Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ananda Setia Hanani

NIM : 2011020210
Kelas : 4D
Resume 1 Maternitas
KOMPLIKASI KEHAMILAN AWAL
 Abortus
1. Abortus
a. Pengertian
abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan pada umur kehamilan < 20 minggu dengan berat badan janin < 500 gr.
b. Klasifikasi Abortus
1) Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata
lain yang luas digunakan adalah keguguran (Miscarriage). Abortus spontan
secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens,
abortus inkompletus, abortus kompletus.
Selanjutnya, dikenal pula missed abortion, abortus habitualis, abortus
infeksiosus dan abortus septik.
 Abortus imminens (keguguran mengancam)
Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti
ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan1.
 Abortus insipiens (keguguran berlangsung)
Perdarahan intrauterin sebelum kehamilan lengkap 20 minggu dengan
dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran product of conception
(POC).
 Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.
 Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Proses abortus di mana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui
jalan lahir.
 Abortus infeksiosa dan Abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
 Missed abortion (retensi janin mati)
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati
itu tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.
 Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu.
2) Abortus provokatus
Abortus buatan adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk
menghilangkan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500
gram.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a) Abortus therapeutic (Abortus medisinalis)
Pengakhiran kehamilan sebelum saatnya janin mampu hidup dengan
maksud melindungi kesehatan ibu.
b) Abortus provocatus criminalis
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang
yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh yang
tidak berwenang
c) Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang
aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.
2. Abortus Inkompletus dan Abortus Kompletus
a. Pengertian
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus. Sedangkan
abortus kompletus adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan muda dimana
seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri.
b. Etiologi
1) Hal yang dapat menyebabkan abortus, antara lain24 :
a) Infeksi akut virus, misalnya :
 Rubella
 Parasit, misalnya malaria
 Cacar.
 Hepatitis.
 Infeksi bakteri misalnya streptokokus
b) Infeksi kronis
 Pneumonia
 Tuberkulosis paru
2) Penyakit kronis, misalnya :
a) Hipertensi
b) Diabetes
c) Infeksi Toxoplasma Gondii
d) Anemia berat
e) Penyakit jantung
f) Gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan, dan lain-lain
g) Trauma
 Trauma fisik
o Trauma minor
o Trauma mayor
 Trauma psikis
3) Penyebab yang bersifat lokal, antara lain :
Fibroid, radang pelvis kronis, retroversi kronis, hubungan seksual yang
berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hyperemia dan abortus,
kelainan alat kandungan, gangguan kelenjar gondok, kematian janin akibat
kelainan bawaan, kelainan kromosom, dan lingkungan yang kurang sempurna
c. Faktor yang berhubungan dengan abortus
Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah :
1) Faktor maternal
a) Kelainan genetalia ibu
d. Patologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan
nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan.
Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di
dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran
janin
e. Komplikasi abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, syok,
dan gagal ginjal akut.

 Anemia
1. Anemia
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah
sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman,
2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena kondisi
patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu
satunya penyebab anemia (Ani, 2016).
a. Klasifikasi anemia
Menurut Prawirohardjo (2009), macam-macam anemia adalah sebagai berikut:
1) Anemia defisiensi besi
2) Anemia megaloblastik
3) Anemia hemolitik
4) Anemia hipoplastik dan aplastik
b. Etiologi anemia
Menurut Soekarti (2011) penyebab terjadinya anemia adalah:
1) Pada umumnya masyarakat indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit,
dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat
besi tidak terpenuhi.
2) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan.
3) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya
melalui feses (tinja).
4) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat besi +
1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria.
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal berikut ini:
1) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah ke jaringan.
2) Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
Menurut Ani (2016), anemia gizi besi dapat terjadi karena:
1) Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak
mencukupi kebutuhan.
2) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan
yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam).
3) Makanan nabti (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya: sayuran hijau
tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang
bisa diserap baik oleh usus.
c. Faktor-faktor terjadinya anemia pada remaja putri
Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia, diantaranya meliputi:
1) Menstruasi
2) Status Gizi
d. Tanda dan gejala anemia
Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
1) Mudah lelah.
2) Kulit pucat.
3) Sering gemetar.
4) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
5) Sering pusing dan mata berkunang-kunang.
6) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah dan telapak tangan
tampak pucat.
7) Anemia yang parah (kurang dari 6 gr%) dapat menyebabkan nyeri.
e. Dampak anemia bagi remaja
Menurut Merryana dan Bambang (2013), dampak anemia bagi remaja adalah:
1) Menurunnya kesehatan reproduksi.
2) Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.
3) Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar.
4) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
5) Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran.
6) Mengakibatkan muka pucat.
f. Pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri
1) Pencegahan
Menurut Almatzier (2011), cara mencegah dan mengobati anemia adalah:
a) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
b) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur) dan bahan makanan nabati
(sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
c) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan
nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dalam usus.
2) Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD).
3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
 Hiperemesis Gravidarum
1. Hiperemesis Gravidarum
a. Pengertian hiperemesis gravidarum
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau serring terdapat pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada
yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung kurang lebih 10
minggu14. Mual muntah terjadi hampir 80% pada ibu hamil.
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual
muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga pekerjaan sehari-hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
b. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi
kedalam tiga tingkatan sebagai berikut12:
1) Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat
badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat
disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering
dan mata cekung.
2) Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun,
lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat
badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat
tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas,
dan dapat pula ditemukan dalam urine.
3) Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang
dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan
ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.
c. Akibat Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun
dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan
lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir.
d. Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Penyakit ini juga digolongkan kedalam gestosis bersama preeklampsi dan
eklampsi.
e. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormon Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan
muntah.
faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hiperemesis gravidarum
meliputi;
1) Faktor Predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan
kehamilan ganda.
2) Faktor organic seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi,
perubahan metabolic akibat kehamilan dan resistensi ibu yang
menurun.
3) Faktor psikologis, meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas,
pekerjaan, stress, peningkatan hormon progesteron, estrogen dan HCG,
alergi, infeksi dan diabetes melitus.

