Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER II DAN III


(Pendarahan Anterpartum Dan Infeksi Kehamilan)

Dosen : Devi Darwin S.ST., M.Keb


Disusun oleh :
Citra Rc Djeppu (022020005)
Kelas : A

PRODI DIII KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA
PALOPO
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER
II DAN III ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kehamilan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER II DAN III bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
A. Pendarahan Anterpartum.................................................................................................................2
B. Infeksi Kehamilan............................................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................................................8
Kesimpulan..............................................................................................................................................8
Saran........................................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kehamilan pengawasan dan pemeriksaan sangat penting dilakukan. Banyak
penyulit-penyulit saat hamil dapat dicegah dengan pengawasan yang baik dan bermutu.
Salah satu pengawasan dan pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemeriksaan
antenatal care (ANC) (Mochtar, 2011). Salah satu tujuan dari pemeriksaan ANC adalah
untuk melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan,
persalinan, dan masa nifas. Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan anak indikatornya
adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Indikator ini tidak
hanya melihat program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), tetapi juga mampu menilai
derajat kesehatan masyarakat pada suatu Negara.
Pelayanan kesehatan ibu hamil seperti : Pada tahun 2015 kesenjangan antara K1 dan K4
sebesar 2,4%, hal ini berarti terdapat 2,4% ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan
K1 pada trimester I, namun tidak melakukan pemeriksaan sampai K4. Bila kita
bandingkan dengan target standar Renstra Dinas Kesehatan kota Denpasar, maka
cakupan K1 dan K4 di Kota Denpasar sudah melampaui target yang ditetapkan. Hasil
Riskesdas 2007 menunjukkan 100% ibu hamil di kota Denpasar sudah memeriksakan
kehamilannya, namun kelemahan Riskesdas 2007 ini tidak ditanyakan lebih lanjut
frekuensi pemeriksaan dan pada trimester berapa pemeriksaan dilaksanakan.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan penting dalam menurunkan
AKI dan AKB.Bidan melakukan tugasnya sesuai wewenang yang tercantum dalam
PERMENKES RI No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Wewenang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan mengacu pada PERMENKES RI
No. 28 Tahun 2017.Bidan diharapkan mampu melakukan pelayanan antenatal
komperhensif yang berkualitas sesuai dengan Standar Asuhan Kebidanan sehingga dapat
menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan penyulit kehamilan trimester II dan III ( pendarahan
anterpartum dan infeksi kehamilan )

C. Tujuan
Untuk mengetahui penyulit kehamilan trimester II dan III ( pendarahan anterpartum dan
infeksi kehamilan )
1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendarahan Anterpartum
 Plasenta Praevia
Perdarahan antepartum yang berat dan membahayakan kehidupan bagi
ibu. Keadan ini juga membahayakan janin, karena kira-kira 10 persen perdarahan
berasal dari janin. Jika perdarahan tidak berat, amniosenetesis diharuskan untuk
memastikan maturitas paru janin, Jika paru-paru janin tidak matur, diharuskan
pertimbangan kortikosteroid pada ibu untuk mempercepat maturitas paru janin.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi perdarahan hebat yang dapat terjadi pada
kehamilan berlanjut, karena perdarahan tersebut memerlukan intervensi.
Kondisi perdarahan antepartum ini dapat diperberat dengan adanya
pemeriksaan dalam yang tidak disadari dapat mengganggu implantasi plasenta.
Pemeriksaan spekulum merupakan cara yang tepat untuk menghindari sumber
lokal perdarahan seperti polip serviks, kanker,laserasi vagina, atau varix yang
rupture. Pemeriksaan ini perlu dilakukan secara hati-hati dengan perhatian yang
kuat untuk menghindari tekanan atau trauma pada serviks atau segmen bawah
rahim, yang
akan mengganggu implantasi plasenta.
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk
menegakkan adanya plasenta praevia, dengan membantu menilai ukuran, status
janin dan informasi maturitas. Tindakan ekspektatif konservatif diperlukan bila
memungkinkan pada janin yang pretem,sedangkan intervensi yang agresif
diperlukan jika janin telah aterm atau dalam keadaan yang berbahaya.
Penatalaksanaan ekspektatif dapat dilakukan pada saat usia janin 37 minggu.
Jika ditemukan plasenta praevia pada pasien yang sebelumnya pernah
mengalami section sesarea, pertimbangkan kemungkinan plasenta akreta. Jika
serviks matang dan perdarahan minimal atau tidak terdapat lakukan induksi
persalinan.
Pengawasan yang tetap pada keadaan janin dan maternal adalah penting.
Selaput ketuban biasanya dipecahkan pada kasus ini untuk menimbulkan efek
tamponande dari kepala janin pada tepi plasenta,dengan demikian menghindari
perdarahan saat persalinan maju dan serviks berdilatasi memisahkan plasenta

