Anda di halaman 1dari 30

DOKTER TERAWAN LAHIR PADA TANGGAL 5 AGUSTUS 1964 -DIATAS TERLIHAT

NATAL CHART DARI DR TERAWAN,


Nah kita coba menganalisa dulu karakter dan sifat dari dokter terawan ,tanggal
kelahiran tidak disertai jam lahir.
Dr terawan adalah seorang yang sangat konsisten dalam pekerjaan dan juga merupakan
pekerja keras. Tapi dalam natal chart nya terlihat banyak double tekanan atau
pressure dalam hidup dr terawan, sehingga kalau di lihat sepintar maka kehidupan dr
terawan akan banyak terdapat gangguan.
Dr terawan juga mempunyai sifat sebagai pengayom dan di tunjukkan dalam karir
beliau juga sifat yang menonjol dr terawan adalah setia kawan, hati hati dan sedikit
jaim atau tinggi hati serta mempunyai reputasi yang bagus.
Karir yang dipilih dokter dan tentara adalah pekerjaan yang sangat sesuai dengan natal
chart dr terawan sehingga dr terawan mendapatkan banyak kemajuan dalam karir nya
dari natal chart dr terawan termasuk tulang kaya , jadi seharusnya tidak bermasalah
dalam menghasilkan uang, tapi sayang sekali di dalam cabang bumi dari natal chart
walaupun unsur yang menguntungkan tapi cabang bumi atau shio dari dr terawan
banyak mengalami clash – sehingga kepintaran atau pun pekerjaan dr terawan akan
banyak mengalami gangguan , apalagi jika dr terawan lahir di jam -1-3 pagi , 7-9
pagi ,19-21 malam… maka hidup dr terawan akan banyak mengalami gangguan .
Secara kesehatan ,dr terawan harus memperhatikan yang berkaitan dengan api yang
berhubungan dengan jantung, kaca mata, syaraf dan pembuluh darah , dan karir yang di
pilih dr terawan adalah juga berhubungan yang sama. Jadi secara tidak sengaja karir
yang di pilih adalah untuk melengkapi atau balancing elemen dari natal chart dr
terawan.
Pada periode umur 51-61 (2015-2025) akan banyak gangguan pada karir dr terawan
yang merupakan titik puncak dari karir beliau, apakah beliau bisa menghadapi
gangguan pada karir nya ataukah dengan memanfaatkan momentum yang terjadi maka
akan melejitkan karir beliau.
Pada periode 2022 ini pada tahun macan air – beliau akan banyak sekali mendapatkan
pengkhianatan dari rekan rekan sejawat dan hasil riset atau pemikiran dan hasil
penelitian beliau akan banyak mendapatkan gangguan dan hal ini akan berlangsung
dari bulan feb – juli 2022 – kemudian gangguan tsb berangsur angsur hilang.
solusi untuk dr terawan secara astrologi – Harus bijaksana dalam mengambil
keputusan , juga harus penuh strategy dalam menghadapi lawan lawan. Jika dr terawan
mendapatkan teman yang mempunyai shio ayam , akan mengurangi tekanan yang
terjadi.
Dr terawan harus bertindak tegas dalam menghadapi setiap permasalahan , bisa
mengandalkan juga kekuasaan atau teman teman yang mempunyai kekuasaan atau
kedudukan tinggi , tapi juga harus hati hati thd musuh dalam selimut, keputusan yang di
ambil harus bisa maju dan mundur alias bersifat mendua atau jinak jinak merpati
sehingga lawan akan terkecoh, keputusan yang sesungguhnya sebaiknya simpan di
dalam hati.
salam astro
Gunnadi Wwidjaja
nah hari ini keluar hex 47 - maju salah mundur salah —
Logam di langit air di bumi .
Logam akan kecemplung dalam air.

