LAPORAN INJEKSI ENHa
LAPORAN INJEKSI ENHa
PEMBERIAN OBAT(INJEKSI)
Disusun Oleh :
Nurul Hidayanti
721610720
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan :
Sumenep, juni 2022
Menyetujui,
TTD MAHASISWA
(NURUL HIDAYANTI)
NPM:721610720
MENYETUJUI MENGETAHUI
PEMBIMBING LAHAN PRAKTEK PEMBIMBING AKADEMIK
2
KATA PENGANTAR
Nurul Hidayanti.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
KATA PENGANTAR...........................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................5
B. Rumusan Masalah............................................................................6
C. Tujuan..............................................................................................6
D. Manfaat............................................................................................6
A. Kesimpulan......................................................................................45
B. Saran.................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
4
BAB 1
PENDAHULUAN
2. Pembagian-pembagian Injeksi ?
1.3 Tujuan
6
4. Sebagai sarana belajar bagi mahasiswa.
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
9
digolongkan menjadi 8 jenis yang berbeda :
10
hasilnya merupakan suspensi yang memenuhi syarat
suspensi steril. Misalnya : Inj. Procaine Penicilline G (steril
untuk suspensi)
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam
saluran spinal, ditandai dengan nama (Suspensi Steril)
Dalam FI.ed.III disebut Suspensi steril ( zat padat yang telah
disuspensikan dalam pembawa yang cocok dan steril) .
Misalnya : Inj. Suspensi Hydrocortisone Acetat steril
.
5. Sediaan padat kering (untuk dilarutkan) atau cairan pekat
tidak mengandung dapar, pengencer atau bahan tambahan lain
dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang
sesuai memenuhi persyaratan injeksi, ditandai dengan nama
(steril). Dalam FI.ed..III disebut berupa zat padat kering jika
akan disuntikkan ditambah zat pembawa yang cocok dan
steril, hasilnya merupakan larutan yang memenuhi syarat
larutan injeksi. Misalnya: Inj. Dihydrostreptomycin Sulfat
(steril)
11
6. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai
membentuk larutan yang memenuhi persyaratan untuk suspensi
steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai, ditandai
dengan nama (Steril untuk Suspensi)
Dalam FI.ed.III disebut berupa zat padat kering jika akan
disuntikkan ditambah zat pembawa yang cocok dan steril, hasilnya
merupakan suspensi yang memenuhi syarat suspensi steril.
Misalnya : Inj. Procaine Penicilline G (steril untuk suspensi)
7. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam saluran
spinal, ditandai dengan nama (Suspensi Steril). Dalam FI.ed.III
disebut Suspensi steril ( zat padat yang telah disuspensikan dalam
pembawa yang cocok dan steril) .
Misalnya : Inj. Suspensi Hydrocortisone Acetat steril
8. Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain, ditandai dengan nama (Untuk
Injeksi).Dalam FI.ed.III disebut bahan obat dalam pembawa cair
yang cocok, hasilnya merupakan emulsi yang memenuhi semua
persyaratan emulsi steril. Misalnya
: Inj. Penicilline Oil untuk injeksi
12
2.2 Macam-Macam Injeksi
b. Injeksi Intramuskulus
c. Injeksi Intravenus
14
e. Injeksi Subkutan atau Hipoderma
g. Injeksi Intrakardial
15
h. Injeksi Intraserebral
i. Injeksi Intraspinal
k. Injeksi Intra-artikular
16
m. Injeksi Intrakutan (i.c)
17
2. Parenteral Volume Besar
a. Injeksi Intravena
18
kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik, dan (4)
pembatasan cairan berair.
b. Injeksi Subkutan
19
2. Zat pembawa / zat pelarut
Dibedakan menjadi 2 bagian :
21
3. Bahan pembantu / zat tambahan
Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud :
a) Untuk mendapatkan pH yang optimal
b) Untuk mendapatkan larutan yang isotonis
c) Untuk mendapatkan larutan isoioni
d) Sebagai zat bakterisida
e) Sebagai pemati rasa setempat ( anestetika lokal )
f) Sebagai stabilisator.
