BAB 1
PERENCANAAN PROGRAM KOMUNIKASI
Pengertian Perencanaan Komunikasi
Kegiatan komunikasi dapat dikatakan sama usianya dengan peradaban manusia.
Disadari ataupun tidak disadari dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat lepas dari
komunikasi. Tingkat kebehasilan suatu komunikasi dapat terlihat dari tingkat pencapaian
tujuan berkomunikasi. Semakin sesuai tujuan berkomunikasi tercapai maka suatu komunikasi
dapat pula dikatakan berhasil dilaksanakan. Sebaliknya, jika tujuan berkomunikasi tidak
tercapai maka komunikasi tersebut dapat dikatakan gagal.
Banyak contoh dari kegagalan sebuah komunikasi disekitar Anda, termasuk dalam
pergaulan sehari-hari, perkuliahan, pengajaran, atau kegiatan demonstrasi. Anda mungkin
sering merasa kesal jika kalimat yang Anda ucapkan tidak sesuai dengan apa yang diterima
oleh teman Anda. Atau saat Anda melakukan kampanye pencalonan diri menjadi ketua
sebuah organisasi dengan harapan akan terpilih, justru menjadi kegagalan dikarenakan visi
misi yang Anda buat tidak sampai dengan baik ke teman-teman Anda.
Materi pada bab ini merupakan dasar pemahaman Anda sebelum membuat sebuah
perencanaan komunikasi. Cukup dengan membaca secara seksama dan mencoba memahami
apa yang disajikan pada bab ini, Anda akan mendapat pemahaman mengenai pengertian
perencanaan dan rencana komunikasi, keuntungan perencaan sampai langkah-langkah
perencanaan.
Untuk bisa memahami apa yang dimaksud dengan perencanaan komunikasi, ada baiknya kita
memahami kata per kata dari perencanaan komunikasi. Diawali dengan mengkaji kata
perencanaan, kemudian mengkaji kata komunikasi. Setelahnya keduanya jelas, barulah kita
bisa mengartikan dengan lebih baik apa yang dimaksud dengan perencanaan komunikasi.
Perencanaan
Kajian tentang perencanaan tidak akan lepas dari manajemen. Hal ini menjadi logis
dikarenakan perencanaan merupakan bagian pertama dan utama dari manajemen. Seperti
yang dicetuskan Henry Fayol sebagaimana dikutip dalam Totok Djuroto (2004: 96).
“Manajemen adalah proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan sumber daya, sumber
dana, dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian”. Henry
Fayol juga meringkas 4 fungsi manajemen, yaitu Planning, Organizing,
Acting, dan Controlling atau sering disingkat dengan POAC.
Beberapa definisi yang terangkum dalam Udin dan Abin (2006:4) diantaranya sebagai
berikut.
1. Menurut Prajudi Atmusudirdjo, perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang
sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana
(Abin, 2000)
2. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah proses mempersiapkan kegiatan-
kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Bintoro
Tjokroamidjojo, 1977)
3. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan itu dapat pula diartikan sebagai upaya untuk memadukan antara cita-cita
nasional dan resources yang tersedia yang diperlukan untuk mencapai cita-cita tersebut
(M.Fikry, 1987)
4. Planning is intelligent attempt to shape the future; to make the future better than the past.
Planning is trying to understand the present situations, to analyze it in formal way. Planning
is looking a head. Planning is brings about better future; current problems are to be
overcome, to see what happen in the future. (Abin, 2000)
5. Planning is future thinking; planning is controlling the future; planning is decision making;
planning is integrated decision making. (Anen, 1999)
Dikutipkannya beberapa definisi diatas tentu saja tidak untuk membuat Anda
bingung. Melainkan untuk membantu Anda lebih memahami pengertian perencanaan.
Selanjutnya Anda diharapkan dapat mendefinisikan dengan kalimat sendiri apa itu
perencanaan.
Untuk membantu Anda dalam memahami dan mendefinisikan kembali apa itu perencanaan,
dari beberapa definisi yang terungkap di atas, setidaknya ada beberapa hal yang bisa
dijadikan pegangan dalam memahami perencanaan.
a) berhubungan dengan masa depan
b) seperangkat kegiatan
c) proses yang sistematis
d) memiliki hasil atau tujuan tertentu
Komunikasi
Sebagai mahasiswa komunikasi Anda tetntu sudah hafal bahwa pengertian komunikasi secara
etimologis berasal dari perkataan latin ”communicatio”. Istilah ini berasal dari dari perkataan
”communis” yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Sehingga
komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan makna mengenai suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator (pengirim pesan) dan diterima oleh komunikan (penerima
pesan).
Banyak definisi-definisi dan teori-teori yang berkaitan dengan komunikasi telah diungkapkan
oleh para ahli. Beberapa diantaranya dikutipkan oleh HAW Widjaja (2000:13-15) dari
kutipan Sunarjo dan Djoenaisih Sunarjo (1983: 12-13) sebagai berikut.
1. Carl I Hovland
Ilmu komunikasi adalah suatu sistem yang berusaha menyusun prinsip-prinsip dalam bentuk
yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-
sikap. Carl I Hovland selanjutnya mengemukakan: Komunikasi adalah proses dimana
seorang individu mengoperkan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu-individu
yang lain.
2. William Albig
Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti bagi individu-individu.
3. Wilbur Schramm
Komunikasi ialah suatu usaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain.
4. Sir Geral Barry
Berkomunikasi adalah berunding. Bahwa dengan berkomunikasi orang memperoleh
pengetahuan, informasi, dan pengalaman karena itu saling mengerti percakapan, keyakinan,
kepercayaan, dan kontrol sangat diperlukan.
Namun dari sekian banyak pendapat ahli mengenai pengertian komunikasi, berkaitan
dengan materi pembahasan kita mengenai perencanaan maka pendapat Harold D Lasswell
dalam bukunya ”The Communiction of Ideas” kiranya yang paling tepat kita bahas. Lasswell,
seperti yang dikutip Onong Uchjana Effendy (2003:301-302) menyatakan bahwa cara yang
terbaik dalam menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan ”Who Says
What Which Channel To Whom With What Effect?”.
Pertanyaan ”efek apa yang diharapkan” dalam rumus Lasswell jika dikaji kembali akan
menimbulkan pertanyaan lanjutan yang perlu ditanya dengan seksama. Pertanyaan tersebut
adalah
- When (Kapan dilaksanakannya?)
- How (Bagaimana melaksanakannya?)
- Why (Mengapa dilaksanakan demikian?)
Untuk memahami lebih dalam apa ittu komunikasi, Onong Uchjana Effendy (2003: 52-56)
merangkum ruang lingkup komunikasi sebagai berikut:
1. Bidang Komunikasi
a. Komunikasi Sosial (Social Communication)
b. Komunikasi Organisasional/Manajemen
(Organizational/Management Communication)
c. Komunikasi Bisnis (Business Communication)
d. Komunikasi Politik (Political Communication)
e. Komunikasi Internasional (International Communication)
f. Komunikasi Antar Budaya (Intercultural Communication)
g. Komunikasi Pembangunan (Development Communication)
h. Komunikasi Tradisional (Traditional Communication)
2. Sifat Komunikasi
a. Komunikasi Verbal (Verbal Communication)
b. Komunikasi Nirverbal (Nonverbal Communication)
c. Komunikasi Tatap Muka (Face To Face Communication)
d. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication)
3. Tatanan Komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari
jumlah komunikan. Bentuk-bentuknya sebagai berikut :
a. Komunikasi pribadi (Personal Communication)
1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
b. Komunikasi kelompok (Group Communication)
1. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)
a. ceramah
b. forum
c. simposium (symposium)
d. diskusi panel (panel discussion)
e. seminar
f. curah saran (brainstorming)
g. lain-lain
2. Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication/ Public Speaking)
c. Komunikasi Massa (Mass Communication)
1. Komunikasi Media Massa Cetak (Printed Mass Media Communication)
a. surat kabar (daily)
b. majalah (magazine)
2. Komunikasi Media Massa Elektronik (Electronic Mass Media Communication)
a. radio
b. televisi
c. fim
d. lain-lain
d. Komunikasi Medio (Medio Communication)
1. surat
2. telepon
3. pamflet
4. poster
5. spanduk
6. lain-lain (media yang tidak termasuk dalam media massa)
4. Tujuan Komunikasi
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah masyarakat (to change the society)
5. Fungsi Komunikasi
a. menginformasikan (to inform)
b. mendidik (to educate)
c. menghibur (to entertain)
d. mempengaruhi (to influence)
6. Tekhnik Komunikasi
a. Komunikasi informatif (informative communication)
b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)
c. Komunikasi pervasif (pervasive communication)
d. Komunikasi koersif (coersive communication)
e. Komunikasi instruktif (instructive communication)
f. Hubungan manusiawi (human relation)
7. Metode Komunikasi
Istilah metode berasal dari bahasa Inggris methode yang berasal dari bahasa Yunani
methodos yang berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk kepada tata cara yang sudah di
bina berdasarkan rencana yang mapan, pasti, dan logis.
Metode Komunikasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Jurnalisme/Jurnalistik (journalism)
b. Hubungan Masyarakat (public relation)
c. Periklanan (advertising)
d. Propaganda
e. Perang urat syaraf (psychological warfare)
f. Perpustakaan (library)
g. Lain-lain
Perencanaan Komunikasi
Setelah memahami pengertian perencanaan dan komunikasi, kita akan lebih mudah
memahami apa yang dimaksud dengan perencanaan komunikasi. Perencanaan Komunikasi
adalah proses pemanfaatan berbagai bentuk, metode dan tekhnik komunikasi yang terencana
dan terkoordinir untuk mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang.
Fungsi , Jenis, dan Prinsip-Prinsip Perencanaan Komunikasi
Fungsi Perencanaan Komunikasi
Udin dan Abin (2006: 5) merumuskan beberapa fungsi perencanaan, termasuk
perencanaan komunikasi, yaitu :
1. sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian
2. menghindari pemborosan sumber daya
3. alat bagi pengembangan quality assurance
4. upaya untuk memenuhi accountability kelembagaan
Perencanaan dipandang penting dan diperlukan bagi suatu organisasi antara lain
dikarenakan :
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.
2. Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal
dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi
dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-
resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat
dibatasi sedini mungkin.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang
terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik
(the best combination).
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi
pentingnya suatu tujuan, sasaran, maupun kegiatan usahanya.
5. Dengan adanya rencana, maka akan ada suuatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi. Udin dan Abin (2006 : 33)
Prinisp penting perencanaan komunikasi yang diungkapkan Middleton dan Lin lebih
diperdalam lagi oleh Udin dan Abin (2006: 53-54). Ada 8 prinsip yang dirumuskan, yaitu:
1. Significance, yaitu tingkat kebermaknaan yang tergantung dari kepentingan sosial dari tujuan
komunikasi yang diusulkan.
2. Feasibility, yaitu kelayakan teknis dan perkiraan biaya merupakan aspek yang harus dilihat
secara realistik.
3. Relevance, yaitu konsep relevan mutlak perlu bagi implementasi rencana komunikasi.
4. Definitiveness, yaitu penggunaan tekhnik simulasi untuk menjalankan rencana dengan
menggunakan data model buatan. Tujuannya adalah untuk meminimumkan kejadian yang
tidak diharapkan yang akan mengalihkan sumber daya dari tujuan yang direncanakan.