Yuk gunakan intuisi utk interpretasi ... apa yang kita rasakan
MAMA GENTUR, GURU PARA ULAMA PASUNDAN
Bangsa Indonesia dikenal mempunyai banyak ulama
kharismatik yang tersebar di berbagai daerah.
Begitupun dari wilayah Pasundan, tepatnya di wilayah
Cianjur, banyak tokoh yang berperan dalam bidang
masing-masing. Salah satunya adalah Syekh Ahmad
Syathibi, pengarang Kitab Sirajul Munir dan pengasuh
Pondok Pesantren Gentur, Cianjur, Jawa Barat.
Siapa sebenarnya sosok kiai ini? Syekh Ahmad Syatibi
adalah seorang ulama dari tatar Sunda yang cukup
dikenal luas oleh masyarakat Jawa Barat. Ia memiliki
gelar Al’Allim Al’Allamah Al-Kamil Al-Wara. Dikenal
juga sebagai guru dari ulama-ulama besar di tatar
Sunda seperti Syekh Zain Abdussomad (Mama Gelar)
Cianjur; Syekh Abdullah Nuh (Mama Cimanggu) Tanah Sareal Bogor; Syekh Mama
Hasbullah Sukaraja, Sukabumi; Syekh Muhammad Syafi’i, Bandung; Syekh Zinal ‘Alim
(Mama Haur Koneng), dan lain-lain.
Mama Gentur, demikian para santri dan masyarakat luas memanggilnya. Mama adalah
sebutan bagi seorang kiai sepuh di daerah Sunda. Sedangkan, Gentur adalah kampung di
mana ia dilahirkan dan membangun pesantren.
Syekh Ahmad Syatibi atau Mama Gentur adalah seorang pejuang pendidikan di bumi
Pasundan. Hal ini terbukti dengan banyaknya murid yang belajar kepada Mama Gentur,
kemudian menjadi ulama-ulama besar di tanah Pasundan yang mempunyai pengaruh
yang besar terhadap perubahan pada tataran regional maupun nasional.
Belum diketahui sumber yang pasti tentang tanggal kelahiran Mama Gentur. Ada yang
menyebutkan antara tanggal 12 sampai 18, namun tidak diketahui bulan dan tahun
kelahirannya. Ada juga yang menyebutkan Mama Gentur dilahirkan pada pertengahan
kurun waktu 13 Hijriah. Yang jelas, sesuai namanya, Mama Gentur dilahirkan di
Kampung Gentur, Kecamatan Warung Kondang, Cianjur, Jawa Barat. Ayahnya adalah
Mama Haji Sa’id dan ibunya Hj Siti Khodijah.
Lebih terperinci, silsilah ketururunanya sebagai berikut: Mama Syekh Ahmad Syatibhi
bin Mama Haji Muhammad Sa’id bin Mama Haji Abdul Qodir bin Syekh Nur Hajid bin
Syekh Nur Katim bin Syekh Sembah Dalem Bojong bin Syekh Waliyullah Haji Abdul
Muhyi Pamijahan. Jika dilihat dari silsilahnya, maka Mama Gentur termasuk keturunan
ulama-ulama besar di Nusantara ini.
Dari Pesantren ke Pesantren
Nama panggilan Mama Gentur  semasa
kecil adalah Adun. Namun, setelah pulang
dari Mekkah, ia berganti nama menjadi
Dagustani. Tapi sekarang lebih sering
dikenal dengan Al-Alim Al-Alamah Syekh
Ahmad Syatibhi, dan orang Sunda sering
menyebutnya dengan nama Mama Gentur.
Awal mulanya, Mama Gentur belajar ilmu agama kepada ayahnya ketika masih kecil.
Sang ayah, Syekh Mama Idris, adalah pengasuh Pondok Pesantren Gentur Cianjur. Kabar
dari Syekh Ahmad Eumed (Mama Cimasuk, Garut) bin Syekh Muhammad Rusdi (Mama
Haur Koneng, Garut), mengisahkan, dahulu Mama Gentur ingin belajar dan menuntut
ilmu yang besar, hanya ia bingung untuk berguru kepada siapa.
Kemudian, Mama Gentur berangkat ziarah ke makam Habib Husain bin Abu Bakar
Alaydrus alias Wali dari Luar Batang, Jakarta. Di sana Mama Gentur membaca selawat
nariah sebanyak 4444 kali dan menyelesaikannya sebanyak 44 kali dalam waktu 8
bulan. Lalu, Mama Gentur bermimpi bertemu dengan wali Luar Batang itu. Dalam
mimpinya, Mama Gentudiarahkan oleh wali Luar Batang untuk pergi mencari ilmu ke
wilayah Garut. Berawal dari mimpi itulah Mama Gentumemulai perjalanan
pendidikannya dari pesantren ke pesantren. Pesantren pertama yang menjadi
tujuannya adalah Pesantren Keresek, Garut.
Namun di Pesantren Keresek Mama Gentur menginap hanya satu malam. Sebab, oleh
Mama Keresek, ia diarahkan untuk menuntut ilmu di Pesantren Bojong dan berguru
kepada Mama Ajengan Muhammad Adzro’i. Di Pesantren Bojong, dalam waktu 40 hari,
Mama Gentur sudah hafal kitab Yaqulu (Nazom Masqud dalam ilmu saraf), Kailany (ilmu
saraf), Amrithy (ilmu nahu), Alfiah Ibn Malik (ilmu nahu dan saraf), Samarqondhy (ilmu
bayan), dan Jauharul Maknun (ilmu ma’ani, bayan, dan badi ). Waktu itu Mama Gentur
masih berusia 17 tahun.
Setelah selesai pendidikan di Pesantren Bojong, perjalanan mencari ilmunya tidak
selesai sampai di situ. Mama Gentur melanjutkan perjalanannya menuju ke Pesantren
Gudang. Selama Sembilan tahun Mama Gentur belajar di sini. Setelah itu, Mama Gentur
pergi ke Mekkah dan belajar di Pesantren Syekh Hasbullah.
Di Mekkah Mama Gentur hanya bermukim tiga tahun. Sebab, menurut Syekh Hasbullah,
Mama Gentur  atau juga Mama Syatibhi tidak pantas mengaji kepada Syekh Hasbullah
dengan alasan ilmu yang dimilikinya (Syekh Hasbullah) masih jauh dibandingkan
dengan Mama Syatibhi.
Dari di Mekkah, Mama Gentur atau Syekh Syatibhi melanjutkan perjalanannya ke Mesir.
Namun, ulama Mesir berkata hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Syekh
Hasbullah, bahwa “sudah tidak ada guru untuk Ahmad Syatibhi (Mama Gentur).”
Akhirnya Mama Syatibhi atau Mama Gentur kembali ke Cianjur dan belajar di pesantren
di Bunikasih, pimpinan Syekh Shoheh Bunikasih.
Guru Para Ulama
Dengan ilmu yang didapatkan serta kesalehan akhlaknya, Mama Gentur berhasil
mengkader murid-muridnya menjadi ulama-ulama besar yang mempunyai pengaruh
dalam perjuangan kemerdekaan dan penyebaran Islam di Jawa Barat, juga pendirian
lembaga pendidikan formal maupun informal seperti pondok-pondok pesantren di tatar
Sunda.
Salah satu murid Mama Gentur adalah KH Abdullah Nuh, seorang cendikiawan yang
sekaligus diplomat ulung pada masanya, menguasai berbagai macam bahasa. Namanya
pun tak lepas dari sebutan Al-Ghazali, sering disebut sebagai “Al-Ghazali dari Indonesia”
karena kepintaran serta keteladannya. Ia adalah pendiri Pesantren Al-Ghazali di
Bogor. KH Abdullah Nuh memperoleh gelar Pahlawan Nasional atas jasanya dalam
perjuangan kemerdekaan.
Kemudian ada Syekh Ahmad Shohibul Wafa (Abah Anom) yang juga merupakan murid
dari Mama Gentur. Abah Anom merupakan ulama kharismatik asal Suryalaya,
Kabupaten Tasikmalaya. Abah Anom mempunyai peran yang besar dalam bidang
pendidikan dan pendiri Tarekat Qodariah wa Naqsabaandiah di Jawa Barat. Pada 1961
Abah Anom mendirikan Yayasan Serba Bakti yang terdapat berbagai lembaga
pendidikan formal dari mulai TK, SD, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah
Aliyah, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiah serta
Pondok Remaja Inabah. Semua itu tidak lepas dari bimbingan dan ilmu yang didapatkan
dari gurunya, Mama Gentur atau Syekh Ahmad syatibhi.
Muridnya yang lain, yang mempunyai peran dan pengaruh di Jawa Barat, adalah Abuya
KH Hasan Mustofa bin Abah Sanean, atau sering disebut sebagai Abuya Sanean Bogor.
Abuya Sanean adalah salah satu penyebar agama Islam di Jawa Barat, khususnya daerah
Bogor dan sekitarnya.
Abuya Sanean juga pendiri Pesantren Darul Huda di Cisarua, Bogor. Ia dikenal sebagai
ulama ahli nahu, saaraf, dan balaghah di wilayah Bogor. Ia tergolong sebagai murid dari
Mama Gentur atau Syekh Ahmad Syatibhi yang sukses mendidik murid-muridnya
menjadi ulama-ulama besar dan berpengaruh di wilayah Jawa Barat.
Karya-karya Mama Gentur
Menurut KH Muhammad Aby Sofyan bin H Hasanudin bin Silihwangi, Mama Syatibhi
wafat pada hari Rabu tanggal Jumadil Akhir 1365 H atau 15 Mei 1946 M. Mama Syatibhi
atau Mama Gentur meninggal di kampung halamannya. Meskipun telah lama pergi,
Mama Syathibi selalu dikenang sebagian karena karya-karya. Ia meninggalkan lebih dari
80 karya yang berbahasa Arab maupun Sunda.
Di antara karyanya yang paling terkenal adalah kitab Sirajul Munir (ilmu
fikih), Tahdidul ‘Ainain (ilmu fikih), al-Muqoddimah Samarqondhiyah, al-Fathiyah,
Dahlaniyah (ilmu bayan), Muntijatul Lathif (ilmu saraf ), Nazom ‘Addudiyah (ilmu
munazdarah), dan lain-lain. Kitab karangan Mama Gentur masih terus dijadikan sebagai
salah satu sumber ilmu di pesantren-pesantren khusunya di wilayah Jawa Barat hingga
kini. Dengan demikian, kitab-kitab tersebut selalu memberikan pengaruh terhadap
keilmuan santri-santrinya, dan juga santri dari murid-muridnya.
Tak berlebihan jika penulis menyebutnya sebagai “Bapak Pendidikan dari Tanah
Pasundan”. Semoga beliau tetap dikenang atas jasanya untuk agama dan
negara. Afatihah…
ZIARAH MAKAM KH. ABDULLAH HAQ NUH (MAMA AJENGAN AANG NUH), ULAMA
KHARISMATIK CIANJUR
KH. Abdullah Haq Nuh bin Syekh Ahmad
Syathiby Gentur atau biasa dikenal dengan
Mama Aang Nuh merupakan putra dari
seorang ulama besar bernama Syekh
Ahmad Syathibi al-Qonturi (Mama Gentur),
tidak ada catatan kapan dan di mana Mama
Aang Nuh lahir. Namun yang pasti, nasab
beliau tersambung hingga Rasulullah SAW.
Mama Aang Nuh terkenal dengan beberapa
karomah beliau, diantaranya yang masyhur
ialah saat Mama Aang Nuh berziarah ke
makam Habib Husein bin Abu Bakar
Alaydrus, beliau bertemu dan disambut
langsung oleh Habib Husein bin Abu Bakar
Alaydrus secara jaga (yaqodzoh). Kemudian Mama Aang Nuh ditalqin dan dibaiat
langsung oleh Habib Husein.
Lokasi Makam
KH. Abdullah Haq Nuh bin Syekh Ahmad Syathiby Gentur atau Mama Ajengan Aang Nuh
wafat pada tahun 1990. Makam beliau terletak di Kp. Gentur, Desa Bangbayang,
Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tepatnya di Komplek Pemakaman
Makam Keramat Mama Gentur.
Selain makam Mama Ajengan Aang Nuh, di dalam komplek tersebut terdapat juga
makam Syekh Ahmad Syathibi al-Qonturi (Mama Gentur), Mama Ajengan Aang Baden,
dan beberapa ulama Cianjur lainnya. (CEK LOKASI SELENGKAPNYA DI SINI)
Tidak banyak dokumentasi terkait makam beliau, dikarenakan peraturan makam yang
melarang jamaah membawa HP saat berada di area makam. Beberapa informasi juga
memberitahukan bahwa perempuan dilarang masuk ke dalam Makam Mama Gentur.
Beberapa Amalan Yang Bermanfaat Ii
1.Asma Janaba Dasuka Siluman.  :
Kegunaan asma ini utk menghadapi masalah2 yg besar atau berat juga bisa utk
menghancurkan musuh dari jarak jauh 
Basmalah 
Alamtara kaiifafa ala robbuka bi as'habil fiil alam yaj'al kaidahum fitadzliil wa arsala
alaihim thairan ababiil (tarmiihim 3x) bihijarotin min sijjil faja'alahum ka'ashfin
ma'kuul. 10x Alaahumma innaka ta'lamu a'da ana ada dan fa baddidhum syamlahum
bidadan Allahumma labutqin minum ahadan Allahumma antal wahidul baqii sarmadan
Allahumma innaka ta'lamu a'uda'al muslimiina Fa'ahlikhum wa ammithum
wamuhutsarahum waqtha'minal ardhi habarohum Allahumma innal quumalladziina
anta a'lamu bihim qodista'azzawuzzi anqusihim wa makrihim wa khadii atihim
Allahumma al' tad'mirahum fii tadbiirihim wahalakihim fii harakatihim iftiyalihim
fiktiyalihim wa qoddirlahum syarramin ibadika Allahumma khudzhum fa'innahum
layu'jizuunaka Allahumma dammirahum kulla mudammar wa mazziquhum kulla
mumazzaq waqodhum mi haitsu layahtasyibun Allahummaj'al saka ya'tihiim dhuhan
wahum yal'abun awyatihim bayatan wahum naimuun Allahumma khudzuhum
akhdzalqura hiyazhalilatan innaka akhdzahu aliimun syadiidu.fa'akhadzahummullahu
bidzunuubihim wamakana lahum binallahi min Raqin Allahumma khudzhum bissa
hiqillahiqi walbalail mutalahiqqi Allahumma khudzhum fa'innahum layu'jizuunaka
laahaula wala quwwata illabillahil aliyyil adziim 
 
Dibaca bada sholat sebanyak2nya 
 
2. Zikir Ajengan Aang Nuh Cianjur :
 
1. Allahu lathiifu bi'ibadihi yarzuqu man yasyaa'u wahuwal qowiyyul aziiz 11x 
2. Ya lathiif. 129 x .
3. Layuhibbullahu juhra bissu'i minal qouli illa man zhulima wakanallahu samii'an
aliim
4. Allahul kafii qoshodtul kafii wajadtul kafii wakaffiniil kafii wani'mal kafi
walillahilhamdu 11x 
5. Ya kafii ya fatahu ya razzaq. 11x 
6. Allahumma sholli alaa saiyyidina muhammadin sholatan taftahu lii biha abwabar
ridhi wattaisiri wa taghlaqu anii biha abwabasy syarri watta'siiri wa takaunulii
biha wa liyyan wa nashiiran ya ni'mal maulaa wa ya ni'man nashiir.wa aththif
qulubal alamiina bi asrihim alayya wa albisnii qobuulan bissalmahat. 7x 
7. Qul innal fadhla biyadillahi yuutiihi man yasyauu wallah dzuul fadhlil azhiim. 11x
8. Allahumma innal biyadika fa'thinii rizqi bisuhuulatin min kholqika hatta
tasyhadannasi ajaiba fadhlika wa khshishnii minka birohmatin tunnajiinii bisa
min syarri asyrari kholqika faj'alnii muthii'an lisyukriks hatta afuuza fauzan
azhiim. 3x 
9. Allahumma sholli wa sallim wa barik alaa sayyidina muhammadin wabsuth lanar
rizqo waghniina aninnasi. 11x 
10. Allahumma sholli alaa sayyidina muhammadin wa alaa aali sayyidina
muhammadin warzuqna bibarakatihi thibal ma ashi. 11x 
11. Rabbana taqobbal minna inaka antas samiiud duau. 3x Dzikir ini berguna untuk
hajat dunia dan akhirat
3. Hizib Sulaiman Hizib :
 
yg berguna untuk pagar diri dari jin dan mahluk alus,merusak orang zholim dan
kekebalan badan Ini hizibnya : 
 