2
letak rendah dari perlekatannya dekat dengan ostium internal dan pada segmen
bawah rahim.
 Plasenta Akreta
Pada kondisi ini terdapat perlekatan yang abnormal dari semua atau
sebagian plasenta ke dinding rahim tanpa dibatasi oleh desidua basalis.Terdapat
tiga jenis yang telah dikenal, plasenta akreta (yaitu plasenta yang melekat pada
miometrium), plasenta inkreta (yaitu: miometrium terinvasi), plasenta perkreta
(yaitu: miometrium terinvasi sampai ke atau menembus lapisan serosa). Keadaan
ini biasanya dapat di bedakan secara retrospektif hanya melalui pemeriksaan
patologis pada tempat plasenta di rahim.
Faktor predisposisi terjadinya palsenta akreta meliputi: riwayat plasenta
praevia sebelumnya, seksio sesarea, malformasi rahim,
miomektomi,pengangkatan plasenta, secara manual, infeksi rahim, plasenta yang
tertinggal, perdarahan, serta kuretase pasca persalinan atau pasca abortus.
Jika dipertimbangkan terjadinya plasenta akreta, persiapan yang harus
dilakukan adalah menghadapi kehilangan darah akut dan intervensi bedah. Darah
harus dapat disediakan dengan cepat jika diperlukan transfusi, pemeriksaan
koagulasi dilakukan (dan diulang secara serial),serta fasilitas ruang serta personal
operasi dilibatkan dengan segera untuk memungkinkan intervensi dan dukungan
emergensi.
Cara satu-satunya untuk menegakkan diagnosis plasenta akreta secara
klinis adalah dengan memulai usaha mengangkat plasenta secara manual. Tidak
ada bidang pemisahan yang akan ditemukan pada kasus akreta total, pada akreta
pasrsial, bidang pemisahan ditemukan tetapi tidak dapat dilakukan pemisahan
lengkap. Eksplorasi manual dilakukan di bawah anesthesia dari dalam ruang
operasi, dengan darah sudah tersedia atau telah ditransfusikan.
Plasenta akreta komplit (total) biasanya asimptomatik, karena tidak
terdapat pemisahan dan biasanya tidak terjadi perdarahan kecuali terdapat bidang
secara buatan. Adapun plasenta akreta parsial biasanya timbul dengan perdarahan
akut karena plasenta melekat sebagian pada tempat implantasinya di dalam rahim
dan rahim tidak mampu berkontraksi dengan adekuat untuk mengontrol
perdarahan secara efektif.
 Solutio Plasenta (Abruption Plasenta)
Mekanisme patofisiologis dan etiologi pemisahan plasenta yang terjadi
prematur adalah tidak jelas, keadaan ini diketahui banyak berhubungan dengan
paritas yang tinggi, hipertensi kronis dan hipertensi yang diinduksi kehamilan,
trauma rahim atau abdominal langsung, tali pusat yang pendek, dekompresi rahim
secara tiba-tiba, anomali rahim,dan kemungkinan defisiensi asam folat.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan kemungkinan terjadinya solutio
plasenta adalah pada gravid yang mengalami nyeri rahim tiba-tiba berat, dan

