Anda di halaman 1dari 3

Oleh: Deny Rochman Apa motivasi Anda ingin jadi kepala sekolah?

Pertanyaan penting
itu disampaikan tim seleksi saat wawancara saya ketika mengikuti seleksi calon
kepala sekolah pada tahun 2017 silam. Jabatan ini seolah menjadi puncak karir bagi
guru. Walau ada juga peluang untuk menjadi pengawas sekolah. Namun konon untuk
menjadi pengawas, akan lebih baik menjadi kepala sekolah dulu. Untuk memudahkan
tugas membina kepala sekolah katanya. Seleksi calon kepala SMP Negeri Kota Cirebon
dilakukan pada 19-20 Juni 2017. Saat itu para peserta lagi puasa makan minum di
bulan Ramadhan. Tes bertempat di sebuah SMP Negeri 6 Kota Cirebon. Peserta cakep
sebanyak 21 guru, dari 18 sekolah negeri yang ada. Tiap sekolah tak dibatasi
peserta. Peserta paling banyak adalah SMPN 1, sementara sekolah saya SMPN 4 hanya
mengirim dua orang, sekolah lain ada yang satu bahkan ada yang tidak mengirimkan.
Semula saya tak tertarik dengan informasi yang masuk melalui pesan singkat ponsel
Jumat siang, 9 Juni 2017. Pendaftaran dibuka selama tiga hari, 12-14 Juni 2017.
Ketidaktertarikannya pertama usia dan golongan saya dianggap belum cukup umur. Usia
43 tahun, masa golongan III.d. Biasanya peserta cakep golongan IV. Alasan kedua,
setiap proses seleksi cakep tak pernah surut diterpa isu KKN. Melemahkan semangat
banyak guru senior berorestasi untuk ikut seleksi cakep. Alasan ketiga, kepala
sekolah belum memberi ijin karena alasan masih relatif muda. Berjalannya waktu,
pada 12 Juni 2017 akhirnya secara diam-diam saya memutuskan untuk ikut mendaftar.
Hari yang sama saya menghadap kepala sekolah. Sekadar untuk lapor dan minta restu
maju ke bursa cakep. Sambil sedikit menyakinkan bahwa saya boleh maju sesuai aturan
dan kriteria. Terlebih satu sekolah boleh mengirim lebih dari satu. Apalagi pihak
dinas mensuport saya untuk maju seleksi cakep. Perubahan sikap saya dilandasi
alasan idealis dan pragmatis saat itu. Alasan idealis ikut seleksi cakep ikut serta
memajukan dan memperbaiki mutu pendidikan di level sekolah. Menjadi guru tidak
cukup luas dalam mewarnai sistem dan budaya di lingkungan sekolah. Malah dirasa,
kerja guru kadang dibawah tekanan sistem sesuai selera kepala sekolah. Intinya
ingin berbuat lebih banyak untuk perubahan progresif dunia pendidikan. Alasan
kedua, alasan pragmatis. Saya ingin uji nyali ikuti seleksi cakep. Sekalian ingin
memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada. Belajar dari pengalaman selama inj.
Pasalnya seleksi cakep sudah lama tak diadakan. Jika tak ikut serta sekarang, kapan
lagi. Kemudian alasan ketiga, sesuai aturan kapasitas saya sudah memenuhi syarat.
Khususnya golongan minimal III.c, mengajar minimal lima tahun, pernah jadi wakasek
dan sebagainya. Selama dua hari tes, saya mengikuti dan menghadapi beragam tes.
Seperti tes tertulis pilihan ganda, tes essay non obyektif, tes menulis makalah di
tempat dan tes wawancara. Tes wawancara meliputi bidang-bidang yang ada di sekolah.
Semua tes tema besarnya untuk mengukur kemampuan kepemimpinan calon kepala sekolah.