5. Adaptability, yaitu perencanaan haruslah dinamis dan dapat berubah sesuai informasi sebagai
umpan balik sistem.
6. Time, yaitu siklus alamiah pokok bahasan pada perencanaan, kebutuhan untuk merubah
situasi yang tidak dapat dipikul.
7. Monitoring, yaitu untuk menjamin rencana berkerja secara efektif.
8. Subject Matter, yaitu pokok-pokok bahasan yang akan direncanakan yang terdiri atas sasaran
dan tujuan, program, sumber daya, anggaran dan konteks sosial.
Syarat-Syarat Penetapan Program Perencanaan
Untuk menetapkaan membuat dan melaksanakan sebuah program perencanaan, ada
beberapa syarat yang sekiranya penting untuk diperhatikan. Terutama dalam sebuah
perencanaan program komunikasi yang berkaitan dengan pembangunan nasional. Zulkarnaen
dkk (1994 : 10-12) sedikitnya merumuskan 7 syarat, yaitu :
1. Ketersediaan finansial
Pertimbangan biaya dalam beberapa perencanaan program komunikasi menjadi pokok utama.
Tidak bisa dipungkiri, sebuah perencanaan memang memerlukan ongkos dalam
penerapannya. Dengan menyadari sejak awal ketersediaan finansial, bisa digunakan untuk
membaut batasan sejauh mana kita akan membuat perencanaan. Misal, dalam penggunaan
media, jika dana terbatas kemungkinan media dengan biaya murah seperti pamflet, leaflet,
dsb. Sebaliknya, jika dananya cukup banyak bisa menggunakan media televisi, koran, radio,
dsb.
2. Kebutuhan nasional dan kebijakan departemen
Apabila kita membuat sebuah perencanaan program komunikasi yang berkaitan dengan
pembangunan nasional, tentulah kita harus memperhatikan kebutuhan nasional saat ini dan
kebijakan departemen apa yang bekaitan dengan program kita itu nantinya. Misal, jika kita
membuat program komunikasi peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana,
tentulah pertimbangan kita program ini penting karena masyarakat memang membutuhkan
pengetahuan yang bisa meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap bencanan alam yang
memang sedang banyak terjadi. Tidak hanya itu, kita juga harus melihat kebijakan
departemen terkait seperti Dinas Kesejahteraan Sosial, dsb tentang program tersebut.
3. Kebutuhan lokal dan kondisi setempat
Khalayak di suatu lokasi tentunya memiliki kebutuhan yang berbeda dengan lokasi lainnya.
Termasuk keadaan kondisi setiap lokasi. Kedua hal ini penting untuk diperhatikan karena
seringkali menjadi pokok permasalahan. Misal, program komunikasi pemanfaatan
4. Ketersediaan sumber-sumber (resources) dan fasilitas
Umumnya yang dimaksud dengan sumber-sumber (resources) dapat dikelompokkan menjadi
sumber dalam bentuk sumberdaya manusia (human resources) dan yang non-manusia, seperti
sumberdaya alam dan peralatan (tools). Tidak semua sember dapat ditemui dalam satu lokasi,
sehingga patut dipertimbangkan faktor ketersediaan sumber dan bagaimana cara
memperolehnya.
5. Kesegeraan (immediacy) efek terhadap khalayak
Suatu kegiatan komunikasi ada yang efeknya dapat segera terlihat, ada pula yang
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengetahui efeknya. Penentuan kegiatan dengan
efek yang mana yang ingin dicapai tergantung pada keperluan ataupun tujuan program yang
bersangkutan.
6. Kemungkinan respon khalayak
Dapat diperoleh gambaran berdasarkan pengalaman sebelumnya, namun perencana dapat
juga membuat perkiraan bagaimana kemungkinan respon khalayak terhadap kegiatan
komunikasi yang direncanakan.
7. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman kegiatan komunikasi sebelumnya, baik di tempat yang lain maupun di tempat
yang sama dapat dipergunakan sebagai patokan. Gunanya untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan sekaligus berusaha lebih baik dari program sebelumnya.
Langkah-langkah Perencanaan
Kegiatan perencanaan adalah kegiatan yang sistemik, karennya dalam menyusun
perencanaan dan pelaksanaan perencanaan memerlukan tahapan-tahapan yang sesuai dengan
jenis perencanaan. Ada beberapa model langkah-langkah perencanaan yang ditawarkan para
ahli untuk dipilih dan dikembangkan. Banghart dan Trull (1973) mencoba menawari tahapan-
tahapan untuk perencanaan yang komprehensif. Tahapan-tahapannya sebagai berikut.
1. Proloque
Pendahuluan atau langkah persiapan untuk memulai kegiatan perencanaan.
2. Identyfing planning problems
Yang mencakup :
a. delineating the scope of problem (menentukan ruang lingkup permasalahan perencanaan)
b. studying what has been (mengkaji apa yang telah direncanakan)
c. determining what has been versus what should be (membandingkan apa yang telah dicapai
dan apa yang seharusnya dicapai)
d. resources and constraints (sumber daya yang tersedia dan batasannya)
e. establishing planning parts and priorities (mengembangkan bagian-bagian perencanaan dan
prioritas perencanaan)
3. Analyzing planning problem area
Mengkaji permasalahan perencanaan yang mencakup :
a. study areas and systems of sub areas (mengkaji permasalahan atau sub permasalahan)
b. gathering date (pengumpulan data), tabulating data (tabulasi data)
c. forecasting (proyeksi)
4. Conceptualizing and designing plans
Mengembangkan rencana yang mencakup :
a. identifying prevailing trends (identifikasi kecendrungan-kecendrungan yang ada)
b. establishing goals and objective (merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus)
c. designing plans (menyusun rencana)
5. Evaluating plan
Menilai rencana yang telah disusun tersebut yang mencakup :
a. Planning trough simulation (simulasi rencana)
b. Evaluating plan (evaluasi rencana)
c. Selecting a plan (memilih rencana)
6. Specifying the plan
Menguraikan rencana yang mencakup :
a. Problem formulation (merumuskan masalah)
b. Reporting result (menyusun hasil rumusan) dalam bentuk final plan draft atau rencana
terakhir
7. Implementing the plan
Melaksanakan rencana yang mencakup :
a. Program preparation (persiapan rencana operasional)
b. Plan approval, legal justification (persetujuan dan pengesahan rencana)
c. Organizing operational units (mengatur unit-unit organisasi)
8. Plan feedback
Balikkan pelaksanaan rencana yang mencakup :
a. Monitoring the plan (memantau pelaksanaan rencana)
b. Evaluation the plan (evaluasi pelaksanaan rencana)
c. Adjusting, altering or planning for what, how, and by whom (mengadakan penyesuaian,
perubahan atau merancang apa yang perlu dirancang lagi, bagaimana rancangannya dan oleh
siapa)
Model perencanaan yang dususun Banghart dan Trull merupakan model perencanaan
yang cukup rumit. Oleh sebab itu, Udin dan Abin (2006:24-25) merumuskan proses
perencanaan yang lebih logis dan sederhana untuk dipahami. Tahapan-tahapannya sebagai
berikut :
1. Need assessment
Artinya kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek, apa yang telah
dilaksanakan, keberhasilan, kesulitan, kekuatan, kelemahan, sumber-sumber yang tersedia,
sumber-sumber yang perlu disediakan, aspirasi rakyat yang berkembang, harapan, cita-cita
yang merupakan dambaan masyarakat.
2. Formulation of goals and objective
Perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang merupakan arah perencanaan serta
merupakan jabaran operasional dari aspirasi filosofis masyarakat.
3. Policy and priority setting
Penentuan dan penggarisan kebijakan dan prioritas dalam perenacanaan sebagai muara need
assessment.
4. Program and project formulation
Rumusan program dan proyek kegiatan yang merupakan komponen operasional perencanaan.
5. Feasibility testing
Dengan melalui alokasi sumber-sumber yang tersedia dalam hal ini terutama sumber dana.
Biaya suatu rencana yang disusun secara logis dan akurat serta cermat merupakan petunjuk
tingkat kelayakan rencana. Rencana dengan alokasi biaya yang tidak akurat dianggap tingkat
feasabilitas yang kecil.
6. Plan implementation
Pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis dalam perbuatan
atau action. Penjabaran rencana ke dalam perbuatan inilah yang menentukan apakah suatu
rencana itu feasible, baik dan efektif.
7. Evaluation and revision for future plan
Kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang
merupakan feedback untuk merevisi dan mengadakan penyesuaian rencana untuk periode
rencana berikutnya. Dengan adanya feedback seperti ini perencana memperoleh input yang
berharga untuk meningkatkan rencana pada tahapan berikutnya.
Beberapa hal-hal pokok diatas oleh Assifi and French (1982) dalam Zulkarnaen dkk
(1994 :20) dirumuskan dalam langkah-langkah perencanaan program komunikasi yang lebih
sederhana, sebagai berikut :
Gambar 1
Menganalisis khalayak
Merumuskan objective
Mengembangkan pesan
Rujukan
H A W Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta. Jakarta.
Onong Uchjana Effendy. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bhakti.
Bandung.
Totok Djuroto. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun. 2006. Perencanaan Pendidikan (Suatu
pendekatan Komprehensif). Remaja Rosdakarya. Bandung
Zulkarnaen Nasution. 1994 . Perencanaan Program Komunikasi. Universitas
Terbuka. Jakarta.
ANALISIS MASALAH
Permasalahan adalah awal dari membuat sebuah perencanaan. Karena perencanaan program
komunikasi yang akan kita buat adalah upaya untuk menjawab permasalahan yang
dirumuskan. Sebelum merumuskan masalah kita harus mendeskripsikan latarbelakang
masalah yang berisi mengapa permasalahan itu muncul, mengapa permasalahan itu menarik
bagi perencana, apa dan bagaimana perencanaan itu akan dibuat untuk memecahkan masalah
tersebut.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan
kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan
dan rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena, baik yang telah ada
ataupun yang akan ada.
Sebagai patokan yang sederhana dapat dikatakan bahwa masalah adalah sesuatu hal yang
merupakan perbedaan, jarak atau celah (gap) antara keadaaan yang seharusnya (das sollen)
dengan keadaan yang ada sekarang (das sein).
Penyebab-penyebab Masalah
Dalam melakukan analisis masalah, perhatian kita arahkan pada faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan perbedaan (gap) antara prilaku khalayak sasaran yang ada sekarang
dengan apa yang diinginkan atau yang hendak dituju. Dengan melihat hal-hal ini, jika tidak
ada perbedaan maka tidak ada masalah. Sebaliknya, jika ada perbedaan, masalah itulah yang
akan kita analisis dan rumuskan.
Zulkarnaen, dkk (1994 :35-36) merumuskan setidaknya ada 4 penyebab utama masalah,
yaitu :
1. Masalah pengetahuan atau informasi
Bisa saja terjadi bahwa sekalipun masyarakat di suatu tempat telah mengetahui masalah yang
mereka hadapi, namun mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan atau informasi
tentang pemecahan masalah tersebut. Misalnya di suatu daerah yang masyarakatnya banyak
memelihara unggas telah mengetahui bahwa saat ini banyak unggas yang terinfeksi virus
H5N1 dan terserang flu burung hingga menelan korban jiwa manusia. Masyarakat peternak
unggas ini tentulah menginginkan jangan samai mereka terkan penyakit yang belum ada
obatnya ini. Namun mereka belum mengetahui bagaimana jalan keluarnya agar mereka tetap
bisa memelihara unggas namun terhindar dari flu burung. Masyarakat tersebut belum
mendapat informasi tentang pencegahan flu burung.
