran dan Analisa serta gambaran secara umum tentang
ketatanegaraan dan kekuasaan pemerintah dari ketiga periode tersebut.
3. Untuk mengatahui system pemerintahan dinasti umayyah, abassiyah dan turki utsmani.
BAB II
PEMBAHASAN
Sepeninggalan Ali ibn Abi Thalib, Gubernur Syam tampil sebagai penguasa Islam yang
kuat. Masa kekuasaannya merupakan awal kedaulatan Bani Ummayyah dan sekaligus
menjadi Khalifah utama. Ia memindahkan Ibu Kota kekuasaan Islam dari Kuffah ke
Damascus. Dinasti ini berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. pembentukan dinasti Umayah
tidak bisa dilepaskan dari sosok Muawwiyah ibn Abi Sofyan. Awal pendirian dinasti ini,
berawal dari masalah tahkim yang menjadi penyebab perpecahan dikalangan pengikut Ali,
yang berakhir dengan kematiannya. Sepeninggalnya Ali itu sebenarnya masyarakat secara
beramai-ramai telah membaiat Hasan putra Ali menjadi khalifah. Namun karena Hasan
kurang berminat menjadi khalifah dan setelah berkuasa selama beberapa bulan, maka
Mua’wiyah meminta kepada Hasan agar jabatan khalifah diberikan kepada Mu’awiyah.
Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai istilah amul jama’ah atau tahun persatuan umat
Islam. Maka Muawiyah danggap sebagai khalifat pertama dinasti ini dan dialah yang
dianggap sebagai pendiri dan pembina dari dinasti Umayyah ini.
- Kebijakan Pemerintah
Setelah Mua’awiyah menjadi khalifah, langkah awal yang diambil adalah memindahkan
pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Hal ini dikarenakan Madinah adalah bekas
kota pemerintahan khulafaurrasyidin sebelumnya.
- Perluasan Wilayah
Kejayaan dinasti Umayyah ditandai dengan capaian ekspansi nya yang sangat luas.
Langkah ekspansi ini menunjukkan stabilitas politik Umayyah yang cukup mapan.
Begitu Mu’awiyah berhasil menduduki jabatan sebagai Khalifah umat Islam, ian
langsung membuat langkah-langkah strategis untuk mengembangkan kekuasaanya.
Mu’awiyah berusaha mematahkan inperium Bizantium, dengan merebut kota Konstatinopel.
Muawiyyah membayangkan dengan jatuhnya kota konstantinopel akan menyebabkan jatuhya
imperium Bizantium.
Sebelumnya pada zaman Usman orang-orang Arab telah mencapai Barqah dan Tripoli di
Libia, kemudian Mu’awiyah, bertekad merebut kekuasaan dari Romawi di Afrika Utara.
Tugas ini dipercaya pd Uqbah bin Nafi’ yang sebelumnya juga sudah ditempatkn di Barqah
ditaklukan. Engn dukungan orang Barbar diamengalahkan tentara Bizantyum di Ifriqyah
(Tunisia). Pada thun 670M Uqbah mendirikan kota Qairawan sebagai kota Islam dan markas
bala tentara. Pada tahun 681M Uqbah bin Nafi’ memimpin ekspansi besar-besaran ke Barat
sampai mencapai Atlantik.
3. Ekspansi ke Spanyol
Ekspansi pasukan Islam ke Spanyol ini melalui beberapa tahap. Pada bulan Juli 710M
sebanyak 900 orang melakukan penyelidikan dan penelitan untuk mendapatkan laporan-
laporan, terutama mengenai kekuatan mereka. Pada tahun berikutnya, Tariq bin Ziad, yang
namanya diabadikan untuk nama Gunung dan Selat, Gibraltar, menyeberangi Selat tersebut
dengan kekuatan 7000 orang, kebanyakkan suku Barbar.
B. KETATANEGARAAN ISLAM PERIODE DINASTI ABBASIYAH
Berdirinya Dinasti Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari munculnya berbagai masalah di
periode-periode terakhir dinasti Umayyah. Masa emas dinasti Abbasiyah berlangsung hingga
pertengahan pemerintahan Al-Ma’mun pada awal abad ketiga hijriah. Setelah itu Dinasti
Abbasiyah melemah. Kemunculan banyak negeri diberbagai wilayah, seperti Turki,
Mongolia, Persia, dan India menjadi tanda mulai pudarnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah
berhasil dikuasai Bangsa Mongolia. Hal ini sekaligus menjadi akhir dari kekuasaan yang
gemilang itu.
Perlu dicatat, Dinasti Abbasiyah menyumbang peran penting dalam soal alih bahasa atau
terjemahan. Penerjemahan karya-karya penting sebenarnya sudah dimulai sejak pertengahan
Dinasti Umayyah Ketika kekuasaan beralih ke Dinasti Abbasiyah, kegiatan penerjemahan
semakin marak. Al-Manshur termasuk dalam membangkitkan pemikiran. Dia mendatangkan
berbagai muslim cendikia pada beragam disiplin ilmu ke Baghdad.
Pada masa al-saffah daerah kekuasaan Bani Abbas dibagi menjadi dua belas provinsi.
Pemerintah daerah (amir) dibagi menjadi tiga keamiran, yaitu imarah istikfa’, imarah istila’,
dan imarah khashshah. Masing-masing imarah mmepunyai tugas dan wewenang yang jelas.
Imarah istikfa’ bertugas antara lain mengatur dan menggaji tentara, memungut pajak,
menjadi imam dan menegakkan pelaksanaan hukum.
Sistem pemerintahan pada masa Dinasti Abbasiyah mengacu pada empat aspek diantaranya
yakni:
2. Wizarah (kementrian): Salah satu aspek dalam kenegaraan yang membantu tugas-tugas
kepala negara. Sedangkan tugas wazir adalah orang yang membantu dalam pelaksanaan
tugas-tugas kenegaraan.
3. Kitabah: Salah satu aspek dalam kenegaraan yang membantu tugas-tugas wazir dalam
mengkoordinir masing-masing departemen.
4. Hijabah: Berarti pembatas atau penghalang. Dalam sistem politik Bani Abbas, hajib
(petugas hijab) berarti pengawal khalifah. Mereka bertugas menjaga keselamatan dan
keamanan khalifah.
Dinasti Turki Usmani berasal dari suku penggembara Qayidh Oghus salah satu amak
suku Turk yang mendiami sebelah barat gurun golbi, yang dipimpin Sulaiman. Dia mengajak
anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol yang menyerang dunia Islam
yang berada dibawa Kekuasaan Dinasti Khawarizm pada tahun 1219-1220M sulaiman dan
anggota sukunya lari ke arah barat dan meminta perlindungan kepada jalaluddin, pemimpin
terakhir Dinasti Khawarizm di Transoxiana ( Maa waraa al-Nahr).
Masa pemerintahannya berjalan dengan rentang waktu yang cukup panjang sejak tahun
1299M-1924M. Kurang lebih 6 Abad (600 tahun). Dalam rentang waktu yang demikian
panjang kerajaan Turki Utsmani mengalami dinamika yang selalu menghadirkan format dan
ciri khas yang baru dalam pemerintahan, bahkan merupakan penyelamat dan bebas dunia
Islam dari kekacauan yang berkepanjangan terutama dibidang hukum, karena sebagaimana
diketahui, bahwa kekuasaan Turki Utsmani tidak hanya terbatas kekuasaan wilayah
melainkan agama.
1. Badan Eksekutif: Dalam konsep eksekutif, bahwa umat haruslah menyerahkan segala
urusan umum kepada khalifah.
2. Badan Ahlul Ikhtiar (Legislative): Dalam ketatanegaraan Islam, badan legislative ini
mulai dikenal pada masa Daulah Bani Umayyah. Disebut juga dengan sebutan Ahl Halli
Wa Al-Aqdi. Yang bertugas menympaikan aspirasi rakyat kepada kepala Negara dan juga
ia berfungsi untuk memilih seorang khalifah.
3. Badan Peradilan (Yudikatif): Dalam praktek peradilan sejarawan menyebut tiga unsur
penopang tegaknya hukum pada masa itu:
a. Hakim
b. Wali pidana
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. dinasti Umayyah
- kebijakan pemerintah
2. Dinasti Abbasiyah
Sistem pemerintahan pada masa dinasti Abbasiyah mengacu pada 4 aspek yaitu:
- wizarah(kementrian):salah satu aspek kenegaraan yang membatu tugas tugas kepala negara.
- badan eksekutif:dalam konsep,bahwa umat harus menyerahkan segala urusan umum kepada
Khalifah
- badan peradilan(yudikatif)
DAFTAR PUSTAKA
1984.
SalimBahrereisy.
Muntoha, Kriteria Kepala Negara
Yogyakarta, 1996.
Surabaya, 2000.
1991.
Bandung, 1983.