Basmalah 
Bismillahil hayyil qoyyuumir rohmaanirrohiim Rabbi jibriil wa miikaiil AaHiin aaHiin
aaHiin aaHiin AHiya syara Hiya aHiya HaHiya namaHiya Aduunaya ashba'uta aluu
shudaya Syal'ajmashin syalyaquushin thalthailasyin Thathkalyuusyin mahlusyakhin
bahmasyin Hamyuusyin yasyhiisyin syanahiisyin Marthothkayuusyin nafahlamin
ayuusyan Nafahlatalwitsin Ma a'zhoma hadzal kalama ma a'zhoma sulthonallahi
ihtaraqo man asho asma allahi binnaril muuqodati ash aqquu birrahiiqi walfazaisy
syadiidi warrauil azhiimi wal adzabil aliim Hizib ini biasa di kenal dengan nama
patulakan bangsa jin Syaratnya: Puasa biasa 60 hari/2 bulan Bada sholat wajib baca
hizib 60x 
 
4.Du'aa us sarbati (Seruan perjalanan diri yg dekat) :
 
Basmalah 
Alhamdu wa adzkuru du'aa assarbati Masribatu muhammadin s.a.w Dlollatu
nabiyyillahi daawuuda 'alaihis sholatu wassalam Wazza'al aalaama wal adwaa'a wal
asqooma wal amroodlo wal'aashi wanazza'a kullal miqlaaqi yaa qollaaku Laa taqlaku
ilaa badanii wa jasadii wa jismii Walaa taqlaku ilaa dxurriyyatii Shoffa tu fadldlon wa ats
tsartu dzawban Fanaa'an fanaa'an takawwanal maa'a Du'aau sarbatii fawqol kulli Laa
ilaaha illallahul waahidul qohhar Muhammadun Abdul qohhar Dua ini untuk
mencabut,membedol langsung penyakit dan dosa Dibaca/ditebus 1000x Syaratnya :
Harus hafal terlebih dahulu Dibaca 1000x 
 
boleh dicicil bisa 3 hari atau 7 hari.barulah ilmu ini bisa dimiliki 
Berlakunya ilmu ini Bisa untuk diri sendiri cukup dibaca 3x 
Bisa untuk orang lain.dibacakan pada air lalu di tiupkan dan diminum kan pada orang
lain
bisa untuk pemabuk,pecandu obat2an,atau orang yg dipenjara 
Keterangan Sakit itu siksa yg disebabkan oleh bermacam2 kesalahan yg kita perbuat
Dua ini ilmu yg langsung mencabut segala dosa/kesalahan dan penyakit tersebut
sekaligus 
 
Mu'jizat doa sarbat ini adalah simbar(bulu dada) kanjeng nabi muhammad dan payung
nabi dawud 
 
Arti dari dua ini: 
Aku memuji,memulyakan seruan perjalanan diri yg dekat simbar nabi Muhammad s.a.w
Yg dipayungi nabi Dawud a.s Du'a sarbat itu mencabut seluruh sakit yg pedih dan
seluruh penyakit yg menahun dan lama ,tidak sembuh sakit kurus kering,sakit
merang(:ilala) dan mencabut segala dosa salah langka,dosa umum,dosa jahat,dosa keji
membinasakan(sayyi'at) dan dosa tidak menuruti perintah serta mencabut
pengacau,perusak,huru hara Wahai pengacau perusuh janganlah mengacaukan
tubuhku,penjelmaan kebesaran tubuhku dan jangan mengacau anak cucuku,anak
muridku.kutampar bubar(pagang bagian leher),kusandung lebur hilang lenyap dan
binasa musnah jadi air.seruan kutukan perjalanan ku yg dekat.lebih mengatasi semua.
MALAM DI MAKAM MAMA GELAR
Tampaknya sudah menjadi agenda rutin saya ditengah kesibukan kerja di sebuah
sekolah , untuk menghilangkan kejenuhan biasanya saya beranjak mengunjungi
makam-makam para ulama terkenal di Cianjur atau yang terdengar Sakral. Salah satu
tempat yang suka diziarahi di Cianjur adalah Makam Mama Gelar.
Jujur , saya baru beberapa kali mengunjungi
makam mama gelar , lokasi makamnya yang
berada di Pesantren Gelar itu mengundang
banyak tanya tentang siapa sebenarnya mama
gelar itu. Tak heran jika setiap hari ratusan
peziarah akan datang ke sini apalagi saat acara
haul dan malam jumat . Yang jelas , makam
Mama Gelar menjadi destinasi wisata ziarah
populer di Cianjur selain Mama Shoheh
Bunikasih.
Pesantren Gelar berada di kecamatan Cibeber ,
untuk mencapainya bisa menggunakan motor
ataupun kendaraan empat melewati jalan umum
dan rumah warga Cibeber , suasara tenteram dan
adem itu terasa dimalam hari lengkap dengan
kesejukan udaranya. Setelah sampai lokasi , anda akan dihadapkan dengan
pemandangan yang luar biasa berupa gerbang masuk , mesjid, pondok dan makam
Mama Gelar yang sangat megah seperti istana.
Didalam kompleks makam merupakan tempat terakhir Mama Gelar beserta keturunan
dan saudaranya , arsitektur bangunan yang megah menambah kesan ” tenang ” serta
jajaran alquran kecil dan kotak amal menghiasi disegala sudut. Oh iya, tepat didepan
pintu masuk komplek makam anda akan melihat silsilah Mama Gelar secara lengkap.
Mama Gelar atau nama lengkapnya yaitu KH. Zein Abdussomad.SH merupakan satu dari
sekian banyak ulama yang kesohor dan hidup pada masa Aang Nuh gentur (Putera dari
Mama Gentur ) . Konon beliau mempunyai banyak majelis Talim yang tersebar di
seluruh Indonesia hingga Papua. Beliau juga dipercaya sebagai keturunan Eyang Dalem
Cikundul sebagai bupati pertama Cianjur.
Pesantren Gelar saat ini masih berdiri dan dipimpin oleh puteranya sebagai penerus
keilmuan islam terutama di bidang fiqih dan tauhid. Pesantren ini kerap kali dikunjungi
oleh tokoh terkemuka di Indonesia seperti Jokowi dan Anies Baswedan sebagai
gubernur terpilih periode 2017-2022.
Mari kita doakan semoga Mama Gelar beserta keturunannya dan murid-muridnya
ditambah kemuliaan ,keberkahan, rahmat dan menjadi penegak-penegak agama islam
yang sesungguhnya. Alfatihah,,,,
MAMA GELAR ULAMA ASLI CIANJUR
Pondok pesantren Gelar berdiri tahun 1932
didirikan oleh K.H Ahmad Subandi bin Eyang
Husein Eyang Johar Kadupandak K.H Subandi
merupakan Mama Gelar Pertama yang berasal
dari Kadupandak, Cianjur, Kyai Subandi
merupakan santri dari Pondok Pesantren Gentur
dimana kala itu, Pondok Gentur di pimpin oleh
K.H Ahmad Satibi ( Mama Gentur) yang juga
sezaman dengan Mama Kandang Sapi.
Setelahnya Mama Gelar kembali mondok di pondok Cibitung yang dipimpin K.H
Muhammad Ilyas ( Mama Cibitung) kemudian Mama Gelar menikah dengan Hj. Asiyah
binti Uyut Fatimah bin Eyang Arnas bin Nyimas Kararanggeung bin Arya Wira Tanu
Datar ( Dalem Cikundul) Bin Raden Aria Wangsa Goparana.
Hj Asiyah merupakan anak pertama dari K.H Ibrahim pimpinan Ponpes Peuteuy
Condong, Cibeber Mama Gelar dikaruniai 9 orang anak Mama Gelar ke- I meninggal
pada tanggal 14 September 1972 pada bulan Ramadhan.
Selanjutnya kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh anak pertamanya yang bernama
K.H Zein Abdul Somad ( Mama Gelar) yang lahir di Peuteuy Condong, Cibeber,
Kabupaten Cianjur pada tahun 1924.
Pada usianya yang masih 18 tahun Beliau menempuh pendidikan di luar negeri selama
4 tahun.
Sepulangnya ke tanah air Mama Gelar mondok ke pondok pesantren Mama Gentur
dikarenakan kecerdasannya diatas rata- rata dan menonjol, Mama Gelar dinikahkan
dengan anak dari Kyai Qodir oleh Mama Gentur dengan Nyi Mas Ooy namun tidak
berlangsung lama Umi Gelar wafat saat menunaikan ibadah haji kemudian Mama Gelar
menikah dengan Hj.Fatimah putri dari Kyai Badrudin, Cilangkap Tanggeung.

Mama Gelar berwasiat kepada santri dan keluarganya agar selalu melawan hawa nafsu,
belajar ilmu sebanyak-banyaknya dan jangan meninggalkan Sholat lima waktu dengan
tepat waktu Mama Gelar ke - II wafat pada tahun 1992.

