Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No.

1, Maret 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

PELATIHAN PPGD PADA KINERJA PERAWAT DI INSTALASI


GAWAT DARURAT DAN INTENSIVE CARE UNIT RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH AHMAD YANI METRO
Heru Supriyatno1, Pira Prahmawati2, Pilipus Benitius A.S3
1,2
Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pringsewu
3
Rumah Sakit Ahmad Yani Metro
Email: herusupriyatno78@gmail.com, 2piramkes@yahoo.com, 3pilipus@yahoo.com
1

ABSTRAK
Salah satu layanan keperawatan di rumah sakit ini adalah tentang perawatan darurat. Berdasarkan
petunjuk operasional kementrian kesehatan, disebutkan bahwa perawat IGD harus dapat membuka dan
membersihkan ventilasi paru dan oksigen (pernapasan), melakukan resusitasi jantung paru, memberikan
perdarahan dan membalut. Tindakan semua perawat memiliki sertifikat yang valid dilayanan gawat
daruarat yaitu seperti sertifikat pelatihan ATLS, BTLS, ACLS dan PPGD, sedangkan dalam standar IGD
Key Performance Indicator (KPI) semua penyedia layanan gawat darurat harus memiliki sertifikat yang
diakui. Karena hal tersebut memiliki dampak pada kualitas tenaga kesehatan khususnya perawat gawat
darurat, kondisi ini menyebabkan tingkat kepuasan pasien rendah, hal ini berbeda dengan kondisi
perawat di IGD rumah sakit A.Yani dimana beberapa perawat masih belum memiliki sertifikat standar
KPI IGD 100%. Sedangkan pelanggan harus puas dengan pelayanan yang diberikan. Keberhasilan
kinerja perawat dapat dilihat dari indikator kematian pasien dan kemampuan menangani kasus
penyelematan nyawa pasien. Tujuan studi ini untuk menganalisis hubungan training penanganan gawat
darurat dengan tindakan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat dan Intensive Care Unit rumah sakit
Ahmad Yani Metro. Jumlah sampel sebanyak 38 dengan teknik accidental sampel. Metode atau
rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional dengan hasil analisis uji Chi
Square diperoleh P-Value sebesar 0.004 yang berarti ada hubungan antara program pendidikan
penangananan gawat darurat dan tindakan perawat dengan nilai OR 13.571.

Kata Kunci: Pelatihan PPGD, Kinerja Perawat, IGD.

ABSTRACT
One of nurses in the hospital is handling emergency cases. The minimum ability of emergency nurse
services in Indonesia based on the Ministry of Helath’s work guidelines is to open and clear the airway,
clean pulmonary ventilation and oxygenation (breathing), provide cardiopulmonary resuscitation,
provide bleeding and bandage a splint. Not all emergency services have valid certificates. Not all
emergency services have valid certificate, whereas in the IGD Key Performance Indicator (KPI)
standard, all emergency service providers must have a valid certificate ATLS/BTLS/ACLS/PPGD. This
makes the quality of the health personnel who work, especially emergency nurses, less maintained, so that
not all customers are satisfied, it have different condition with the nurses in A. Yani Hospital where there
several of them not yet getting the sertificate even though in the IGD KPI standard 100% of customers
must be satisfied with the services provided. The nurse’s performance can be seen from the indicators of
patient mortality and the ability to handle life saving cases from patients. The purposes of this study were
to expalin the relationship between PPGD training and the performance of nurses in the IGD and ICU at
RSUD Ahmad Yani Metro. Sampling of this study was using accidental sampling with 38 respondents.
The research design used is the cross sectional approach and the results of the Chi Square test obtained a
P – Value of 0.004, meaning that there is the relations between PPGD training program and the nurse’s
performance with an OR value of 13.571.

Keywords: PPGD Training, Nurse’s Perfomance, IGD.