Sebagai timsel adalah unsur pengawas pendidikan dan pejabat eselon dinas. Bagaimana
hasilnya? Setelah terpotong waktu lebaran Idul Fitri, pengumuman hasil seleksi
akhirnya keluar. Pada 7 Juli 2017, Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis, SH
menandatangani surat keputusan. Surat Keputusan peserta cakep berdasarkan ranking
yang diusulkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon Drs H Jaja Sulaeman, M.Pd.
Hasil seleksi untuk pemenuhan posisi kepala sekolah hingga 2018. Tahap awal diambil
tiga kepala sekolah ranking teratas tiga besar. Saya sendiri masuk ranking 7 besar.
Kendati tidak lolos tiga besar, namun pencapaian ini diluar dugaan. Jika melihat
peserta cakep lain seluruhnya senior dengan golongan minimal IVa. Terlebih para
cakep yang diangkat tahap awal, selama ini dikenal sebagai guru berprestasi di
bidangnya masing-masing. Sementara nasib sisa rangking cakep lainnya berlaku hingga
2018. Hingga tulisan ini dibuat, tambahan kepsek baru adalah tiga orang. Dua hasil
seleksi, rangking empat dan lima, sementara satu cakep diangkat karena sudah
memiliki NUKS hasil diklat LP2KS di Solo. Selamat ! (*). *) Deny Rochman, adalah
peserta seleksi calon kepala sekolah SMP Negeri tahun 2017.
Oleh: Deny Rochman Apa motivasi Anda ingin jadi kepala sekolah? Pertanyaan penting
itu disampaikan tim seleksi saat wawancara saya ketika mengikuti seleksi calon
kepala sekolah pada tahun 2017 silam. Jabatan ini seolah menjadi puncak karir bagi
guru. Walau ada juga peluang untuk menjadi pengawas sekolah. Namun konon untuk
menjadi pengawas, akan lebih baik menjadi kepala sekolah dulu. Untuk memudahkan
tugas membina kepala sekolah katanya. Seleksi calon kepala SMP Negeri Kota Cirebon
dilakukan pada 19-20 Juni 2017. Saat itu para peserta lagi puasa makan minum di
bulan Ramadhan. Tes bertempat di sebuah SMP Negeri 6 Kota Cirebon. Peserta cakep
sebanyak 21 guru, dari 18 sekolah negeri yang ada. Tiap sekolah tak dibatasi
peserta. Peserta paling banyak adalah SMPN 1, sementara sekolah saya SMPN 4 hanya
mengirim dua orang, sekolah lain ada yang satu bahkan ada yang tidak mengirimkan.
Semula saya tak tertarik dengan informasi yang masuk melalui pesan singkat ponsel
Jumat siang, 9 Juni 2017. Pendaftaran dibuka selama tiga hari, 12-14 Juni 2017.
Ketidaktertarikannya pertama usia dan golongan saya dianggap belum cukup umur. Usia
43 tahun, masa golongan III.d. Biasanya peserta cakep golongan IV. Alasan kedua,
setiap proses seleksi cakep tak pernah surut diterpa isu KKN. Melemahkan semangat
banyak guru senior berorestasi untuk ikut seleksi cakep. Alasan ketiga, kepala
sekolah belum memberi ijin karena alasan masih relatif muda. Berjalannya waktu,
pada 12 Juni 2017 akhirnya secara diam-diam saya memutuskan untuk ikut mendaftar.
Hari yang sama saya menghadap kepala sekolah. Sekadar untuk lapor dan minta restu
maju ke bursa cakep. Sambil sedikit menyakinkan bahwa saya boleh maju sesuai aturan
dan kriteria. Terlebih satu sekolah boleh mengirim lebih dari satu. Apalagi pihak
dinas mensuport saya untuk maju seleksi cakep. Perubahan sikap saya dilandasi
alasan idealis dan pragmatis saat itu. Alasan idealis ikut seleksi cakep ikut serta
memajukan dan memperbaiki mutu pendidikan di level sekolah. Menjadi guru tidak
cukup luas dalam mewarnai sistem dan budaya di lingkungan sekolah. Malah dirasa,
kerja guru kadang dibawah tekanan sistem sesuai selera kepala sekolah. Intinya
ingin berbuat lebih banyak untuk perubahan progresif dunia pendidikan. Alasan
kedua, alasan pragmatis. Saya ingin uji nyali ikuti seleksi cakep. Sekalian ingin
memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada. Belajar dari pengalaman selama inj.
