Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Volume 6 Nomor 1 Maret 2021. Page 12-20


p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia is licensed under


A Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0 International License

Gender dan Seksualitas dalam Karya Sastra Perempuan Kerajaan Melayu


Riau Lingga pada Abad ke-19
Nureza Dwi Anggraeni1), Seftia Azrianti2)
1
FKIP, Universitas Riau Kepulauan, Kota Batam, Kepri
Email: nureza@fkip.unrika.ac.id
2
FKIP, Universitas Riau Kepulauan, Kota Batam, Kepri
Email: seftia@fh.unrika.ac.id

Abstrak: Pada abad ke-19 di Kerajaan Melayu Riau Lingga, sastra berkembang pesat. Ini dibuktikan dengan karya sastra 137
dari 70 penulis. Di antaranya penulis perempuan, yakni Aisyah Sulaiman dan Khatijah Terung. Tulisan Aisyah Sulaiman
bertajuk "Syair Khaddamudin" sarat akan pemikiran terkait gender, sedangkan Khatijah Terung membuat kitab Kamasutra
Melayu berdasarkan sudut pandang perempuan berjudul "Perhimpunan Gunawan bagi Laki-Laki dan Perempuan". Mereka
adalah perempuan Melayu Riau Lingga yang disebut sebagai sosok yang paling awal berbicara tentang gender dan seksualitas.
Sejarah lokal di Indonesia belum memperkenalkan Aisyah Sulaiman dan Khatijah Terung, sehingga kehebatan pengarang dan
kekhususan karya perempuan tersebut belum banyak diketahui. Peneliti menemukan persamaan pada kedua pengarang ini yakni
memiliki hubungan antara kehidupan asli dengan karya sastra yang dibuat. Karya-karyanya sarat akan peran perempuan yang
tak kalah penting dalam status sosial bahkan hingga urusan ranjang. Keterkaitan antara Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan pada karya sastra daerah khususnya sastra Melayu. Sesuai dengan penelitian kualitatif,
hasil analisis data berupa kata-kata. Penelitian ini mengumpulkan data dengan dua cara yaitu teknik membaca dan wawancara.

Kata kunci: gender; seksualitas; sastra perempuan; Kerajaan Melayu Riau Lingga

zaman peralihan abad 19 menuju abad 20 tidak sebanding


I. PENDAHULUAN dengan hasil karya sastra yang dikarang oleh laki-laki.
Perempuan tersebut diantaranya Raja Aisyah binti Raja
Karya sastra merupakan cerminan zaman. Setiap Sulaiman Ibni Ali Haji atau yang lebih dikenal dengan
zaman memiliki ritme kehidupan dan persoalan yang Aisyah Sulaiman dan Khatijah Terung. Mereka
berbeda-beda. Pada abad 19 di kerajaan Melayu Riau merupakan pengarang perempuan yang hidup pada zaman
Lingga, sastra sangat berkembang pesat. Kegiatan tulis- Kerajaan Melayu Riau Lingga pada abad 19. Mereka lahir
menulis menjadi pekerjaan yang menyenangkan. Hal ini dan besar di Pulau Penyengat. Aisyah Sulaiman
dibuktikan dengan hasil karya sastra yang berjumlah 137 merupakan perempuan bangsawan yang bersuamikan
dari 70 pengarang (Anggraeni & Wiyatmi, 2018: 78). Raja Khalid Hitam bin Raja Haji Hassan ibni Raja Khalid
Pada abad 19, kerajaan Melayu Riau Lingga Hitam, seorang tokoh terkemuka di kalangan istana-istana
membuktikan bahwa bangsawan serta para elitnya Melayu seperti di Johor, Terengganu, dan Pahang yang
melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan juga masih keturunan Raja Ali Haji (Ming, 1999:89-92).
kesusasteraan dan kebudayaan. Mereka melakukan Khatijah Terung merupakan seorang bomoh dinikahi oleh
kegiatan tulis-menulis dengan menggunakan Raja Abdullah yang pada zamannya akrab dipanggil Abu
intelektualitas yang baik. Bahkan, karya sastra yang Muhammad Adnan, anak dari Raja Ali Haji. Hidup di
berkembang sangat pesat pada masa itu menjadi faktor lingkungan kerajaan membuat Pulau Penyengat menjadi
terbentuknya perkumpulan intelektual untuk berdiskusi saksi lahirnya karya-karya besar mereka.
yang dinamakan dengan Klab Rusydiah. Tulisan Aisyah Sulaiman yang berjudul syair
Kondisi sosial di kerajaan Melayu Riau Lingga pada “Khaddamudin” sarat akan pemikiran terkait gender.
abad 19 dapat dikatakan cukup terbuka. Terbukti dari Khatijah Terung dengan tulisan “Perhimpunan Gunawan
karakteristik karya sastra yang dihasilkan para pengarang bagi Laki-laki dan Perempuan” mampu menghasilkan
di zaman ini yang beraneka ragam. Akan tetapi, jumlah kitab kamasutra melayu dari sudut pandang perempuan.
karya sastra Melayu yang dihasilkan perempuan pada Mereka merupakan wanita melayu Riau Lingga yang

12
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 6 Nomor 1 Maret 2021. Page 12-20
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X

disebut sebagai tokoh paling awal berbicara masalah Penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan atau
gender dan seksualitas. Melalui karyanya, mereka proses penyaringan data dan informasi mengenai objek
dianggap sebagai feminis dalam kesetaraan gender. dan subjek yang akan diteliti. Penelitian ini merupakan
Secara historis, gerakan emansipasi perempuan penelitian pustaka, sehingga setting penelitian
memiliki akar sejarah cukup panjang di Indonesia. menyesuaikan dengan teknik pengumpulan dan analisis
Sejarah nasional mencatat R.A. Kartini (1879-1904) data. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber
sebagai salah satu pelopor kemajuan kaum perempuan di tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis berupa naskah
awal abad 20, dengan ide-ide progresifnya. Meski Syair Khadamuddin karya Aisyah Sulaiman yang sudah
sezaman dengan Kartini, Aisyah Sulaiman (1869-1924) dialihaksarakan ke dalam huruf latin menjadi sumber data
juga mempunyai ketokohan yang dapat menginspirasi. primer, dan buku-buku hasil penelitian mengenai
Hanya saja nama Aisyah Sulaiman dan Khatijah Terung Perhimpunan Gunawan bagi Perempuan dan Laki-laki
tidak begitu dikenal di Indonesia. Tidak hanya Aisyah yang telah diterbitkan sebagai sumber data sekunder.
Sulaiman, masih terdapat beberapa tokoh perempuan lain Syair khadamuddin berjumlah 1483 bait yang sudah
yang tidak kalah hebat, tetapi gaungnya kurang terdengar. dialihaksarakan pada tahun 1982 oleh Raja Hamzah
Termasuk di kalangan kaum perempuan sendiri. Yunus, seorang budayawan yang juga ahli waris
Diantaranya yakni Rahmah El Yunusiyyah (1900-1969) keturunan keempat dari Raja Ali Haji. Sedangkan sumber
dari Sumatera Barat yang menjadi pendiri sekolah khusus lisan berupa hasil pengalaman narasumber sekunder
perempuan pertama di Sumatera, dan Rohana Kudus terhadap Aisyah Sulaiman yang diperoleh melalui
(1884-1972) yang merupakan pendiri surat kabar wawancara dengan orang-orang yang memiliki informasi
perempuan pertama di Indonesia yang juga berasal dari terkait Aisyah Sulaiman, seperti sejarawan Kepulauan
Sumatra Barat. Jika dikaji, kepeloporannya dapat Riau yakni Aswandi Syahri. Keturunan Kerajaan Riau
menginspirasi kaum perempuan dan bahkan bangsa Lingga yakni Raja Malik Hafrizal, serta budayawan yakni
Indonesia. Walaupun memiliki keterbatasan sebagai Abdul Malik.
perempuan, mereka mampu memperjuangkan nasib kaum Sesuai dengan penelitian kualitatif, analisis hasil data
perempuan yang dibatasi untuk memperoleh pendidikan berwujud kata-kata. Penelitian ini mengumpulkan data
ditengah tekanan adat. Tidak hanya terbatasnya akses dengan dua macam cara, yaitu teknik baca dan
untuk menjadi terdidik, mereka hidup di antara wawancara. Teknik pengumpulan data yang pertama,
pertengahan abad 19 hingga awal abad 20 yang sedang teknik baca sebagai metode untuk memberikan perhatian
diintervensi oleh bangsa Eropa. penuh terhadap objek. Membaca dan menyimak tentu
Sejauh ini sejarah sastra lokal di Indonesia belum menjadi dua kegiatan yang belum cukup guna
mengenalkan Aisyah Sulaiman dan Khatijah Terung, mengumpulkan data, sehingga diperlukan teknik
sehingga ketokohan pengarang serta keistimewaan karya- mencatat. Membaca dan menyimak dilanjutkan dengan
karya perempuan ini tidak banyak diketahui. Kajian sastra mencatat disebut dengan teknik baca, simak, dan catat
di Indonesia terhadap karya-karya pengarang perempuan (Ratna, 2010:246). Data dalam penelitian ini adalah bait-
melayu Riau Lingga masih dianggap kurang. Menarik bait Syair Khadamuddin yang merepresentasikan gender
untuk dikaji kepengarangan perempuan Melayu Riau dan dokumen-dokumen tertulis terkait Perhimpunan
Lingga yang hadir dalam sosok individualistik dan berani Gunawan bagi Perempuan dan Laki-laki. Teknik
mengekspresikan pikiran feminis di dunia Melayu pengumpulan data yang kedua, wawancara digunakan
Tradisional saat zaman peralihan yang tidak tentram. untuk memperkuat hasil temuan-temuan dari proses
Feminisme pada dasarnya merupakan ideologi dokumentasi. Tahap penting dalam wawancara ialah
pembebasan perempuan dengan keyakinan bahwa melakukan konfirmasi atau triangulasi guna memperoleh
perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis data yang mendalam, dan mampu menjawab pertanyaan
kelaminnya (Humm, 2007:15). Penelitian ini belum yang diajukan. Dalam penelitian ini, wawancara
banyak dikaji, sehingga penelitian ini diharapkan dapat dilakukan untuk menggali data berdasarkan indikasi
memberikan pengetahuan tambahan terhadap karya sastra gender dan seksualitas dalam karya Syair Khadamuddin
lokal khususnya pada sastra melayu. dan Perhimpunan Gunawan bagi Perempuan dan Laki-
laki.

II. METODE
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif digunakan Representasi Gender dalam Syair Khadamuddin Karya
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data Aisyah Sulaiman
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang yang perilakunya diamati. Pendekatan ini diarahkan Berdasarkan hasil penelitian, bahwa Aisyah
kepada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh) Sulaiman hidup di akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-
(Moleong, 2007: 2-3). 20 membuatnya tumbuh sebagai pengarang di zaman
peralihan (Anggraeni dan Wiyatmi, 2018:16). Kategori

13
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 6 Nomor 1 Maret 2021. Page 12-20
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X

feminis cocok untuk Aisyah Sulaiman karena pemikiran penelitiannya bahwa Aisyah Sulaiman mengungkapkan
dalam karya-karyanya bersifat radikal di zamannya. Rani apa yang dikehendakinya melalui tulisan.
(2013) menilai bahwa klasifikasi dari pemikiran feminis
harus disesuaikan dengan perkembangan zaman, seperti Aisyah Sulaiman menyadari kedaifan
kutipan berikut ini. kedudukan perempuan dalam masyarakat
Feminist literary criticism must be seen as a patriarki Melayu yang masih kental sifat
function of a political movement for feudalnya, walaupun sudah mengalami
women’s freedom which spread in Europe defeudalisasi akibat pemantapan proses
and America in 1960s to revive political and pembaratan. Aisyah Sulaiman
social issues which are associated with menyampaikan bantahan terhadap kaum
women. feminist thought tended to be laki-laki yang gilakan perempuan dalam
classified not according to topic but, rather, Syair Khadamuddin. Akibat ‘penaklukan’
according to country of origin (2013:1). perempuan oleh laki-laki dalam masyarakat
patriarki, Aisyah Sulaiman mencipta wira
Kritik sastra feminis harus dilihat sebagai fungsi perempuan yang kuat dan setanding dengan
gerakan politik untuk kebebasan perempuan yang laki-laki daripada segi rohaniah dan lahiriah.
menyebar di Eropa dan Amerika pada tahun 1960an Wira perempuan seumpama itu menjadi
untuk menghidupkan kembali isu-isu politik dan sosial model perempuan jenis baharu kerana
yang terkait dengan perempuan. Pemikiran feminis sifatnya yang serba boleh dan serba tahu.
cenderung diklasifikasikan tidak sesuai dengan topik
tetapi berdasarkan negara asal. Untuk mengkaji tulisan
Aisyah Sulaiman yang merepresentasikan gender, Pengalaman sebagai perempuan diceritakan
maka perkembangan zaman dimana Aisyah Sulaiman Aisyah Sulaiman melalui teks sastra karena dianggap
hidup menjadi penting. Sosok Aisyah Sulaiman sebagai media yang tepat untuk menyampaikan
diungkapkan budayawan Tanjungpinang, Malik dalam pendapatnya terkait perlakuan masyarakat patriarkat
kutipan berikut ini. terhadap perempuan. Aisyah Sulaiman dianggap
sebagai pengarang feminis dalam kesusastraan Melayu
Raja Aisyah binti Raja Sulaiman ibni berdasarkan wacana perempuan tradisional.
Raja Ali Haji atau lebih dikenal dengan Menanggapi hal ini, Syahri mengungkapkan dalam
nama Aisyah Sulaiman sahaja memang wawancara bahwa:
tak pernah memimpin kerajaan. Beliau Melalui karya-karyanya, Aisyah
mengambil jalan kepemimpinan yang Sulaiman Riau merekonstruksi
lain yakni menjadi orang terdepan pergulatan perempuan mencari dan
dalam bidang pengembangan menempatkan dirinya dalam dunia laki
intelektual pada zamannya. Karya- pada satu pihak, dan mengkritik
karyanya yang monumental telah dominasi laki-laki atas perempuan pada
mengangkat harkat dan martabat kaum pihak lain. Aisyah Sulaiman juga
dan bangsanya melesat jauh daripada dicatat sebagai pengarang perempuan
yang mampu dipikirkan orang pada Melayu zaman peralihan dari zaman
zamannya. Kecemerlangan gagasan sastra tradisional kepada zaman “sastra
dan pikiran dalam karya-karyanya telah Melayu modern” yang paling prolific
menempatkan dirinya sebagai pelopor pada zamannya.
kesusastraan modern Indonesia, diakui (Syahri melalui wawancara dengan
ataupun tidak. Dedikasi, pengorbanan, Tanjungpinang Pos)
dan ketauladan perilaku istri Khalid
Hitam yang merupakan intelektual dan Untuk menghasilkan sebuah karya, tentu
politisi handal ini memungkinkan bukan merupakan sebuah kebetulan bagi seorang
kaumnya bangga terlahir sebagai pengarang. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
perempuan. besar masyarakat di seluruh dunia, laki-laki sering
(Malik, melalui wawancara kali dianggap sebagai kaum superior dan perempuan
dengan Batam Pos) sebagai kaum inferior. Pernyataan tersebut didukung
oleh Ratna (2004:183) yang mengatakan bahwa,
Aisyah Sulaiman memilih sastra sebagai cara anak laki-laki dalam sistem kekeluargaan partiarkhat
untuk mengekspresikan diri dengan tema feminis. selalu menjadi satu satunya harapan dalam
Dalam tulisan Aisyah Sulaiman memprotes standar dan melanjutkan keturunan. Laki-laki dianggap memiliki
nilai laki-laki di lingkungannya. Karya-karyanya juga figur otoritas sedangkan perempuan dikenal sebagai
menganjurkan hak-hak dan nilai untuk perempuan makhluk lembut, setia, dan penuh pengabdian.
berotonomi. Seperti yang diungkapkan Ming dalam

14
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 6 Nomor 1 Maret 2021. Page 12-20
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X

Seperti kutipan syair yang dikarang Aisyah Sulaiman Jangan diharap akan setianya
berikut.
Inilah ibu punya kelekaan
Muka yang manis memandang kawan Lalai di dalam harta kekayaan
Beserta tertib adab kelakuan Benih tumbuh kurang jagaan
Ialah sebesar-besar daripada jamuan Berbunga berbuah akan kehinaan
Di antara mereka laki-laki perempuan
Perempuan sudah biasa berzinah
Muka masam bengis peradang If’il keji lekat bertanah
Meliarkan hati siapa memandang Payah didapat ia amanah
Walau mereka setempat sekandang Pada akhirnya mesti khianah
Lari juga ke hutan padang
Ide yang dimunculkan Aisyah Sulaiman
Perkataan perempuan keras serta kasar dalam kutipan syair di atas bersumberkan dari tubuh
Ialah pedang racun yang besar perempuan yang lembut membuat pemahaman
Memecahkan hati kasih berkisar bagaimana perempuan memberi konsep terhadap
Jangan diperbuat usul yang langsar situasi mereka dalam masyarakat. Menurut
pandangannya perempuan harus pandai menjaga
Perkataan yang manis mendatangkan suka tubuh agar terhormat. Aisyah Sulaiman menunjukkan
Ibarat kepala modal berniaga keistimewaannya dalam menulis syair dengan pesan-
Jadi mendampingkan hati mereka pesan yang disampaikan.
Walau tiada Johar mustika Adapun perempuan bijak bestari
Senantiasa merendahkan diri
Kutipan syair yang ditulis Aisyah Sulaiman Walau suami bukan menteri
di atas merupakan nasihat yang diberikan untuk Dimuliakan seperti raja bernegri
memikirkan kesatuan tubuh dengan pengetahuan
agar menjadi perempuan yang beradab. Selain itu, Jauhlah padanya sombong dan bongkak
Aisyah Sulaiman juga mengungkapkan
kepribadiannya yang setia meskipun suaminya telah Apalagi suka bertekak
tiada. Walau ia ingkar menyangkak
Itupun dengan jalannya jugak
Senantiasa kita muafakat
Janji setia teguh diikat Perempuan budiman serta utas
Sama ada jauh ataukah dekat Bijaksana pandai memintas
Salah seorang walaupun mangkat Nazarnya terus menangkap pantas
Tujuan membawa tinggi ke atas
Kutipan syair di atas menunjukkan aspek
fisik dan batin Aisyah Sulaiman sebagai perempuan Walau laki-laki jahat dan helah
dengan kebijaksanaannya. Tubuh perempuan adalah Kepadanya itu insya Allah
ladang pertempuran yang kerap kali para pelakunya Seberapa keras menjadi kalah
bukan si perempuan itu sendiri. Mereka diajarkan Lantas menurut jadi baiklah
untuk mampu memasak, piawai membersihkan
rumah, jago mematut diri, dan harus bisa merawat Dan lagi kukhabarkan sempurna
tubuh untuk kepentingan laki-laki. Tapi perempuan- Wajib ta’at kita betina
perempuan yang hebat tahu bahwa mereka bukan Lamun kepada dosan dan hina
sekadar hiasan, mereka tahu bagaimana cara untuk Jangan diturut sehingga fana
melawan ketidakadilan. Aisyah Sulaiman mampu
menyeimbangkan antara tubuh dan akalnya. Seperti Sosok perempuan yang berakal
kutipan syair berikut ini. digambarkan pada kutipan syair di atas secara jelas
disampaikan Aisyah Sulaiman. Melalui tulisan
Ada juga perempuan berhemah Aisyah Sulaiman menentang kekangan yang tidak
Cukup pengetahuan serta peramah membenarkan perempuan bersuara dalam tradisi
Kepada suami ianya lemah falosentris. Aisyah Sulaiman menganggap tubuh
Lebih lembut dari pada timah perempuan sebagai sumber masalah bagi perempuan.
Seperti kutipan syair berikut ini.
Sanya perawan lazim atasnya Sanya perawan lazim atasnya
Apabila hilang lemak manisnya Apabila hilang lemak manisnya
Dicabuli laki-laki dengan haramnya Dicabuli laki-laki dengan haramnya

15
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 6 Nomor 1 Maret 2021. Page 12-20
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X

Jangan diharap akan setianya terhadap laki-laki dalam cerita dengan ungkapan
klise. Reaksi dan protes tidak disampaikan dengan
Inilah ibu punya kelekaan berterus terang, terbuka, spontan, dan konfrontasi.
Lalai di dalam harta kekayaan Aisyah Sulaiman menyampaikan reaksi dan protes
Benih tumbuh kurang jagaan melalui tokoh samaran, seperti Siti Sabariah dalam
Berbunga berbuah akan kehinaan Syair Khadamuddin. Penyamaran dilakukan untuk
menghindari kesalahpahaman dan dituduh
Perempuan sudah biasa berzinah menyombongkan diri. Aisyah Sulaiman telah
If’il keji lekat bertanah mengarang mengikuti wacana feminis dan
Payah didapat ia amanah pembebasan diri perempuan yang sesuai dengan
Pada akhirnya mesti khianah ajaran Islam. Tema tersebut dibicarakan Aisyah
Sulaiman dalam Syair Khadamuddin.
Dari kutipan syair di atas, Aisyah Sulaiman Psikologi perempuan dalam penulisan biasanya
mengungkapkan bahwa keperawanan menjadi dapat terlihat dari pengalaman buruk yang di alami
persoalan penting yang harus dijaga setiap oleh pengarang perempuan itu sendiri. Gilbert dan
perempuan. Tidak ada gerakan Romantisme dalam Gubar (1979:90) mengungkapkan bahwa, pada abad 19,
kesusastraan Melayu karena faktor sosial politik yang pengarang wanita menggambarkan watak-watak
berlainan di Eropa dan Nusantara, tetapi pengarang perempuan dalam situasi kesakitan, kegilaan, hilang
bersikap individualistik dan ekspresif semenjak selera makan, dan gugup dalam teks-teksnya.
zaman peralihan sekitar abad ke-19. Pengarang Gambaran psikologi perempuan dalam sastra dikaitkan
Melayu yang sudah menjadi lebih bebas dan lebih dengan hidup pengarangnya, yang hidup dalam
berani menyatakan perasaan, keinginan, reaksi, masyarakat patriarki. Perempuan sebagai kelompok
bahkan protes terhadap sesuatu. Perkembangan itu ‘seks kedua’ dalam keadaan rendah diri sehingga
menyatakan bahwa Aisyah Sulaiman sebagai mempengaruhi psikologi perempuan pada zaman
pengarang dari zaman peralihan memang berbeda tersebut. Psikologi pengarang perempuan berhubungan
dari pengarang sebelumnya. dengan pengalaman pribadi pengarang yang
Pada abad 19 semakin banyak syair yang menentukan gaya, pemilihan persoalan dan cara
ditulis oleh para pengarang yang nama-namanya melukiskan watak tokoh cerita. Semasa hidup Aisyah
diketahui. Dibandingkan jenis sastra lama lainnya, Sulaiman tidak menghadapi masalah tugas mengurus
jumlah syair lebih banyak melebihi jumlah hikayat rumah dan memiliki banyak waktu untuk mengarang.
prosa. Gejala ini sejalan dengan posisi tertinggi untuk Sebagai keluarga bangsawan, tentu perilaku Aisyah
genre puisi di dalam sastra Islam (Jelinek, 2003:312). Sulaiman yang terdidik seperti digambarkan dalam
Ajaran Islam begitu kuat di kerajaan Melayu Riau tokoh Sabariah pada kutipan syair berikut.
Lingga membuat jenis hikayat dan syair lebih unggul, Sabariah konon namanya
sedangkan novel tidak begitu mudah menjadi genre Terlalu sangat elok parasnya
baru seperti di daerah jawa. Berpatuhlah dengan akal ilmunya
Kepandaian Aisyah Sulaiman dapat terlihat Menjaga adab baik perangainya
dalam penggunaan kata dalam Syair Khadamuddin.
Aisyah Sulaiman mampu mengungkapkan cerita Tabi'atnya sangat malu-malu
dengan tepat dan indah. Dengan menggunakan Tiada suka senda gurawan
bahasa yang indah, perempuan mencoba melindungi Wal hasil ialah tuan
keinginan atau kebutuhan mereka (Guillot, 2008:173). Boleh dikata seorang perempuan
Nilai-nilai keislaman kuat terasa pada diri Aisyah
Sulaiman sebagai keturunan bangsawan yang Sungguhnya ia putranya Raja
menganut ajaran Islam, tetapi juga memiliki jiwa Kelakuan tidak sombong melenja
perempuan yang individualistik dan ingin merdeka. Beserta suka pandai bekerja
Selain itu, Aisyah Sulaiman sejak kecil sudah Tiap-tiap diperbuat menjadi sahaja
terdidik dengan agama yang taat juga terlihat dalam
kutipan syair berikut. Hatinya bersih tiada berkarah
Pikirku ibu bapa menerima Jauhlah padanya perengus pemarah
Kebajikan ta’atku beberapa lama Perangainya sabar beserta murah
Alhamdulillah harta tak Cuma Gerak berpatutan dengan surah
Boleh dikata menolong agama
Perkataan masih memberi suka
Aisyah Sulaiman memasukkan cerita pribadi Mengeluarkan tutur dengan berjangka
dengan mengungkapkan reaksi terhadap peristiwa Walau ada hatinya murka
yang menimpanya. Aisyah Sulaiman juga menyerap Senantiasa bermanis muka
nilai moral baru dan menyampaikan protesnya

16
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 6 Nomor 1 Maret 2021. Page 12-20
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X

Sangat menghormati orang tua-tua pengalaman, ego, daya imajinasi, dan emosi dengan
Lamun dihadapi mereka semua intelektualitas yang dimiliki.
Tiadalah is bersenda tertawa Ada banyak faktor sosial, ekonomi, dan politik
Hanyalah dengan adabnya jua terlibat dalam pembentukan sikap individualistik
pengarang pada masa dan tempat tertentu. Aisyah
Jika kepada sama mudanya Sulaiman yang berasal dari keturunan bangsawan
Pandai menyuka akan hatinya Riau membuatnya tidak memiliki masalah keuangan.
Tiap-tiap orang bertemu dianya Tanpa kebebasan dan kemerdekaan dari pengaruh
Jatuhlah kasih sayang padanya uang dan kuasa politik, sikap kritis tidak akan
muncul dalam diri pengarang. Dari segi konseptual,
Latar belakang kehidupan dan pengalaman Aisyah Sulaiman tidak dapat dikatakan sebagai
pribadi sebagai keluarga Kerajaan Riau Lingga pengarang ekspresif dalam arti kata sebenarnya,
mempengaruhi Aisyah Sulaiman dalam bersikap meskipun karyanyaberorientasi untuk
seperti yang dijelaskan pada syair di atas. Selain itu, mengungkapkan diri. Hal ini dikarenakan pekerjaan
persoalan yang diangkat dalam Syair Khadamuddin mengarang dipengaruhi oleh banyak faktor. Aisyah
juga berkaitan dengan psikologi Aisyah Sulaiman Sulaiman selektif dan subjektif dalam menyampaikan
yang merasa kehidupan perempuan masih dijajah pesan yang diinginkan tentang kebebasan perempuan
oleh kaum laki-laki. Untuk mengatasi hal ini, Aisyah dan perubahan tanggapan masyarakat terhadap
Sulaiman memberikan solusi yang disampaikan perempuan. Mengungkapkan diri karena
dalam kutipan syair berikut. ketidakpuasan hati seperti yang dilakukan Aisyah
Waktu kasih diserahkannya Sulaiman menjadi penyebab proses individualisasi
Hendaklah pandai tuan menyambutnya mengemukakan hak dan kehendak. Hal ini harus
Tiliklah apa kehendak di dalamnya dilihat dalam konteks perempuan Melayu pada masa
Dapatlah pintasan segala jalannya itu. Kekangan konsep perempuan tradisional
membuat Aisyah Sulaiman tidak bisa
Sanya perempuan yang beriman mengungkapkan diri secara terus terang dan langsung.
Lengkap laksana dengan budiman Pengarang menyampaikan konsep kebebasan diri dan
Menjaga angin memandang pedoman menyampaikan unsur-unsur modern secara Islam
Laki-laki boleh masuk genggaman melalui karya-karyanya. Pengarang Melayu pada
masa ini mengajak masyarakat Melayu untuk
Segera dijawab bini Encik Kari mengikuti perkembangan cara hidup yang modern.
Budiman mahu dengan bestari Pengarang Melayu telah memanfaatkan media satra
Berbetulan judu demikian peri untuk menyalurkan pemikiran Islam modern yang
Bersambutlah gendang dengan tari telah berkembang di negara-negara Timur Tengah
sebagai asas pembaruan masyarakat Melayu Islam
Kutipan syair di atas menggambarkan yang dianggap kolot (Ming, 1999:154). Mengarang
kehidupan Aisyah Sulaiman yang disayang oleh menjadi cara Aisyah Sulaiman untuk meluapkan
Suaminya. Hal ini disebabkan oleh kepribadian emosi serta keinginannya. Hidup di zaman peralihan
Aisyah Sulaiman yang beriman. Selain memudahkan abad 19 ke 20 dalam perspektif sejarah
untuk memungkapkan diri, strategi perkembangan kesusastraan Melayu, Aisyah
menransformasikan kisah hidup menjadi cerita Sulaiman telah menjembatani dua zaman, yakni
membuat Aisyah Sulaiman menceritakan tentang mewarisi kepengarangan tradisional dan juga
dirinya. Sifat penceritaan seperti otobiografi ialah memperkenalkan kepengarangan modern. Hal inilah
pencerminan dan penjelmaan diri pengarang. yang membuat Aisyah Sulaiman berani berbicara
Pengarang menceritakan dirinya dengan sadar mengenai gender dalam karyanya.
sebagai reaksi terhadap peristiwa di sekitar. Abraham
(2015) mengatakan, dalam kondisi seperti ini
terdapat spontanitas, kejujuran, dan keaslian, tetapi Representasi Seksualitas dalam Perhimpunan
karya tersebut tidak dapat disebut otobiografi namun Gunawan bagi Perempuan dan Laki-laki
otobiografi fiksi karena kisah dan watak yang Karya Khatijah Terung
dinyatakan dalam karya bukanlah transkripsi kisah Kebudayaan Indonesia membangun citra
dan watak diri pengarang secara langsung, tetapi seks dan seksualitas sebagai wacana yang harusnya
sudah dikarang kembali menurut wacana feminis. sangat personal yang tidak semestinya dibuka atau
Aisyah Sulaiman menekstualisasikan dirinya kepada dibicarakan di depan umum. Jika kita lihat ke
wacana bahasa dan konvensi sastra pada masa itu, belakang pada zaman kesusastraan lama, apa yang
juga tekanan wacana perempuan yang diinginkannya. dinyatakan dalam sastra lama mengenai isu
Karya Aisyah Sulaiman merupakan gabungan antara seksualitas tersebut sudah terjadi. Namun tidak
menimbulkan reaksi seperti sekarang. Sastra zaman

17
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 6 Nomor 1 Maret 2021. Page 12-20
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X

itu adalah sastra anonim. Media yang digunakan Seksualitas adalah fictional unity, yaitu pengalaman
bersifat lisan dengan khalayak yang telah memiliki hidup yang dihubungkan dengan tempat dalam
persiapan jiwa. Artinya, publiknya adalah publik sebuah wacana dan terbentuknya sebuah
yang intim. Akan tetapi, berbeda halnya dengan subjektivitas seksual. seksualitas merupakan hasil
karya Khatijah Terung yang secara terang- dari konstruksi relasi-relasi sosial yang kompleks,
terangnya mencantumkan nama dalam tulisannya. yang masing-masing memiliki pandangan yang
Namun tidak mengalami penolakan masyarakat berbeda terhadap apa yang membuat seksualitas ada
karena berada di belakang nama besar kerajaan. dan perilaku seksual yang dianggap layak. Perilaku
Connel (2005:191) menjelaskan bahwa, seksual yang dianggap layak adalah perilaku seksual
perempuan-perempuan golongan tertentu aktif yang berpusat pada hubungan intim perempuan dan
dalam reformasi moral dan adat internal pada awal laki-laki yang berpasangan untuk kepentingan
abad 19. Perempuan menentang prerogatives reproduksi, sedangkan perilaku yang tidak layak
seksual pria bangsawan. Perempuan pekerja sebagai adalah pembelokan orientasi seksual menurut
buruh menetang ketergantungan ekonomi mereka masyarakat (deviasi). Dalam tulisan ini
pada laki-laki. Perempuan kelas menengah penggambaran seksual tidak akan ditekankan pada
melawan kembali hak prerogatif laki-laki melalui nilai porno atau tidaknya karena, seperti
gerakan kesederhanaan dari akhir abad 19. Begitu dikemukakan Kayam (1982: 238) bahwa dalam karya
pula dengan Kitab Perhimpunan Gunawan Bagi sastra, soal cabul atau bukan, sebetulnya adalah soal
Perempuan dan Laki-laki yang menceritakan kuasa penilaian. Nilai adalah sesuatu yang sangat elastis
perempuan di ranjang dalam penentu keharmonisan karena tergantung pada norma, tempat dan waktu.
hubungan suami-istri. Sesuatu yang dianggap porno di satu tempat,
Kitab Perhimpunan Gunawan bagi mungkin di tempat lain dan waktu yang lain tidak
Perempuan dan Laki-laki dimulai dengan dianggap sebagai sesuatu yang porno.
peringatan dan nasihat dari pengarang, yakni ilmu Dari perspektif feminisme, tubuh
jangan disalahgunakan kerana padah akibatnya. perempuan memang merupakan medan yang sangat
Teks ini sebagian telah dialihaksarakan oleh peneliti rumit dan sensitive untuk diaktualisasikan dalam
yang berkebangsaan Dalam teks sepanjang 52 berbagai karya sastra. Hal ini dikarenakan pada
halaman itu telah tercatat 53 ilmu (Jelinek, 2003: wilayah tersebut, orang akan membicarkan masalah
36). Isi dari kitab ini adalah bagaimana menguatkan kekerasan, libido, sub-ordinasi, kepasrahan maupun
tubuh suami; bagaimana membuat suami tertarik perlawanan yang bercampur baur. Menurut
pada istri; bagaimana berjimak yang menyenangkan kodratnya, tubuh perempuan berbeda dengan laki-
hati; bagaimana membuat suami setia pada istri; laki. Secara biologis perempuan memiliki indung
dan bagaimana perempuan membuat dirinya terlihat telur, rahim, vagina, dan payudara yang berkembang
cantik. Pada halaman 23, Khatijah Terung sesuai proses hormonal. Sesuatu yang secara
menyatakan ilmu yang didapatnya berasal dari eksklusif hanya dimiliki perempuan (motherhood
banyak guru, salah satunya bernama Wan Mah. mandate). Lebih jauh lagi, tubuh perempuan lebih
Ada pernyataan “segala rahsia itu tidak dituliskan di kompleks dibanding tubuh laki-laki. Namun, pada
dalam kitab yang amat pendek ini”, yang artinya saat yang sama, patriarki (sistem nilai, sistem budaya,
tulisan itu cuma sedikit daripada yang diketahuinya. sistem sosial politik dan ekonomi yang senantiasa
Sehingga peneliti berkesimpulan wajar jika nasihat menempatkan lelaki sebagai yang utama),
yang terdapat dalam Perhimpunan Gunawan bagi menyebabkan tubuh perempuan menjadi objek yang
Perempuan dan Laki-laki itu tidak boleh diamalkan mudah untuk dieksploitasi (Carstairs, 2018: 30).
sembarangan. Ketimpangan gender dalam semua bidang, bahkan
Mohamad (1981:11) mengatakan bahwa, hingga saat ini merupakan bukti yang tidak
kesusastraan lama selain memiliki khalayak yang terbantahkan. Sastra, termasuk puisi adalah salah satu
intim, juga homogen, dan lebih toleran terhadap media yang kerap dijadikan alat menyuarakan
penggambaran seksual karena rasa aman dari ketimpangan di atas. Virginia Wolf adalah salah satu
gangguan perubahan serta rasa pasti tentang diri dari sedikit perempuan sastrawan yang menjadi
sendiri. Dalam keadaan semacam itu pengarang perintis “perlawanan” terhadap patriarki melalui
serta pembaca mempunyai prerogatif untuk tulisan. Michele Barret, pengamat-kritikus sastra
mengendurkan yang amat kaku, serta yang pernah membuat argumen mengenai A Room
mengembangkan kehidupan fantasi mereka dengan of One’s Own karya Virgina Woolf. Barret
gembira, tanpa ketegangan. Dalam keadaan menyatakan bahwa perhatian utama Wolf adalah
semacam itu, penggambaran seksualitas dapat pada akses perempuan yang terbatas pada sarana
tumbuh sedemikian rupa hingga kebirahian terlukis produksi kesusastraan. Kendati demikian, menurut
secara wajar, menyenangkan dan indah. Barret, Woolf juga menaruh perhatian pada
Menurut Woodward (1995: 58), seksualitas persoalan-persoalan representasi dan penerimaan
terdiri atas dua hal, yaitu pribadi dan sosial. (reception), dengan struktur dan tekstur tulisan,

18
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 6 Nomor 1 Maret 2021. Page 12-20
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X

aspek-aspek psikologis dalam proses kreatif,


persoalan-persoalan kesadaran dan identitas. Woolf UCAPAN TERIMA KASIH
ditangarai tidak hanya ingin membahas produksi
kesusastraan, tetapi juga bagaimana cara konteks Penulis mengucapkan terima kasih kepada DRPM
sosial penerimaan memengaruhi tulisan itu sendiri. Dikti Pendanaan Tahun 2020 yang telah memberi
Bagi Khatijah Terung perihal kebahagiaan dukungan finansial terhadap penelitian ini. Penelitian
dan kerukunan hidup suami isteri terletak juga dalam ini merupakan salah satu luaran yang dijanjikan
tangan wanita. Perempuan perlu belajar dan berusaha peneliti pada skim Penelitian Dosen Pemula.
untuk mendapat apa yang diinginkan. Dalam hal ini,
wanita perlu kreatif dan memainkan peranan utama.
Kitab ini merupakan contoh usaha perempuan
Melayu Riau-Lingga dalam menyuarakan feminis DAFTAR PUSTAKA
perihal seksualitas. Apa yang dilakukan Khatijah Abraham, Anna. (2015). Gender and creativity: an overview of
Terung merupakan salah satu langkah besar kearah psychological and neuroscientific literature. Journal of
pencapaian persamaan gender. Penulisan kitab ini CreativeBehavior, 42, 75–105.
diperuntukkan bagi perempuan agar mendapat kasih Anggraeni, N.D. & Wiyatmi. (2018). Proses Kreatif Raja
sayang suami, dan begitu pula sebaliknya. Kitab ini Aisyah Sulaiman, Sastrawan Perempuan Feminis Melayu
mencerminkan Khatijah Terung juga mempunyai Zaman Peralihan. Diksi, 26, 77-87.
pendirian diri dan kepekaan perempuan. Carstairs, C. & Janovicek. (2018). "The Dangers of
Keberanian yang dimiliki Khatijah Terung Complacency: women’s history/gender history in Canada
adalah hasil pembentukan sosial. Sifat-sifat feminis in the twenty-first century." Women's History Review, 27,
yang ada pada dirinya juga dipengaruhi oleh 29-40.
pengarang perempuan lainnya, yakni Aisyah Connel, R.W. (2005). Masculinities. California: University of
Sulaiman,. Terlebih juga karena pengaruh California Press.
Doyle, Charlotte L. (2010).The Writer Tells: The Creative
dukungan suaminya, Raja Haji Abdullah karena
Process in The Writing of Literary Fiction. Creativity
lebih dulu membuat kitab kamasutra melayu dari Research Journal. 11,29-31.
sudut pandang laki-laki yang diberi judul Cempaka Kayam, Umar. (1982). “Percabulan dalam Kesusasteraan”.
Putih. Seolah kitab Perhimpunan Gunawan bagi Semula merupakan kertas kerja untuk pembicaraan
Perempuan dan Laki-laki adalah tandingan dari pengantar dalam Malam Diskusi yang diselenggarakan
kitab kamasutra yang dikarang suaminya. Hal ini Lembaga Seni Sastra Pusat, di Yogyakarta, 2 Januari 1956.
disebabkan adanya gerakan pembaharuan yang Kemudian dengan judul yang sama dimuatkan di majalah
menyerupai feminis (Doyle, 2010). Gerakan Budaya. No. 1. Tahun VI, Januari 1957. Akhirnya artikel
persamaan gender dan hak-haknya yang mengarah yangtermuat di majalah Budayaini dimasukkan Satyagraha
Hoerip dalam buku, Sejumlah Masalah Sastra. 1982.
pada penghapusan diskriminasi telah berlaku di
Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Kerajaan Melayu Riau Lingga pada abad 19. Dapat Gilbert, S., M. & Gubar, S. (1979). The Madwoman in the Attic:
dikatakan, tanpa adanya gerakan pembaharuan tidak The Women Writer and the Nineteen-Century Literary
mungkin melahirkan pengarang seperti Khatijah Imagination. London: Yale University Press.
Terung. Goenawan, M. (1981). Seks, Sastra, Kita. Jakarta: Sinar
Harapan.
IV. SIMPULAN Guillot, C., dan Kalus, Ludvik. (2008). Inskripsi Islam Tertua di
Indonesia. Diterjemahkan oleh Laddy Lesmana, et.al.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Sastra menjadi medium pengarang dalam Humm, M. (2007). Ensiklopedia Feminisme. Edisi Bahasa
mentransformasikan latar belakang sosial. Oleh Indonesia diterjemahkan oleh Mundi Rahayu. Yogyakarta:
karena itu sastra mencerminkan kondisi pada Fajar Pustaka Baru.
zamannya. Syair Khadamuddin dan Perhimpunan Jelinek, Estelle C. (2003). The Tradition of Women's
Gunawan bagi Laki-Laki dan Perempuan menjadi Autobiography. United States of America: Xlibris
bukti sejarah bahwa budaya patriarkhi memunculkan Corporation.
Malik, Abdul.(2017). “Kamasutra ala Nusantara”. Dalam
ketidaksetaraan dalam gender dan seksualitas.
Tirto.id. Jakarta.
Namun, sejarah sastra lokal di Indonesia belum Ming, D., C. (1999). Raja Aisyah Sulaiman, Pengarang Ulung
mengenalkan Aisyah Sulaiman dan Khatijah Terung, Melayu. Bangi: Universitas Kebangsaan Malaysia.
sehingga ketokohan pengarang serta keistimewaan Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif,
karya para perempuan ini tidak banyak diketahui. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
Kajian sastra di Indonesia terhadap karya-karya Rani, Savita. 2013. Elaine Showalter’s Feminist Criticism In
pengarang perempuan melayu Riau Lingga masih The Wilderness: A Critique. An International Refereed e-
dianggap kurang. Diharapkan penelitian yang telah Journal of Literary Explorations, 1, 1-5.
dilaksanakan ini memberikan sumbangsih terhadap Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, Dan Teknik
Penelitian Sastra (Dari Strukturalisme Hingga
ilmu pengetahuan di bidang sastra daerah Melayu
Kepulauan Riau.

19
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 6 Nomor 1 Maret 2021. Page 12-20
p-ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X

Postrukturalisme, Perspektif Wacana Naratif). Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Metodologi Penelitian: Kajian
Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya.
Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Syahri, A. (2017). “Sastra dan Emansipasi Perempuan dalam
Karya Aisyah Sulaiaman”. Dalam Tanjungpinang Pos, 22
April 2017. Tanjungpinang.
Weeks, Jeffrey. (1995). The Lesser Evil and the Greater Good
The Theory and Politics of Social Diversity. London:
Rivers Oram Press.

20

Anda mungkin juga menyukai