Anak - anak dari Mama Gelar II dan Hj Asiyah adalah sebagai berikut:
K.H Dadang Darussalam, Hj. Aliyah, K.H Muhammad Faisal, Hj. Yayah Roqayah, Hj.
Iyang Sobariyah, K.H Hubban Zein, Hj.Muslimah, Hj. Siti Rahmah, dan K.H Qiban Zein.
Secara silsilah Mama Gelar masih memiliki hubungan darah dengan Raden Aria Wira
Tanu Datar I ( Dalem Cikundul) yang juga dikenal sebagai Bupati Cianjur Pertama.
Silsilah Mama Gelar disusun oleh Kyai Syahir bin Mama Kyai Ibrahim ( Mama Peuteuy
Condong).

Pewawancara
Siti Nuraeni
Sejarah Peradaban Islam Semester 4 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
MENGENAL SEJARAH ULAMA CIANJUR
Mengenal kota Cianjur, citranya sebagai daerah agamis sudah terintis sejak kota itu
lahir, yaitu sekitar tahun 1677. Cianjur didirikan oleh para ulama dan santri yang tempo
dulu gencar mengembangkan syiar islam. Itulah mengapa Cianjur identik dengan
julukan gudang santri dan kyai atau Kota Santri.
Tercipta pula lagunya yang kurang lebih berbunyi:
Suasana di kota santri
Asyik senangkan hati
Suasana di kota santri
Asyik senangkan hati
Tiap pagi dan sore hari
Muda mudi berbusana rapi
Menyandang kitab suci
Hilir mudik silih berganti
Pulang pergi mengaji
Duhai ayah ibu berikanlah izin daku
Untuk menuntut ilmu pergi ke rumah guru
Mondok di kota santri banyak ulama kyai                               
Tumpuan orang mengaji, mengkaji ilmu agama
Bermanfaat di dunia menuju hidup bahagia
Sampai di akhir masa
(lirik lagu Kota Santri)
Cianjur termasuk salah satu kota favorit, salah satu ulama yang terkenal di Cianjur ialah
Mama Ajengan Aang Nuh atau KH. Abdullah Nuh. Ia merupakan salah satu putera ulama
tersohor di Gentur, Cianjur bernama Syekh Ahmad Syantibi atau dikenal dengan
sebutan Mama Gentur. Kedua tokoh ini sudah begitu masyhur di kota santri Cianjur
karena luasnya ilmu dan keberkahan hidupnya, yang mana keilmuannya didapatkan
dari ulama Cianjur yaitu Syekh Soheh Bunikasih.
Mama Gentur tidak diketahui waktu kelahirannya, namun beliau wafat pada tahun 1946
M, setahun setelah Indonesia merdeka.
Kiprah para ulama Indonesia dalam kemerdekaan tidak bisa dianggap remeh karena
sebagian besar perjuangan dan pembentukan pemerintahan di negara kita bersumber
dari ulama. Bahkan Presiden Soekarno selalu menginjakkan kaki di Cianjur untuk
meminta do’a dan dukungan dari ulama Cianjur.
Beliau menikah dan dikaruniai putra-putri yaitu, Aang Nuh dan Aang Baden yang
namanya terkenal di tanah Pasundan. Saat haul tiba, puluhan hingga ratusan ribu
manusia berkumpul silih berganti untuk mendoakan beliau di komplek makam Mama
Gentur, tempat dimakamkannya Aang Nuh, Mama Gentur, Aang Baden dan sejumlah
tokoh lainnya serta jajaran makam ulama terdahulu.
Mengenai cerita karamahnya, seperti menaiki puncak tugu Monas, ditembak tentara
Jepang yang tiba-tiba ada di rumahnya, pedagang yang ditempeleng kemudian menjadi
orang kaya, bisa melihat dunia lewat pecinya, dan segudang karamah lainnya. Mengenai
amalan apa yang biasa dilakukan olehnya, tentu harus diperhatikan dengan seksama,
intinya apapun dalam kehidupan ini tak lupa untuk tetap bertakwa dan mendekatkan
diri kepada Allah swt. Ada sebagian ulama menyebut bahwa ulama ini selalu
memperbanyak shalawat kepada nabi disamping menjalankan kewajibannya sebagai
seorang muslim.
Aang Nuh, Syekh Abdul Jalil Dukuh dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan
Beberapa sumber lainnya menyebutkan bahwa Aang Nuh merupakan keturunan ulama
besar bernama Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya. Syekh Abdul Muhyi adalah
putera dari al Alim al Alamah Syekh Abdul Jalil yang berada di Kampung Adat Dukuh.
Kedua tokoh ini juga menjadi sentral para peziarah di tatar Sunda.
Kata Mutiara Aang Nuh
Sebagai ulama yang masyhur, ada salah satu kata mutiara sejatinya sebagai pengingat
bagi kita semua.
“Ceramah tèh euy, ulah ngan sakadar bisa tarik sora nepika ngahiung kana puhu ceuli.
Tapi kudu bisa tarik rasa nepika ngahiang kana yahu tajali.”
Artinya :Ceramah itu jangan hanya bisa teriak sampai berdengung di telinga orang yang
mendengarnya, tetapi harus bisa sampai tembus ke dalam hati, mengajak orang untuk
mengenal Allah swt.
ZIARAH KE MAKAM SYEKH ABDUL GHOFUR ULAMA ISLAM DESA BAE OLEH
MAHASISWA KKN-IK DESA BAE 1 DAN 2
Syekh Abdul Ghofur merupakan seorang
ulama yang menyebarkan agama Islam di
Desa Bae. Makam tersebut menjadi
peninggalan penyebaran Islam di Desa
Bae.
Dahulu pada saat penyebaran agama
Islam terdapat pondok pesantren yang
dinamakan pondok pesantren Kalipitung,
yaitu diambil dari lokasinya berdekatan dengan kali, tepatnya di belakang pondok
terdapat kali yang bertikung, namun pondok pesantren sudah tiada.
Hal ini merupakan salah satu asal usul dari nama Dukuh Bae Pondok.
Makam Syekh Abdul Ghofur belum banyak diketahui oleh banyak orang, sehingga masih
sedikit yang ziarah ke makam tersebut.
Lokasi makam Syekh Abdul Ghofur berada di Dukuh Bae Pondok RT 04 RW 03, Desa
Bae, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Letak makam Syek Abdul Ghofur berada di
dalam ruangan yang mengharuskan pengunjung masuk ke dalam.
Selain dari makam Syekh Abdul Ghofur terdapat beberapa makam yang menurut warga
sekitar merupakan keluarga dari Syekh Abdul Ghofur yaitu istri, anak dan menantu.
Kegiatan ziarah ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada para pendiri Desa
Bae oleh mahasiswa KKN-IK Desa Bae 1 dan 2.
Pelaksanaan ziaran dilaksanakan di siang hari setelah Sholat Dzuhur pada hari Senin, 13
September 2021, dan berlangsung khidmat dengan pembacaan tahlil yang dipimpin
oleh Saudara Muhammad Bayu Anggeyanto, selaku Koordinator Desa Bae 2. Ziarah
berlangsung dengan protokol kesehatan yang ketat.(*)
MAKAM SYEKH ABDUL GHOFUR
Makam Syekh Abdul Ghofur adalah makam seorang penyiar agama Islam terkenal di
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Makam ini terletak 1 km dari Tapal Kuda di desa Cijedil,
Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Makam Syekh Abdul Ghofur dikenal sebagai
Jongor oleh penduduk setempat.
Lokasi Makam Syekh Abdul Ghofur yaitu di atas sebuah bukit kecil di tengah
persawahan di Kampung Cijedil, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Akses jalan
menuju makam bisa ditempuh dengan mobil. Dari jalan raya Cianjur-Cipanas atau km 7,
kemudian masuk ke dalam gang sejauh 600 meter. Jarak dari kantor desa Cijedil sekitar
1,5 km. dan dari pusat kota Cianjur sekitar 7,6 km.
Makam Syekh Abdul Ghofur salah satu makam yang sangat ramai dikunjungi peziarah
dari berbagai daerah. Tidak hanya warga Cianjur, warga luar kota sering kali
berdatangan untuk memanjatkan doa di makam beliau. Menurut pengakuan juru kunci
makam, pengunjung dari luar negeri pun pernah datang misalnya dari Brunei
Darussalam. "Saat ini sudah lebih dari 400 tahun pemakaman beliau di sini dan tidak
pernah sepi dari peziarah, bukan berasal dari Cianjur saja melainkan sudah tembus ke
luar kota dan luar negeri seperti Brunei Darussalam ” Ujar juru kunci makam yang juga
merupakan keturunannya.[1] Peziarah biasanya ramai di malam Rabu dan malam Jumat.
Syekh Abdul Ghofur merupakan leluhur kampung Cijedil yang ikut menyiarkan Agama
Islam di wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 1600 M, sejarah ini bisa di lihat dari
peninggalan barang-barang sejarah berupa pakaian,uang dan barang pribadi lainya.
Dikutip dari Cianjurkab.go.id, Informasi yang di dapatkan dari pihak Pemerintahan Desa
Cijedil, Syekh Abdul Ghofur masih merupakan keluarga R. Aria Wira Tanu Bin Aria
Wangsa Goparana atau Dalem Cikundul.[2] Syekh Abdul Ghofur merupakan salah satu
penyebar agama islam di Cianjur sebelum Eyang Dalem Cikundul atau bisa dibilang
sebagai guru dari Eyang Dalem Cikundul saat itu, beliau berasal dari Banten (Ibu) dan
Cirebon (Bapak) atau adik kakak dengan Syekh Sultan Hasanudin Banten namun beda
ibu. Syekh Sultan Hasanudin merupakan putera dari Sultan Syarif Hidayatullah atau
dikenal dengan Sunan Gunung Jati Cirebon.[1]Jadi Syekh Abdul Ghofur adalah putera
dari Sunan Gunung Jati Cirebon dan merupakan saudara tiri dari Syekh Sultan
Hasanuddin Banten.
Meskipun Syekh Abdul Ghofur adalah penyiar terkenal di Cianjur dan bahkan disebut-
sebut sebagai salah satu Wali Songo yang tidak diketahui, namun juru kunci makam
menjelaskan agar sebaiknya Syekh Abdul Ghofur tidak disebut sebagai Wali, melainkan
sebutan Solihin. "Kita sebaiknya jangan menyebut beliau sebagai wali Allah, cukup
sebagai solihin saja karena dalam beberapa keterangan bahwa tidak ada yang tahu wali
kecuali wali lagi, kita kan bukan wali jadi kalau kita bilang seseorang itu wali Allah
tandanya kita takabur dan tidak dibenarkan. Yang jelas, bila kita mengagungkan orang
soleh dengan mendoakan dan menziarahinya tidak akan putus dari keberkahan dalam
bidang apapun baik bidang dunia maupun akhirat karena orang soleh merupakan orang
bertaqwa dan beriman serta sudah dekat dengan sang Khalik Allah SWT." Jelas juru
kunci Makam Syekh Ghofur.
Konon makam Syekh Abdul Ghofur merupakan makam pengampun sesuai dengan
namanya yang diambil dari salah satu Asmaul Husna bahasa Arab: "Ghofur" yang
artinya Maha Pengampun. Jadi, tidak sedikit yang menyebut bahwa ketika peziarah
datang ke Makam Syekh Abdul Ghofur maka akan diluruhkan segala dosa-dosanya.
Selain itu, barang peninggalan Syekh Abdul Ghofur masih tersimpan dengan rapih di
rumah juru kunci. Konon peninggalan beliau berupa uang, sisir, baju, keris, dan
sebagainya disimpan dalam satu peti. Peti tersebut hanya boleh dibuka pada saat
perayaan Maulid Nabi dan disaksikan oleh seluruh peziarah dan warga kampung. Yang
menarik, dalam ritual tersebut yang setahun sekali, warna baju peninggalan beliau
selalu berubah warna dan perubahan warna tersebut dipercaya sebagai tanda yang
menggambarkan kondisi desa Cijedil. Warna baju merah artinya Cijedil dalam keadaan
susah dan bahaya, warna putih menandakan damai, serta pernah pula berwarna abu-
abu. Selain itu, benda-benda peninggalan beliau yang disimpan sering hilang atau pergi
sendiri lalu kembali utuh lagi. Untuk itu, tidak sembarang olrang boleh melihat
peninggalan Syekh Abdul Ghofur.
Situs Makam ini berstatus Milik Lembaga/Instansi Swasta (non-Pemerintahan) yang
dikelola oleh warga sekitar dengan nama pengelola yang terdaftar yaitu Oji Fahruroji.
Dikutip dari dapobud.kemdikbud.go.id tentang objek benda, Situs Makam Syeh Abdul
Ghofur Jongor terdartar dengan nomor ID OBPO2016052500032.[4]
Batas Situs adalah sebagai berikut:
 Barat: Sawah milik Umbon/Damini
 Timur: Sawah milik warga
 Utara: Tanah milik Basuni
 Selatan: Sawah milik Marif
Untuk masuk ke dalam situ makam ini tidak dikenakan biaya atau gratis.
SEJARAH,SILSILAH BANTEN DAN CIANJUR
Letak dan Keadaan Alam
Cianjur adalah salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat. Daerah yang letaknya
diantara Bogor dan Bandung ini dilalui oleh jalur lintas selatan yang menghubungkan
antara ibukota negara (Jakarta) dan ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung). Secara
astronomis letaknya antara 106°,42¢--107°,25¢ Bujur Timur dan 06°,21¢--07°,32¢ Lintang
Selatan.