3
biasanya bersifat lokal dengan atau tanpa perdarahan vagina.Biasanya rahim
teraba keras dengan meningkatnya tonus.Perdarahan retroplasenta yang
tersembunyi dapat menyebabkan keadaan syok yang tidak proporsional dengan
perdarahan vagina.Koagulasi intravascular yang menyebar (disseminated
intravascular coagulation;DIC) dapat terjadi, terutama pada kasus yang sangat
berat.
Gambaran klinis bisanya sangat jelas, pemeriksaan USG mungkin
dilakukan untuk menunjukkan tempat pembentukan hematoma retro plasenta.Jika
tempat perdarahan dapat ditemukan, USG serial dapatterbukti berguna dalam
mengikuti perjalanan keadaan tersebut,walaupun gambaran klinis biasanya
merupakan indikator yang lebih sensitif.
Hal yang perlu diperhatikan adalah mampu untuk mengklasifikasikan tiap
kasus menurut beratnya keadaan klinis.Pada kondisi Solusio plasenta ringan,
ditunjukan dengan adanya pemisahan plasenta minimal, mengenai kurang dari
seperenam permukaan plasenta, kehilangan darah biasanya kurang dari 500
ml.Keadaan maternal tetap baik, tidak ada tanda-tanda efek yang merugikan pada
monitoring kecepatan jantung janin secara elektronik.Pada umumnya tidak
diperlukan intervensi pada kasus yang ringan,walaupun pe-rawatan RS dapat
dilakukan jika pengobatan definitif diarahkan pada ibu hamil yang mendekati
aterm.
Pada kondisi berat, mengenai pemisahan plasenta lebih dari dua pertiga
bagian, disertai dengan nyeri yang berat, kontraksi rahim yang bersifat tetani, dan
gawat janin atau kematian janin intrauterin. Keadaan maternal yang tidak stabil,
dengan hipotensi, takikardia, koagulopati, dan bahkan gagal ginjal. Pada kasus
tersebut, intervensi diharuskan untuk menyelamatkan ibu, jika janin hidup dan
cukup matang maka proses penyelamatan juga harus dilakukan untuk janinnya.
Pada kasus sedang, terdapat kehilangan darah 500 1000 ml,iritabilitas
rahim, dan ketidakstabilan rahim, kardiovaskuler yang baru terjadi walaupun
gawat janin biasanya tidak terjadi.
 Vasa Previa
Pada kasus insersi pembuluh darah tali pusat janin di velamentosa jauh
dari tepi plasenta, pembuluh darah tersebut seringkali berjalan pada selaput janin
di segmen bawah rahim dan terletak langsung di atas ostium serviks internal.
Keadaan tersebut dapat dipalpasi oleh pemeriksaan vaginal yang cermat tetapi
lebih sering dikenali sampai setelah persalinan jika plasenta diperiksa.
Kondisi pembuluh darah yang tidak mendukung dan tidak dilindungi oleh
tali pusat atau jaringan plasenta dengan baik mengakibatkan pembuluh darah
tersebut ruptur. Hal ini terjadi bersamaan dengan pecahnya selaput korioamniotik,
walaupun hal tersebut jarang terjadi secara spontan. Selain hubungannya dengan
tali pusat velamentosa,vasa previa juga dapat terlihat pada plasenta bilobus, lobus