1. PENDAHULUAN kesehatan sehingga dapat berkontribusi untuk


Peran perawat dalam pemberian mencapai kepuasan pasien. Perawat
tindakan pelayanan yang baik bagi pasien mengkonsulkan asuhan keperawatan pada tim
menjadi indikator kesuksesan pelayanan medis lain, semestinya perawat memiliki 2
kesehatan. Tenaga Kesehatan yang memiliki kesempatan untuk dapat mengubah serta
performa baik harus berada di pelayanan membuat kesimpuloan pada askep standar

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 84
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 1, Maret 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
tersebut dimulai dari pengkajian, standar penderita gawat darurat baik dalam
pelaksanaan dan standar evaluasi [1]. kehidupan sehari–hari maupun kondisi
Pedoman penyusunan perencanaan bencana. Peranan utama dalam
sumber daya manusia bidang kesehatan kegawatdaruratan adalah penanganan baik
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI kasus trauma maupun bukan. Dalam
No.812004 pemberi pelayanan harus mempelajarinya yaitu dengan pelatihan
memiliki SOP. Asuhan keperawatan mampu dengan harapan dapat menguasai dan dapat
menerapkan IPTEK, strateginya yaitu memberikan pertolongan gawat darurat
mempertahankan kemampuan SDM. kepada pasien, sehingga dapat mengurangi
Pelatihan perawat dapat berkontribusi pada angka kematian pasien yang mengalami
SDM dan kegiatan supervise juga termasuk kasus gawat darurat. Salah satu tugas yang
kepada perawat. Salah satu ruang lingkung harus dikuasai petugas kesehatan dalam
kerja perawat di Rumah Sakit adalah kegawatdaruratan adalah penanganan baik
menangani kasus gawat darurat. Kemampuan kasus trauma maupun non trauma. Untuk
minimal pelayanan perawat gawat darurat di menguasainya telah disusun pelatihan yang
Indonesia berdasarkan pedoman kerja Depkes bertujuan meningkatkan kompetensi
adalah membuka dan pembebasan jalan nafas perawat/bidan khususnya di bidang
(airway), oksigenasi atau membersihkan kegawatdaruratan medis. Setelah mengikuti
ventilasi pulmoner (breathing), pemberian pelatihan ini petugas kesehatan diharapkan
resusitasi pada jantung paru, penghentian mampu menangani pasien, meningkatkan
luka perdarhan dan membalut membidai [2]. waktu tanggap pada penanganan kasus-kasus
Perawat IGD harus memiliki sertifikat dengan kegawatdaruratan medis dan
kegawatdaruratan yang masih berlaku, sesuai meningkatkan koordinasi, komunikasi dan
dengan yang disebutkan dalam standar Key kerjasama antara perawat dan petugas
Performance Indicator (KPI) Instalasi Gawat kesehatan lainnya sehingga dapat mengurangi
Darurat, yaitu perawat harus memiliki angka kematian pasien yang mengalami
sertifikat yang masih berlaku seperti ATLS, kasus gawat darurat. Dampak akibat
BTLS, ACLS dan PPGD. Sertifikasi yang kurangnya perawat yang mengikuti pelatihan
sudah tidak berlaku dapat membuat kinerja membuat pelayanan kesehatan pasien
tenaga kesehatan menjadi menurun menjadi belum maksimal sehingga para
kualitasnya dan dapat berdampak pada perawat yang setiap hari melayani pasien
ketidakpuasan pelanggan terhadap pelayanan hanya menggunakan ilmu dasar yang mereka
kesehatan, hal ini karena sertifikasi peroleh sewaktu mereka menempuh
memberikan jaminan kualitas pada proses pendidikan [5].
pemberian tindakan keperawatan gawat RS Ahmad Yani Metro merupakan unit
darurat oleh perawat. Mengingat bahwa pelayanan kesehatan daerah yang memiliki
didalam standar KPI IGD 100% pelanggan tipe B dengan jumlah perawat sebanyak 207
harus terpuaskan dengan pelayanan yang orang. Perawat dinas khusus di ruang gawat
diberikan [3]. darurat harus cekatan untuk menyelamatkan
Penanganan kasus gawat darurat perawat nyawa dan menghindari kecacatan.
diwajibkan untuk mempunyai ketangkasan Berdasarkan studi pendahuluan yang
dan skill yang kompeten. Kinerja tenaga dilakukan peneliti di RSUD Ahmad Yani
nursing yang rendah dikhawatirkan dapat Metro terhadap 15 perawat didapati 53% ada
berdampak pada kondisi pasien, penurunan beberapa perawat yang belum pernah dan
kinerja perawat dapat mempengaruhi mutu jarang melakukan tindakan keperawatan
layanan kesehatan. Baik dan kurangnya gawat darurat dalam hal mengelola kasus
kinerja perawat di rumah sakit dapat dilihat henti jantung, membuka jalan nafas,
dari indikator kematian pasien serta menolong persalinan pasien dalam keadaan
kemampuannya dalam menangani kasus life gawat darurat dan masih ada perawat yang
saving pasien [4]. tidak menjelaskan prosedur keperawatan