Daerahnya sebagian merupakan dataran tinggi dan sebagian lainnya dataran rendah.
Dataran tingginya merupakan kaki Gunung Gede yang berketinggian kurang lebih 2.962
meter dari permukaan air laut. Sedangkan, dataran rendahnya berada di daerah selatan
yang didominasi oleh persawahan. Ini pertanda bahwa sebagian besar masyarakatnya
bermatapencaharian sebagai petani, baik itu buruh tani, petani penggarap maupun
petani penggarap dan sekaligus pemilik. Sebagai catatan, sawah yang mereka garap
tidak semuanya menggunakan sistem irigasi karena ada juga yang bergantung pada
turunnya hujan (sawah tadah hujan). Sebelum musim penghujan biasanya sawah ini
ditanami dengan tanaman palawija seperti: bawang merah, kacang tanah, dan kedelai.
Jenis tanahnya yang sedemikian rupa dan cocok untuk jenis padi tertentu, khususnya
pada sawah yang menggunakan sistem irigasi, pada gilirannya menghasilkan beras yang
khas, yaitu beras cianjur.

Pada sawah yang menggunakan sistem irigasi, biasanya setelah padinya dituai, sawah
tersebut segera dicangkul dan atau dibajak. Sebelum sawah ditanami dengan benih padi,
ada juga yang memanfaatkan untuk memelihara ikan. Dan, ikan tersebut segera
dipindahkan ke balong (kolam) ketika benih padi sudah siap untuk ditanam. Seminggu
sebelum padi dituai, pemiliknya biasanya mengundang seorang dukun candoli atau wali
puhun dan beberapa orang tetangga. Pengundangan tersebut bertujuan untuk
memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa si pemilik sawah akan melakukan
penuaian padi. Dalam konteks ini sang candoli bertugas menentukan waktu yang tepat
untuk menuai padi berdasarkan hari pasaran seperti: kliwon, manis, pon, dan wage.
Setelah waktu yang ditetapkan tiba dan persyaratan penuaian telah tersedia, (sesajian)
seperti: sawen, pucuk tanjeur, pucuk gantung, empos (kukus yang berkaki), nasi tumpeng
beserta lauk pauknya, maka sang candoli pun mengucapkan mantra, kemudian
menyemburkan air sirih ke empat penjuru angin. Setelah itu, ia pun memotong padi
sebagai simbol bahwa penuaian sudah dapat dilaksanakan.

Cianjur tampaknya tidak hanya dikenal karena sebagian wilayahnya termasuk dalam
“kawasan puncak” (bahkan “puncak pas” ada di wilayahnya) dan berasnya yang khas,
tetapi juga bahasa Sundanya yang “murni” dan “halus” dan kesenian kecapi-suling-nya.
“Kemurnian” dan “kehalusan” karena daerahnya termasuk dalam wilayah Priangan
(Harsojo, 1999:307). Sedangkan, kecapi-suling-nya yang khas pada gilirannya membuat
kesenian tersebut disebut sebagai kecapi-suling-cianjuran. Oleh karena itu, tidak
berlebihan jika Harsojo (1999:308) mengatakan bahwa kecapi-suling-cianjuran, sesuai
dengan namanya, berasal dari daerah Cianjur. Selain itu, ada satu hal lagi yang
mengingatkan nama daerah ini, yaitu asinan-nya. Asinan yang cukup tersohor di daerah
ini adalah yang berada di dekat persimpangan yang jika lurus akan menuju ke Sukabumi
(dari Bandung) dan jika belok kanan menuju Bogor dan atau Jakarta.

Sosial-Budaya
Bahasa
Masyarakat Cianjur adalah pendukung kebudayaan Sunda. Dalam berkomunikasi mereka
menggunakan.bahasa Sunda-Priangan yang menurut Harjoso lebih “murni” dan “halus”
dibandingkan dengan bahasa Sunda-non-Priangan, seperti orang: Banten, Karawang,
Bogor, dan Cirebon. Sayangnya Harsojo tidak menjelaskan secara rinci mengapa bisa
demikian. Ia hanya menjelaskan bahwa adanya perbedaan “kemurnian” dan “kekurang-
murnian” serta “kehalusan” dan “kekurangan-halusan” bahasa di kalangan orang Sunda
barangkali sangat erat kaitannya dengan aspek sejarah. Di masa lalu misalnya, budaya
Mataram-Islam pernah berpengaruh di daerah Priangan. Bahkan, pada abad ke-19 ada
jalinan hubungan kekerabatan dan kebudayaan antara kaum bangsawan Sunda
(khususnya di daerah Sumedang) dan kaum bangsawan di Surakarta dan Yogyakarta.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa iklim-iklim dan lingkungan alam memberikan
pengaruh kepada aspek-aspek tertentu dari bahasa (Harsojo,1999:308). Ini artinya
geografis merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi adanya perbedaan
unsur-unsur budaya suatu masyarakat, walaupun masyarakat tersebut masih merupakan
bagian dari masyarakat suatu sukubangsa.(Sunda). Kedua faktor itu (bahasa dan
kebudayaan) yang kemudian menjadi jatidiri orang Sunda. Untuk itu, tidak berlebihan
jika Ajip Rosidi dalam Ekadjati (1984) yang dikutip oleh Sucipto, dkk (2000) mengatakan
bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa yang disebut orang Sunda adalah mereka
yang sehari-hari mempergunakan bahasa Sunda dan menjadi pendukung kebudayaan
Sunda. Tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Sunda itu sendiri, termasuk budaya
masyarakat Cianjur, tidak lepas dari adanya kontak-kontak dengan kebudayaan lain. Ini
bermakna bahwa masyarakat Sunda terbuka. Dalam konteks ini masyarakat Sunda
mudah sekali menerima (menyerap) unsur-unsur budaya lain, kemudian menjadikannya
sebagai bagian dari budayanya.