2. Masalah keterampilan (skill)
Meskipun telah mengetahui persis masalah yang dihadapi, dapat pula masyarakat tidak bisa
berbuat apapun untuk mengatasi masalah yang dimaksud, oleh karena mereka tidak
mempunyai keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalahnya. Sebagai contoh,
masyarakat di daerah yang memelihara banyak unggas telah menyadari bahwa unggas yang
dipelihara harus diberi vaksin dan dibersihkan secara rutin baik unggas ataupun
kandangnya. Hanya saja masyarakat tidak dapat melakukannya dikarenakan mereka tidak
pernah diberikan keterampilan untuk memberi vaksin dan membersihkan dengan cara yang
paling benar dan efektif.
3. Masalah sikap mental (attitude)
Sikap mental memang suatu hal yang menentukan perilaku hidup. Walaupun suatu masyarakat
telah memahami apa yang menjadi masalah bagi mereka, telah mengerti bagaimana
memecahkan masalah tersebut, namun jika sikap mental mereka tidak mendukung untuk
menyelesaikan masalah tersebut tidak ada gunanya.
4. Masalah sumber-sumber (resources)
Ketiadaan sumber juga menyebabkan pemecahan suatu masalah yang dihadapi oleh suatu
masyarakat menjadi terhalang. Sumber yang dimaksud bisa sumber daya alam, sumber daya
manusia, ataupun sarana penunjang lainnya. Andaikan di daerah yang akan kita jadikan
lokasi perencanaan fakta dan datanya kesulitan sumber tertentu, kita jangan langsung
membatalkan pemlihan lokasi tersebut. Sebaiknya kita menganalisis terlebih dahulu
ketersediaan akses untuk mendapatkan sumber tersebut dari lokasi yang akan kita pilih
dengan lokasi disekitarnya. Jika akses bisa dipergunakan dengan mudah maka lokasi tersbut
tetap bisa kita pilih.
Ciri-ciri Masalah
Sebelum kita merumuskan masalah untuk membuat perencanaan, maka terlebih dahulu kita
mengidentifikasikan dan memilih masalah. Walaupun jenis masalah cukup banyak, tapi kita
harus mampu memilih mana masalah yang cukup baik untuk dipecahkan.
Ada beberapa ciri-ciri masalah yang harus diperhatikan, baik dilihat dari segi isi
(content) dari rumusan masalah, ataupun dari segi kondisi penunjang yang diperlukan dalam
pemecahan masalah yang telah dipilih. Ciri-ciri dari masalah yang baik adalah sebagai
berikut :
1. Masalah yang dipilih harus punya nilai
2. Masalah yang dipilih harus punya fisibilitas
3. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si perencana (Nasir, 2003: 112-115)
Masalah harus fisibel
Masalah yang dipilih harus punya fisibilitas, yaitu masalah tersebut dapat dipecahkan,
berarti:
a. Data serta metode untuk memecahkan masalah tersebut harus tersedia
Masalah yang dipilih harus mempunyai metode untuk memecahkannya dan data yang
menunjang pemecahan masalah. Data untuk menunjang masalah harus pula mempunyai
kebenaran yang standar, dan dapat diterangkan.
b. Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan,
c. Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar
d. Biaya dan hasil harus seimbang
Biaya untuk pemecahan masalah harus selalu dipikirkan dalam memilih masalah. Jika
pemecahan masalah di luar jangkauan biaya, maka masalah yang ingin dipilih tidak fisibel
sama sekali. Mencocokkan antara masalah dan biaya merupakan seni serta keterampilan.
e. Administrasi dan sponsor harus kuat
f. Tidak bertentangan dengan hukum dan adat
Masalah yang dipilih harus tidak bertentangan dengan adat-istiadat, hukum yang berlaku,
maupun kebiasaan. Pilihlah masalah yang tidak menimbulkan kebencian orang lain.
Janganlah memilih masalah yang dapat menimbulkan pertentangan baik fisik maupun itikad.
Sumber-Sumber Masalah
Masalah ada dimanapun kita berada. Hanya saja, kita terkadang tidak mampu
menyadari keberadaan masalah disekitar kita yang memerlukan pemecahan. Permasalahan
dapat berasal dari berbagai sumber. Untuk mempermudah menemukan masalah, M. Nazir
(2003:116-119) merumuskan beberapa sumber untuk memperoleh masalah :
1. Pengamatan terhadap kegiatan manusia
Pengamatan sepintas terhadap kegiatan-kegiatan manusia dapat merupakan sumber dari
masalah. Seorang dokter dapat mengetahui masalah ketika melihat seseorang yang sesak
nafas dan batuk-batuk sebagai indikasi terjangkit flu burung.
2. Bacaan
Bacaan-bacaan dapat menjadi sumber dari masalah yang dipilih untuk dikembangkan. Bukan
saja dari bacaan tersebut ditemukan masalah yang ingin mengungkapkan hubungan, tetapi
bacaan dapat juga memberikan tekhnik atau metode yang ingin dipergunakan dalam
perencanaan.
3. Analisis bidang pengetahuan
4. Ulangan serta perluasan
Masalah juga diperoleh dengan mengulang perencanaan-perencanaan sebelumnya yang
pernah dilakukan. Dimana pada perencanaan sebelumnya dianggap masih ada hal yang belum
memuaskan.
5. Cabang studi yang sedang dikerjakan
6. Pengalaman dan catatan pribadi
Dalam perencanaan ilmu sosial, pengalaman serta catatan pribadi tentang sejarah sendiri,
baik dari kegiatan pribadi ataupun kegiatan professional dapat merupakan sumber dari
masalah yang ingin dipecahkan.
7. Praktik serta keinginan masyarakat
Praktik-praktik atau tindakan-tindakan yang timbul dan keinginan-keinginan yang menonjol
dalam masyarakat dapat merupakan sumber dari masalah. Praktik-praktik tersebut merupakan
ungkapan perasaan, pernyataan-pernyataan pemimpin, otorita ilmu pengetahuan baik bersifat
lokal, daerah maupun nasional. Adanya gejolak rasial misalnya dapat dijadikan suatu
masalah.
8. Bidang spesialisasi
Bidang spesialisasi seseorang dapat merupakan sumber masalah. Seorang yang spesialis
dalam bidangnya, telah menguasai ilmu bidang spesialisasinya secara mendalam dari itu akan
banyak sekali masalah yang memerlukan pemecahan untuk pengembangan keilmuannya.
9. Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti
Pelajaran yang sedang diikuti dapat merupakan sumber dari masalah. Diskusi kelas,
hubungan antara dosen dan mahasiswa banyak mempengaruhi nmahasiswa dalam memilih
masalah.
10. Pengamatan terhadap alam sekeliling
11. Diskusi-diskusi ilmiah
Kumpulkan
Data yang
Diperlukan
Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang baik harus dapat menjelaskan beberapa hal penting seperti
metode, objek, hubungan antar variabel dan tujuan dibuatnya perencanaan program
komunikasi. Jadi perumusan masalah adalah titik tolak sebuah proses yang menentukan
desain perencanaan (Kriyanto, 2006:77).
Perumusan masalah dirumuskan dalam kalimat tanya. Perumusan masalah mengandung
konsep-konsep yang akan dikaji atau dengan kata lain berada di level konseptual.
Kriyantono (2006 :76-77) merumuskan setidaknya ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam mengkaji masalah komunikasi, sebagai berikut :
a. Apakah masalah yang akan diriset fenomena komunikasi atau tidak? Anda harus mengaitkan
dengan objek formal komunikasi.
b. Apakah hasil riset bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan masyarakat? Hal yang baru?
c. Apakah masalah tersebut sesuai dengan minat periset/perencana atau tidak?
d. Apakah riset/rencana dapat dilaksanakan atau tidak? Untuk menjawab pertanyaan ini Anda
harus mempertimbangkan :
1) kemampuan perencana/periset
2) masalah dapat dikonsepsikan (dalam level konseptual):
dapat dioperasionalkan atau memiliki batasan yang jelas
dapat dihipotesiskan
memiliki sumber data yang jelas
memiliki referensi teoritis yang jelas
memiliki alat ukur yang jelas
dapat dianalisa dengan tekhnik analisa yang jelas
3) waktu
4) tenaga
5) dana
6) izin dari pihak yang berwenang terkait dengan rencana yang kita buat
Dari rumusan masalah tersebut jelas merupakan kaitan dua buah faktor yaitu antara
fokus dengan kemungkinan-kemungkinan penyebabnya. Jika cara diskusi yang kita pilih
hendaknya lebih memperjelas setiap faktor yang dipilih sebagai kemungkinan penyebab
kehidupan bebas seks di kalangan remaja. Perlu diingat, ketika turun lapangan,
perencana/peneliti akan menemui kemungkinan penyebab-penyebab fokus lainnya. Hal ini
justru akan memperkaya perencanaan yang kita buat.
Metode Analisis Masalah
Setelah merumuskan masalah, selanjutnya kita akan menganalisis masalah tersebut. Untuk itu
kita memerlukan seperangkat data dasar (baseline data) yang akurat dan memadai termasuk
informasi tentang identifikasi masalah dan kajian mengenai apa yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (needs assesment). Agar dapat memperoleh data
masalah apa yang sedang terjadi ada berbagai cara atau metode yang bisa digunakan. Apakah
secara sederhana atau justru yang kompleks.
Secara sederhana setidaknya ada 2 cara yang biasa dilakukan (Zulkarnaen dkk, 1994:42-43):
1. Observasi atau pengamatan
Dengan melakukan observasi atau pengamatan dapat diperoleh berbagai indikasi masalah apa
yang sedang dihadapi masyarakat. Sebagai contoh melalui observasi dan pengamatan kita
bisa mengetahui bahwa suatu daerah sedang terlandan banjir. Lalu pengamatan bisa kita
teruskan, bahwa banjir yang melanda apakah dikarenakan fenomena alam biasa atau karena
kelalaian manusia yang tidak bisa menjaga alam. Jika karena kelalaian manusia, maka
kelalaian apa yang paling mudah dan banyak terlihat, tidak menajga kebersihan lingkungan
misalnya.
Melalui pengamatan yang jeli, sebagai perencana kita juga bisa memilah mana yang
sebenarnya bukan masalah lain yang melindungi masalah utama. Ketidak jelian pengamat
dalam merumuskan dan menganalisis masalah akan berpengaruh pada pembuatan
perencanaan program komunikasi yang tidak tepat sasaran.
Salah satu syarat untuk melakukan pengamatan yang baik ialah pengamat harus benar-benar
netral dan menggunakan ”kacamata yang jernih” sehingga ia tidak terpengaruh oleh emosi
pribadi. Atua karena merasa terlalu terbebani tugasnya sehingga pengamat menjadi tidak jeli.
2. Konsultasi dengan spesialis atau tenaga ahli
Problem apa yang sedang dihadapi masyarakat juga dapat diketahui dengan cara bertanya
kepada orang-orang yang dianggap memiliki keahlian di bidang tertentu. Misalnya, kita dapat
mengetahui problema apa yang tengah dihadapi masyarakat desa dengan bertanya pada
seorang spesialis kesehatan masyarakat. Konsultasi dengan tenaga ahli dapat berlangsung
baik jika kita dapat menemukan atau memilih orang yang tepat sebagai tempat berkonsultasi.