Cara yang digunakan dalam menaikkan kepada pasien sebelum melakukan asuhan
nilai pekerjaan perawat yaitu pelatihan keperawatan. Keterampilan yang jarang dan
kegawat daruratan. PPGD adalah pelatihan tidak pernah dilakukan membuat lambatnya
khusus yang dilakukan sebagai upaya untuk tindakan pelayanan dan perawat kurang
meningkatkan penatalaksanaan kasus kompeten dalam melakukan tindakan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 85
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 1, Maret 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
keperawatan pada saat menghadapi kasus Jumlah sampel yang masuk menjadi
tersebut [6]. kriteria responden pada kali ini sebanyak 38
Di Rumah sakit Metro Ahmad Yani 28 yang diambil melalui teknik accidental
perawat telah mendapatkan pelatihan PPGD, sampling. Instrumen yang digunakan yaitu
antara lain 20 dari IGD, 8 dari ICU dan 14 standar tindakan asuhan keperawatan di IGD.
orang yang tidak hadir atau diikiutsertakan SOP adalah pedoman tindakan keperawatan
dalam pelatihan. Hal ini dinilai kurang sesuai dengan profesi dan karakteristik ruang
mencukupi untuk perawat dalam pelatihan perawatan. Standar pedoman digunakan
PPGD dibandingkan dengan jumlah perawat untuk mengetahui kinerja tenaga medis pada
ICU dan IGD. Setelah wawancara dengan bantuan hidup dasar yang berbentuk checklist
3orang perawat yang belum menerima berisi tahapan BHD menurut (AHA, 2015)
pelatihan PPGD, alasannya adalah karena [10]. Pada uji validitas dan reabilitas
faktor biaya yang perlu dipersiapkan dan instrumen penelitian ini dilakukan di RS
waktu yang terbatas, serta hasil wawancara Mardi Waluyo Metro dengan jumlah perawat
dengan kepala bidang keperawatan bahwa sebanyak 20 orang. Pengumpulan informasi
yang mengikuti pelatihan termasuk pelatihan pada pendekatan ini dengan cara
PPGD, perawat yang dikirim ke pelatihan mengobservasi dan menggunakan instrument
tidak sesuai dengan rencana atau, mungkin SOP (Standar Operasional Prosedur) yang
dan terkadang tidak memungkinkan karena dimodifikasi sendiri oleh penulis pada proses
faktor biaya [7]. pengisian dalam bentuk checklist. Sebanyak 5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan orang sebagai enumerator membantu proses
(Elizar, 2013) penelitian ini membuktikan pengisian questioner, enumerator tersebut
bahwa pelatihan PPGD memiliki korelasi adalah kepala ruangan dan ketua tim yang
dengan performan kerja perawat, dengan nilai berpendidikan minimal S1 Keperawatan
p = 0,012 (p < 0,05) pada dampak dari Ners.
pelatihan PPGD terhdap tindakan perawat di
ICU dan IGD rumah sakit Metro [5]. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sedangkan studinya (Julianti, 2015) dengan 3.1 Hasil
tema yang sama yaitu meneliti tentang Hasil Distribusi Responden
Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Perawat Hasil penelitian ini menjelaskan
Pelaksana terdapat hasil analisis penelitian ini distribusi frekuensi berdasarkan kinerja
mendapatkan antara variabel pelatihan dan perawat dan frekuensi perawat yang
kinerja perawat pelaksana terdapat hubungan mengikuti pelatihan PPGD. Berikut tabel dan
yang bermakna dengan ditandai adanya penjelasan distribusi data responden.
korelasi yang signifikan dengan ditandai
adanya hasil 0.000 (p < 0,05) [8]. Seluruh Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kinerja dan
uraian latar belakang tersebut diatas, Pelatihan PPGD Perawat
memberikan pemikiran peneliti dalam Kinerja Jumlah %
menentukan pilihan untuk meneliti hubungan Kurang 17 44,7
antara Pelatihan Gawat Darurat (PPGD) Terampil 21 55,3
dengan performan perawat di RS Ahmad Total 38 100
Yani Metro. Keikutsertaan Pelatihan Jumlah %
Belum Pelatihan 12 31.6
2. METODE Sudah Pelatihan 26 68.4
Penelitian ini menggunakan metode Total 38 100
dengan pendekatan cross sectional, dimana Berdasarkan tabel 1 menjelaskan bahwa
sebuah penelitian yang digunakan untuk responden yang kinerjanya terampil sebanyak
melihat analisis hubungan antar sebab akibat 21 responden (55,3%), responden dengan
pada data dalam waktu tertentu (point time kinerja kurang yaitu sebanyak 17 responden
approach) [9]. Variabel terikat dalam studi (44,7%) dengan sebanyak 26 responden
ini yaitu kinerja perawat unit gawat darurat (68,4%) telah mempunyai pengalaman
dan ruang intensive Ahmad Yani Metro dan pelatihan PPGD, sedangkan yang belum
Variabel bebas yaitu pelatihan PPGD yang mengikuti pelatihan PPGD sebanyak 12
dilakukan oleh perawat. responden (31,6%). Hal tersebut perlu
dilakukan analisis lebih lanjut penyebab dari