Sistem Kekerabatan
Masyarakat Cianjur, sebagaimana masyarakat Sunda lainnya, dalam menentukan siapa-
siapa yang termasuk dalam kerabatnya mengacu pada garis keturunan garis ayah dan
ibu. Dengan perkataan lain, prinsip keturunan yang mereka anut adalah bilateral
(kerabat tidak hanya didasarkan pada garis keturunan ayah seperti halnya masyarakat
Batak dan atau ibu saja seperti halnya masyarakat Minangkabau, tetapi keduanya).
Bentuk keluarga terpenting adalah keluarga-batih. Keluarga ini terdiri atas suami, isteri,
dan anak-anak yang diperoleh dari perkawinan atau adopsi. Hubungan antaranggota
keluarga-batih sangat erat karena merupakan tempat yang paling aman bagi
anggotanya di tengah-tengah hubungan kerabat yang lebih besar dan di tengah-tengah
masyarakat. Di dalam rumah tangga keluarga-batih itu juga sering terdapat anggota-
anggota keluarga lain seperti ibu mertua atau keponakan (anak adik suami dan atau
isteri). Selain keluarga-batih ada pula sekelompok kerabat sekitar keluarga-batih yang
masih sadar akan hubungan kekerabatannya yang disebut sebagai golongan yang dalam
ilmu antropologi disebut kindred (Harsojo, 1999:320). Masyarakat Sunda, termasuk
masyarakat Cianjur, juga mengenal kelompok yang berupa ambilineal karena mencakup
kerabat sekitar keluarga-batih seorang ego yang diorientasikan ke arah nenek moyang
yang jauh di dalam masa lampau. Kelompok ini disebut bondoroyot (lihat Harsojo, 1999).

Sejalan dengan prinsip keturunannya yang bilateral maka istilah kekerabatannya juga
mengarah ke sana. Dilihat dari sudut ego mereka mengenal istilah-istilah tujuh generasi
ke atas dan ke bawah. Ketujuh generasi ke atas adalah: kolot, embah, buyut, bao,
janggawareng, udeg-udeg, dan gantung siwur. Sedangkan, ketujuh generasi ke bawah
adalah: anak, incu, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, dan gantung siwur. Meskipun
mereka mengenal tujuh generasi ke atas dan ke bawah, namun dewasa ini pada
umumnya hanya dua generasi ke atas dan ke bawah yang dalam kehidupan sehari-hari
masih berfungsi dalam hubungan kekerabatan. Sedangkan, generasi ketiga, baik ke atas
maupun ke bawah hanya mempunyai tradisional dalam hubungan kekerabatan. Selain
istilah-istilah yang ada kaitannya dengan generasi ada juga istilah-istilah yang
digunakan untuk menyebut seorang ego dalam kaitannya dengan sistem kekerabatan,
seperti: ayah dengan sebutan: apa, bapa, pa; ibu dengan sebutan: ema, ma; kakak laki-
laki dengan sebutan: kakang, kaka, akang atau kang; kakak perempuan dengan sebutan:
ceuceu, euceu, ceu; kakak laki-laki ayah atau ibu sebutan: uwa atau wa; adik laki-laki
ayah atau ibu dengan sebutan: mamang, emang atau mang; dan adik perempuan ayah
atau ibu dengan sebutan: bibi, ibi,embi atau bi.

Perkawinan
Keluarga dalam suatu masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai kesatauan ekonomi,
tetapi juga sosialisasi (pendidikan) dan meneruskan keturunan. Mengingat fungsinya
yang demikian kompleks itu, maka pembentukan sebuah kelaurga mesti mengikuti adat-
istiadat dan atau agama yang diacu oleh masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena
itu, sistem perkawinan nasyarakat sukubangsa yang satu dengan lainnya berbeda.
Bahkan, dalam satu sukubangsa pun tidak sama persis karena faktor geografis (variasi
geeografis). Ini bukan berarti bahwa sistem pekawinan yang dilakukan oleh masyarakat
Cianjur secara keseluruhan berbeda dengan masyarakat Sunda lainnya. Dalam konteks
ini proses perkawinan .yang dilakukan oleh masyarakat Cianjur hampir semua
menunjukkan kesamaan dengan masyarakat Sunda lainnya, yaitu sebelum menentukan
seseorang menjadi menantu, ada kegiatan penyelidikan yang dilakukan oleh kedua belah
pihak (calon mertua). Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan menantu yang
baik. Calon menantu yang baik adalah yang sesuai dengan ungkapan “Lampu nyiar jodo
kudu kakapuna”. Artinya, kalau mencari jodoh harus kepada orang yang sesuai dalam
segalanya, baik rupa, kekayaan, maupun keturunannya. Ungkapan lain yang ada
kaitannya dengan pencarian seorang menantu adalah “Lamun nyiar jodo kudu kanu
sawaja sabeusi”. Artinya, mencari jodoh itu harus mencari yang sesuai dan cocok dalam
segala hal (Harsojo, 1999: 319). Jika dalam penyelidikan itu calon menantu sesuai dengan
yang diinginkan, maka pihak orang tua pemuda melakukan neundeun omong
(mengutarakan semacam keinginan untuk menjadikan yang bersangkutan sebagai calon
menantu). Meskipun demikian, pengamatan dan atau penyelidikan tetap berjalan ke
tahap nyeureuhan (pelamaran). Tahap selanjutnya adalah masing-masing pihak
mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan upacara pernikahan. Setelah itu,
orang tua laki-laki mengirim kabar kepada orang tua gadis mengenai seserahan.
Seserahan itu sendiri biasanya dilakukan tiga hari sebelum upacara pernikahan. Setelah
calon pengantin laki-laki diserahkan, pada prinsipnya segala sesuatu telah menjadi
tanggungjawab orang tua perempuan. Satu hal yang mendapat perhatian orang banyak
upacara pernikahan adalah ketika nyawer dan buka pintu karena disertai dengan dialog
melalui bahasa puisi dan lagu. Dengan dilaluinya tahap demi tahap dalam proses
perkawinan, maka terbentuklah sebuah keluarga.

Sistem Religi
Agama-agama besar yang ada di Indonesia, seperti: Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan
Hindu, semuanya ada di daerah Cianjur. Namun demikian, agama yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat Cianjur adalah agama Islam. Dan, mereka pada umumnya
dapat dikategorikan sebagai santri (orang-orang yang patuh terhadap ajaran-ajaran
Islam). Meskipun demikian, dalam kehidupan sehari-hari, bukan berarti bahwa mereka
tidak lepas dari unsur-unsur non-Islam. Hal itu tercermin adanya kunjungan-kunjungan
ke makam-makam suci sebagai tanda kaul atau untuk menyampaikan permohonan dan
restu sebelum mengadakan sesuatu usaha, pesta atau perlawatan. Oleh karena itu, tidak
berlebihan jika Harsojo (1999) mengatakan bahwa kepercayaan kepada ceritera-ceritera
mite dan ajaran-ajaran agama sering diliputi oleh kekuatan-kekuatan gaib. Upacara-
upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran individu, atau yang
berhubungan dengan kaul, atau mendirikan rumah, menanam padi, yang mengandung
banyak unsur-unsur bukan Islam masih sering dilakukan. Semua itu terjadi karena batas
antara unsur Islam dan bukan Islam sudah tidak disadari lagi. Unsur-unsur dari berbagai
sumber itu sudah terintegrasikan menjadi satu dalam sistem kepercayaannya, dan telah
ditanggapinya dengan emosi yang sama.

