Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN

“Penilaian Keterampilan Proses Sains”

Dosen Pengampuh :
Dr.Chumaidach Roini S.Pd.,M.Pd

Oleh :

Nur Sarif
03101711034
B/IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2019
 Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains

Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam


pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah
secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam
pencapaian keterampilan proses sains.

Menurut Smith dan Welliver, pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan
dalam beberapa bentuk, diantaranya:

1. Pretes dan postes.  Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada
awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan
dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah diidentifikasi. Pada akhir tahun
sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk mengetahui perkembangan skor siswa
setelah mengikuti pembelajaran sains.
2. Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal
tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian mana siswa
memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru merencanakan
pelajaran dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan siswa.
3. Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai
salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria untuk memasuki kelas
akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.
4. Pemilihan kompetisis siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains
siswa sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba
sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti lomba sains
dengan baik.
5. Bimbingan karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian
keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang


disesuaikan dengan materi  dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas (Rezba, 1999).
Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum
digunakan.  Menurut Widodo (2009), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap
keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.


2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.
3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya
apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4. Membuat kisi-kisi instrumen.
5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi
yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan
proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)
6. Melakukan validasi instrumen.
7. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.
8. Perbaikan butir-butir yang belum valid.
9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran
sains.

Pada langkah-langkah penyusunan instrument di atas, pencarian validitas dan reabilitas


empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains yang beresiko tinggi.
Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah penilaian dalam penelitian, penilaian dalam
skala besar atau penilaian untuk tujuan tertentu.

Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan


instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test)
dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil
test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau
pengamatan. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan
melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan
kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap
keterampilan proses sains.

 Penilaian keterampilan proses melalui tes tertulis

Penilaian secara tertulis terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk
essai dan pilihan ganda . Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan konvergen  dan
pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai memerlukan jawaban yang berupa
pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat
subjektif, yang berarti menggambarkan pemahaman yang lebih indiviualistik.

Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian secara tertulis dalam bentuk tes essai, sebagai
berikut:

Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman
jagung. Setelah dilakukan pengukuran dalam selama tujuh hari, diperoleh data sebagai berikut:

Tinggi tanaman (cm)


Hari Ke-
Disiram air setiap hari Tidak disiram air
1 5 5
2 7 6
3 8,5 6,5
4 11 6,9
5 12,8 7,2
6 14 7,3
7 15,9 7,3
Pertanyaan:

1. Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)

             ________________________________________________________

1. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)

              ________________________________________________________

Pengukuran keterampilan proses yang dilakukan melakui tes yang dikontruksi dalam
bentuk pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban atas pertanyaan sudah disiapkan dan
biasanya terdiri atas empat atau lima pilihan. Penilaian yang diperoleh dengan menggunakan
pilihan jawaban dapat memberikan hasil yang lebih obyektif, sebab jawaban atas masalah yang
ada telah ditetapkan.  Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam bentuk pilihan ganda, lebih
representative mewakili isi dan luas bahan atau materi. Selain itu, dalam proses pemeriksaan
dapat terhindar dari unsur-unsur subjektivitas. Namun demikian, penggunaan penilaian model
ini, cenderung mengungkapkan daya pengenalan kembali dan banyak memberi peluang tebakan.
Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi siswa yang sesungguhnya.

Smith dan Welliver telah mengembangkan instrumen penilaian untuk mengukur


keterampilan proses sains bagi siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Instrumen tes tertulis
disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda. Untuk menjawab soal ini, siswa terlibat dalam
pemecahan masalah dan mengharuskan menerapkan keterampilan proses yang tepat untuk setiap
pertanyaan.

 Penilaian keterampilan proses melalui bukan tes

Penilaian melalui keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk
observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat
melakukan penilaian dengan mengamati perilaku siswa secara langsung dalam menunjukkan
kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa
atau produk hasil belajar siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa
secara integrative.

Menurut Sumiati dan Asra (2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas (2010), penilaian
keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci
untuk menilai perilaku yang diharapkan. Lembar pengamatan ini dapat berupa rubrik, daftar chek
atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan rubrik, dapat mendeterminasikan
kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik penilaian memuat
kriteria esensial  terhadap tugas atau standar keterampilan proses sains serta level unjuk kerja
yang tepat terhadap setiap kriteria.
Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan laboratorium dapat
disajikan, sebagai berikut:

Tabel 1. Rubrik Percobaan Laboratorium

Skor
4 3 2 1
Kriteria
(sangat baik) (baik) (cukup) (kurang)
Mengidentifikasi Salah
Tujuan Mengidentifikasi Mengidentifikasi
tujuan dan cirri mengidentifikasi
percobaan tujuan sebagian tujuan
khusus tujuan
Alat dan Melist semua Melist semua Melist beberapa Salah melist
Bahan alat dan bahan bahan bahan bahan
Memprediksi
dengan benar Memprediksi Memprediksi
Hypotesis fakta dan dengan benar dengan beberapa Menebak-nebak
membuat fakta fakta
hipotesis
Melist semua
Melist semua Melist beberapa Salah melist
Prosedur tahap dan detail-
tahap tahap tahap
detail khusus
Data direkam,
Data direkam, Hasil salah atau
Hasil diorganisir, dan Data direkam
diorganisir tidak betul
digrafiskan
Tampak
memahami
Tampak Tidak ada
konsep dan Tampak
memahami kesimpulan atau
Simpulan membuat memahami
konsep yang tampak
hipotesis baru beberapa konsep
telah dipelajari miskonsepsi
untuk aplikasi
pada situasi lain.

