Anda di halaman 1dari 3

Tahapan Riset dan Inovasi

Tahapan Riset dan Inovasi (RPJMN 2015-2019):


1. Eksplorasi (ide/konsep, feasibility/scanning)
Penelitian eksplotatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memaparkan atau
menggambarkan suatu fenomena dimana peneliti belum memiliki penjelasan terkait
fenomena yang dihadapi. Dalam hal ini, penelitian dilakukan untuk menjawab persoalan
yang menjadi minat peneliti dan belum diperlukan rujukan teori maupun hipotesis (Kultar
Singh, 2007).
2. Uji Alfa (prototype, replikasi, uji lab)
3. Uji Beta (uji lapangan/pengembangan lanjut)
4. Tahap Difusi (aplikasi di pengguna komersial)
Tahap difusi merupakan kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara ekstensif
oleh penemu atau pihak terkait dengan tujuan meningkatkan daya guna potensinya. Tahap
ini dilakukan setelah produk inovasi selesai melalui tahap pengujian alfa dan beta.
Menurut (Rogers, 1983), difusi merupakan proses mengkomunikasikan sebuah inovasi
(ide baru) dalam kurun waktu tertentu kepada anggota sistem sosial. Hal ini dapat
memicu perubahan sosial akibat adanya proses perubahan pada stuktur dan fungsi sistem
sosial akibat inovasi yang ditemukan.
Difusi merupakan proses aktivitas untuk mencari informasi penting dimana individu
termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian mengenai keuntungan ataupun kerugian
sebuah inovasi. Dalam hal ini, keputusan individu dalam mengadopsi suatu inovasi
menurut (Rogers, 1983) dilakukan melalui 5 tahap yakni (1) knowledge, (2) persuasion,
(3) decision, (4) implementation, dan (5) confirmation.
Difusi merupakan proses untuk mengurangi ketidakpastian. Hal ini merupakan
rintangan utama individu dan sistem sosial dalam mengadopsi inovasi. Dalam hal ini,
terdapat beberapa karakteristik inovasi menurut (Rogers, 1983) yang dapat membantu
dalam mengurangi ketidakpastian inovasi dan mampu menentukan kecepatan individu
dalam mengadopsi inovasi, yakni:
a. relatif advantage
Relatif advantage merupakan kadar atau tingkat inovasi dipersepsikan lebih baik
dibandingkan inovasi sebelumnya. Semakin banyak keunggulan yang dirasakan dari
suatu inovasi, semakin cepat laju tingkat adopsi.
b. Compatibility
Kesesuaian dapat diartikan bahwa inovasi yang ada konsisten dan sesuai dengan nilai
yang sudah ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan sasaran adopsi dari inovasi
tersebut.
c. Complexity
Complexity merupakan tingkat suatu inovasi dianggap sulit untuk dipahami atau
digunakan oleh anggota sistem sosial. Dengan kata lain, tingkat adopsi dapat tinggi
jika terdapat kemudahan dalam pemahaman inovasi.
d. Trialability
Inovasi yang dapat dicoba dapat diadopsi dan diimplementasikan lebih sering dan
lebih cepat.
e. Observability
Observability merupakan tingkat dimana inovasi dapat terlihat bagi orang lain,
semakin mudah individu melihat hasil inovasi, semakin besar kemungkinan untuk
mengadopsi inovasi tersebut.

Tahapan 1-3 riset dan inovasi sejalan dengan model penelitian riset dan pengembangan, yang
diadopsi dari Alessi dan Trollip (2001) dalam (Por et al., 2012) sebagai berikut:

Gambar 1. Model Penelitian Riset dan Pengembangan


1. Planning (Perencanaan)
Tahap perencanaan berkaitan tentang aspek-aspek yang diperlukan untuk memastikan
semua aspek perencanaan inovasi berjalan lancar. Hal ini dimulai dengan mendefinisikan
ruang lingkup, identifikasi karakteristik sasaran, memberi batasan sistem pengembangan
yang dimaksudkan untuk memastikan masalah berdampak pada desain dan
pengembangan yang dipelajari.
2. Design (Desain)
Tahap design berkaitan dengan kegiatan analisis penyusunan konten untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Tahap desain terdiri dari:
a. Analisis konsep dan tugas
Analisis tugas digunakan untuk keterampilan prosedur sedangkan analisis konsep
digunakan untuk melihat keterkaitan permasalahan.
b. Menerjemahkan hasil analisis kebutuhan dan materi untuk menghasilkan suatu
rancangan inovasi
c. Menyiapkan prototype dan flowchart
Prototype dimaksudkan untuk memberikan ilustrasi nyata bagi para ahli dan pengguna
akhir untuk dapat memberikan umpan balik pada tahap awal tahapan riset dan
pengembangan. Sedangkan flowchart dimaksudkan untuk memberikan gambaran
struktur dan urutan dari instruksi.
d. Melakukan evaluasi dan revisi pada setiap aspek yang memerlukan evaluasi dan
revisi.
3. Development (Pengembangan)
Tahap pengembangan merupakan proses kolaboratif untuk melaksanakan pengembangan
produk inovasi berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini
dilakukan uji coba produk untuk mengetahui efektifitas dan kelemahan produk inovasi
yang telah disusun. Desain uji coba formatif dilakukan melalui dua tahap pengujian,
yakni:
a. Uji Alpha
Uji alpha dilakukan oleh tim pengembangan yang terdiri dari staf produksi, desainer
pembelajaran, ahli materi dan orang yang berkompeten sebelum digunakan pengguna
dalam lingkungan yang dikendalikan (Pressman, 2001). Pengujian dilakukan tanpa
keterlibatan tim pengembangan akan tetapi masih berada dalam lingkup internal
seperti lingkungan laboraturium ataupun lingkungan pengujian. Hal tersebut
dilakukan untuk meminimalisir masalah dan memastikan kualitas produk sebelum
dilakukan uji beta.
b. Uji Beta
Uji beta merupakan uji akhir (uji lapangan) yang dilakukan oleh pengguna akhir
untuk memvalidasi kegunaan, fungsi, kompatibilitas, dan realibilitas yang tidak dapat
dikontrol oleh developer (Pressman). Uji beta menentukan apakah inovasi dapat
diterima atau memerlukan rancangan ulang.
Langkah uji beta yang diadopsi dari Alessi dan Trollip (2001) dalam Batara (2014)
sebagai berikut:
1) Select the learners
2) Explain the procedures
3) Determine prior knowledge
4) Observe the going through the program
5) Interview
6) Assess their learning
7) Final revisions

Referensi:
Batara, Risdanto. 2014. Pengembangan E-Learning Berbasis Web Menggunakan CMS
(Content Management System) Wordpress di SMA Negeri 1 Kota Magelang.
[Skripsi]
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Por, F. P. et al. 2012. Design and Development of Multimedia Pronunciation Learning
Management System for Non-Native English Speakers. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 64, pp. 584–593. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.11.068.
Pressman, R. S. 2001. Software Enginering: A Practitioner’s Approach. 5th edn. New York:
McGraw-Hill.
Rogers, E. M. 1983. Diffusion of Inovations. 3rd edn. London: Macmillan Publishing.
Singh, Kultar. 2007. Quantitative Social Research Methods. New Delhi: Sage Publication.
Bappenas. RPJMN 2015-2019.

Anda mungkin juga menyukai