Jika kita bertanya pada yang bukan ahlinya, perencanaan yang kita buat justru tidak akan
tepat sasaran.
Sedangkan cara yang lebih lengkap dirumuskan oleh M Nazir (2003:174-220) dibagi
atas beberapa kelompok, sebagai berikut:
1. Metode pengamatan langsung
2. Metode dengan menggunakan pertanyaan
3. Metode khusus
Metode Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan perencanaan/penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka ataupun menggunakan alat sebagai media
perantara antara penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat atau interview guide (panduan wawancara).
Metode Khusus
Selain dari metode pengumpulan data yang sudah diterangkan diatas, maka banyak metode
lain yang juga kerap digunakan dalam penelitian ataupun perencanaan. Sperti metode
proyektif, metode sosiometri, content analiysis, dan sebagainya. Hanya pada bab ini dianggap
cukup membahas metode pengumpulan data yang sering digunakan saja dan tidak akan
membahas lebih lanjut mengenai metode khusus.
Data-data yang terkumpul dan berkaitan dengan masalah inilah yang kemudian digunakan
dalam menganalisis masalah. Selanjutnya dari bebagai macam data yang didapat yang
tentunya dalam jumlah yang cukup banyak, sebaiknya perenana membuat prioritas masalah
yang akan diangkat sebagai masalah utama perencanaan program komunikasi yang dibuat.
Sekali lagi, kejelian perencana dalam menumpulkan data dan menganalisis data tersebut
maka perencana akan menemukan masalah utama, bukan masalah lain yang mengiringi
masalah utama.
C. ANALISIS KHALAYAK
Materi pada bab ini adalah kelanjutan materi sebelumnya. Setelah kita memahami dan
mampu merumuskan serta menganalisis masalah, kita akan memcoba menganalisis khalayak
yang akan kita tuju yang mungkin akan mengambil manfaat pemecahan masalah yang telah
kita rumuskan sebelumnya.
Riset terhadap khalayak merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Tujuannya agar
pesan komunikasi yang disampaikan dapat mengena pada target sasaran yang dituju.
Khalayak sasaran yang dimaksud disini adalah kelompok populasi yang akan dijangkau oleh
program komunikasi yang akan dibuat.
Salah satu studi khalayak yang sering dilakukan adalah profil khalayak (audience
profile). Riset ini sangat penting untuk memberitahukan karakteristik khalayak. Seorang
komunikator harus mampu membuat pesan yang sesuai dengan kharakteristik khalayaknya,
sehingga pesan tersebut dapat efektif diterima oleh khalayaknya.
Khalayak sasaran tidak selalu sama dengan pemanfaat (beneficiaries) atau tidak semua
khalayak adalah orang yang mengambil manfaat dari pesan yang kita sampaikan. Sebagai
ilustrasi, apabila kita membuat sebuah perencanaan program komunikasi mengenai
pentingnya ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama 6 bulan pada bayi, khalayak yang kita
tuju adalah para ibu yang memiliki bayi. Sementara beneficiaries dari pesan yang kita
sampaikan adalah para bayi ibu yang bersangkutan.
Karakteristik Khalayak
Analisis khalayak merupakan bagian terpadu daripada disain dan perencanaan
program komunikasi. Untuk bisa melakukan analisis kita harus mengetahui karakteristik-
karakteristik khalayak yang akan kita tuju. Zulkarnaen dkk (1994:54-55) mengungkapkan
bahwa untuk mengetahui karaketristik khalayak diperlukan data-data dasar sebagai berikut :
1. Jumlah dan lokasi khalayak
Berapa banyak khalayak yang ingin dijangkau perlu diketahui sejak awal. Jumlah ini
menentukan pertimbangan dalam memilih saluran atau media komunikasi yang akan dipilih
nanti. Kalau jumlahnya sedikit, mereka bisa dicapai dengan komunikasi antar pribadi. Kalau
jumlahnya cukup banyak bisa menggunakan komunikasi kelompok atau komunikasi massa.
Begitupun lokasi tempat khalayak berada. Harus di lihat apakah khalayak yang dijangkau
berada dalam lokasi yang berdekatan, memencar, terpencil, atau sangat mudah untuk
dijangkau. Hal ini dapat mempengaruhi media komunikasi yang akan digunakan. Jika
lokasinya terpencil dan belum memiliki akses media massa, sungguh tidka tepat jika kita
memaksakan menggunakan radio atau televisi.
2. Profil sosioekonomi : kelompok umur, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya.
Data profil sosioekonomi ini diperlukan selain dalam menentukan media yang akan
digunakan juga berkaitan dengan perumusan pesan yang akan disampaikan. Pada khalayak
yang tidak memiliki akses dengan media dikarenakan pendapatan yang sangat rendah
tentulah tidak tepat menggunakan media televisi. Begitupun dengan perumusan pesan, pesan
yang ditujukan pada khalayak yang berumur 6-12 tahun tentu tidak sama dengan perumusan
pesan untuk khalayak usia 15-18 tahun. Berkomunikasi dengan khalayak yang mayoritas
bekerja sebagai petani tentulah berbeda dengan para tenaga pengajar di sekolah. Karena
minat, orientasi dan kepentingan masing-masing kelompok berbeda-beda. Jika perbedaan
tersebut tidak diperhitungkan dengan baik, hasil perencanaan yang Anda buat tentulah tidak
menghasilkan hal yang baik.
3. Profil sosiokultural : agama, bahasa, pola kehidupan keluarga, sistem kepercayaan
tradisional, nilai-nilai, sumber-sumber informasi, praktek-praktek komunikasi dan interaksi
khalayak.
Profil sosiokultural ini sangat penting untuk dikaji. Bagaimanapun respon khalayak terhadap
program komunikasi yang akan dilancarkan amat ditentukan oleh nilai-nilai agama, norma-
norma, sumber-sumber informasi mereka serta faktor-faktor kultural lain yang mendasari
kehidupan khalayak. Segala kebiasaan dan tradisi yang berkaitan dengan tujuan program dan
isi pesan harus dipahami sejak awal.
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh khalayak biasanya sedikit berbeda dengan bahasa
resmi. Bila kita menggunakan komunikasi antar pribadi dengan khalayak, pengetahuan
mengenai hal ini amat perlu. Karena akan mempermudah Anda dalam berinteraksi, mudah
membangun kedekatan, sehingga pesan mudah ditangkap.
Kasali dikutip dalam Kriyantono 92006:335) menyebut bahwa dorongan dari luar
lahir karena adanya hal-hal yang dapat dilihat dan cenderung mencapai sesuatu yang
materialistis. Mereka terbagi dalam tiga kelompok yang disebut: Belongers,
Emulators, dan Achievers. Belongers adalah kelas menengah yang cenderung konservatif fan
tinggal di kota-kota kecil yang tenteram. Emulators lebih muda dari belongers, berusia rata-
rata 27 tahun. Mereka ambisius, kompetitif, dan suka bekerja keras. Sedangkan achievers,
adalah pekerja keras yang lebih maju dan lebih mapan. Umumnya adalah para profesional
dan manajer
Kelompok yang tumbuh karena dorongan dari dalam terbagi atas tiga kelompok,
yaitu: I-am-Me, Experentials, dan Societally Conscious. I-am-Me adalah faase transisi dari
dorongan dari luar ke dalam dan umumnya adalah terpelajar yang agresif, inovatif, dan
merasa dirinya benar., Experentials terdiri atas orang-orang yang impulsive, independent, dan
percaya diri. Sedangkan Societally Conscious adalah orang-orang yang menaruh perhatian
terhadap alam semesta agar kehidupan berlangsung lebih harmonis dan lebih baik.
Gambar 1
Profil Gaya Hidup VALS 2
Actualizer
ORIENTASI DIRI
Berlimpah
SUMBER DAYA
Minimum
Stugglers
Khalayak Berorientasi Prinsip
Merupakan khalayak yang berorientasi pada pandangan-pandangan mereka mengenai
bagaimana dunia seharusnya berjalan.
Terdiri dari:
a. Fulfillers
Para profesional matang, bertanggungjawab dan berpendidikan tinggi, mempunyai informasi
yang tinggi mengenai berbagai perkembangan terkini (well-informed). Mereka memiliki
pendapatan yang tinggi namun merupakan konsumen yang praktis dan value oriented.
Aktivitas waktu senggang terpusat di rumah.
b. Believers
Khalayakn konservatif yang memiliki penghasilan yang lebih rendah dari para fulfillers dan
kehidupan mereka terpusat pada keluarga, tempat ibadah dan negara mereka. Rata-rata
berusai 58 tahun.
Khalayak Berorientasi Status
Merupakan khalayak yang dalam mengambil keputusan diarahkan oleh tindakan dan
opini orang lain. Terdiri dari :
a. Achievers
Orang-orang yang sukses, berdedikasi pada pekerjaan, yang meraih kepuasan terutama
karena pekerjaan dan keluarga mereka. Kelompok yang konservatif dalam pandangan politik
serta menghormati otoritas dan status quo. Mereka gemar mengkonsumsi produk-produk dan
jasa yang telah mapan yang merefleksikan tingkat kesuksesan mereka kepada lingkungan
mereka . Rata-rata berusia 38 tahun.
b. Strivers
Rata-rata usia 34 tahun. Mempunyai karakteristik hampir sama dengan achievers namun
sumber daya ekonomi, sosial, dan psikologisnya lebih sedikit. Gaya adalah faktor penting
bagi mereka karena mereka terus berusaha menyamai orang-orang yang mereka kagumi.
Karenanya seringkali mereka mengkonsumsi barang-barang tiruan dari barang mewah.
Khalayak Berorientasi Tindakan
Merupakan khalayak yang diarahkan oleh keinginan mereka akan variasi dan risiko
aktivitas sosial maupun fisik.
Terdiri dari:
a. Experiencers
Usia rata-rata 26 tahun. Menunjukkan tingkat energi yang tinggi yang digunakan untuk
latihan fisik dan berbagai aktivitas sosial. Yang termudah untuk diamati dari
segmen experiencers ini adalah mereka suka berpetualang dang mau mengeluarkan biaya
besar untuk pakaian, musik, dan aktivitas kalangan muda lainnya.
b. Makers
Usia rata-rata 30 tahun. Adalah khalayak yang praktis dan self suffcient yang memfokuskan
diri pada keluarga dan rekreasi fisik. Makers tidak terlalu memberi perhatian kepada “dunia”
yang lebih luas dan hanya tertarik pada kepemilikan alat-alat olahraga, alat-alat keperluan
keluarga.
c. Strugglers
Memiliki tingkat pendapatan yang rendah dan sumber daya yang minim untuk dimasukkan
kedalam kategori orientasi diri khalayak manapun. Mereka merupakan konsumen yang setia
pada suatu produk yang tentunya sesuai dengan kemampuan mereka.
d. Actualizers
Memiliki tingkat pendapatan tertinggi, self-esteem self-esteem terkuat, dan sumber daya
berlimpah. Citra adalah penting karenanya mereka menykai barang-barang terbaik di dunia.
Segmentasi Khalayak
Karakteristik, minat, dan kebutuhan informasi dari khalayak sasaran tidaklah selalu
sama. Karena itu, segmentasi khalayak menjadi beberapa kelompok sasaran terkadang
diperlukan. Untuk masing-masing kelompok mungkin dibutuhkan strategi yang spesifik.