22
2.4 Cara Pembuatan Obat Suntik.
23
4. Pengisian ke dalam
wadah Cairan :
Farmakope telah mengatur volume tambahan yang
dianjurkan. Bubuk kering :
Jumlah bubuk diukur dengan jalan penimbangan atau
berdasarkan volume, diisi melalui corong.
Pengisian dengan wadah takaran tunggal dijaga supaya bagian
yang akan ditutup dengan pemijaran, harus bersih, terutama dari
zat organik, karena pada penutupan zat organik tersebut akan
menjadi arang dan menghitamkan wadah sekitar ujungnya .
Membersihkan bagian leher wadah dapat dilakukan dengan :
a. Memberi pelindung pada jarum yang dipakai untuk mengisi
wadah.
b. Menyemprot dengan uap air pada mulut wadah obat suntik
Wadah dosis
tunggal :
Ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api hingga
tertutup kedap. Wadah dosis ganda :
Ditutup dengan karet melalui proses pengurangan tekanan hingga
karet tertarik ke dalam. Tutup karet dilapisi dengan tutup
alumunium.
6. Penyeterilan ( Sterilisasi )
Sterilisasi menurut Fi.ed.III dan IV.dapat dilakukan sesuai
dengan persyaratan masing-masing monografinya dan sifat dari
larutan obat suntiknya.
24
7. Uji sterilitas pada teknik aseptic
Sediaan steril selalu dilakukan Uji Sterilitas sebelum sediaan
itu diedarkan ke pasaran.
Uji Sterilitas dapat dilakukan sebagai berikut :
Ke dalam salah satu wadah dimasukkan medium biakan bakteri
sebagai ganti cairan steril. Tutup wadah dan eramkan pada suhu
320 selama 7 hari. Jika terjadi pertumbuhan kuman, menunjukkan
adanya cemaran yang terjadi pada waktu pengisian bahan steril ke
dalam wadah akhir yang steril.
25
1. Cara aseptic :
Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan,
karena akan rusak atau mengurai.
Caranya :
Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk
pembuatan, dan yang lainnya yang diperlukan disterilkan
sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat
pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik
hingga terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara aseptik.
2. Cara non-aseptik
( NASTERIL ). Dilakukan
sterilisasi akhir Caranya :
Bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat
pembawa dan dibuat larutan injeksi. Saring hingga jernih dan
tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat larutan.
Masukkan ke dalam wadah dalam keadaan bersih dan sedapat
mungkin aseptik, setelah dikemas, hasilnya disterilkan dengan
cara yang cocok
26
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan kebocoran.
2. Pemeriksaan sterilitas.
3. Pemeriksaan pirogenitas
1. Pemeriksaan kebocoran
(i) Ampul :
(ii) Vial :
27
setelah disterilkan , masih dalam keadaan panas, masukkan
ke dalam larutan metilen biru 0,1 % yang dingin. Wadah
yang bocor akan berwarna biru, karena larutan metilen biru
akan masuk ke dalam larutan injeksi tersebut.
2. Pemeriksaan sterilitas
b. Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk itu
dipakai perbenihan asam amino, sebagai pembanding digunakan
Candida albicans
c. Penafsiran hasil : zat uji dinyatakan pada suhu 300 – 320 selama tidak
kurang dari 7 hari, tidak terdapat pertumbuhan jasad renik.
3.Pemeriksaan Pirogen
Pirogen : Berasal dari kata Pyro dan Gen artinya pembentuk
demam/panas. Pirogen adalah Zat yang terbentuk dari hasil metabolisme
mikroorganisme (bangkai mikroorganisme) berupa zat eksotoksin dari
kompleks Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang
mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam kadar 0,001 – 0,01
gram per kg berat badan, dapat larut dalam air, tahan pemanasan, dapat
menimbulkan demam jika disuntikkan. (reaksi demam setelah 15 menit
sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi yang
pemakaiannya lebih dari 10 ml satu kali pakai, harus bebas pirogen.