4
succenturiata dan kehamilan kembar. Kondisi ini memiliki prognosis buruk yaitu
melebihi 50 persen intervensi dengan seksio sesarea dengan mortalitas janin
sangat tinggi.
Perlu adanya kecurigaan terjadinya vasa previa pada semua kasus
perdarahan vagina yang disertai dengan iregularitas jantung janin, deselerasi atau
bradikardia, terutama jika perdarahan terjadi saat atau tepat setelah pecahnya
selaput janin. Tanda dan gejala klinis solusio plasenta tidak terdapat pada kasus
tersebut, tetapi perdarahan asimptomatik dari plasenta praevia tidak dapat
dibedakan.
Diagnosis adanya vasa praevia harus segera dapat ditegakkan karena bila
terlambat dapat membahayakan janin yang berada pada risiko kehilangan darah.
Kecepatan adalah penting dalam hal ini karena bahkan pada perdarahan vagina
yang ralatif sedikit, menurut standar standar maternal, dapat merupakan
kehilangan darah dalam jumlah yang bermakna bagi janin. Jika darah terbukti
berasal dari janin, tindakan segera diharuskan untuk keselamatan janin. Jika
terdapat pertanyaan mengenai kemampuan hidup janin dan waktu memungkinkan
tentukan usia kehamilan, ukuran janin, maturitas fisiologis dan kesehatan
fungsional melalui pemeriksaan USG, monitoring janin dan pemeriksaan lain
yang sesuai indikasi.
 Ketuban Pecah Dini

Walaupun selaput korioamnion sering pecah secara spontan sebelum


persalinan, semakin lama selaput tersebut pecah sebelum kelahiran, semakin besar
risiko infeksi kepada janin maupun ibunya.Jika pecahnya selaput terjadi sebelum
aterm, keadaan ini lebih jauh dipersulit oleh persalinan prematur, yang tampaknya
akan terjadi dalam beberapa hari. Terdapat dua pendekatan penatalaksanaanyang
dapat diterima, penatalaksanaan konservatif, disertai dengan pemeriksaan secara
berkala yang cermat untuk tanda-tanda paling dini amnionitis, biasanya
memberikan hasil yang baik. Sebaliknya adalah penting untuk melakukan
intervensi dini dan agresif yang ditandai jika tanda-tanda infeksi tampak.

Gejala yang ditemukan pada setiap gravid dengan ketuban pecah dini
adalah pengeluaran cairan yang banyak secara tiba-tiba dari vaginanya,akan tetapi
mungkin hanya tampak sebagai aliran yang pelahan yang tidak dapat dibedakan
dari secret vagina atau keluarnya urin yang tidak disadari. Untuk menentukan
pecahnya selaput amnion, pemeriksaan spekulum yang steril dilakukan yang
dipastikan dengan pengecekan kertas lakmus untuk memeriksa pH cairan yang
berkumpul di vagina.Jika bersifat alkalis kemungkinan merupakan cairan amnion.

Adapun untuk menilai keterpaparan infeksi amnion maka dapat dilakukan


pemeriksaan melalui penentuan kadar C-reaktif. Suhu tubuh maternal, hitung sel

5
darah putih, dan hitung deferensial adalah sangat berguna tetapi merupakan unsur
respon sistemik yang timbul lambat terhadap infeksi.

Kematangan janin dapat diobservasi melalui perawatan antenatal, siklus


menstruasi dan ultrasonografi.Analisis fosfolipid vagina membantu untuk
menentukan maturitas paru-paru janin. Pada kehamilan yang belum mencapai
aterm adalah penting untuk mempertimbangkanrisiko yang ditemui jika dilakukan
persalinan dibandingkan dengan risiko infeksi yang timbul jika persalinan
dibiarkan berlanjut. Pemberian kortikosteroid dapat menghindari sindrom gawat
pernafasan jika persalinan menjadi diperlukan. Kehamilan yang belum aterm yang
tidak mengalami komplikasi dapat dipertimbangkan untuk dilanjutkan jika
pengawasan dapat dilakukan.