Aktivitas sistem religi (agama dan kepercayaan) yang paling nampak dalam kehidupan
sehari-hari adalah pelaksanaan upacara. Dan, salah satu upacara yang menonjol adalah
apa yang disebut sebagai slamatan. Untuk itu, tidak berlebihan jika Harsojo (1999)
mengatakan bahwa upacara slamatan merupakan suatu upacara terpenting bagi
masyarakat Sunda pada umumnya dan khususnya masyarakat Cianjur, terutama yang
ada di pedesaan. Slamatan itu sendiri biasanya dilakukan pada hari Kamis malam
(malam Jumat). Upacara ini biasanya dipimpin oleh modin seorang guru ngaji. Upacara
yang diikuti oleh para tetangga ini diawali dengan mengucapkan surat Al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat yang sama. Isinya bergantung pada maksud pengadaannya.
(pepeng)
Kampung Budaya Pandanwangi, Tempat Wisata dan Studi Budaya di Cianjur
Kabupaten Cianjur
dikenal dengan sebutan
kota kecil penuh
kenangan. Hal itu karena
meski wlayah
perkotaanya yang tak
seluas kota- kota di
sebelahnya. Namun luas
keindahan alamnya lah
yang sangat
menghampar, di
berbagai sudut daerah
Kabupaten Cianjur ini.
Berbagai tempat- tempat
hijau penyejuk mata tak
sulit untuk kita temui, dengan sebagian besar tempatnyapun mudah dijangkau dan
jaraknya tak begitu jauh dari pusat kota. Menjadikan kota ini tempat yang tepat untuk
menghabiskan masa liburan atau bersantai memanjakan diri sendiri dari kesibukan
sehari- hari.
Selain untuk merehatkan pikiran dari kesibukan sekolah, kerja, atau aktivitas rumah.
Beraktivitas dan menikmati kegiatan ditempat yang terbuka dan sejuk sangat diperlukan,
untuk memberikan energi baru dan kepuasan bagi diri.
Namun tidak sedikit orang memilih berlibur bukan hanya sekedar menghabiskan waktu
luangnya dengan sia-sia dengan sensasi liburan biasa. Menikmati saat berlibur dan waktu
luang dengan mencari dan merasakan hal baru, menjadi hal yang luar biasa dan harus
dilakukan.
Maka di kota Cianjurlah tempat yang tepat untuk menikmati liburan dengan berbagai
pilihan tempat wisata. Mulai dari tempat yang memiliki pemandangan dan oksigen
terbaik, seperti Taman Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara, dan berbagai tempat
terkenal lainnya
 Wisata dan Edukasi Budaya
Atau bahkan tempat bersejarang yang tidak asing lagi di telinga, yaitu Situs Megalitikum
Gunung Padang sebagai bahan studi dan pengkajian yang patut dikunjungi.
Namun bagaimana dengan menikmati berlibur sambil
mencari hal- hal baru? Maka ada suatu tempat yang tidak
boleh terlewatkan untuk dikunjungi.
Dimana Kampung Pandanwangi?
Kampung Budaya Padi Pandanwangi merupakan tempat
wisata sekaligus edukasi budaya, dengan mengankat
kearifan lokal yang dimiliki Cianjur. Kota Beras, menjadi
julukan utama bagi Kota Cianjur sebagai penghasil beras
tersohor. Kampung Budaya Padi Pandanwangi terletak di
jalan Jambudipa, Mekarwangi, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
Berjarak tak jauh dari pusat kota Cianjur,
dengan memerlukan waktu 20 menit
menggunakan sepeda motor. Luas lahan
sekitar 12 hektar yang mweupakan area
pesawahan padi Pandanwangi. Sudah pasti
menyuguhkan pemandangan hijau atau
kemunung indah rekahan padi dan Gunung
Pangrango.
Memanjakan diri dengan suasana dan udara
sejuk kampung yang masih asri. Dikenal
dengan istilah orang –orang sunda, “tiis ceuli herang panon” maksudnya ketenangan
terdengar ditelinga dan kedamaian terlihat oleh mata. Sebenarnya cocok juga untuk
menenangkan hati dan fikiran, dari rutinitas yang mungkin kadang terasa sangat
melelahkan.
Spot Foto
Kampung Budaya Padi Pandanwangi menjadi tepat yang banyak diminati sebagai spot
foto oleh para pengunjung, dan bisa disebut tempat yang instagramable untuk yang hobi
suafoto.
Sepeti di wajah utama Kampung Budaya ini kita akan disuguhi pijakan tangga untuk
menuju tujuh euit atau lumbung padi, dengan beberapa bangunan adat disampinya.
Menjadi salah satu sport utama untuk selfie dengan latar yang begitu estetis. Atau tempat
berjalan yang seolah seperti jembatan yang berbentuk melingkar yang memberikan
kesan nampak begitu indah, dan berbagai sudut lainnya yang tak kalah menarik.
Pembangunan Kampung Budaya ini merupakan
salah satu bentuk cara pengenalan kearifan lokal
yang dimiliki Cianjur, dengan memperkenalkan
beras pandanwangi kepada orang- orang secara
luas. Dengan begitu pula mampu mengenalkan
Cianjur namun dengan menjunjung khas yang
dimiliki.
Julukan Cianjur Kota Beras
Beras pandanwangi merupakan salah satu varietas
padi bulu dengan nasi yang dihasilkannya
beraroma pandan, sehingga memiliki nama beras
Pandanwangi. Kini beras ini menjadi salah satu
khas yang dimilki Cianjur, dan menjadi alasan
bermulanya Cianjur dikenal sebagai Kota Beras.
Terdapat beberapa bangunan dengan arsitektur
yang masih tradisional dengan khas Cianjur, salah satunya merupakan balai pertemuan
bagi para petani untuk mendiskusikan berbagai persoalan pertanian.
Tujuh leuit atau lumbung menjadi keunikan dan hal yang memiliki khas bagi masyarakat
Cianjur sendiri. Selain sebagai tempat penyimpanan padi, tujung lumbung ini menjadi
objek bangunan arsitektur yang paling menonjol.
Ada Apa Saja di Kampung Pandanwangi?
Di Kampung Budaya Padi Pandanwangi ini para pengunjung bukan hanya menikmati
pemandangan saja, namun bisa melihat bahkan terjun secara langsung untuk
mengetahui proses pengolahan Padi Pandanwangi.
Mulai dari penanaman sampai memanen, menjadi pembelajaran bagi setiap pengunjung
yang datang. bukan hanya itu adanya museum tani menjadi penambah daya tarik dan
pengetahuan bagi pengunjung.
Berbagai alat- alat pertanian yang dipakai dalam pengolahan sawah Padi Pandan wangi,
dipajang dengan begitu rapih. Menjadi salah satu cara yang tepat untuk terus
menyimpan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang ada sehingga tetap bertahan
dengan terus diabadikan. Salah satunya di museum tani ini. Karena dengan cara itulah
masyarakat luar maupun dalam bisa terus mengenal dan mempertahankannya.
Selain itu, dalam menikmati liburan ditempat ini juga kita tidak perlu khawatir dengan
pasilitas kepentingan umumnya, yang sebagian besar sudah terpenuhi. Mulai dari toilet
dan masjidpun sudah tersedia, dan mambu dipergunakan dengan nyaman. Tak ada lagi
alasan untuk tidak berkunjung dan menikmati Kampung Budaya Padi Pandanwangi ini.
Selain untuk berwisata kita juga bisa menambah wawasan pengetahuan kebudayaan.
Jangan sampai kebudayaan yang kita miliki punah karena ketidak pedulian kita sendiri.
Maka cobalah sering datangi tempat–tempat yang menyimpan sejarah kebudayaan
sebagai bentuk kepedulian dan kecintaan kita terhadap budaya. Salah satunya Kampung
Budaya Padi Pandangwangi sebagai tempat wisata dan edukasi budaya yang wajib
dikunjungi.(*)
WISATA RELIGI, MENGUNJUNGI MAKAM SUNAN GUNUNG DJATI CIREBON
Akulturasi kebudayaan Sunda di Cirebon faktanya
berawal dari letak geografis Cirebon yang
merupakan gerbang masuknya perdagangan dan
juga penyebaran agama islam. Tersebutlah seorang
Ulama yang cuku masyhur di tanah sunda, ia adalah
Sunan Gunung Djati. Lahir pada tahun 1450 Masehi
dan merupakan anak dari Nyai Rara Santang dan
seseorang yang berasal dari Gujarat, India. Nyai Rara
Santang sendiri sebenarnya adalah anak dari Prabu Siliwangi yang terkenal memiliki
kekuatan magis dan salah seorang yang sangat di hormati di tanah pasundan. Dengan
begitu Sunan Gunung Jati merupakan cucu dari Prabu Siliwangi.
Setelah dilantik menjadi Raja Cirebon oleh Pangeran Cakrabhuwana, nama syarif
hidayatullah yang merupakan nama asli Sunan Gunung Jati berubah menjadi memiliki
gelar Maulana. Di tahun 1526, Syech Maulana Jati menyebarkan agama Islam sampai ke
Banten dan menjadikan Banten sebagai bagian dari kekuasaan kerajaan Cirebon. Tahun
1533, Banten menjadi kesultanan dan mengangkat sultan Hasanuddin sebagai
sultannya yang tidak lain adalah anak dari Maulana Jati. Pada tahun 1568, ketika Syech
Maulana Jati berumur 120 tahun akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya dan
berpulang ke Rahmatullah. Syech Maulana Jati sekarang lebih dikenal sebagai Sunan
Gunung jati karena tempat peristirahatan terakhirnya berada di atas Gunung Jati.
Akses Masuk Makam Sunan Gunung Jati Cirebon
Makam Sunan Gunung Jati Cirebon ini terletak kira-kira sekitar 100 meter dari jalan
Sunan Gunung Jati, lokasinya sekitar 6 kilometer dari pusat kota Cirebon. Apabila Kamu
hendak mengunjungi makam ini dengan menggunakan kendaraan umum, ketika tiba di
stasiun Harjamukti Cirebon dari situ Kamu dapat menggunakan becak dengan tujuan
terminal angkutan kota Dukuh Semar yang bertempat di belakang terminal Harjamukti.
Tidak terlalu jauh sebenarnya, Kamu bisa juga berjalan kaki jika berniat untuk menekan
budget. Setelah itu ada banyak pilihan tetapi sebaiknya memilih untuk menggunakan
Angkot D5 menuju pertigaan Krucuk yang berdekatan dengan kantor Telkom. Tarifnya
lumayan murah sekitar 4000 rupiah. Setelah sampai di pertigaan Krucuk Kamu dapat
berganti kendaraan dan melanjutkan perjalanan dengan mobil elf yang menuju ke
Indramayu dengan tarif sekitar 3000 rupiah.
Daya Tarik Wisata Makam Sunan Gunung Jati Cirebon
Makam Sunan Gunung Jati memiliki bangunan yang
mempunyai ciri arsitektur Jawa, Cina dan Arab. Pada
desain dinding di bagian interior ruangan sangat
nampak bergaya arsitektur Cina. Ini disebabkan
banyaknya hiasan porselen dan keramik. Bukan hanya
pada dinding, keramik yang rata-rata berumur ratusan
tahun ini juga banyak terdapat di sepanjang jalan menuju makam. Pada dinding
bangunan makam terdapat ukiran kaligrafi yang mencirikan arsitektur dari Arab,
sedangkan atap yang berbentuk limas adalah ciri dari Jawa. Makam ini tergolong unik
sebab memiliki sembilan pintu yang bersusun secara bertingkat dan mempunyai nama
yang berbeda, nama dari pintu pertama sampai terakhir adalah
1. Pintu Gapura
2. Pintu Krapyak
3. Pintu Pasujudan
4. Pintu Ratnakomala
5. Pintu Jinem
6. Pintu Rararoga
7. Pintu Kaca
8. Pintu Bacem
9. Pintu Kesembilan
Untuk para pengunjung dan peziarah hanya diperbolehkan sampai pada pintu kelima,
karena setelah pintu kelima itu hanya diperbolehkan untuk kalangan keturunan Sunan
Gunung Jati.
Kegiatan yang Dapat Kamu Lakukan
Tak banyak yang dapat di lakukan di sini selain berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati,
sebab memang tempat ini dikhusukan untuk wisata religi. Ketika Kamu ke makam
tersebut Kamu akan melihat ternyata yang datang berziarah bukan hanya pribumi,
tetapi juga dari etnis Tionghoa. Ini disebabkan dulunya Sunan Gunung Jati pernah ke
negeri Tiongkok untuk menyebarkan agama Islam. Sepulangnya dari sana, anak putri
dari salah satu kaisar Hong Gie jatuh cinta kepada Sunan Kalijaga dan meminta kepada
ayahnya agar dapat menyusul Sunan Gunung Jati ke Cirebon dan pada umur 23 Ong
Tien Nio putri dari kaisar Hong Gie wafat dan dimakamkan di dekat makam Sunan
Gunung Jati.
Hal yang Perlu Diperhatikan Selama Berada di Makam Sunan Gunung Jati
Berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati adalah salah satu keinginan banyak orang maka
tempat ini akan dipenuhi para peziarah, diharapkan agar tidak teledor atau tetap
waspada. Di makam ini terdapat balai yang bernama balai Pelayoman. Menurut warga
setempat jika ada seseorang yang tertidur di balai tersebut ketika kembali ke rumahnya
maka orang tersebut akan meninggal dunia.
Makam ini memang tak pernah sepi oleh peziarah yang datang dari seluruh pelosok
negeri ini. Bukan hanya itu, beberapa peziarah juga datang dari luar negeri, di komplek
pemakaman ini banyak warga yang menjual berbagai macam kebutuhan utamanya
makanan. Jadi tidak usah takut untuk menginap di tempat ini. Toilet juga tersedia di
tempat ini untuk kegiatan MCK dengan cukup dengan membayar Rp 2.000 rupiah untuk
buang air kecil dan Rp 3.000 rupiah untuk mandi dan buang air besar.
MELIHAT MAKAM PENYEBAR AGAMA ISLAM DI CIBEBER, JEJAK KETURUNANNYA
TAK PERNAH DIKETAHUI
Bagi warga Kecamatan Cibeber,
Mama Syahri atau yang juga dikenal
Mama Mpuh cukup harum namanya.
Ulama sohor tersebut menjadi sosok
yang memiliki jasa cukup besar
dalam mensyiarkan agama Islam di
wilayah tersebut. Sayangnya, garis
keturunan Mama Syahri tidak pernah
diketahui.
Setiap warga Kampung Cisalak Hilir, Desa Cisalak RT 01/RW 07 Kecamatan Cibeber
mengetahui jelas letak makam ulama penyebar Islam pertama di Cibeber. Mama Mpuh
biasa dikenal. Makam beliau diketahui sekitar 300 tahun sebelumnya, hingga akhirnya
dirapihkan dan dirawat seperti saat ini.
Yang masih menjadi pertanyaan setiap warga adalah, silsilah keturunan serta keluarga
dari Mama Mpuh yang sampai kini tak pernah diketahui. Hanya cerita sejarah yang
terus mengalir dari tokoh masyarakat serta kasepuhan lah yang menjadi sisa
peninggalan cerita perjalanan dalam mensyiarkan agama Islam.
Kuncen makam Mama Mpuh, Dede (40) mengungkapkan, dirinya beserta keluarga
besarnya tak mengetahui secara pasti keberadaan bahkan silsilah keluarga dari Mama
Mpuh. Ia hanya mendengarkan cerita perjuangan Mama Mpuh dari Abah Jaji (63) yang
merupakan ayahnya.
“Kalau cerita perjalanannya dalam memperjuangkan syiar Islam di Cibeber itu kan dari
turun-temurun orangtua saya terdahulu. Tapi kalau silsilah keluarga beliau kita tidak
mengetahuinya,” ujarnya.
Bahkan, dirinya menjadi pengurus makam tersebut selain dari keinginan sendiri untuk
memuliakan ulama, namun ada amanat dari gurunya di Banten. Bahwa di kampung ia
tinggal terdapat salah satu makam seorang ulama besar.
Tak kenal lelah. Walau harus mengeluarkan tenaga dan pikiran untuk lebih
memantaskan pusaran terakhir sang ulama, dirinya rela untuk merawat makam
tersebut yang berada di pemakaman keluarganya.
Meski waktu bergulir dan tak ada jejak keturunan. Mama Mpuh tetap akan terus dikenal
dan tak hilang ditelan waktu. Dirinya berharap, keberadaan makam tersebut bisa
menjadi salah satu wisata religi dan menjadi pembelajaran sejarah Islam.(**)
SEJARAH SINGKAT PONDOK PESANTREN GELAR DI CIANJUR
berdiri pada th. 1932 M/H oleh Pengersa MAMA KH. AHMAD SYUBANI bin HUSNEN
(Ibu Titel Pertama) beliau dari KaduPandak, Cianjur Selatan beliau, terkecuali
berpendidikan resmi juga mondok di sebagian pesantren.
Salah satunya pesantren Gentur, yang terdapat di desa Gentur Warung Populer yang
pada saat di pimpin serta diasuh oleh PANGERSA MAMA KH. AHMAD SATIBI
(PANGERSA MAMA GENTUR) diluar itu pondok Pesantren Cibitung Bandung yang di
pimpin serta diasuh oleh KH. Ilyas (MAMA Cibitung).
Beliau menikah dengan HJ.
Aisyah Putri pertama dari
MAMA KH. Ibrahim pimpinan
serta pengasuh pondok
pesantren Peuteuy Cenderung,
dari pernikahannya beliau
dikaruniai anak 6 putra-putri,
3. Serta selanjutnya beliau
pulang ke rahmatullah pada hari Ahad jam 17. 30 WIB pada tanggal 8 Romadhon 1395
H/14 September 1975 M.

Lalu pondok pesantren GELAR dilanjutkan oleh putra pertamanya yang bernama KH.
Zein Abdossomad (PANGERSA MAMA GELAR) MAMA GELAR lahir di Peteuy Condong
Lebak,
Menurut pimpinan pondok pesantren Al, Inaabah Aang Zein saat media berkunjung ke
pondok rabu 01/03 beliau mengemukakan,

Untuk wujudkan serta melakukan harapan serta pekerjaan beberapa leluhurnya dalam
siar islam, Ia lebih memprioritaskan ke dzikir doa serta sholawat dalam
mengaplikasikan pendidikan keimanananya.

Diluar itu dalam melakukan siar nya kemasyarakat dikerjakan dengan persuasif untuk
menjangkau ketenangan serta ketentraman jiwa umatnya. Menurut dia, Saat solawat
dikumandangkan dilingkungan orang-orang telah pasti ketentraman serta ketenangan
jiwanya juga akan terbangun. Nah ajaran berikut yang senantiasa MAMA Sampaikan
pada kami katanya.

Terkecuali membuat alur dakwah serta solawat yang dimaksud MAZHOLAT (majelis
sholwat) yang dibangun pada th. 1990. pesantren Al, Inaabah ikut juga melindungi serta
menghormati
ajaran kebiasaan
serta budaya
khusunya sunda.
Bahkan juga
menurut Aang,
terkecuali keagamaan yang ditanamakan, budaya juga bisa membuat tingkah laku
orang-orang yang positif. Apa sekali lagi bila kita tujukan lebih dalam proses
kongkritnya yaitu turut melakukan pemberdayaan orang-orang, sekalian memupuk
arena bersilahturahmi, jadi, di dalam pondok kita bina dengan keagamaan namu saat
terjun dimayarakat kita mewujudkan dalam solawat serta pemberdayaana orang-orang,
tutur sembari tersenyum.

Disinggung mengenai budaya. Aang Zein memiliki pendapat kalau agama serta budaya
mesti dilselaraskan atau diseimbangkan. untuk menjaganya, kita mesti kembali ke
pesan beberapa leluhur kita. Kita sifatnya mendidik mengarahkan menuntun. untuk
terwujudnya ketenangan serta ketentraman hati. Dengan memprioritaskan normatif
agama.

Terutama zaman saat ini budaya dikita telah hapir terkikis oleh kebiasaan serta budaya
luar serta kita mesti kembali pada histori serta jangan sampai bangga dengan budaya
luar, karna Cianjur sendiri telah miliki ciri ” Tatar sunda kota santri “, mari kita kembali.
pungkas Aang Zein pada wartawan.

Best Regard....
Muhammad Dodi Septiana
BESOK, HAUL KE-25 MAMA KH ULAEMI DERMAGA BOJONGPICUNG DIPREDIKSI
RAMAI PENZIARAH
Seluruh keluarga almarhum Mama KH Ulaemi beserta para alumni santri, kini tengah
sibuk mempersiapkan acara Haul ke-25 almarhum Mama KH Ulaemi Dermaga
Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur.
Jajaran panitia, kini tengah membenahi tempat mengaji Al-Quran, tawasulan, dan
berdizikir di dekat makam almarhum Mama KH Ulaemi. Termasuk membenahi tempat
para pedagang yang berjualan yang menjajar di pinggir jalan gang menuju makam dan
di depan Pondok Pesantren Riyadlul Mutta’laallin Dermaga Bojongpicung.
Salah seorang cucu almarhum Mama KH Ulaemi Dermaga, Muhamad Sifa menjelaskan,
acara haul Mama KH Ulaemi sebentar lagi akan dilaksanakan dan memang rutin setiap
tahunnya digelar.
“Puncak acara haul tersebut akan dimulai pada Rabu (11/11/2020) yang diisi dengan
pengajian bapak-bapak sedangkan Kamis (12/11/2020) akan diisi acara pengajian ibu-
ibu. Mengenai membaca Al-Quran, tawasul, shalawat dan dzikir di lingkungan makam
Mama KH Ulaemi sudah dilakukan dari sekarang oleh para santri,” ujarnya pada Cianjur
Today, Selasa (10/11/2020).
Muhammad Sifa menuturkan, para penziarah di antaranya para alumni santri-
santriwati, masyarakat setempat, alumni yang berada di luar Jawa Barat akan hadir
pada puncak acara Haul ke-25.
Sementara itu, salah seorang pedagang pakaian yang mangkal di tempat haul, Alvi (37)
menambahkan, pihaknya berjualan berbagai macam jenis pakaian dan berbagai ukuran
untuk ditawarkan pada para pengunjung.
“Keberkahan tersendiri bisa berjualan di sini, karena diprediksi akan banyak orang
yang datang ke Haul Mama Dermaga, mudah-mudahan laris manis,” pungkasnya.
(ct5/sis)

Anda mungkin juga menyukai