29
Cara menghilangkan pirogen
1. Untuk alat/zat yang tahan terhadap pemanasan (jarum suntik, alat suntik
dll.) dipanaskan pada suhu 2500 selama 30 menit
a. Dilakukan oksidasi :
Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam
1liter air yang dapat diminum, ditambah 10 ml larutan KMnO4
0,1 N dan 5 ml larutan 1 N, disuling dengan wadah gelas,
selanjutnya kerjakan seperti pembuatan Air untuk injeksi.
30
literatur lain 15 menit ) sambil sekali-sekali diaduk, kemudian disaring
dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes.
1. Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi
harus segera digunakan setelah disuling.
3. Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin
Sumber pirogen :
1. Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari
udara.
2. Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Na-
sitrat.
Uji pirogenitas :
31
Diperiksa dengan melihat wadah pada latar belakang hitam-putih,
disinari dari samping. Kotoran berwarna akan kelihatan pada latar
belakang putih, kotoran tidak berwarna akan kelihatan pada latar
belakang hitam.
Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera ,
kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas
yang tertera.
32
6. Pemeriksaan keseragaman volume
Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus
sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang
dianjurkan tertera dalam daftar berikut ini.
2,00 ml ( 4 % )
33
Syarat - Syarat Obat Suntik
1. Harus aman dipakai, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek
toksis. Pelarut dan bahan penolong harus dicoba pada hewan dulu, untuk
meyakinkan keamanan pemakaian bagi manusia.
5. Harus steril, yaitu bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen maupun
yang apatogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun spora.
34
100
35
Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah
bertanda volume 100 ml atau kurang.
36
LA-III; NSC-77518; Ro-5-2807; Wy-3467. 7-Chloro-
1,3-dihydro-
1-methyl-5-phenyl-2H-1,4-benzodiazepin-2-one.
Berat Molekul 284,74
Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam etanol,
Kelarutan
mudah larut dalam kloroform
Serbuk hablur, putih/ hampir putih, tidak berbau/
Pemerian hampir tidak berbau, mula-mula tidak mempunyai rasa
kemudian pahit
pH 6,2-7
pH
Injeksi diazepam= 6,2-6,9
Titik Lebur 130-1340C
Oral DM = 40 mg/h
Dosis
Injeksi = 2-10 mg (IM dan IV)
Khasiat Sedatifum
Mengantuk, berkunang-kunang, ataksia, kelelahan,
Efek Samping erubsi pada kulit, edema, mual dan konstipasi, sakit
kepala, amnesia, hipotensi
Larutan steril dari diazepam dalam API atau pelarut
Sterilisasi
lain yang cocok.sterilkan dengan cara filtrasi.
Penderita hipersensitif, bayi di bawah 6 bulan, wanita
Kontraindikasi hamil dan menyusui, depresi pernapasan, glaukoma,
gangguan pulmonary akut, keadaan phobia.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
37
b. Data Zat Tambahan
1. Propilenglikol
2. Ethanol 96%
Sinonim Alkohol
Berat Molekul 46,7
Kelarutan Dapat bercampur dengan kloroform,eter, gliserin dan
air.
38
Fungsi Sebagai pelarut, disinfektan dan anti mikroba
OTT Bereaksi dengan bahan pengoksidasi kuat dan
warnanya akan keruh jika bercampur dengan alkali.
Sterilisasi Aseptis
Pemerian Larutan jernih tidak berwarna,mengalir dan cairan
folatil, bau yang khas.
Formularium Nasional
Injeksi Diazepam
Komposisi:
Tiap ml mengandung :
Diazepam 5 mg
Penyimpanan: Dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, terlindung dari cahaya
Dosis: 2-10 mg (im dan iv) jika perlu diulang 2-4 jam
Catatan:
39
d. Tak Tersatukan Zat Aktif (OTT) -
Zat aktif diazepam dilarutkan dalam pelarut campur untuk meningkatkan daya
kelarutan diazepam dan menstabilkan sediaan.