Pasalnya seleksi cakep sudah lama tak diadakan. Jika tak ikut serta sekarang, kapan
lagi. Kemudian alasan ketiga, sesuai aturan kapasitas saya sudah memenuhi syarat.
Khususnya golongan minimal III.c, mengajar minimal lima tahun, pernah jadi wakasek
dan sebagainya. Selama dua hari tes, saya mengikuti dan menghadapi beragam tes.
Seperti tes tertulis pilihan ganda, tes essay non obyektif, tes menulis makalah di
tempat dan tes wawancara. Tes wawancara meliputi bidang-bidang yang ada di sekolah.
Semua tes tema besarnya untuk mengukur kemampuan kepemimpinan calon kepala sekolah.
Sebagai timsel adalah unsur pengawas pendidikan dan pejabat eselon dinas. Bagaimana
hasilnya? Setelah terpotong waktu lebaran Idul Fitri, pengumuman hasil seleksi
akhirnya keluar. Pada 7 Juli 2017, Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis, SH
menandatangani surat keputusan. Surat Keputusan peserta cakep berdasarkan ranking
yang diusulkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon Drs H Jaja Sulaeman, M.Pd.
Hasil seleksi untuk pemenuhan posisi kepala sekolah hingga 2018. Tahap awal diambil
tiga kepala sekolah ranking teratas tiga besar. Saya sendiri masuk ranking 7 besar.
Kendati tidak lolos tiga besar, namun pencapaian ini diluar dugaan. Jika melihat
peserta cakep lain seluruhnya senior dengan golongan minimal IVa. Terlebih para
cakep yang diangkat tahap awal, selama ini dikenal sebagai guru berprestasi di
bidangnya masing-masing. Sementara nasib sisa rangking cakep lainnya berlaku hingga
2018. Hingga tulisan ini dibuat, tambahan kepsek baru adalah tiga orang. Dua hasil
seleksi, rangking empat dan lima, sementara satu cakep diangkat karena sudah
memiliki NUKS hasil diklat LP2KS di Solo. Selamat ! (*). *) Deny Rochman, adalah
peserta seleksi calon kepala sekolah SMP Negeri tahun 2017.
Oleh: Deny Rochman Apa motivasi Anda ingin jadi kepala sekolah? Pertanyaan penting
itu disampaikan tim seleksi saat wawancara saya ketika mengikuti seleksi calon
kepala sekolah pada tahun 2017 silam. Jabatan ini seolah menjadi puncak karir bagi
guru. Walau ada juga peluang untuk menjadi pengawas sekolah. Namun konon untuk
menjadi pengawas, akan lebih baik menjadi kepala sekolah dulu. Untuk memudahkan
tugas membina kepala sekolah katanya. Seleksi calon kepala SMP Negeri Kota Cirebon
dilakukan pada 19-20 Juni 2017. Saat itu para peserta lagi puasa makan minum di
bulan Ramadhan. Tes bertempat di sebuah SMP Negeri 6 Kota Cirebon. Peserta cakep
sebanyak 21 guru, dari 18 sekolah negeri yang ada. Tiap sekolah tak dibatasi
peserta. Peserta paling banyak adalah SMPN 1, sementara sekolah saya SMPN 4 hanya
mengirim dua orang, sekolah lain ada yang satu bahkan ada yang tidak mengirimkan.
Semula saya tak tertarik dengan informasi yang masuk melalui pesan singkat ponsel
Jumat siang, 9 Juni 2017. Pendaftaran dibuka selama tiga hari, 12-14 Juni 2017.