Bahkan di suatu masyarakat yang kelihatannya homogen, sebenarnya tidak ada khalayak
yang benar-benar sama. Suatu program komunikasi yang seragam bisa-bisa akan terasa
berbicara bagi satu kelompok, namun menyerang yang lain dan tidak dimengerti oleh sisanya
Prioritas Khalayak
Mengingat terbatasnya waktu dan sumber-sumber, perencana hendaklah menetapkan
segmen khalayak yang paling kritikal bagi kesuksesana program. Singkatnya, perencana
hendaknya membuat prioritas-prioritas. Penyusunan prioritas mencerminkan pentahapa
aktivitas program.
Rasmuson dalam Zulkarnaen dkk (1994: 62-63) merumuskan setidaknya ada 3 jenis khalayak
dalam prioritas khalayak :
1. Khalayak primer (primary audiences)
Adalah khalayak yang paling terkena masalah atau khalayak yang akan mendapat manfaat
dari perencanaan program yang dibuat.
2. Khalayak sekunder (secondary audiences)
Adalah khalayak yang berpengaruh pada khalayak primer. Seperti keluarga dan teman.
3. Khalayak tersier (tertiary audiences)
Adalah para pembuat keputusan, pendukung dana, dan orang-orang yang berpengaruh
lainnya yang dapat menyukseskan program.
Contoh Prioritas Khalayak
. Dalam program komunikasi penanggulangan diare yang menjadi kegiatan World
Health Organization (WHO) di seluruh dunia ( Zulkarnaen dkk, 1994:64) , dirumuskan
prioritas khalayak sebagai berikut:
Gambar 2 Prioritas Khalayak Kampanye Oralit
Meskipun pada akhirnya yang hendak dicapai adalah keseluruhan lapisan khalayak,
namun masing-masing tahapan kegiatan suatu program ada kebutuhan untuk mengutamakan
suatu segmen khalayak tertentu karena mereka mempunyai posisi yang strategis yang
menentukan bagi langkah program yang berikutnya.
D. TUJUAN KOMUNIKASI
Ketika Anda menjejakkan kaki keluar dari rumah Anda, tentu ada yang dituju. Begitupun
ketika Anda mendaftarkan diri menjadi mahasiswa sebuah universitas pastilah ada yang Anda
harapkan akan tercapai. Apa yang Anda tuju dan apa yang Anda harapkan akan tercapai
itulah tujuan. Tujuan telah Anda buat dari awal sebelum Anda mulai melangkah. Tujuan pula
yang menjadi pertimbangan Anda untuk memilih cara. Jika ingin keluar rumah menuju
tempat tertentu, Anda mungkin akan memilih berjalan kaki atau naik taksi. Begitupun ketika
memilih menjadi mahasiswa, Anda pun akan memilih rajin belajar atau malas-malasan.
Semua tergantung pada apa yang and harapkan.
Berkaitan dengan program komunikasi, merumuskan tujuan komunikasi memang bukan hal
yang mudah. Agar efektif tujuan komunikasi pastilah harus mencerminkan tujuan program
komunikasi yang didukungnya. Kesalahan merumuskan tujuan, nantinya akan menimbulkan
kesulitan-kesulitan baru pada saat Anda melaksanakan program. Tentu hal ini tidak kita
inginkan.
Tujuan merupakan sejumlah pilihan diantara berbagai kemungkinan. Beberapa tipikal tujuan
adalah serbagai berikut:
1. Tujuan itu merupakan optimalisasi dalam bentuk, misalnya : biaya yang paling rendah untuk
keunggunlan suatu program.
2. Tujuan itu memuaskan
3. Tujuan itu bentuknya incremental (semakin naik)
4. Tujuan itu bentuknya bisa positif bisa negatif (Udin dan Abin, 2006:118)
Selain itu, tujuan atau objectives juga memiliki elemen-elemen yang harus
diperhatikan (Zulkarnaen dkk, 1994:74-75) sebagai berikut :
1. Menggambarkan hasil final yang hendak dicapai
Tujuan harus menggambarkan hasil final yang hendak dicapai, bukan hanya menggambarkan
langkah-langkah yang akan diambil. Apabila Anda hendak melakukan sesuatu untuk
memecahkan masalah, artinya Anda akan mencapai suatu hasil tertentu. Hasil yang akan
Anda capai tersebut harus dinyatakan secara tegas dan jelas. Tegas dan jelas berarti tidak
ragu-ragu sehingga terhindar dari timbulnya macam-macam penafsiran. Jadi perumusan suatu
tujuan tidak cukup sekedar mereka-reka saja.
2. Spesifik dan persis
Perumusan tujuan yang tidak konkret biasanya tidak akan operasional. Biasanya tujuan yang
seperti ini terlalu muluk-muluk. Akibatnya kita tak pernah tahu apakah tujuan telah tercapai
atau belum tercapai, karena sukar untuk mengukurnya. Kesukaran mengukur pencapaian
tujuan seperti itu, terutama adalah karena ketidakjelasan apa sesungguhnya yang hendak
dicapai. Misal, tujuan yang hendak dicapai adalah perubahan perilaku masyarakat, maka
perubahan perilaku seperti apa harus dibuat secara jelas. Apakah tidak lagi membuang
sampah di sembarang tempat dan sebagainya.
3. Menggambarkan perubahan yang dapat diukur (measurable) dan dapat dilihat (observable)
Sebagai bukti bahwa tujuan telah dicapai, tujuan harus dapat diukur. Berapa persen ibu-ibu
yang memberikan imunisasi pada anaknya? Berapa banyak jumlah rumah yang memiliki tong
sampah? Dan sebagainya. Perubahan-perubahan inilah yang dimaksud dapat diukur dan dapat
dilihat. Jadi tidak abstrak.
4. Menyatakan standar kualitas atau kriteria sebagai patokan mengukur keberhasilan
Bagaimanapun juga manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan. Termasuk dalam
melakukan kegiatan yang telah direncanakan. Hampir tidak ada kegiatan yang 100 persen
sempurna. Karena itu diperlukan suatu patokan mengenai tingkat kualitas pencapaian yang
dapat diterima.
Misal, untuk penyuluhan kekerasan terhadap rumah tangga (KDRT). Jika yang hedak dicapai
adalah pemahaman tentang cara pelaporan tindak KDRT, berapa persenkah dari materi yang
disampaikan bisa dipahami oleh khalayak perempuan peserta penyuluhan yang dianggap
sebagai hasil yang bisa diterima. 80 persen dari materi atau 60 persen dari materi tergantung
dari standar yang diinginkan perencana.
5. Menyebutkan segala kualifikasi pokok
Bagaimana kondisi yang melingkupi pencapaian tujuan. Atau dalam kondisi bagaimanakah
tujuan yang dimaksud hendak dicapai.
6. Menetapkan titik akhir (definite end point)
Titik akhir yang menunjukkan bahwa objectives telah dicapai. Sekalipun ada pendapat bahwa
suatu kegiatan senantiasa ada kelanjutannya, namun untuk jelasnya pengukuran dan
pencapaian tujuan suatu kegiatan komunikasi, maka dalam perumusan tujuannya harus jelas
dimana titik akhir dari program yang bersangkutan.
Seringkali dalam perumusan tujuan kegiatan komunikasi langkah pertamanya adalah dengan
mengidentifikasi informasi, pengetahuan, motivasi atau pola perilaku apa yang dibutuhkan
oleh suatu program agar berhasil.
Udin dan Abin (2006:119) juga menambahkan terdapat 5 tahap dalam proses
penentuan tujuan, yaitu:
1. Mendefinisikan batasan kemungkinan (contingency) yang membentuk batasan-batasan
perencanaan dan porsi keputusan yang dipengaruhi putusan perencana.
2. Dari batasan tersebut, perencana lalu mengurangi berbagai alternatif dengan menghilangkan
yang tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan.
3. Dengan membandingkan segi manfaat (merit) dari alternatif tersebut, perencana dapat
menentukan dampak positif dan negatif dari berbagai kombinasi tujuan dan kemudian
memilih alternatif terbaik.
4. Perencana kemudian mengevaluasi manfaat tujuan itu dengan membandingkan faktor-faktor
lingkungan dengan tujuan dan sasarannya. Tujuan hendaknya berkaitan dengan kondisi yang
muncul.
5. Bila putusan akhir telah dibuat dan tujuan serta sasaran telah ditetapkan, maka dibuatlah
pernyataan kebijakan (statement of policy) yang berfungsi sebagai pedoman.
Selain itu dalam suatu tujuan atau objectives komunikasi yang baik hendaklah:
a) Mengidentifikasi khalayak yang akan dicapai
b) Mengidentifikasi jenis dan besarnya perubahan yang diharapkan pada pihak khalayak
c) Mengidentifikasi jenis pengukuran yang akan digunakan
d) Mengidentifikasikan batas waktu (time frame) pencapaian tujuan (Zulkarnaen dkk, 1994:77)
Contoh objetives
Mensosialisasikan dalam jangka waktu 6 bulan (BATAS WAKTU) paling sedikit kepada
50% perempuan-perempuan anggota organiasasi wanita (TARGET AUDIENCE) di Kota
Bandar Lampung (LOKASI TARGET AUDIENCE) tentang UU Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT)
Perumusan tujuan dapat dilakukan dengan suatu pernyataan yang bersifat umum, lalu di
perjelas menjadi tujuan primer dan sekunder yang selanjutnya dirinci satu persatu dalam
bentuk yang konkret. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengukuran pencapaian
hasil.
Contoh :
Masalah
Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali melanda. Sedikitnya sudah 100 warga
Desa X yang terjangkit dan 15 diantaranya meninggal dunia. 20% diantaranya adalah bayi
dan balita. Salah satu cara penurunan angka ini adalah dengan kesadaran dan keterlibatan
seluruh warga untuk memberantas nyamuk Aides Agepty yang menularkan virus DBD ke
manusia. Khususnya dengan bergotong royong membersihkan lingkungan desa.
Tujuan Utama
Menurunkan angka penderita DBD dan angka kematian akibat DBD di desa X minimal 50%
selama kurun waktu 6 bulan dengan menimbulkan kesadaran warga untuk menjaga
kebersihan lingkungan desa.
Tujuan Sekunder
Mendemonstrasikan kepada seluruh warga metode pemberantasan nyamuk yang dikenal
dengan 3M (Menguras bak kamar mandi, Menutup tempat penyimpanan air,
dan Mengubur barang-barang bekas yang bisa menyimpan air) yang efektif.
Rujukan
Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun. 2006. Perencanaan Pendidikan (Suatu
pendekatan Komprehensif). Remaja Rosdakarya. Bandung
Zulkarnaen Nasution. 1994 . Perencanaan Program Komunikasi. Universitas
Terbuka. Jakarta.
E. PEMILIHAN MEDIA
Khalayak atau pihak penerima pada suatu peristiwa komunikasi bisa berupa seseorang
individu yang mendengarkan, membaca, menonton atau anggota suatu pertemuan yang
disebut sebagai khalayak massa (mass audience). Siapa yang menjadi khalyak dalam program
komunikasi menjadi dasar dalam melilih media yang sesuai. Seperti telah diketahui bahwa
komunikasi, sebagaimana asal katanya dari bahasa latin: communis atau dalam bahasa
Inggris: common, berarti menjadikan sesuatu (dalam hal ini pesan) sebagai pengetahuan aau
perhatian bersama. Pengertian berkomunikasi, pada hakikatnya ialah mencoba atau berusaha
untuk menegakkan suatu “kebersamaan” dengan pihak lain, yaitu penerima dalam
komunikasi tersebut.
