SPOROTRIKOSIS
DISUSUN OLEH
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
tentang Penyakit Sporotrikosis .
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik dari pembaca sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Siapapun dapat terinfeksi penyakit ini, tapi orang yang bekerja dengan
tanaman berduri, lumut sphagnum, atau bal jerami yang terkontaminasi dengan
jamur ini, berada pada resiko tinggi. Karenanya, infeksi lebih sering terjadi
diantara tukang kebun yang bekerja dengan mawar, lumut, jerami dan tanah. Hal
ini juga yang menyebabkan sporotrikosis memiliki sinonim sebagai rose
gardener’s disease.
1.3. TUJUAN
PEMBAHASAN
2.1. ETIOLOGI
Division: Ascomycota
Class: Euascomycetes
Order: Ophiostomatales
Family: Ophiostomataceae
Genus: Sporothrix
Species: S. schenckii
Bentuk miselial ditandai dengan adanya hifa ramping yang bersepta dan
bercabang yang mengandung konidiofor tipis yang pada ujungnya membentuk
vesikel kecil yang bergabung membentuk dentikel. Tiap dentikel menghasilkan
satu konidium dengan ukuran kira-kira 2-4 µm dan konidia ini ini membentuk
gambaran seperti bunga.
Gambar 2.1.Gambar konidiofor dan konidia dari jamur
Sporothrix schenkii
2.2. EPIDEMIOLOGI
Sporothrix schenckii dapat dijumpai di seluruh dunia. Sporotrikosis terutama
dijumpai di negara tropis, dimana kelembaban dan temperatur yang tinggi
mendukung pertumbuhan jamur.
Infeksi muncul pada negara yang memiliki 2 musim dan beriklim tropis. Bisa
dijumpai di utara, selatan, tengah Amerika termasuk bagian selatan USA dan
Meksiko. Negara yang lain seperti Afrika, Eropa, Jepang dan Australia. Negara-
negara yang memiliki angka infeksi yang tinggi seperti : Meksiko, Brazil dan
memiliki kasus yang luas, di USA infeksi paling banyak terjadi di bagian tengah
lembah sungai. Infeksi sekarang ini jarang dijumpai di Eropa. Di alam, jamur
tumbuh di daun sayur-sayuran busuk, kayu-kayu busuk, gigi tikus, paruh burung.
kebun, pekerja hutan dan orang yang suka berekreasi dengan bersentuhan
Gejala awal dari sporotrikosis adalah bintil kulit bertekstur keras yang dapat
berwarna merah muda atau keunguan. Bintil tidak terasa sakit atau hanya terasa
sedikit nyeri ketika ditekan. Seiring waktu, bintil dapat pecah dan mengeluarkan
cairan bening. Jika tidak diobati, bintil ini dapat bersifat kronis dan kambuhan
hingga tahunan.
Pada awalnya, infeksi jamur ini didapat melalui inokulasi kutaneus. Gambaran
awal berupa kemerahan, nekrotik, dan papul noduler dari sporotrikosis kutaneus
biasanya muncul pada minggu 1-10 setelah penetrasi luka di kulit. Lesi ini
merupakan granuloma supuratif yang mengandung histiosit dan giuant cells,
dengan netrofil yang mengumpul ditengah dan dikelilingi oleh limfosit dan sel
plasma.
Infeksi dari jamur Sporothrix schenkii menyebar dari lesi awal ke sepanjang
saluran limfatik, membentuk rantai nodular yang indolen dan lesi ulserasi khas
dari limfokutaneus sporotrikosis. Jaringan lain dapat terlibat melalui perluasan
langsung dan melalui hematogen (lebih jarang). Tempat infeksi ekstra kutaneus
yang paling sering adalah tulang, sendi, sarung tendon dan bursae. Penyebaran
secara hematogen khususnya pada orang yang immunocompromised
menghasilkan infeksi kutaneus dan visceral yang luas termasuk meningitis.