 Kehamilan Ektopik
A. Teori Medis
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu proses yang normal dan alamiah dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin ( Saifuddin, 2008).
Kehamilan adalah masa ketika seseorang wanita membawa embrio
atau fetus di dalam tubuhnya (Astuti, 2011).
Jadi kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan yang berkembang didalam rahim.

Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan antara lain:


a. Triwulan pertama yang dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan

b. Ttriwulan kedua dari bulan keempat sampai bulan keenam

c. Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan

2. Pengertian Kehamilan Ektopik


Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam
endometrium kavum uteri (Wiknjosastro, 2007).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi terjadi di luar
kavum uteri.
3. Etiologi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.
Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.

Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba, dan
dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi
masih di tuba.
Menurut Saifuddin tahun 2009 faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal
ini ialah sebagai berikut:
a. Faktor tuba
1) Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu.
2) Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang
berkelok-kelok panjang yang dapat menyebabkan fungsi silia tuba
tidak berfungsi dengan baik.
3) Keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan
predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.
4) Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat congenital
5) Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau
tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk juga dapat
menjadi etiologi kehamilan ektopik terganggu.
b. Faktor abnormalitas dari zigot
c. Faktor ovarium
d. Faktor hormonal
e. Faktor Lain

4. Tanda dan gejala menurut Wiknjosastro tahun 2007 antara lain :


a. Adanya amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja
sebelum diikuti perdarahan
b. Mual dan muntah
c. Rasa nyeri di bagian kanan atau kiri perut ibu
d. Perut semakin membesar dan keras
e. Suhu badan agak naik
f. Nadi cepat
g. Tekanan darah menurun
5. Beberapa Jenis Kehamilan Ektopik Lainnya (Wiknjosastro, 2007)
a. Kehamilan servikal
b. Kehamilan dalam divertikulum uterus
c. Kehamilan ovarial
d. Kehamilan intra dan ekstra uterin
6. Patofisiologi
Sementara tanda-tanda dini kehamilan yang biasa didapati pada serviks
muncul, uterus menjadi sedikit membesar dan agak melunak pada kehamilan
ektopik. Endometrium berisi desidua (tapi tidak ada trofoblas) dan
mempunyai gambaran mikroskopik yang khas.
7. Komplikasi kehamian ektopik terganggu
Menurut Syaifuddin (2008) kehamilan ektopik ini akan mengalami abortus
atau rupture apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya di tuba).
8. Manajemen Kehamilan Ektopik Terganggu
Menurut Saifuddin tahun 2008 antara lain:
a. Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan
operatif gawat darurat
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan
tindakan operatif karena sumber perdarahan harus segera dihentikan
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh
dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama)
atau 2 L dalam 2 jam pertama (termasuk dalam tindakan berlangsung).
d. Bila darah pengganti belum tersedia berikan autotransfusion berikut ini:
1) Pastikan darah yang dihisap dalam rongga abdomen telah melalui
alat penghisap dan wadah penampung yang steril.
2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan
kedalam kantung darah (blood bag). Apabila kantung darah tidak
tersedia, masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru
terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10 ml
untuk setiap 90 ml darah.
3) Transfusikan darah melalui selang transfuse yang mempunyai
saringan pada bagian tabung tetesan.
e. Tindakan pada tuba dapat berupa:
1) Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi pada bagian tuba
yang mengandung hasil konsepsi.
2) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana
tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu
mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian
diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah
control perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hamil
ektopik ulangan).
f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi
transportasi tuba yang disebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya
pasien diberi antibiotika kombinasi atau tunggal dengan spectrum yang
luas.
g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
1) Ketoprofen 100 mg supositoria
2) Tramadol 200 mg IV
3) Pethidin 50 mg IV
h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari
i. Konseling pasca tindakan
1) Kelanjutan fungsi reproduksi
2) Resiko hamil ektopik berulang
3) Kontrasepsi yang sesuai
4) Asuhan mandiri elama dirumah
5) Jadwal kunjungan ulang

Anda mungkin juga menyukai