Sebagaimana pada contoh di atas, sebuah rubric memuat dua komponen, yaitu kriteria
dan level unjuk kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri atas minimal dua criteria dan dua
level unjuk kerja. Criteria biasanya ditempatkan pada kolom paling kiri, sedangkan level unjuk
kerja ditempatkan pada baris paling atas dalam tabel rubrik. Untuk memudahkan dalam
penggunaannya, level unjuk kerja terdiri atas level kuantitatif berupa angka (1, 2, 3, dan 4) dan
level kualitatif.

Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor menyatakan harapan
kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap criteria. Pada contoh rubrik, dapat dilihat
adanya perbedaan diskriptor antara tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan sangat baik dan
tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan baik. Pada descriptor, siswa dapat melihat syarat unjuk
kerja untuk mencapai sebuah level kriteria. Bagi guru, descriptor dapat membantu guru untuk
memberikan penilaian secara konsisten pada hasil kerja siswa.

Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan rubrik


penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini dikomunikasikan kepada
siswa di awal pembelajaran, ekspektasi terhadap pencapaian level keterampilan proses dapat
diidentifikasikan dan dipahami secara baik oleh siswa. Observasi dapat menghasilkan penilaian
yang konsisten dan obyektif. Selain itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan balik
(feedback) yang lebih baik. Hasil penilaian dapat menunjukkan level khusus performans siswa
selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru dan siswa dapat mengetahui
secara pasti, area kebutuhan siswa yang perlu pengembangan.

Dengan demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur


keterampilan proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa sebelum pelaksanaan
pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran dapat menentukan target yang harus dicapai
selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian pun dapat mencapai tujuan sebagaimana
mestinya.

 Waktu dan Subjek Penilaian

Selain perihal instrumen penilaian yang penting dirumuskan sebagai bagian terintegrasi dari
rencana penilaian pembelajaran, waktu dan subyek penilaian juga harus direncanakan.
Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains, dapat dilakukan di awal pembelajaran sebagai
pretes, di akhir pembelajaran sebagai postes, atau selama pelaksanaan pembelajaran sebagai
penilaian proses (on going assessment). Waktu pelaksanaan penilaian ini bersifat relative, dan
sangat ditentukan oleh aspek keterampilan proses sains yang diukur dan tujuan penilaian itu
sendiri. Jika penilaian dimaksudkan untuk melihat kemajuan perkembangan keterampilan proses
sains yang dicapai siswa selama pembelajaran, maka penilaian dapat dilakukan dengan cara
pretes/postes. Sedangkan penilaian keterampilan proses yang dimaksudkan untuk mengukur
secara langsung detail-detail pencapaian keterampilan proses sains, maka penilaian dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi atau rubrik
penilaian.

Perihal subyek penilaian dalam keterampilan proses sains juga dapat disesuaikan dengan
tujuan penilaian dilakukan. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains dapat dilakukan
dalam bentuk tiga arah yaitu penilaian guru, penilaian sebaya dan penilaian diri. Keterampilan
proses sains umumnya dilakukan penilaiannya oleh guru pengampuh mata pelajaran. Dalam hal
ini, penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru.
Namun, untuk tujuan tertentu penilaian keterampilan proses sains dapat melibatkan siswa
sebagai subyek penilaian.

Penilaian yang melibatkan siswa terhadap siswa lain dapat dilakukan dalam sebuah
kelompok. Selama proses belajar berlansung, siswa bekerja dalam kelompok untuk sebuah
percobaan. Keberadaan siswa dalam kelompok, tentu memiliki peran tersendiri sehingga masing-
masing memberikan konstribusi sebagai tim. Aktivitas siswa selama bekerja dalam kelompok
dan kontribusinya dalam mendukung hasil kerja dapat dirasakan dan diamati secara persis oleh
setiap anggota kelompok. Dalam situasi ini, penilaian teman sebaya dapat digunakan sebagai
data pembanding yang dapat diekuilibrasikan dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
guru. penilaian dengan melibatkan teman kelompok, dapat memberikan efek positif dalam
perkembangan sikap ilmiah siswa. Secara korelasional hal ini diharapkan dapat meningkatkan
peran siswa dalam kelompok sehingga berpengaruh kepada perkembangan keterampilan proses
sains siswa.

Sementara itu, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa dalam menilai
dirinya dapat digunakan untuk memberikan bahan refleksi langsung bagi siswa. Dalam proses
ini, siswa akan mengevaluasi kemampuan yang telah dicapainya, dan secara sportif memberikan
pengakuan terhadap diri sendiri. Proses ini memiliki dampak psikologis yang diharapkan dapat
memicu motivasi intrinsik siswa untuk terus mengembangkan keterampilan proses sains yang
telah dicapai. Namun demikian, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa
hanya dapat dilakukan secara sinergis dan optimal jika instrumen penilaian disiapkan dengan
kriteria yang jelas dan telah ditetapkan guru.

Anda mungkin juga menyukai