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 86
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 1, Maret 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
ketidakterampilan kinerja perawat selain dari Pada saat yang sama, diperhitungkan bahwa
pengalaman pelatihan PPGD. dalam kondisi ini pasien berada dalam
Sesuai dengan sebuah penjelasan bahwa keadaan dimana pasien dapat kehilangan
kinerja adalah hasil menyelesaikan sebuah nyawanya hanya dalam beberapa menit atau
pekerjaan atau tugas oleh individu dalam bahkan detik sesuai dengan prinsip hemat
satu organisasi sesuai kewajiban dan waktu dalam menyelamatkan nyawa.
tanggung jawabnya masing-masing untuk Berdasarkan (Ali Z, 2002) menyatakan
dijadikan sebagai upaya dalam mencapai bahwa pekerjaan keperawatan adalah
tujuan organisasi secara legal, patuh, serta penerapan ilmu dan keterampilan yang
etika [11]. Oleh karena itu, kinerja perawat diperoleh selama menjalani pelatihan sebagai
dinilai berdasarkan kepemahaman apa yang perawat agar mampu menerapkan ilmu dalam
menjadi tanggungjawab tentang tugasnya, pemberian pelayanan serta bertanggung
penguasaan terhadap bidang tugasnya dengan jawab dalam meningkatkan kesehatan dan
baik, kemampuan dalam mengambil perawatan pasien sesuai dengan tugas, fungsi
keputusan baik keadaan darurat dan juga dan kompetensinya [12].
kemampuan dalam menganalisis serta
melakukan pemecahan masalah sesuai Hasil Analisis Bivariat
dengan yang diajarkan pada program Analisis bivariat pada studi ini yaitu
pendidikan skill yang telah didapatkan. untuk mengetahui hubungan pelatihan PPGD
Dalam penelitian ini, kinerja perawat yang pada tindakan keperawatan di Ahmad Yani
dinilai adalah kemampuan perawat dalam Metro. Hasil penelitian terhadap 38
melakukan tindakan asuhan responden (perawat) di ruang Instalasi Gawat
kegawatdaruratan sesuai dengan SOP RSUD Darurat dan ruang ICU adalah sebagai
Ahmad Yani Metro. berikut:
Tindakan perawatan yang diambil
selama keadaan darurat harus benar dan tepat.

Tabel. 2 Analisis Bivariate Pelatihan PPGD dan Skill Kerja Perawat RS Ahmad Yani Metro
Pelatihan Kinerja Perawat P OR 95% Confidence
Kurang Terampil Total Value Internal
N % N % N % Lower Upper
Belum Pelatihan 0 26,3 2 5,3 2 31,6
Sudah Pelatihan 7 18,4 19 0,0 6 68,4 0,004 13,571 2,363 77,950
Total 7 44,7 21 5,3 8 100