Ketidaktertarikannya pertama usia dan golongan saya dianggap belum cukup umur. Usia
43 tahun, masa golongan III.d. Biasanya peserta cakep golongan IV. Alasan kedua,
setiap proses seleksi cakep tak pernah surut diterpa isu KKN. Melemahkan semangat
banyak guru senior berorestasi untuk ikut seleksi cakep. Alasan ketiga, kepala
sekolah belum memberi ijin karena alasan masih relatif muda. Berjalannya waktu,
pada 12 Juni 2017 akhirnya secara diam-diam saya memutuskan untuk ikut mendaftar.
Hari yang sama saya menghadap kepala sekolah. Sekadar untuk lapor dan minta restu
maju ke bursa cakep. Sambil sedikit menyakinkan bahwa saya boleh maju sesuai aturan
dan kriteria. Terlebih satu sekolah boleh mengirim lebih dari satu. Apalagi pihak
dinas mensuport saya untuk maju seleksi cakep. Perubahan sikap saya dilandasi
alasan idealis dan pragmatis saat itu. Alasan idealis ikut seleksi cakep ikut serta
memajukan dan memperbaiki mutu pendidikan di level sekolah. Menjadi guru tidak
cukup luas dalam mewarnai sistem dan budaya di lingkungan sekolah. Malah dirasa,
kerja guru kadang dibawah tekanan sistem sesuai selera kepala sekolah. Intinya
ingin berbuat lebih banyak untuk perubahan progresif dunia pendidikan. Alasan
kedua, alasan pragmatis. Saya ingin uji nyali ikuti seleksi cakep. Sekalian ingin
memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada. Belajar dari pengalaman selama inj.
Pasalnya seleksi cakep sudah lama tak diadakan. Jika tak ikut serta sekarang, kapan
lagi. Kemudian alasan ketiga, sesuai aturan kapasitas saya sudah memenuhi syarat.
Khususnya golongan minimal III.c, mengajar minimal lima tahun, pernah jadi wakasek
dan sebagainya. Selama dua hari tes, saya mengikuti dan menghadapi beragam tes.
Seperti tes tertulis pilihan ganda, tes essay non obyektif, tes menulis makalah di
tempat dan tes wawancara. Tes wawancara meliputi bidang-bidang yang ada di sekolah.
Semua tes tema besarnya untuk mengukur kemampuan kepemimpinan calon kepala sekolah.
Sebagai timsel adalah unsur pengawas pendidikan dan pejabat eselon dinas. Bagaimana
hasilnya? Setelah terpotong waktu lebaran Idul Fitri, pengumuman hasil seleksi
akhirnya keluar. Pada 7 Juli 2017, Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis, SH
menandatangani surat keputusan. Surat Keputusan peserta cakep berdasarkan ranking
yang diusulkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon Drs H Jaja Sulaeman, M.Pd.
Hasil seleksi untuk pemenuhan posisi kepala sekolah hingga 2018. Tahap awal diambil
tiga kepala sekolah ranking teratas tiga besar. Saya sendiri masuk ranking 7 besar.
Kendati tidak lolos tiga besar, namun pencapaian ini diluar dugaan. Jika melihat
peserta cakep lain seluruhnya senior dengan golongan minimal IVa. Terlebih para
cakep yang diangkat tahap awal, selama ini dikenal sebagai guru berprestasi di
bidangnya masing-masing. Sementara nasib sisa rangking cakep lainnya berlaku hingga
2018. Hingga tulisan ini dibuat, tambahan kepsek baru adalah tiga orang. Dua hasil
seleksi, rangking empat dan lima, sementara satu cakep diangkat karena sudah
memiliki NUKS hasil diklat LP2KS di Solo. Selamat ! (*). *) Deny Rochman, adalah
peserta seleksi calon kepala sekolah SMP Negeri tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai