Anda di halaman 1dari 9

A.

Karakteristik Golongan Darah A, B, AB, dan O

Golongan darah tiap individu tidak sama. Perbedaan golongan darah dikelompokkan dalam
tipe A, B, AB, atau O. Status rhesus (Rh) darah pun dibagi menjadi negatif dan positif.
Perbedaan-perbedaan tersebut perlu diperhatikan dalam penggunaan darah di dunia medis.

Baik bagi Anda untuk mengetahui karakteristik tersebut, mengingat darah memiliki peranan
yang sangat penting bagi tubuh. Golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan ada atau
tidaknya zat antigen pada sel darah merah dan plasma darah. Antigen berfungsi seperti tanda
pengenalan sel tubuh Anda. Ini supaya tubuh bisa membedakan sel tubuh sendiri dari sel
yang berasal dari luar tubuh. Jika sel dengan antigen yang berlawanan masuk ke dalam tubuh,
maka sistem kekebalan tubuh akan memulai perlawanan terhadap sel yang dianggap asing
tersebut dengan memproduksi antibodi.

Ada dua teknik yang dipakai untuk mengelompokkan darah, yaitu menggunakan sistem ABO
dan rhesus (Rh). Kedua sistem ini bisa sangat membantu jika Anda ingin melakukan transfusi
darah.

Melalui sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 tipe, yaitu A, B, AB dan O.

 Jika Anda memiliki golongan darah A, maka Anda memiliki antigen A pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi untuk melawan sel darah merah dengan antigen
 Jika Anda memiliki golongan darah B, maka Anda memiliki antigen B pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi A untuk melawan sel darah merah dengan antigen
A.
 Jika Anda memiliki golongan darah AB, maka Anda memiliki antigen A dan B pada
sel darah merah. Ini juga berarti Anda tidak memiliki antibodi A dan B pada plasma
darah.
 Jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda tidak memiliki antigen A atau B
pada sel darah merah. Orang bergolongan darah O memproduksi antibodi A dan B di
plasma darah.
 Dulu, pemilik golongan darah O bisa mendonorkan darahnya kepada siapa pun,
namun kini tidak lagi dianjurkan. Golongan darah O negatif kemungkinan memiliki
antibodi yang bisa menyebabkan reaksi serius selama transfusi darah berlangsung.
Sedangkan golongan darah O positif hanya boleh diberikan dalam situasi darurat,
yaitu jika pasien sedang terancam jiwanya atau persediaan tipe darah yang sesuai
tidak mencukupi.
 Sebaliknya, golongan darah AB tergolong penerima universal. Kalangan ini bisa
mendapat transfusi darah dari jenis A, B, AB, atau O. Namun kalangan ini hanya bisa
mendonorkan darahnya kepada mereka dengan darah jenis AB saja.
 Faktor resus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah. Jika darah
memiliki faktor Rh maka dikatakan resus positif, dan jika tidak memiliki faktor Rh
maka dikatakan resus negatif.
 Orang yang memiliki Rh negatif bisa mendonorkan darahnya kepada orang yang
memiliki status Rh negatif dan Rh positif. Pendonor dengan Rh positif hanya bisa
memberikan darahnya kepada orang dengan status Rh positif.
 Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat tabel di bawah ini.
Tabel Kecocokan Sel Darah Merah Pendonor dan Penerima
Pendonor
Penerima
O− O+ A− A+ B− B+ AB− AB+
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
O− Cocok
cocok cocok cocok cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
O+ Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
A− Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak
A+ Cocok Cocok Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
B− Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak
B+ Cocok Cocok Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok
Tidak Tidak Tidak Tidak
AB− Cocok Cocok Cocok Cocok
cocok cocok cocok cocok
AB+ Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok Cocok

 Selain mendonorkan sel darah merah, transfusi plasma darah juga kerap dilakukan.

Tabel Kecocokan Plasma Darah Pendonor dan


Penerima
Pendonor
Penerima
O A B AB
O Cocok Cocok Cocok Cocok
Tidak Tidak
A Cocok Cocok
cocok cocok
Tidak Tidak
B Cocok Cocok
cocok cocok
Tidak Tidak Tidak
AB Cocok
cocok cocok cocok

 Dengan mengetahui karakteristik golongan darah, risiko Anda terkena komplikasi


akan berkurang. Ketidakcocokan Rh dan ABO pada saat transfusi darah bisa
menyebabkan reaksi serius yang bisa membahayakan nyawa. Mengetahui status Rh
darah juga penting bagi ibu hamil.

B. Pengaruh Golongan Darah Orang Tua kepada Anak

Golongan darah Anda dan pasangan akan menentukan golongan darah anak. Namun perlu
diingat bahwa golongan darah anak tidak selalu sama persis dengan ayah atau ibu. Ada
beberapa perpaduan golongan darah yang menghasilkan jenis berbeda.