Berdasarkan tabel 2 di atas menjelaskan ICU RSUD Ahmad Yani Metro. Studi ini
bahwa dari 26 responden yang sudah dapat menyimpulkan bahwa pelatihan PPGD
pelatihan PPGD, terdapat 7 perawat (18,4%) dapat membantu meningkatkan kinerja
menunjukkan kinerja kurang, 19 perawat perawat.
(50,0%) kinerjanya terampil. Sedangkan Dalam pembahasan data penelitian ada
terdapat 2 orang perawat yaitu 5,3% dari 12 perawat belum mengikuti pelatihan PPGD
orang yang belum mengikuti pelatihan PPGD tetapi sudah mampu dan mempunyai kinerja
tetapi memiliki kinerja terampil, dan terdapat terampil, hal ini di sebabkan karena memiliki
10 perawat (26,3%) memiliki kinerja kurang pengalaman bekerja perawat yang sudah
terampil. beberapa tahun bertugas di ruang IGD,
sehingga keterampilan dan penanganan kasus
3.2 Pembahasan kegawatdaruratan berdasarkan pengalaman
Analisis dengan hasil uji Chi Square di yang didapat dari unit kerja setiap hari. Selain
peroleh nilai p value 0,004 dan menunjukkan itu, sedangkan terdapat responden sudah
nilai lebih kecil dari nilai alpha (a = 0,05) dan menjalankan pendidikan gawat darurat masih
nilai OR 13,571. Dengan demikian dapat memiliki kinerja kurang terampil hal ini
disimpulkan secara statistik dengan derajat dikarenakan proses pembagian kerja masih
kepercayaan 95% dalam penelitian ini menyesuaikan dengan keahlian masing-
bermakna ada korelasi dari training PPGD masing sehingga kinerjanya menjadi tidak
dengan performance perawat IGD dan ruang seluas dan sebanyak seharusnya. Ini Juga

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 87
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 1, Maret 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
yang dapat dijadikan alasan bahwa setiap mempunyai hubungan yang bermakna yang
sertifikat memiliki masa kevalidtannya. ditandai dengan angka (p<0,05) [8].
Hasil uji Chi Square memberikan nilai p (Hasibuan, 2010) menjelaskan bahwa
value sebesar 0,004 yang berarti lebih kecil manfaat pengembangan karyawan seharusnya
dari nilai alpha (a = 0,05) dengan nilai OR diperoleh karena mengatur standar profesi
13,571 yang menjelaskan bahwa responden sebagai hasil kemajuan IPTEK serta
yang tidak mengikuti pelatihan PPGD meningkatnya persaingan antar instansi atau
beresiko bekerja kurang terampil perusahaan sejenis [13].
dibandingkan dengan responden yang (Ambar dkk, 2009) menyatakan bahwa
menerima pelatihan. Dari penjelasan di atas pelatihan dan pengembangan dilaksanakan
bermakna semakin banyak pelatihan perawat dalam rangka tindakan memelihara, menjaga,
yang diikuti maka akan semakin berpengaruh mendukung pegawai publik dalam organisasi
terhadap kinerja perawat, yang membuktikan dan sekaligus meningkatkan keterampilan
bahwa pelatihan PPGD dapat digunakan pegawai guna meningkatkan produktivitas
sebagai program pelatihan yang dapat dan kualitas pelayanan dalam organisasi.
meningkatkan keterampilan dan produktivitas Oleh karena itu upaya dari perawat sendiri
perawat dalam memberikan pelayanan dan juga pihak manajer keperawatan sebuah
kesehatan, jasa layanan darurat untuk pasien rumah sakit atau pelayanan kesehatan perlu
di unit perawatan intensif dan IGD. melakukan program pelatihan ini untuk
Hasil analisis studi memberikan meningkatkan kinerja perawat supaya pasien
informasi bahwa intensitas atau lebih sering bisa terlayani dengan lebih baik dengan
mengikuti pelatihan maka meningkatkan tenaga kesehatan professional [14].
pemahaman perawat sehingga pelaksanaan Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh
SOP/prosedur tindakan kepada pasien oleh kinerja pegawai pelayanan kesehatan, jika
perawat semakin baik sehingga kinerja rumah sakit mempunyai kualitas pelayanan
perawat menjadi terampil. Untuk yang baik dan performa keperawatan bagus
meningkatkan keterampilan perawat dalam pula maka pasien yang mendapatkan
kasus gawat darurat, sebaiknya perawat perawatan dirumah sakit tersebut akan
mengikuti pelatihan BTCLS karena BTCLS merasa puas tanpa mengesampingkan faktor-
saat ini selain menjadi persyaratan mutlak faktor lain yaitu charge pelayanan, estetika,
untuk setiap perawat dan bidan yang bekerja pelayanan, komunikasi, fasilitas, suasana
di pelayanan kesehatan, termasuk tim [11].
kesehatan haji tetapi pelatihan ini adalah
bentuk keterjaminan sebuah kompetensi 4. KESIMPULAN
perawata ataupun bidan. Perawat dan bidan Pada penelitian ini ditemukan
sebagai bagian dari anggota tim kesehatan signifikansi dari korelasi pelatihan PPGD
wajib memiliki keterampilan dasar tentang dengan tindakan perawat pada Instalasi gawat
BTCLS sebagai kompetensi dasar. darurat dan ruang ICU RSUD Ahmad Yani
Hal tersebut dikarenakan sebuah kondisi Metro. Sebagian besar tenaga keperawatan di
henti nafas dan atau henti jantung bisa terjadi ruang gawat darurat serta ruang ICU RSUD
sepanjang rentang gawat darurat baik Ahmad Yani Metro sudah mengikuti
prehospital, in-hospital dan post-hospital. pelatihan PPGD dan sebagian besar perawat
Research yang diselesaikan (Elizar, 2013) memiliki kinerja terampil. Studi ini
pada fokus Dampak Training implementasi membuktikan pelatihan keterampilan atau
PPGD pada tindakan keperawatan di IGD skill khusus bagi perawat diperlukan untuk
dan ICU memperlihatkan hasil penelitian dan menunjang kualitas kinerja perawat.
diperoleh data yaitu nilai p=0,012 (p<0,05) Penelitian ini dilakukan dengan melalui
[5]. beberapa proses dan cara pengambilan bahan
Demikian pula halnya dengan penelitian penelitian rumah sakit dan perawat.
(Julianti, 2015) yang berjudul, ”Hubungan Penelitian ini melalui proses dan pengolahan
Pelatihan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana data dari rumah sakit dan perawat. Proses
di Rumah Sakit Pertamedika Pangkalan tersebut berhasil berkat dukungan dari
Brandan”, hasil analisis penelitian tersebut seluruh responden dan tim mamajerial RSUD
menghasilkan analisis antara variabel Ahmad Yani Metro. Selain itu proses
pelatihan dan kinerja perawat pelaksana