Secara umum saluran komunikasi dibedakan antara yang bersifat antarpribadi dan yang
menggunakn media. Sedangkan yang menggunakan media kemudian dapat dikelompokkan
menjadi media massa dan media non massa.
2. Mengevaluasi tiap medium dalam arti pendekatan komunikasi yang digunakan.
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan – apakah hanya penyampaian informasi,
pengajaran atau persuasi – setiap media dinilai apakah cocok ?
Untuk sekedar menyampaikan informasi, sejumlah media massa tepat untuk digunakan
seperti: radio, poster, leaflet, billboard, dan sebagainya. Jika kita ingin khalaya kmemahami
dan terampil menggunakan kontrasepsi, maka saluran yang sesuai tentunya yang
memungkinkan terjadinya diskusi seperti kunjungan kerumah, grup diskusi, dan sebagainya.
Sedangkan untuk pendekatan yang menggunakan persuasi atau bujukan, hal yang terpenting
adalah jalur komunikasi antarpribadi serta dukungan dari orang yang berpengaruh seperti
para pemimpin opini.
ad. 3 Agar suatu program dapat diterima ditengah masyarakat, maka harus pula diusahakan
terciptanya keserasian program dimaksud dengan kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. Jika masyarakat tidak merasakan keserasian antara budaya hidup mereka
dengan apa yang ditawarkan oleh penyuluh, maka sukar bagi masyarakat tersebut untuk dapat
menerima program tersebut dan menjadikannya bagian kehidupan mereka sehari-hari.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi dengan kelompok perlu dipahami oleh seorang penyuluh, karena
sekalipun ia berasumsi bahwa anggota masyarakat yang dihubunginya terdiri dari pribadi-
pribadi atau bersifat individual, namun tidak dapat diingkari besarnya pengaruh kelompok
pada diri setiap orang. Kelompok ini bisa bermacam-macam wujud dan orientasinya. Ada
kelompok yang mencerminkan latar belakang etnis atau religi. Tapi ada pula kelompok yang
keberadaannya didasarkan pada sejumlah tujuan tertentu yang dicita-citakan warganya.
Meskipun secara umum komunikasi dengan kelompok ini tidak berbeda tajam dengan
komunikasi yang lain, namun ada beberapa prinsip pokok yang perlu dipahami, di antarnya
adalah :
Karakteristik proses komunikasi kelompok
a) Komunikasi kelompok merupakan suatu proses sistemik.
Proses itu terjadi dalam suatu sistem. Komponen-komponen dari sistem yang dimaksud
adalah: konteks situasional, komunikator, pesan, penerima, dan pola interaksi yang muncul
ketika suatu kelompok berkomunikasi.
Untuk memahami pesan-pesan atau pola interaksi tersebut, haruslah dipahami sikap, nilai-
nilai, dan keyakinan komunikator, konteks dimana kelompok yang bersangkutan
berkomunikasi, orientasi cultural dan lingustik kelompok, dan serangkaian faktor psikologis.
b) Komunikasi kelompok adalah bersifat kompleks. Kompleksitas itu disebabkan oleh:
Dimensi sistemik yang mempengaruhi komunikasi kelompok berfungsi secara simultan.
Jadi ketika seseorang berkomunikasi dalam kelompok, maka kebudayaannya, situasi dan
tatanan psikologis, semuanya berinteraksi dan memberi saham bagi diskusi berlangsung.
Pengaruh dari faktor-faktor tersebut bila kita berinteraksi. Suatu saat mungkin sikap
mental kita paling berpengaruh dalam arus komunikasi, disaat selanjutnya mungkin konteks
atau sejumlah tradisi kultural atau ritual yang mondominasi interaksi yang berlangsung saat
itu.
c) Komuniaksi kelompok adalah bersifat dinamik Penting untuk diingat bahwa komunikasi
kelompok terjadi dalam suatu jangka waktu tertentu. Kemampuan kita untuk saling
tergantung adalah ditentukan oleh pertukaran pesan yang berkesinambungan. Kita
mengucapkan sesuatu dan memberi respon pada hal tersebut. Lantas melalui umpan balik kita
belajar mengenai perasaan orang terhadap sikap dan nilai-nilai kita.
Singakatnya, komunikasi kelompok dapat dirumuskan sebagai suatu persepsi bersama,
motivasi dan pencapaian tujuan. Namun begitu, sifat esensial komunikasi kelompok adalah
interdependensi. Anggota kelompok adalah saling mempengaruhi satu sama lain, dan juga
samapi derajat tertentu saling mengontrol atau mengendalikan.
Komunikasi Massa
Komunikasi dengan mengunakan media massa dibutuhkan terutama jika untuk
menyampaikan informasi tidak mungkin dengan cara menemui satu persatu anggota
masyarakat dan harus pula dapat memanfaatkan saluran yang ada, agar dapat menjangkau
secara keseluruhan.
Seperti apa bentuk komunikasi yang lain, komunikasi massa merupakan suatu proses. Yang
paling membedakannya dengan bentuk komunikasi lain adalah, bahwa komunikasi massa
merupakan proses penyampaian pesan dari suatu sumber kepada khalayak yang berjumlah
besar, dengan menggunakan saluran media massa. Namun begitu, sesungguhnya teknologi
media massa hanya merupakan pembentuk terjadinya proses tersebut. Jadi jangan dicampur-
adukan antara fisik medianya dengan proses itu sendiri.
Lima unsur yang terdapat pada setiap peristiwa komunikasi massa menurut Blake dan
Harolsen (1975) adalah :
1) Komunikator
Dikarenakan sifat komunikasi massa, maka komunikator disini biasanya adalah pekerja
professional dari suatu organisasi komunikasi (seperti penerbit, stasiun radio, televisi,
ataupun perusahaan film) yang secara sosiologis memang merupakan suatu lembaga sosial
(social institution). Artinya organisasi itu sendiri tentulah mempunyai tujuan, aturan-aturan,
birokras, dan sebagainya. Yang merupakan batasan-batasan perilaku bagi para anggotanya
dalam menjalankan tugas mereka.
2) Pesan
Berbeda dengan pesan-pesan yang disampaikan melalui bentuk komunikasi antar-pribadi,
dalam komunikasi massa pesan disampaikan secara publik. Maksudnya, pesan dalam
komunikasi massa ditujukan untuk semua orang yang terjangkau oleh peristiwa komunikasi
tersebut. Siapa saja yang dapat menangkap pesan tersebut, dapat menafsirkannya, dan
menggunakannya untuk kepentingan masing-masing.
Secara umum, pesan-pesan tersebut dapat dikelompokkan menjadi pesan-pesan yang (1)
informatif, (2) edukatif, dan (3) persuasif.
3) Khalayak
Setiap komunikasi tentulah ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang
disampaikan. Dalam komunikasi massa, penerima ini adalah mereka yang menjadi khalayak
dari media massa yang bersangkutan. Khalayak komunikasi massa bersifat luas, heterogen
dan anonim.
Luasnya khalayak komuniksi massa sudah tentu disebabkan pesan yang disampaikan
memang tidak terbatas untuk orang-orang tertentu saja, melainkan buat siapa saja yang dapat
menangkap pesan tersebut. Dengan begitu, setiap orang yang terjangkau oleh media massa
yang bersangkutan dengan sendirinya menjadi khalayak.
Dengan keluasan tadi, maka khalayak komunikasi massa bersifat heterogen, dalam arti terdiri
dari berbagai jenis dan latarbelakang. Keragaman itu dapat dilihat dari sudut usia, agama,
kelamin, paham politik, kesenangan, lokasi tempat tinggal, perhatian, minat, dan sebagainya.
Dengan demikian, khalayak komunikasi massa tidak dikenali satu persatu oleh komunikator.
Mereka itu semuanya anonim.
Jaringan Media
Tak satupun media tunggal yang cukup menyebar untuk menjangkau dan meyakinkan
setiap unsur khalayak. Seperti dikemukakan dibagian terdahulu sejumlah studi pada tahun 50
dan 60-an bermaksud menetapkan media manakah yang lebih baik di antara radio, TV,
cetakan atau para penyuluh?
Sekarang sudah jelas, bahwa “Yang manakah yang lebih baik” adalah pertanyaan
yang keliru. Yang tepat untuk dipertanyakan ialah: “Yang mana yang lebih baik dan untuk
keperluan apa?”
Beberapa prinsip umum mengenai potensi media massa dewasa ini telah tumbuh, yakni :
- Media penyiaran (broadcast media) lebih baik dalam menjangkau khalayak berjumlah besar,
dalam waktu cepat dengan ide-ide yang agak sederhana.
- Media cetakan paling baik dalam memberikan informasi peringatan yang tepat waktu (timely)
yang tidak dapat diharapkan untuk diingat sendiri oleh khalayak.
- Komunikasi antarpribadi, termasuk penyuluhan, pertemuan kelompok, organisasi
masyarakat, pertunjukkan, merupakan cara terbaik untuk mengajar, membina penerimaan
khalayak, dan menanamkan perubahan perilaku.
Yang lebih penting lagi adalah, bahwa ketiga hal di atas dibutuhkan untuk membuat suatu
program menjadi efektif. Kita perlu menjangkau khalayak dengan cepat dan mereka
memerlukan sejumlah ingatan tentang apa yang telah diberitahukan, dan mereka perlu
mempercayai kita agar dapat mengikuti petunjuk yang diberikan. Komunikasi yang efektif
merupakan bangku berkaki tiga. Jika salah satu kakinya tiada, maka anda tidak punya banyak
tempat untuk duduk.
Dari itu, diperlukan suatu yang oleh spesialis komunikasi dinamakan strategi saluran
(channel strategy) yang spesifik untuk setiap situasi. Strategi ini tumbuh dari pemahaman
akan negara tertentu, program tertentu, dan khalayak tertentu. Hal itu didasarkan pada riset
pra-program yang mempertanyakan hal-hal seperti: Siapa mendengarkan apa? Siapa yang
membaca? Berapa biaya setiap saluran atau media? Seberapa rumitkah isi pesan? Seberapa
terbiasa atau jenuhkah khalayak dengan pesan tercetak atau radio? Siapakah yang dipercaya
khalayak mengenai topik tertentu?
Radio
Radio merupakan suatu medium komunikasi massa yang penting karena:
1. Populer digunakan oleh khalayak
Hampir setiap orang sekarang menggunakan pesawat radio. Baik itu untuk hiburan, mau pun
untuk informasi. Dapat dikatakan hampir tidak ada khalayak yang tidak kenal radio. Stasiun
penyiaran radio pun telah tumbuh berlipat ganda. Di semua tempat anda akan temukan
stasiun radio, baik milik pemerintah ataupun swasta.
2. Tingkat ketersediaannya (availability) yang cukup merata. Dengan perkembangan teknologi
yang pesat, kini pesawat radio bukan sesuatu yang mahal harganya. Dapat dikatakan hampir
setiap keluarga mempunyai pesawat radio.
3. Penggunaannya bisa secara individual maupun kolektif. Selain didengarkan secara
perorangan, radio lazim pula dinikmati secara bersama-sama baik oleh suatu keluarga
maupun oleh sekumpulan teman atau tatangga. Itulah sebabnya dikenal kelompok pendengar
radio (radio listening group).
Perlu diperhatikan bahwa sebagaimana setiap media mempunyai khalayak sasaran atau target
audiencenya sendiri, maka radio pun begitu pula. Ada stasiun radio yang mengkhususkan
siarannya kepada segmen pendengar dewasa, muda-mudi, atau pun kaum wanita. Dalam
hubungan dengan merencanakan pemanfaatan radio bagi program komunikasi yang anda
rencanakan, hendaklah soal ini diperhatikan benar. Jika tidak teliti dalam hal ini, mungkin
saja anda akan salah memilih radio yang akan anda gunakan. Akibatnya tentu komunikasi
anda tidak menjangkau atau mencapai khalayak yang anda tuju sebenarnya.
Penggunaan radio untuk pembangunan termasuk yang paling luas dan banyak. Di lapangan
pertanian misalnya, sudah sejak lama dikenal adanya siaran pedesaan. Di bidang pendidikan,
radio dikenal sebagai media yang tergolong wal pemanfaatannya. Baik untuk pendidikan
formal (School on the Air) maupun pendidikan non-formal.
Kunjungan Ke Rumah
Sebagai suatu metode komunikasi, kunjungan kerumah telah banyak digunakan untuk
berbagai upaya menyebarluaskan gagasan pembangunan. Inilah salah satu bentuk komunikasi
antarpribadi yang telah terbukti keefektifannya, baik untuk sekedar menyampaikan informasi
maupun untuk mengubah perilaku anggota masyarakat. Sebabnya antara lain, dalam
kunjungan ke rumah terasa suatu kedekatan antara yang mengunjungi dengan pihak yang
dikunjungi. Dalam komunikasi semacam ini tercermin adanya perlakuan yang bersifat
pribadi, dan bukan sekedar suatu hubungan dengan orang ramai. Dengan cara ini pada pihak
yagn dikunjungi terasa kesan bahwa ia dihubungi sebagai individu, dan bukan cuma sebagai
bagian dari massa.
Kunjungan ke rumah dilakukan untuk menyampaikan sesuatu informasi, atau untuk
mendapatkan informasi tertentu dari penghuni rumah yang dikunjungi.
Agar kunjungan ke rumah sebagai suatu metode komunikasi dapat mencapai hasil yang
diharapkan, perlu disusun langkah-langkah untuk melaksanakannya, yaitu sebagai berikut:
1. Tentukan rumah yang akan dikunjungi.
2. Rumuskan tujuan kunjungan; apakah untuk
a. Menyampaikan atau menyebarluaskan suatu informasi
b. Memperoleh suatu informasi dari tangan pertama tentang pengetahuan, sikap, praktik
mengenai sesuatu?
c. Memberikan bantuan dalam hal tertentu
d. Merangsang minat terhadap hal yang dikomunikasikan
e. Mengenali tokoh-tokoh masyarakat setempat
f. Mengorganisir suatu kegiatan
3. Rencana Kunjungan
a. Cek tentang informasi apa kira-kira yang diperlukan
b. Aturlah agar waktu kunjungan terasa nyaman bagi pihak yang dkunjungi
c. Rancanglah pendekatan terbaik dalam berdialog dengan pihak yang dikunjungi.
4. Pelaksanaan Kunjungan
a. Bersikaplah bersahabat
b. Dapatkan kepercayaan dari tuan rumah
c. Bangkitkan minat tuan rumah terhadap hal yang disampaikan dan ciptakan keinginannya
untuk turut serta dalam kegiatan yang dikomunikasikan
d. Jelaskan dengan terang, apa maksud kunjungan
e. Hindari terbuangnya waktu dengan percuma
5. Catatn Kunjungan
Buat catatan dari tiap kunjungan, apa yang dicapai, bagaimana rencana tindak lanjut seterusnya,
dan bagaimana respon pihak yang dikunjungi
6. Tindak Lanjut Kunjungan
a. Susulkan bahan-bahan informasi yang dibutuhkan
b. Bila diperlukan lakukan kunjungan ulangan
Namun perlu diperhatikan bahwa kunjungan ke rumah hanya mungkin jika jumlah khalayak yang
hendak dijangkau relatif kecil. Atau setidaknya ada keseimbangan antara jumlah petugas
yang melaksanakan kunjungan dengan banyaknya rumah yang akan dikunjungi. Jika tidak,
agaknya akan lebih tepat bila metode yang dipilih adalah yang memungkinkan terjangkaunya
keseluruhan khalayak pada saat yang relatif sama.
Fotonovel
Diantara media cetakan termasuk apa yang disebut sebagai fotonovel (photonovel)
yaitu suatu cerita dramatis yang disertai dengan foto-foto yang bercaption atau judul. Siapa
saja yang suka membaca kartun atau komik di suratkabar ataupun majalah, segera paham
akan konsep fotonovel. Seperti halnya komik strip, fotonovel merupakan serangkaian gambar
yang ditata berurutan menurut waktu untuk menggambarkan suatu kejadian. Dialog antar
tokoh dalam komik dan fotonovel dilukiskan dalam bentuk “balon” yang berisikan kata-kata
yang mereka ucapkan. Hanya saja dalam fotonovel, gambar-gambar tadi digantikan oleh
foto-foto, sedangkan ‘balon” yang berisi ucapan tetap digunakan.
Fotonovel merupakan campuran antara buku komik dengan film sehingga diharapkan
menciptakan suatu pengalaman antar-pribadi seperti yang muncul ketika seseorang menonton
film. Bentuk fotonovel ini terutama dibutuhkan untuk mengisi kebutuhan bahan bacaan yang
ditulis pada tingkatan tertentu yang dapat dimengerti oleh pembacanya. Guna mengisi
kebutuhan tersebut maka fotonovel menjadi suatu media populer di negara-negara Amerika
Latin dan kota-kota di Amerika Serikat.
Dalam komunikasi pembangunan, media cetakan yang menggunakan baik teks
berikut ilustrasi atau gambar, atau hanya foto saja mempunyai tempat yang unik. Terkadang
media ini merupakan satu-satunya bahan bacaan yang tersedia bagi masyarakat di suatu
negara berkembang. Sepeti diketahui, media cetakan juga dapat menyajikan informasi
mendetail dengan tingkat kerumitan tertentu bagi khalayak yang keterampilan baca tulisnya
masih terbatas.
Jika sesuatu hal disajikan kepada khalayak tersebut dengan bentuk fotonovel atau
komik, hal itu dapat menjadi menarik dan merangsang emosi sekaligus. Meskipun untuk
memproduksinya mungkin dibutuhkan suatu keterampilan khusus dan biayanya agak besar,
namun dalam hal tertentu kedua medium ini dapat menjadi bentuk yang efektif untuk
menyajikan pesan-pesan persuasif yang dapat menanamkan kepada masyarakat untuk
mengubah perilaku atau pun untuk mengambil tindakan seperti yang diinginkan.
Bentuk fotonovel atau komik mengandung suatu cerita yang berurutan yang disampaikan
dalam bentuk gambar dan kata-kata serta membina suatu hubungan emosional ke cerita yang
disajikan atau pun situasi melalui tokoh yang menarik dan action yang dramatis. Berbeda
dengan bahan-bahan edukasional yang lain, fotonovel, komik, foto dan komik strip, dan
buklet gratis tertentu mempunyai suatu garis cerita dan serangkaian tokoh sepanjang urutan
aktivitas.
Semua bahan cetakan dapt digunakan untuk merencanakan agenda bagi tindakan publik
(public action), memberikan pengingat simbolis (symbolic reminder) mengenai bagaimana
melakukan sesuatu dan membuat informasi segera tersedia pada saat dibutuhkan. Disamping
itu fotonovel dan komik mempunyai kelebihan sendiri yang memungkinkan penulis cerita
untuk:
Menggali subjek-subjek yang bersifat emosional berpartisipasi memproduksi
Meningkatkan daya ingat pesan-pesan
Menggali hubungan sebab-akibat
Memperkenalkan subjek-subjek teknis di tengah-tengah suatu cerita yang lebih
tradisional.
Kelebihan Fotonovel
1) Fotonovel menjelaskan informasi secara mendetil. Tidak seperti media lain (radio, poster,
atau billboard) yang terbatas hanya untuk pesan-pesan pendek, fotonovel dapat memuat
sesuatu hal secara lebih mendetil, mempunyai tekanan pada butir-butir penting dan
menggambarkan prosedur.
2) Fotonovel dapat dimiliki oleh pembacanya. Sekali dibagikan, fotonovel akan beredar dari
seseorang ke yang lain. Informasi yang disampaikan berbentuk konkret dan dapat dijadikan
rujukan kemudian hari. Siaran radio umumnya mudah dilupakan. Masuk telinga kiri, keluar
kuping kanan. Sedangkan fotonovel akan tetap berputar di peredaran.
3) Fotonovel menarik untuk dibaca. Isi yang bergambar, dialog yang sederhana dan cerita yang
memikat menciptakan atmosfir yang mnunjang untuk mempelajari sesuatu. Daripada
perasaan dipaksa untuk belajar, pembaca fotonovel meyerap informasi tanpa merasa bersusah
payah.
4) Fotonovel menjadi kebutuhan. Masyarakat seperti di Amerika Latin yang akrab dengan
fotonovel sebagai bentuk hiburan juga telah biasa membayar untuk memilikinya. Jika
fotonovel yang bersifat edukasional dapat didistribusikan secara gratis tentu pembacanya
akan lebih luas lagi.
5) Fotonovel bersifat realistik. Sesuai dengan sifat fotografi, pembaca dapat
mengidentifikasikan tokoh-tokoh cerita, dan melalui tokoh-tokoh tersebut mengidentifikasi
isi pesan yang disampaikan.
6) Fotonovel dapat menjual ide. Cerita di fotonovel dapat menunjukkan kepada pembaca
tentang “bagaimana” dan “mengapa” suatu ide, serta diilustrasikan dalam istilah-istilah yang
dikenal oleh pembaca, bagaimana mereka dapat memetik manfaat dari ide yang disampaikan.
7) Fotonovel dapat menjadi pelengkap (komplemen) media lain dari suatu program komunikasi.
8) Fotonovel mudah untuk didistribusikan.
Fotonovel atau komik edukasional merupakan argumen yang kuat melawan tuduhan bahwa
suatu format hiburan akan mencairkan sebuah pesan. Bertentangan dengan pendapat itu,
justru hiburan ditonjolkan untuk mendramatisasi informasi guna meningkatkan kehidupan,
menggambarkan kebutuhan untuk perubahan perilaku, dan untuk menyampaikan informasi
tentang suatu produk atau jasa dengan jelas dan berdaya, sebagai bagian dari program
peningkatan social yang lebih luas. Hal ini dikarenakan :
- Khalayak menyukai cerita yang bagus dan akan mengikuti plot melalui materi yang paling
kering. Jika khalayak teretarik terhadap kehidupan orang-orang yang menarik yang akan
belajar bersama mereka tentang sesuatu subjek kejahatan masyarakat atau tema-tema
edukatif.
- Khalayak suka mengidentifikasikan diri dengan tokoh dramatik – orang yang agak glamour
tapi tidak terlalu berbeda dengan mereka. Yakinkah khalayak bahwa orang-orang itu berikut
tindakannya adalah mirip dengan mereka, nanti mereka akan semakin dekat dengan tokoh-
tokoh dimaksudkan dan akan lebih mempertimbangkan pesan-pesan yang disampikan.
Fotonovel dan buku komik komersial telah terbukti sukses. Orang membeli dan membacanya
dengan asyik. Riset menunjukkan bahwa sebagian besar orang berfikir dalam format “cerita”,
dan mereka mengingat pesan-pesan ini lebih baik daripada yang disampaikan secara didaktis.
Hal itu antara lain disebabkan format “jalan cerita” (story line format) bagus digunakan untuk
kampanye edukasional, karena:
1. Cerita-cerita mengandung analogi dengan kehidupan nyata
2. Dapat membawakan tema di dalam tema
3. Dapat digunakan untuk menciptakan identitas
Adanya analogi dalam cerita membantu pembaca untuk menganalisis hasil dari tindakan-
tindakan tertentu, mengidentifikasi penyebab dan mengingat akibatnya. Tema keluarga “anak
dua” yang banyak digunakan untuk menyampaikan pesan KB, menunjukkan konsekuensi
suatu keluarga yang mengikuti konsep tersebut dan bagaimana keluarga lain yang
mengabaikannya.
Keberhasilan fotonovel dan komik ditentukan oleh :
1) Siapa yang menciptakan isinya (khalayak, artis atau penerbit)
2) Siapa yang menanggung resiko produksi (pengarang atau sponsor)
3) Bagaimana pendistribusiannya
Kekurangan fotonovel :
1) Informasinya statis. Sekali fotonovel dicetak, hampir tidak mungkin untuk mengubah isinya
tanpa harus menanggung ongkos yang cukup besar.
2) Menuntut kerja tim yang erat. Seluruh anggota tim harus bekerja sama dengan lainnya.
3) Harus dicetak dalam jumlah besar.
4) Diperuntukkan bagi media yang melek dan semi melek-huruf.
Tabel berikut ini merupakan ringkasan dari karakteristik masing-masing media tersebut
diatas.
Tabel
Karakteristik Media Untuk Program Komunikasi
Media/Saluran Kemampuan Utama Kekurangan Utama
Pertemuan atau Mudah untuk diselenggarakan Khalayak biasanya bersifat
ceramah publik Menjangkau banyak orang pasif
Pembicara bisa lebih dari satu orang Pembicara mungkin paham
Menciptakan minat dan kesadaran kebutuhan khalayak
publik Sukar untuk mengukur
Mendorong diskusi tindak lanjut keberhasilannya
Khalayak mungkin tak
menangkap butir terpenting
Dalam bentuk model, kombinasi antar media dapat digambarkan sebagai berikut:
ASUMSI FUNGSI/PESAN HASIL YANG
DIHARAPKAN
RADIO LIPUTAN Para ibu tahu tentang oralit
Radio tersedia luas dan Menganjurakan konsep
didengarkan secara teratur dehidrasi (sadar akan Ibu-ibu menggunakan oralit
keseriusan)
Memberi tahukan dimana Mencampur dengan benar
tersedia oralit
Mengajarkan cara mencampur Memberikan kepada anak
seliter penuh
TEMPAT WAKTU
CETAKAN Selalu tersedia untuk Setelah itu berusaha mencari
Media cetakan dapat dibaca mengingatkan: pertolongan selanjutnya
oleh seseorang di tiap rumah Cara mencampur
tangga Tanda-tanda dehidrasi
Pemberian Asi
Makanan lunak
Sebagai pegangan umum dalam menyusun bauran media dapat anda gunakan prinsip berikut
ini:
1. Gunakan suatu medium untuk satu atau keperluan tertentu.
2. Pilih semua medium yang memiliki karakteristik unik atau kelebihan tertentu yang berguna
untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Pilih sebuah medium yang khalayak telah akrab dan mempunyai akses.
4. Gunakan suatu medium yang mudah mengakomodir pesan-pesan “yang melokal” jika perlu.
5. Pilih medium yang dukungan operasionalnya tersedia setempat dan bahannya dapat
dikembangkan dan diproduksi setempat.
6. Gunakan suatu kombinasi media yang dapat saling mlengkapi dan mantapkan satu sama lain
namun mempunyai kekuatan fungsional utama atau titik berat yang berbeda.
Pengalaman di lapangan serta studi-studi riset empiris mengenai efek media komunikasi
menunjukkan bahwa penggunaan saluran multiple media yang mencakup suatu kombinasi
saluran-saluran massa, kelompok, dan interpersonal bila dipilih dengna tepat dan
dimanfaatkan, biasanya lebih cost-effective daripada menggunakan sesuatu medium
komunikasi secara tunggal. Suatu aspek penting dalam menerapkan pendekatan multi media
adalah seleksi yang tepat dari saluran-saluran yang tersedia guna menghindarkan penggunaan
media yang redundan atau tumpang tindih dan mengoptimalkan level dukungan multi media
yang dibutuhkan. Jadi, suatu pendekatan multi-media tidka berarti bahwa segala saluran
komunikasi yang tersedia harus digunakan.
Pedoman umum dalam melakukan seleksi media haruslah didasarkan pada strategi atau
objectives yang spesifik, tingakt KAP khalayak, dan sebagainya.
Sebagai contoh, derajat penekanan dalam memanfaatkan saluran komunikasi massa,
antarpribadi atau kelompok tergantung pad level KAP khalayak dan strategi komunikasi. Alat
penting lain untuk memudahkan pemanfaatan bauran media yang tepat adalah pemanfaatan
hasil analisis khalayak, khususnya kebiasaan pencarian informasi (information-seeking
habit), sumber informasi yang disukai, akses atau pemilikan media, pola konsumsi atau
penggunaan media, interaksi jaringan komunikasi dan perilaku komunikasi kelompok.
Rasional dibalik penggunaan suatu pendekatan multi-media adalah bahwa suatu sistem
komunikasi yang padu, terkoordinir dan mengokohkan (reinforcing) akan mampu
menampung problem dan kebutuhan informasi tertentu yang beragam dari khalayak.
Disamping itu karena tidak ada satu media yang efektif untuk segala keperluan komunikasi
atau semua jenis khalayak, maka suatu pendekatan multimedia dianggap sebagai alternatif
yang layak. Alasan lain menerapkan pendekatan multi media adalah kebutuhan untuk
membuat sistem komunikasi lebih efisien, mengingat objectives program komunikasi yang
beragam.
Suatu prinsip yang berlaku dalam pemilihan media adalah bahwa tiada satupun media yang
benar-beanr unggul untuk segala keperluan dan untuk mencapai segala jenis khalayak. Oleh
karena itu kecendrungan sekarang adalah orang memilih suatu bauran multi-media (multi-
media mix).
Contoh 1
Bauran multi-media untuk kampanye pemberantasan tikus di Bangladesh tahun 1983
Poster Motivasional Poster Instruksional
Lembaran komik Majalah
Sayembara esei Buletin penyuluhan
Leaflet Radio
Pelatihan Televisi
Masing-masing media yang telah dipih sebagai komponen dari bauran media kampanye
pemberantasan tikus di Bangladesh ini mempunyai fungsi dan peran yang spesifik. Sasaran,
fungsi berikut alas an penggunaan setiap medium itu adalah sebagai berikut:
- Poster motivasional didisain dengan sasaran untuk khalayak petani gandum dan
didistribusikan melalui petugas penyuluh pertanian dan perlindungan tanaman. Poster ini
akan dipasang di tempat-tempat umum seperti kedai penjual pestisida dan bibit, warung kopi,
halte bus, kantor pemerintah, dan mesjid. Alasannya bahwa di tempat-tempat tersebut para
petani sering berkumpul.
- Lembaran komik dengan tema pemberantasan tikus ditargetkan untuk siswa sekolah lanjutan
pertama, dan didistribusikan melalui para guru. Anak sekolah ini diharapkan berperan
sebagai “penengah” dan akan membawa komik tersebut pulang ke rumah masing-masing
serta menunjukkan kepada orang tua mereka. Hal itu dimaksudkan untuk mendorong
terjadinya perbincangan keluarga tentang problem tikus dan pemberantasnya.
- Sayembara esei dimaksudkan sebagai alat untuk menggugah terjadinya diskusi antara para
petani dengan anak-anak mereka yang bersekolah di SLTP. Para guru mendorong murid
mereka untuk turut dalam sayembara ini. Ide dibalik sayembara ini adalah untuk melibatkan
para orang tua dalam diskusi dengan anak mereka yang mengikuti sayembara tentang
keseriusan masalah tikus. Topik esei dirancang begitu rupa agar si anak lebih dulu
berkonsultasi dengan orang tuanya sebelum mulai ataupun ketika sedang menulis. Judul-
judul yang dapat dipilih adalah: “Pengalaman pahit keluargaku menghadapi tikus”;
“Bagaimana orang tua saya memerangi tikus” dan “Pandangan orangtua dan kerabat saya
mengenai masalah tikus”.
- Leaflet. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif, para petugas penyuluh lapangan
dan perlindungan tanaman harus dibekali secara memadai tentang program pemberantasan
tikus dan teknik serta metode pemberantasan yang direkomendasikan. Informasi penting
mengenai teknik dan metode tertentu disiarkan dalam leaflet untuik dibagikan kepada para
petugas tersebut. Leaflet ini juga disebarkan oleh penjual pestisida kepada para
langganannya.
- Pelatihan. Pelatihan khusus mengenai metode pemberantasan tikus diperlukan untuk menjaga
keefektifan petugas penyuluh dan perlindungan tanaman dalam membantu khalayak, sarana
dalam mempraktekkan teknik pemberantasan tikus. Sebelum kampanye seluruh petugas
penyuluhan dan perlindungan tanaman diberi pelatihan selama empat hari tentang biologi dan
metode pemberantasan tikus.
Kemudian sehari sebelum diluncurkannya kampanye, kepada seluruh staf
diberikan briefing setengah hari guna menjelaskan tujuan dan manajemen kampanye serta
mengkaji teknik pemberantasan tikus. Pada pertemuan briefing tersebut kepada seluruh
petugas kampanye dibagikan bahan-bahan kampanye seperti leaflet, komik dan poster untik
digunakan sendiri serta sebagai rujukan nantinya.
- Poster intruksional. Suatu poster berisi informasi spesifik dan mendetil tentan gberbagai
metode pemberantasan tikus didisain untuk para petugas penyuluh dan perlindungan
tanaman. Poster ini dipakai oleh para petugas sebagai alat visual selama diskusi atau
pertemuan dengan para petani.
Poster ini juga dibagikan kepada para penjual pestisida untuk ditempel di kedai mereka atau
digunakan dalam berbincang dengan para pelanggan.
- Buletin penyuluhan. Maksud pemanfaatan bulletin penyuluhan ini juga sama dengan majalah
Krishi Khata, kecuali bahwa jenis informasi yang dimuat di bulletin seyogianya
diorientasikan untuk pemberitaan aktivitas kampanye tahun 1983. Jadi lebih bersifat sebagai
pendorong moral para penyuluh dan public relations atau publisitas.
- Radio. Program radio yang diproduksi khusus dalam bentuk jingle, drama, spot, lagu dan
sebagainya ditujukan khusus kepada para penyuluh dan petugas perlindungan tanaman
sekaligus para petani gandum. Strategi yang digunakan dalam menggunakan radio adalah
dipusatkan pada program radio yang singkat (sebagian besar kurang dari lima menit) dengan
musik yang menarik dan memikat ketimbang program sepanjang 20 – 30 menit yang biasa
disiarkan oleh Radio Bangladesh.
- Televisi. Suatu program slide singkat juga disiarkan melalui TV. Tujuan penyiaran ini untuk
menjangkau para pejabat tinggi, pemuka masyarakat dan pemimpin setempat guna
memperoleh dukungan atau persetujuan mereka bagi kampanye. Digunakannya program slide
ini jauh lebih mudah, murah, cepat diproduksi dari pada film atau program video.