Berikut ini golongan darah yang kemungkinan dimiliki oleh anak Anda.

 Golongan darah O dan O. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah O.
 Golongan darah O dan A. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah O atau A.
 Golongan darah O dan B. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah O atau B.
 Golongan darah A dan A. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah O atau A.
 Golongan darah A dan B. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah O, A, B, atau AB.
 Golongan darah B dan B. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah O atau B.
 Golongan darah AB dan O. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah A atau B.
 Golongan darah AB dan A. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah A, B, atau AB.
 Golongan darah AB dan B. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah A, B, atau AB.
 Golongan darah AB dan AB. Jika Anda dan pasangan memiliki golongan darah
tersebut, maka anak Anda akan memiliki golongan darah A, B, atau AB.

Golongan darah ayah


A B AB O
A A atau O A, B, AB, atau O A, B, atau AB A atau O
Golongan B A, B, AB, atau O B atau O A, B, atau AB B atau O
darah ibu AB A, B, atau AB A, B, atau AB A, B, atau AB A atau B
O A atau O B atau O A atau B O

C. Jenis donor darah

Sebenarnya, ada 2 jenis donor darah yang umum dilakukan. Meski terlihat mirip, tetapi
berbeda pada proses pengambilan darah dari pendonor. Berikut dua jenis donor darah yang
harus kamu tahu yakni:
1. Donor darah lengkap 

Jenis ini merupakan yang paling umum kita temui, ini adalah apa yang kebanyakan orang
pikirkan ketika mereka mendengar “donor darah.” 

Pendonor akan mendonasikan darahnya sebanyak kurang lebih 1 liter yang kemudian
disimpan dalam kantong darah. Setelah itu, darah dibawa ke lab untuk dipisahkan menjadi
komponen-komponen.

Mulai dari sel darah merah, plasma, dan terkadang trombosit serta cryoprecipitate. Sel darah
merah bisa disimpan hingga 42 hari setelah diproses.

2. Donor apheresis

Pada donor darah lengkap proses pengambilannya dilakukan dengan penyedotan melalui
selang dan masuk ke kantong darah. Sementara itu, jenis apheresis ini menggunakan sebuah
mesin khusus.

Mesin ini hanya akan mengambil komponen darah yang dibutuhkan. Sisanya akan
dikembalikan ke tubuh. Donor apheresis sendiri terbagi ke beberapa kategori berdasarkan
komponen yang diambil.

 Plateletpheresis. Donor jenis ini hanya akan mengambil komponen bernama


platelets. Platelets adalah sel darah yang berperan menghentikan pendarahan. Donor
jenis ini juga disebut dengan donor trombosit.
 Sel darah merah. Tipe ini hanya akan mengambil sel darah merah kamu. Sel darah
merah sendiri adalah komponen yang membuat darah terlihat merah dan berfungsi
mengalirkan oksigen ke seluruh organ dan jaringan dalam tubuh.
 Sel darah merah ganda. Pada tipe ini, sel darah merah yang diambil akan lebih
banyak ketimbang donor biasa.
 Plasmapheresis. Jenis ini hanya akan mengambil sel plasma dalam darah. Plasma
adalah cairan dalam darah yang berfungsi mengalirkan air dan nutrisi ke seluruh
jaringan tubuh.

D. Prosedur donor darah

Standar pelaksanaan donor di Indonesia sendiri diatur dengan adanya Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 91 tahun 2015.

Umumnya prosedur pelaksanaan donor dibagi menjadi:

 Proses pendaftaran dengan mengisi form berisi data pribadi dan riwayat kesehatan.
 Melakukan pengecekan fisik serta tes darah.
 Proses pengambilan darah bagi calon pendonor yang sesuai klasifikasi.
 Refreshments setelah melakukan donor.
E. Syarat calon pendonor darah

Untuk bisa menjadi pendonor, kamu harus lolos beberapa syarat atau kriteria tertentu. Hal ini
untuk memastikan pendonor sehat, dan darah yang didonorkan juga aman bagi penerima
donor.

Persyaratan umum

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 91 tahun 2015, berikut kriteria umum yang harus dipenuhi
calon pendonor:

 Usia: Minimal 17 tahun. Untuk pendonor pertama kali yang sudah berusia di atas 60
tahun, atau pendonor ulang usia di atas 65 tahun boleh menjadi pendonor dengan
pertimbangan medis tertentu.
 Berat badan: untuk donor darah lengkap minimal 45 kg untuk penyumbang darah
450 ml dan 55 kg untuk penyumbang darah 350 ml. Sedangkan untuk donor apheresis
minimal 55 kg.
 Tekanan darah: Tekanan sistolik antara 90-160 mm Hg. Tekanan Diastolik antara
60-100 mm Hg. Perbedaan antara sistolik dengan diastolik lebih dari 20 mmHg.
 Denyut nadi: 50 hingga 100 kali per menit dan teratur.
 Suhu tubuh: 36,5 – 37,5 celcius 
 Hemoglobin: 12,5 hingga 17 g/dL 
 Penampilan donor: Apabila calon pendonor terlihat memiliki kondisi anemia,
jaundice, sianosis, dispnea, ketidakstabilan mental, konsumsi alkohol, atau keracunan
obat maka tidak akan diperbolehkan mendonor.

Orang yang tidak boleh melakukan donor darah

Orang dengan beberapa kondisi medis tertentu harus ditolak secara permanen dan tidak
diperbolehkan melakukan donor darah seumur hidupnya. Berikut beberapa di antaranya:

 Kanker atau penyakit ganas.


 Creutzfeldt-Jakob disease. 
 Penderita diabetes yang mendapatkan terapi insulin.
 Pengguna narkoba dengan cara disuntikkan.
 Penyakit jantung dan pembuluh darah.
 Pengidap HIV/AIDS dan kondisi infeksius lainnya.
 Xenotransplantation.
 Alergi utamanya yang tercatat memiliki riwayat anafilaksis.
 Penyakit autoimun.
 Tendensi perdarahan abnormal.
 Penyakit hati.
 Polycythaemia vera.

Orang yang harus tunda lakukan donor darah

Jika kategori sebelumnya calon pendonor harus ditolak secara permanen, pada kategori ini
calon pendonor boleh mendonorkan darahnya tetapi harus menunggu waktu yang tepat.
 Epilepsi: 3 tahun setelah berhenti pengobatan tanpa kambuh.
 Demam lebih dari 38 Celcius: 2 minggu setelah gejala menghilang.
 Penyakit ginjal (Acute glomerulonephritis): 5 tahun ditolak setelah penyembuhan
lengkap.
 Osteomielitis: 2 tahun setelah donor diumumkan telah diobati. 
 Kehamilan: 6 bulan setelah melahirkan atau penghentian kehamilan. 
 Demam reumatik: 2 tahun setelah serangan, tidak ada bukti adanya penyakit jantung
kronik (penolakan permanent deferral)
 Bedah: Tidak ada penyumbangan darah hingga sembuh total dan sehat. 
 Cabut gigi: 1 minggu jika tidak ada keluhan. 
 Endoskopi dengan biopsi menggunakan peralatan fleksibel: 6 bulan tanpa
pemeriksaan NAT untuk Hepatitis C atau 4 bulan jika pemeriksaan NAT pada 4 bulan
negatif untuk Hepatitis C.
 Kecelakaan inokulasi, akupuntur, tato, tindik badan: 6 bulan tanpa pemeriksaan
NAT untuk Hepatitis C atau 4 bulan jika pemeriksaan NAT pada 4 bulan negatif
untuk Hepatitis C.
 Mukosa terpercik oleh darah manusia, jaringan atau sel yang
ditransplantasikan: 6 bulan tanpa pemeriksaan NAT untuk Hepatitis C atau 4 bulan
jika pemeriksaan NAT pada 4 bulan negatif untuk Hepatitis C.
 Transfusi komponen darah: 6 bulan tanpa pemeriksaan NAT untuk Hepatitis C atau
4 bulan jika pemeriksaan NAT pada 4 bulan negatif untuk Hepatitis C.

F. Persiapan sebelum melakukan donor darah

Apabila kamu ingin melakukan donor darah, pastikan kamu memenuhi kriteria-kriteria yang
disebutkan di atas. Selain itu, ada pula beberapa tips yang bisa kamu lakukan:

 Jika kamu ingin melakukan donor di rumah sakit atau kantor PMI, buatlah janji
terlebih dahulu untuk tahu kapan waktu yang tersedia.
 Seminggu sebelum melakukan donor, konsumsi lah makanan yang sehat. Pilih
makanan yang tinggi zat besi dan rendah lemak.
 Pada hari kamu akan melakukan donor, jangan lupa untuk minum air putih cukup.
 Gunakan baju dengan lengan pendek atau baju yang mudah dilipat ke atas saat proses
pengambilan darah.

G. Proses pengambilan darah

Setelah kamu mendaftar, melakukan screening, dan lolos persyaratan, maka kamu bisa
melanjutkan proses pengambilan darah.

Proses donor darah yang dilakukan biasanya:

 Kamu akan diminta untuk berbaring.


 Setelah itu petugas akan membersihkan area yang akan disuntik menggunakan
alkohol.
 Selanjutnya petugas akan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah vena kamu.
 Dari situ darah akan mengalir melalui selang ke dalam kantong darah. Untuk lamanya
proses pengambilan darah tergantung berapa banyak yang diambil, umumnya butuh
waktu 8-10 menit untuk proses pengambilan darah lengkap.
 Jika kamu melakukan donor jenis apheresis atau donor komponen tertentu biasanya
butuh waktu sampai 2 jam.
 Saat kantong darah penuh, petugas akan menarik jarum lalu menekan bekas suntikan
dengan kapas, lalu menutupnya dengan perban.