B. Infeksi Kehamilan
 Amnionitis
Korioamnionitis disertai dengan angka morbiditas dan mortalitas janin
yang tinggi, keadaan ini merupakan komplikasi yang serius pada kehamilan
trimester ketiga. Keadaan ini biasanya didahului oleh pecahnya selaput amnion
sebelum waktunya atau persalinan yang lama dan sulit, tetapi juga dapat terjadi
karena infeksi asendens walaupun selaput amnion utuh. Sepsis maternal yang
serius dapat terjadi dengan septicemia. Diagnosis dini, pemeriksaan yang
menyeluruh dan pengobatan adalah penting. Tanda-tanda pendahuluan adalah
seperti infeksi sistemik, berupa demam, menggigil, lekositosis, dan pergeseran ke
kiri pada hitung deferensial biasanya disertai dengan nyeri pada rahim, secret
vagina yang berbau juga sering ditemui.
Pemberian obat tokolitik untuk menunda persalinan dan kortikosteroid
untuk mempercepat pematangan paru-paru adalah dikontraindikasikan pada
amnionitis. Diagnosa yang sudah dapat ditegakkan, selanjutnya dapat dilakukan
kultur yang sesuai dan berikan antibiotika dengan spektrum luas. Jika persalinan
pervaginam diperkirakan segera terjadi dan janin dapat diselamatkan berdasarkan
usia kehamilan,pertimbangkan untuk membawa ibu ke pusat pelayanan kesehatan
tersier untuk menjamin tersedianya sarana perawatan intensif untuk neonatus.
Pada persalinan dengan korioamnionitis seringkali terjadi disfungsional
karena menurunnya kontraktilitas rahim. Induksi persalinan atau memperkuat
persalinan memerlukan dosis oksitosin yang lebih tinggi dan memerlukan
monitoring denyut jantung janin dalam menilai ada tidaknya variabilitas beat to
beat dan takikardia janin, yang biasanya mencerminkan demam maternal dan
mengakibatkan terjadinya hipoksia.
 Abortus Septic
Setiap wanita hamil yang mengalami demam, kram rahim, dan bercak atau
perdarahan vagina yang harus dicurigai mengalami abortus septik. Kehamilan

6
yang terjadi dengan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) in situ berada pada risiko
khusus untuk terjadinya sepsis, seringkali dengan onset yang samar-samar dan
gejala yang menyerupai flu.Keadaan ini, walaupun jarang terjadi memerlukan
perhatian yang
serius dan pemeriksaan lanjut.
Perlunya penentuan status risiko pasien hubungan dengan penetapan jenis
penatalaksanaan medis konservatif dan intervensi operasiyang intensif dan luas.
Faktor risiko terbesar yang perlu diperhatikan berkembangnya kejadian syok
dengan ketidakstabilan kardiovaskuler, koagulapati, oliguria, hipotermia dan
tanda-tanda peritonitis, perdarahan intra-abdominal, perforasi uterus atau
kerusakan pada usus. Abortus septis midtrimester mempunyai risiko yang lebih
tinggi daripada trimester pertama bahkan dengan gejala klinis yang
minimal,sehingga jika tidak terdapat indikator risiko lainnya, abortus septik pada
pertengahan kehamilan atau kehamilan lanjut harus cara otomatis dimasukkan
dalam risiko tinggi.
Pasien dengan risiko tinggi abortus septik harus ditangani dengan agresif
dan luas. Evakuasi rahim dilakukan jika terdapat tanda-tanda peradangan
peritoneal atau tidak ada kecurigaan kerusakan usus atau rahim.

7
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Plasenta Praevia Perdarahan antepartum yang berat dan membahayakan kehidupan bagi ibu.
Keadan ini juga membahayakan janin, karena kira-kira 10 persen perdarahan berasal dari janin.
Jika perdarahan tidak berat, amniosenetesis diharuskan untuk memastikan maturitas paru janin,
Jika paru-paru janin tidak matur, diharuskan pertimbangan kortikosteroid pada ibu untuk
mempercepat maturitas paru janin. Hal ini dilakukan untuk mengatasi perdarahan hebat yang
dapat terjadi pada kehamilan berlanjut, karena perdarahan tersebut memerlukan intervensi.

Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui Penyulit Kehamilan
Trimester II dan III (Pendarahan Antepartum dan Infeksi Kehamilan)

C.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lisnawati, L. (2013). Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.


Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai