Anda di halaman 1dari 14

KEBEBASAN BERSERIKAT BURUH DAN PERLINDUNGAN BURUH

(MIGRANT)
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan dan
Perburuhan

Dosen Pengampu : Ike Sumawaty, S.H., MH.

Disusun oleh :
Azrina Rifha Wardhany Lubis (210701197)
Dewi Ayu Sartika (210701202)
Dea Arsina Fitri (210701198)
Mei Sari Fitri (210701200)

Kelas A2

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
TA : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia sebagai tugas kelompok
mata kuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini akan membahas “Kebebasan berserikat buruh dan
perlindungan buruh (migrant)” yang disusun untuk mengetahui dan menganalisis apa saja
kebebasan dan perlindungan buruh.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dan penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah penulis untuk di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi penulis dan pembaca semuanya, amiin.

Pekanbaru, 21 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Penjelasan kebebasan berserikat buruh ........................................................................ 3


B. Penjelasan perlindungan buruh (migrant) ..................................................................... 5
C. Dasar hukum dari kebebasan berserikat buruh dan perlindungan buruh ........................ 6
D. Upaya pemerintah untuk melindungi buruh ................................................................. 7
E. Penyelesaian permasalahan mengenai kebebasan berserikat bagi pekerja di Negara
Indonesia ....................................................................................................................

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 9

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 9
B. Saran .......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 10

Ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebebasan buruh berserikat seringkali terancam oleh pihak pengusaha, pengusaha


menganggap bahwa keberadaan serikat buruh hanya sebagai penganggu jalannya usaha.
Bentuk ancaman yang seringkali terjadi adalah gaji yang akan diturunkan, pelayanan
kesehatan dan perlindungan kerja yang tidak baik, serta pemutusan hubungan kerja (phk)
secara sepihak.

Tujuan dibentuknya serikat buruh/ serikat pekerja adalah menyeimbangkan posisi buruh
dengan pengusahannya. Melalui keterwakilan buruh di dalam serikat buruh/serikat pekerja,
diharapkan aspirasi buruh dapat sampai kepada pengusahaanya. Selain itu, melalui wadah
serikat buruh/serikat pekerja ini diharapkan akan terwujud peran serta buruh dalam proses
produksi. Hal ini merupakan satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hubungan
industrial di tingkat perusahaan. Serikat buruh/serikat pekerja yang merupakan sarana untuk
memperjuangkan kepentingan pekerja haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas
kelangsungan perusahaan dan begitu pula sebaliknya, pengusaha harus memperlakukan
pekerja sebagai mitra sesuai harkat dan martabat kemanusiaan.

Buruh menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi


kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan
keterampilan dan keahlianya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan
kesejahteraan anggota beserta keluargannya pasal 102 (ayat 2). Pemerintahberfungsi untuk
menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan dan melakukan
penindakan bagi pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan pasal 102 (ayat
1).

Perlindungan buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat


buruh tercantum dalam pasal 104 (ayat 1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, dengan
adanya perlindungan tersebut serikat buruh seharusnya terlepas dari ketakutan dalam
menjalankan aktifitasnya. Pada kenyatannya serikat buruh/serikat pekerja masih sering
mendapatkan pembatasan-pembatasan dan penghalang-halangan dari pihak pengusaha atau
orang lain (atas permintaan pengusaha) serta mendapatkan ancaman-ancaman akan dikenakan
PHK.

Pada dasarnya perlindungan hukum oleh negara merupakan suatu kewajiban yang
dilaksanakan Pemerintah berdasarkan amanat UUD 1945, terutama perlindungan bagi kaum
lemah (buruh/pekerja) namun, yang sering terjadi pihak pengusaha atau orang suruhannya
sering melakukan intimidasi kepada anggota serikat buruh/serikat pekerja agar keluar dari
organisasi serikat buruh/serikat pekerja.

Kebebasan berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat merupakan hak dasar
yang dimiliki oleh warga negara dari suatu negara hukum demokratis yang berkedaulatan
rakyat. Hak-hak yang dimiliki manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan bukan
karena pemberian masyarakat atau negara disebut hak asasi manusia. Hak asasi manusia
dalam negara hukum tidak dapat dipisahkan dari ketertiban dan keadilan, pengakuan atas
negara hukum salah satu tujuannya adalah melindungi hak asasi manusia, berarti hak dan
sekaligus kemerdekaan atau kebebasan perorangan diakui, dihormati, dan dijunjung tinggi.

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Serikat buruh/serikat pekerja didirikan


secara bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan juga bertanggung jawab oleh buruh/pekerja
untuk memperjuangkan kepentingan buruh/pekerja dan keluarganya. Melalui serikat
buruh/serikat pekerja diharapkan akan terwujudnya hak berserikat buruh dengan maksimal
danburuh dapat memperjuangkan kepentingannya.

Setiap orang diberi hak untuk bebas membentuk atau ikut serta dalam keanggotaan atau
pun menjadi pengurus organisasi dalam kehidupan bermasyarakat dalam wilayah negara
Repulik Indonesia. Hak berserikat bagi buruh/pekerja, sebagaimana diatur dalam Konvensi
International Labour Organization (ILO) Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan
Perlindungan Hak untuk Berorganisasi, Bersama sudah diratifikasi oleh Indonesia menjadi
bagian dari peraturan perundang-undangan nasional. Namun, selama ini belum ada peraturan
yang secara khusus mengatur pelaksanaan hak berserikat bagi buruh/pekerja sehingga serikat
buruh/ serikat pekerja belum dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal. Maka dapat
dilihat pada kenyataan yang terjadi saat ini yaitu tidak adanya kebebasan-kebebasan buruh dan
hak-hak buruh untuk ikut serta dalam organisai serikat buruh/serikat pekerja untuk
memperjuangkan kepentingan buruh dan keluarganya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kebebasan berserikat buruh?
2. Apa itu perlindungan buruh (migrant)?
3. Apa dasar hukum dari kebebasan berserikat buruh dan perlindungan buruh?
4. Bagaimana cara pemerintah untuk melindungi buruh?
5. Bagaimana penyelesaian permasalahan mengenai kebebasan berserikat bagi pekerja
di Negara Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami kebebasan berserikat buruh.
2. Mengetahui dan memahami tentang perlindungan buruh.
3. Mengetahui dan memahami dasar hukum kebebasan berserikat dan perlindungan
buruh.
4. Mengetahui dan memahami cara pemerintah melindungi buruh.
5. Mengetahui dan memahami penyelesaian permasalahan mengenai kebebasan
berserikat di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebebasan Berserikat bagi Buruh

Hak berserikat buruh secara universal telah diakui, salah satunya yaitu Konvensi
International Labour Organisation (ILO). Hak berserikat buruh berdasarkan Konvensi
International Labour Organisation (untuk selanjut Konvensi ILO) adalah keadilan sosial.
Mukadimah International Labour Organisation alinea satu menyatakan bahwa perdamaian
yang bersifat universal dan abadi hanya dapat dicapai apabila didasarkan pada keadilan
sosial, salah satunya adalah pengakuan atas prinsip kebebasan berserikat.

Ada dua konvensi ILO yang menjadi fundamental rights, yaitu Freedom of
Association and Protection of the Right to Organise Convention 1948 atau Konvensi tentang
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi (untuk selanjutnya disebut
Konvensi ILO No. 87) dan Right to Organise and Collective Bargaining Convention 1949
atau Konvensi tentang Hak Berorganisasi dan Perundingan Bersama (Konvensi ILO No. 98).

Konvensi ILO No. 87 dan Konvensi ILO No. 98 secara universal memberikan prinsip
dasar bagi buruh untuk melaksanakan hak berserikatnya melalui:

1. Jaminan kebebasan berserikat tanpa perbedaan apapun;


2. Kebebasan berserikat tanpa izin terlebih dahulu;
3. Kebebasan memilih;
4. Kebebasan organisasi untuk berfungsi : menjamin kerangka kegiatan, administrasi,
aktivitas dan program;
5. Hak untuk mengorganisasi;
6. Perundingan dan kesepakatan kolektif;
7. Hak-hak dan kemerdekaan sipil serikat pekerja.

Pada dasarnya, ILO telah mengesahkan daftar hak-hak buruh sebagai hak asasi
manusia. Pada tahun 1998, ILO mendeklarasikan “Declaration of Fundamental Principles
and Rights at Work”. Deklarasi tersebut mengikat setiap negara anggota ILO untuk
menghormati dan memajukan prinsip-prinsip dan hak-hak dalam empat kategori, baik negara
anggota yang telah ataupun tidak meratifikasi konvensi-konvensi tersebut. Kategori-
kategorinya terdiri dari: kebebasan berserikat (Konvensi ILO No. 87) dan hak untuk
berunding bersama (Konvensi ILO No. 98), penghapusan kerja paksa (Konvensi ILO No. 29
dan 105, Rekomendasi No. 35), penghapusan pekerja anak serta penghapusan diskriminasi
dalam hal pekerjaan dan jabatan (Konvensi ILO No. 100 dan 111, Rekomendasi No. 90 dan
111).

Pasal 1 angka 17 Undang-undang No. 13 tahun 2003 (UU 13/2003) dan pasal 1
angka 1 Undang-undang No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
(UU 21/2000) menyebut SP/SB sebagai organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

Pekerja secara individu diberikan perlindungan untuk bertindak secara kolektif


untuk membela hak dan kepentingannya dan meningkatkan kesejahteraan yang layak
bagi buruh dan keluarganya. Agar tujuan ini dapat tercapai, undang -undang
memberikan peran penting kepada organisasi buruh yang disebut SP/SB itu.

FUNGSI DARI SERIKAT BURUH/SERIKAT PEKERJA

Sesuai dengan pasal 102 ayat (2) UU 13/2003, dalam melaksanakan hubungan
industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan
sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi,
menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan
keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan
anggota beserta keluarganya.

Tujuan dibentuknya Serikat Pekerja/Serikat Buruh


SP/SB bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan dan
meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi buruh dan keluarganya. Agar tujuan ini
dapat tercapai, SP/SB diberikan peran penting sebagai (pasal 4 UU 21/2000):

1. Pihak dalam perundingan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan


industrial
2. Wakil buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan, misalnya lembaga
kerja sama bipartit, lembaga kerja sama tripartit, dewan K3, upah, dsb.
3. Sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berk eadilan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sarana yang
sering digunakan untuk mewujudkan hal ini adalah perjanjian kerja bersama.
4. Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.
5. Perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan pekerja/buruh
6. Wakil buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.

B. Perlindungan Buruh (Migrant)

Bahwa bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, dihormati, dan
dijamin penegakannya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa negara menjamin hak, kesempatan, dan memberikan
pelindungan bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan
penghasilan yang layak, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan keahlian,
keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan; bahwa pekerja migran Indonesia harus dilindungi
dari perdagangan manusia, perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan, kesewenang-
wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak
asasi manusia; bahwa penempatan pekerja migran Indonesia merupakan suatu upaya untuk
mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan
penghasilan yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan harkat,
martabat, hak asasi manusia, dan pelindungan hukum, serta pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kepentingan nasional; bahwa negara wajib
membenahi keseluruhan sistem pelindungan bagi pekerja migran Indonesia dan keluarganya
yang mencerminkan nilai kemanusiaan dan harga diri sebagai bangsa mulai dari sebelum
bekerja, selama bekerja, dan setelah bekerja; bahwa penempatan dan pelindungan pekerja migran
Indonesia perlu dilakukan secara terpadu antara instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah
dengan mengikutsertakan masyarakat.

Pokok-pokok pengaturan dalam Undang-Undang ini meliputi Pekerja Migran Indonesia yang
bekerja pada Pemberi Kerja berbadan hukum, Pekerja Migran Indonesia yang bekerja pada
Pemberi Kerja perseorangan, plaut awak kapal dan pelaut perikanan, hak dan kewajiban Pekerja
Migran Indonesia dan keluarganya, upaya Pelindungan Pekerja Migran Indonesia baik
pelindungan dalam sistem penempatan (sebelum bekerja, selama bekerja, dan sesudah bekerja),
atase ketenagakerjaan, layanan terpadu satu atap, sistem pembiayaan yang berpihak pada Calon
Pekerja Migran Indonesia dan Pekerja Migran Indonesia, penyelenggaraan Jaminan Sosial
Pekerja Migran Indonesia, dan pelindungan hukum, sosial, dan ekonomi. Undang-Undang ini
juga mengatur tugas dan wewenang Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, serta peran dan
fungsi Badan sebagai pelaksana kebijakan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia. Dalam
Undang-Undang ini, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 diperkuat fungsi dan
perannya sebagai pelaksana pelindungan bagi Pekerja Migran Indonesia

C. Dasar Hukum dari Kebebasan Berserikat Buruh dan Perlindungan Buruh

Pasal 20, Pasal 21, Pasal 27 ayat (2), Pasal 28 D ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 E ayat (1)
dan ayat (3), Pasal 28 G, Pasal 28 I ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2012
tentang Pengesahan International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant
Workers and Members of Their Families (Konvensi Internasional mengenai Perlindungan Hak-
Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5314 );

D. Upaya Pemerintah untuk Melindungi Buruh

Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja & Perluasan Kesempatan Kerja
(Binapenta & PKK), Maruli A. Hasoloan mengatakan, Pemerintah Indonesia sedikitnya sudah
melaksanakan enam program dalam upaya memberikan perlindungan bagi pekerja migran
Indonesia di luar negeri.

“Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan perlindungan bagi
setiap pekerja migran yang bekerja di luar negeri, “ kata Dirjen Maruli saat menghadiri acara
Book Launch and Policy Dialogue: The Future of Human Rights Cooperation on Migrant
Workers’ Rights in ASEAN and Beyond di Jakarta, Selasa

Menurut Maruli, pada pada akhir 2017, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI)
“Terbitnya Undang-undang PPMI ini menjadi instrumen perlindungan sebagai bentuk kehadiran
negara dalam memberikan pelayanan dan perlindungan bagi setiap pekerja migrant,” kata
Maruli.

E. Penyelesaian Permasalahan Mengenai Kebebasan Berserikat bagi Pekerja di Negara


Indonesia

Kasus ini bermula dari tuntutan pekerja/buruh melalui serikat pekerja/serikat buruh
agar perusahaan melakukan pemenuhan hak atas pembayaran upah minimum, hak cuti
melahirkan dan hak pesangon atas pekerja yang telah mengalami pemutusan hubungan kerja
dari perusahaan. Para pekerja yang telah mendapatkan advokasi dari pengurus Federasi
Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) melakukan tuntutan kepada pihak perusahaan dan
membentuk serikat pekerja/serikat buruh. Serikat pekerja/serikat buruh yang dibentuk
tersebut didaftarkan pada Dinas Ketenagakerjaan Kabuapaten Pasuruan pada awal tahun
2009. Atas pendaftaran tersebut, dibentuk susunan serikat pekerja/serikat buruh yang berisi
pekerja/buruh dari perusahaan yang dipimpin oleh Hariyanto Utomo Hidayat. Laporan
pembentukan susunan kepengurusan serikat pekerja tersebut disampaikan kepada Hariyanto
Utomo Hidayat sebagai bentuk laporan dan pemberitahuan kepada perusahaan. 59 Setelah
mengetahui hal tesebut, Ia meminta agar serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk
pada perusahaan yang ia pimpin segera dibubarkan karena tidak terlebih dahulu meminta izin
kepadanya.

Peringatan tersebut ditujukan kepada ketua serikat pekerja/serikat buruh yang terpilih
dengan mengancam akan dilakukan pemutusan hubungan kerja. Namun ancaman tersebut
tidak diindahkan oleh ketua serikat pekerja beserta seluruh anggota serikat pekerja.
Pertemuan untuk melakukan negosiasi selalu mengalami jalan buntu. Akibat tidak terdapat
kesepakatan dari negosiasi, Hariyanto Utomo Hidayat melakukan pemutusan hubungan kerja
kepada para pekerja/buruh yang aktif dalam serikat pekerja/serikat buruh yaitu sebanyak 107
pekerja/buruh mengalami pemutusan hubungan kerja dari perusahaan.

Pemutusan hubungan kerja tersebut ditanggapi oleh pekerja/buruh. Pekerja/buruh


melaporkan Hariyanto Utomo Hidayat ke pihak berwajib karena dianggap menghalangi hak
pekerja/buruh untuk berserikat. Pada tanggal 14 Juli 2011, Hariyanto Utomo Hidayat dituntut
1 tahun oleh Jaksa Penuntut Umum karena dianggap telah melanggar Pasal 43 Undang-
Undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Tuntutan tersebut
diputus oleh Pengadilan Negeri Bangil pada tanggal 15 Agustus 2011 dengan hukuman
penjara selama 1 tahun. 61 Tidak terima atas Putusan Hakim Pengadilan Negeri tersebut,
Hariyanto Utomo Hidayat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jawa Timur. Namun
upaya mendapatkan keringanan hukuman tersebut tidak tercapai karena dan memberikan
tambahan hukuman menjadi 1 tahun 6 bulan penjara ditambah denda sebesar Rp 250.000.000
(dua ratus lima puluh juta rupiah) subsidiar 6 bulan kurungan. Putusan banding tersebut
kemudian diajukan kasasi oleh Hariyanto Utomo Hidayat ke Mahkamah Agung. Senada
dengan Putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Jawa Timur, Mahkamah Agung
dalam putusan kasasinya menolak permohonan kasasi Hariyanto Utomo Hidayat sehingga
hukuman yang diterimanya adalah penjara selama 1 tahun 6 bulan dan denda sebesar Rp
250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah melalui


penegakan hukum ketenagakerjaan telah memberikan perlindungan hak kepada para
pekerja/buruh untuk berserikat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Serikat pekerja atau buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/ buruh
baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/
buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan keluarganya. Serikat pekerja berfungsi
selaku penampung serta penyalur aspirasi pekerja di dalam hubungan industrial. Penerapan hak
kebebasan berserikat dalam bentuk serikat pekerja tersebut untuk pekerja mengandung nilai yang
begitu strategis, sebab dengan penerapan tersebut membuat hak atas kebebasan berserikat berfungsi
sebagai hak fundamental dimana pekerja berhak memperoleh hakhak yang sepatutnya diterima oleh
pekerja. Dibentuknya serikat pekerja juga berarti dapat dijadikan instrumen bagi pekerja supaya dapat
menuntut kenaikan upah, sehingga dapat ikut berperan dalam membentuk perjanjian kerja bersama,
menolak pelaksanaan pemutusan hubungan kerja, bermusyawarah bersama dan menyusun tuntutan
lainnya.

B. Saran

keseluruhan isi tesis ini sekaligus memberikan rambu-rambu untuk masuk pada bab-bab berikutnya.
Dalam bab ini diawali dengan menjelaskan latar belakang masalah dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, kerangka teoritis dan konsepsional dan terakhir sistimatika penulisan

DAFTAR PUSTAKA

Nurjanah, S., & Kusniati, R. (2017). Perlindungan Hukum Terhadap Kebebasan Berserikat Bagi
Pekerja Di Indonesia Dan Malaysia. Journal of Judicial Review, XIX(1), 98–114.
http://www.refworld.org/docid/4ea661f8c.html

Mohammadi, K., Movahhedy, M. R., Khodaygan, S., Gutiérrez, T. J., Wang, K., Xi, J.,
Trojanowska, A., Nogalska, A., Garcia, R., Marta, V., Engineering, C., Catalans, A. P.,
Capsulae.com, Pakdel, Z., Abbott, L. A., Jaworek, A., Poncelet, D., Peccato, L. O. D. E. L.,
Sverdlov Arzi, R., & Sosnik, A. (2017). No Title. Advanced Drug Delivery Reviews,
135(January 2006), 989–1011.
https://doi.org/10.1016/j.addr.2018.07.012%0Ahttp://www.capsulae.com/media/Microenca
psulation - Capsulae.pdf%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.jaerosci.2019.05.001

Masalah, A. L. B. (2020). Sumber: Direktur Pembangunan Hubungan Industrial, Kementerian


Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, pada tanggal 15 Mei 2017 1. 1–19.

Anda mungkin juga menyukai