Pada hampir kebanyakan kasus, infeksi jamur dapat menyerang kelenjar limpa.
Gambaran dan rangkaian dari sporotrikosis bergantung pada respon imun host
serta ukuran dan virulensi inokulum. Pada host yang sebelumnya tidak
terinokulasi, terjadi keterlibatan pembuluh limfe regional. Sedangkan dalam kasus
dengan host yang pernah terpapar dengan Sporothrix schenkii tidak terjadi
penyebaran pada pembuluh limfe dan terdapat fixed ulcer yang berada pada
tempat inokulum atau plaque yang granulomatous (terutama pada wajah).
a. Limfokutaneus
Bentuk limfokutaneus adalah bentuk yang paling umum, sekitar 75% dari
seluruh kasus. Biasanya setelah masa inkubasi1-10 minggu atau lebih, lesi
berwarna ungu kemerahan, nekrotik, lesi nodular kutaneus mengikuti jalur
limfatik dan biasanya membentuk ulserasi.
Selain itu pada bentuk limfokutaneus tidak dijumpai adanya gejala sistemik.
Isolasi pada tempat lesi ini tumbuh baik pada temperatur 35ºC dan 37ºC.
b. Fixed cutaneous
c. Disseminated
Bentuk ekstrakutaneus adalah bentuk yang jarang terjadi dan bentuk ini
biasanya berasal dari inhalasi konidia atau penyebaran secara hetogen yang
berasal dari inokulasi yang dalam. Penyakit osteoartikular dengan monoartritis
atau tenosinovitis sering ditenukan pada sporotrikosis ekstrakutaneus.
Sebagai organisme yang tidak terlihat secara khas oleh KOH atau pemeriksaan
histopatologi, kultur (pus atau jaringan) biasanya dibutuhkan untuk diagnosis
sporotrikosis secara tepat. Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa nanah,
aspirasi abses, jaringan ulkus, sputum dan bahan klinis lain. Hasil pemeriksaan
histopatologi dengan pengecatan konvensional (hematoxylineosin) tidak
memperlihatkan adanya spora jamur Sporothrix, tetapi paling baik ditunjukkan
dengan pewarnaan PAS, atau methenamine silver.
Gambar 2.6. Sel jamur yang menyerupai cerutu pada pewarnaan PAS
Sebagian besar kasus sporotrikosis adalah infeksi pada kulit dan jaringan
subkutan yang terlokalisir yang tidak membahayakan hidup dan dapat diobati
dengan pemberian obat anti jamur oral. Pengobatan terpilih untuk fixed cutaneus
atau sporotrikosis limfokutaneus adalah itrakonazole selama 3-6 bulan. Obat
pilihan untuk sporotrikosis osteoartikular juga itrakonazole, tapi terapi diteruskan
setidaknya selama 12 bulan.
3.1. KESIMPULAN
Sporotrikosis adalah infeksi jamur akut atau kronik yang disebabkan oleh
Sporothrix schenckii, yang merupakan infeksi jamur profunda yang kronis.
Mikosis sistemik/profunda ialah penyakit jamur yang mengenai alat dalam.
Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam.
3.2. SARAN
Pada umumnya infeksi terjadi karena jamur masuk ke dalam jaringan subkutis
melalui luka pada kulit oleh duri atau kayu lapuk. Oleh karena itu sebagai
pencegahan, penting untuk selalu menjaga kebersihan, serta berupaya
menggunakan alat pelindung pada saat melakukan pekerjaan dengan resiko
terinfeksi ketika bekerja disemak mawar, rumput kering, tanaman berduri atau
bagian tanaman lainnya yang dapatmenusuk kulit dimana tanaman ini berkaitan
dengan insidens sporotrikosis
DAFTAR PUSTAKA
Menaldi, Sri Linuwih SW, dkk.. Skin Infection: It's A Must Know Disease.
Universitas Brawijaya Press. 2016.