H. Tahapan tes golongan darah

Tes golongan darah adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui golongan darah
seseorang. Dengan mengetahui golongan darah sendiri, Anda dapat mendonorkan darah atau
menerima transfusi darah dengan aman.

Golongan darah terbagi menjadi 4 macam, yaitu:

 Golongan darah A (memiliki antigen A)


 Golongan darah B (memiliki antigen B)
 Golongan darah AB (memiliki antigen A dan B)
 Golongan darah O (tidak memiliki antigen A maupun B)

Golongan darah juga ditentukan oleh faktor Rh. Penjelasan lengkapnya adalah sebagai
berikut:

Rhesus positif (Rh+)

Orang dengan Rh+ memiliki antigen Rh di dalam sel darah merah. Rh+ dapat menerima Rh+
maupun Rh-.

Rhesus negatif (Rh-)

Orang dengan Rh- tidak memiliki Rh antigen. Mereka hanya menerima darah dari orang
dengan golongan darah Rh-.

Tipe darah A, B, AB, O, dan Rh inilah yang menjadi komponen penyusun golongan darah
Anda. Secara keseluruhan terdapat 8 macam golongan darah, yakni; A+, A-, B+, B-, AB+,
AB-, O+, dan O-.

I. Prosedur Cek Golongan Darah

Cara cek golongan darah pertama-tama dilakukan dengan cara mengambil sampel darah
untuk dites. Sampel darah diambil dari vena atau dari bagian ujung jari. Pada bayi baru lahir,
darah diambil dari tali pusat atau dari bagian tumit.

Prosedur pengambilan darah vena adalah sebagai berikut: petugas akan memasang band
tangan di lengan agar pembuluh darah semakin terlihat. Sebelum mengambil sampel, kulit
akan dibersihkan menggunakan antiseptik untuk mencegah infeksi.

Jarum suntik akan digunakan untuk mengambil sampel darah. Setelah darah selesai diambil,
bekas luka tusuk akan ditutup dengan kasa dan perban.
Setelah sampel darah diambil, petugas akan menentukan tipe darah dengan cara mencampur
sampel darah dengan antibodi A dan B. Jika sel darah menggumpal ketika dicampurkan
dengan anti-A, artinya seseorang memiliki golongan darah A. Sedangkan jika darah
menggumpal ketika dicampurkan dengan anti-B, maka artinya seseorang memiliki golongan
darah B.

Golongan darah O tidak akan menggumpal pada kedua antibodi A dan B karena tidak
mempunyai antigen A dan B. Sedangkan golongan darah AB akan menggumpal pada kedua
antibodi, karena mempunyai antigen A dan B.

Sedangkan untuk pemeriksaan Rhesus, darah dicampurkan dengan serum anti-Rh atau
disebut juga anti-D. Jika darah menggumpal, artinya seseorang memiliki darah dengan Rh
positif. Sedangkan jika darah tidak menggumpal, maka artinya darah memiliki Rh negatif.

J.Faktor Penentu Golongan Darah Melalui Keturunan


Golongan darah manusia diwarisi oleh orang tuanya. Sama seperti warna mata, golongan darah
diturunkan secara genetik dari ibu dan ayah.

Berikut kemungkinan golongan darah seorang anak, jika dilihat dari golongan darah kedua orang
tuanya.

Jika orang tua memiliki golongan darah AB dan AB maka anak mungkin akan memiliki golongan
darah A, B, atau AB.

Jika orang tua memiliki golongan darah AB dan B maka anak mungkin akan memiliki golongan darah
A, B, atau AB.

Jika orang tua memiliki golongan darah AB dan A maka anak mungkin akan memiliki golongan darah
A, B, atau AB.

Jika orang tua memiliki golongan darah AB dan O maka anak mungkin akan memiliki golongan darah
A atau B.

Jika orang tua memiliki golongan darah B dan B maka anak mungkin akan memiliki golongan darah O
atau B.

Jika orang tua memiliki golongan darah A dan B maka anak mungkin akan memiliki golongan darah
O, A, B atau AB.

Jika orang tua memiliki golongan darah A dan A maka anak mungkin akan memiliki golongan darah O
atau A.

Jika orang tua memiliki golongan darah O dan B maka anak mungkin akan memiliki golongan darah O
atau B.
Jika orang tua memiliki golongan darah O dan A maka anak mungkin akan memiliki golongan darah O
atau A.

Jika orang tua memiliki golongan darah O dan A maka anak akan memiliki golongan darah O.

Anda mungkin juga menyukai