40
C. Formula Akhir
R/ Diazepam 10 mg
Propilenglikol 12 %
Etanol 96% 5%
NaOH qs
HCl qs
API ad 2 ml
D. Perhitungan Bahan
Perhitungan Kd
Kd total
72 = (%alkohol x Kd alkohol) + (% propilenglikol x Kd Propilenglikol)
+ (%api x Kd air )
72 = ( 5/100 x 25.7) + ( x/100 x 33) + (100-5-x/100 x 80)
72 = (128,5 /100) + ( 33x/100) + (7600-80x/100)
72 = (7728,5 – 47x/100)
X = 528,5/47
= 11,24 % = 12 %
Propilenglikol yang dibutuhkan untuk 1 ampul
P = m/v à v= m/p = 0,24 g /1,038 g/ml = 0,23 ml
Etanol yang dibutuhkan untuk 1 ampul
P = m/v à v= m/p = 0,1 g /0,83 g/ml = 0,12 ml
41
Pengkajian Formulasi
Volume yang akan dibuat
( n+2 ) x V + 6 ml
= ( 3+2 ) x 2,15 + 6 ml
= 16,75 ml ≈ 25 ml
Diazepam yang dibutuhkan
10 mg/2 ml x 25 ml = 125 mg = 1,25 g
Propilenglikol yang dibutuhkan
0,23 ml/2 x 25 ml = 2,875 mlà Etanol yang dibutuhkan
0,12 ml/2 ml x 25 ml = 1,5 ml
E. Langkah Pembuatan
43
5. Bekerja cepat , misalnya pada injeksi Adrenalin pada
schock anfilaksis.
6. Dapat digunakan jika : obat rusak jika kena cairan
lambung, merangsang jika ke cairan lambung, tidak
diabsorpsi secara baik oleh cairan lambung.
7. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin
8. Dapat digunakan sebagai depo terapi.
44
2.5.2 Kerugian Sediaan Injeksi
1. Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh
personel yang terlatih dan membutuhkan waktu
pemberian yang lebih lama
2. Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan
dengan ketentuan prosedur aseptik dengan rasa
nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu
dapat dihindari
3. Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar
sekali untuk menghilangkan/merubah efek
fisiologisnya karena obat telah berada dalam
sirkulasi sistemik
4. Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan
manufaktur dan pengemasan
5. Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas,
bebas dari partikulat, bebas dari pirogen, dan
stabilitas sediaan parenteral harus disadari oleh
semua personel yang terlibat. .
6. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi
sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya..
7. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak
disukai oleh pasien, terutama bila sulit untuk
mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian
i.v.
8. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat
dibutuhkan untuk mengatur dosis.
45
9. Pemberian beberapa bahan melalui kulit
membutuhkan perhatian sebab udara atau
mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh.
Efek sampingnya dapat berupa reaksi infeksi pada
bagian yang diinjeksikan.
46
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui
kulit. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan
dengan menggunakan teknik steril.
Dan obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
pasien, diantaranya : Injeksi Subkutan (SC), Injeksi Intramuskular (IM),
Injeksi Intradermal (ID), Injeksi Intravena (IV).
3.2 Saran
Diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam Laporan ini dan
saya selaku mahasiswa harus lebih memahami tentang sediaan injeksi.
47
DAFTAR PUSTAKA
http://majakoesoemasari.blogspot.com/2011/08/injeksi-intravena.html
http://www.google.com/http://altruisticobserver.wordpress.com/2011/12/24/tempat-
injeksi-subkutan-intramuskular/
(http://kamuskesehatan.com/arti/heparin/)
(http://www.ahlinyalambung.com)
(http://www.farmasiku.com)
https://ahdaini.wordpress.com/2012/04/08/preformulasi-injeksi-diazepam/
48