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 88
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 1, Maret 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
penelitian ini dapat terselesaikan dengan 2019.http://bppsdmk.kemkes.go.id/web/
baik tentunya tidak lepas dari persetujuan dan berita/330-202/pelatihan-
legalisasi dari Fakultas Kesehatan Universitas penanggulangan-penderita-gawat-
Muhammadiyah Pringsewu Lampung. darurat-bencana-ppgd-b-nasional-x-
tahun-2014.
REFERENCES [7] RSUD Ahmad Yani Metro. 2019. Data
[1] Hasanah, L. 2015. Hubungan Pendidikan Survey Pendahuluan RSUD Ahmad
dan Pelatihan dengan Kinerja perawat Yani. Metro Lampung.
dalam Pelayanan Kesehatan. Tesis Stikes [8] Julianti. 2015. Hubungan Pelatihan
Aisyah. Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di
[2] Departemen Kesehatan Republik Rumah Sakit Pertamedika Pangkalan
Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Brandan. Jurnal Kesehatan Surya
Kesehatan Republik Indonesia Nusantara Langkat.
No.81/Menkes/sk/I/2004 tentang [9] Notoadmojo, S. 2012. Metodologi
Petunjuk Perancangan Perencanaan Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Sumber. Jakarta: Depkes RI. cipta.
[3] Dessler, Gary. Zhang, et al. 2015. [10] American Heart Association (AHA).
Manajemen Sumber Daya Manusia. 2015. Health Care Research: Coronary
Jakarta: Salemba. Heart Disease.
[4] Tim IGD RSSA. 2012. Standar [11] Nursalam. 2015. Manajemen
Pelayanan dan Sistem Kendali Mutu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Instalasi Gawat Darurat. Malang: IGD [12] Ali Zaidin. 2012. Dasar – dasar
RSSA Malang. Keperawatan Profesional. Jakarta:
[5] Elizar. 2013. Efektifitas PPGD pada Widya Medika.
performan perawat di IGD. Skripsi. [13] Hasibuan. 2010. Manajemen Sumber
Repository.utu.ac.id. Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
[6] BPPSDM. 2014. Training Penanganan [14] Ambar, dkk. 2009. Manajemen Sumber
Gawat Darurat Bencana. Diakses pada Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
November

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 89

Anda mungkin juga menyukai