Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR TEKNIK PENGENDALIAN DAN KONSERVASI


LINGKUNGAN

HIDROLIKA
disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Teknik Pengendalian dan
Konservasi Lingkungan

Disusun oleh:
Sandi Ragil Kurnia Putra 181710201076

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengukuran Debit Aliran Menggunakan Bendung


1.1 Pengukuran Aliran Bendung Menggunakan Prototipe Saluran
Prototipe saluran biasa digunakan untuk mengukur aliran bendung.
Pengukuran ini menggunakan bangunan ukur untuk menghitung debit. Terdapat
beberapa jenis bangunan ukur, namun bangunan ukur yang sering digunakan ialah
bangunan ukur ambang lebar dan ambang tajam. Betuk bangunan ukur ambang
tajam terdiri dari segitiga, trapesium dan segi empat (Suhardi, 2020). Pengukuran
menggunakan prototype saluran dilakukan dengan empat metode, yaitu aktual,
umum (Anggraini), kinvester dan rechbock. Hasil pengukuran aliran menggunakan
bendungan dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Hasil pengukuran aliran menggunakan bendungan

T
Tinggi
Pengukuran Debit (m3/s)
Tinggi muka air
ke- Aktual Metode Metode Metode Rechbock
datum (m)
Kinsvaster Anggrahini
1 0 0,0578 0,00068 0,00082 0,00064 0,0034
2 0 0,0514 0,00077 0,00069 0,00054 0,0029
3 0 0,0353 0,00136 0,00039 0,00031 0,0020

a. Perbandingan pengukuran debit aktual dengan Metode Kinvaster, Rechbock dan


Anggrahini

Perbandingan Debit Aktual dan Debit Teoritis


0.00400
0.00350
0.00300
0.00250 Aktual
Debit

0.00200
0.00150 Anggrahini
0.00100 Kinvaster
0.00050
Rechbock
0.00000
0 1 2 3 4
Pengulangan

Gambar 1.1 Perbandingan Q aktual dengan Q teori


Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa pengukuran debit aktual
dengan debit teoritis berbanding terbalik. Pengukuran debit aktual mengalami
kenaikan pada setiap pengulangan. Sedangkan pengukuran debit teoritis yang
terbagi menjadi tiga metode (Kinvaster, rechbock dan umum) mengalami
penurunan nilai debit. Nilai debit aktual lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa
debit teori. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan kebocoran pada prototype
saluran yang mengakibatkan air tidak tertahan secara optimal. Menurut Siswoyo,
dkk (2017), standar saluran pembawa tidak diperbolehkan adanya kebocoran agar
tidak terjadi kehilangan air yang berdampak pada kekurangan air. Sedangkan
menurut Suhardi (2020), kemungkinan kebocoran saluran pembawa menyebabkan
terjadinya kehilangan volume air.
b. Perbandingan nilai koefisien debit (Cd) metode Kinvaster dan Anggraini

Perbandingan Koefisien Debit


0.00090
0.00080
0.00070
0.00060
0.00050
Debit

0.00040 Anggrahini
0.00030 Kinvaster
0.00020
0.00010
0.00000
0 1 2 3 4
Pengulangan

Gambar 1.2 Perbandingan koefisien debit (Cd) metode Kinvaster dan Anggraini
Berdasarkan Gambar 1.2 dapat diketahui jika kedua metode tersebut
memiliki nilai yang berbanding lurus. Namun metode kinvaster memiliki nilai yang
cenderung lebih besar dibandingkan dengan metode umum/Anggraini. Hal tersebut
dikarenakan koefisien debit dan debit saling berkaitan sehingga semakin besar nilai
koefisien debit (Cd) maka semakin besar debit yang dihasilkan. Menurut Suhardi
(2019), koefisien debit diperoleh dari rasio debit aktual dengan debit teoritis.
c. Hubungan antara Q aktual dengan tinggi muka air

Hubungan Tinggi Muka Air dengan Debit


1.6000
1.4000
1.2000
1.0000
Debit

0.8000
0.6000 Debit
0.4000
0.2000
0.0000
0.0300 0.0350 0.0400 0.0450 0.0500 0.0550 0.0600
Tinggi Muka Air

Gambar 1.3 Hubungan tinggi muka air dengan debit aktual


Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa hubungn tinggi muka air
dengan debit aktual berbanding terbalik. Semakin tinggi ketinggian muka air maka
semakin kecil debit yang dihasilkan. Hal tersebut selaras dengan pernyataan
Suhardi (2019) yang menyatakan bahwa besar kecilnya Q aktual dipengaruhi oleh
tinggi manometer. Selain itu, ketinggian muka air juga merupakan salah satu
parameter besaran volume air pada saluran sehingga ketinggian akan sangat
berpengaruh terhadap nilai debit.

2. Demonstrasi Persamaan Bernoulli


Menurut Fitriadi (2017) Hukum Bernoulli menjelaskan konsep dasar aliran
fluida bahwa peningkatan kecepatan pada suatu aliran zat cair atau gas, akan
mengakibatkan penurunan tekanan pada zat cair atau gas tersebut. Dalam hokum
Bernoulli, suatu fluida dapat mengalami peningkatan kecepatan jika fluida tersebut
mengalir dari bagian dengan tekanan tinggi menuju bagian bertekanan rendah.
Sedangkan fluida mengalami penurunan kecepatan jika fluida tersebut mengalir
dari bagian bertekanan rendah menuju bagian bertekanan tinggi. Persamaan
bernoulli memiliki hubungan antara tekanan, kecepatan fluida, dan elevasi dalam
sistem aliran. Hasil pengamatan persamaan Bernoulli dan pembacaan piezometer
dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.1 Hasil pembacaan piezometer

Tabel 2.2 Hasil pengamatan dengan persamaan Bernoulli


Volume Waktu h1 h5 (h1 – h5) Qth Qact C
(liter) (s) (mm) (mm) (mm) (liter/s) (liter/s) (Qact/Qth)
2 12.55 140 60 80 0.1594 0.08264510 0.51859800
2 11.8 148 82 66 0.1695 0.07812551 0.46094051
2 9.46 173 106 67 0.2114 0.08928571 0.42232141

2.1 Perbandingan (hn-h1) Aktual dengan (hn-h1) Teoritis

Perbandingan Q Aktual dan Q Teoritis


0.25000000

0.20000000
Debit (m3/s)

0.15000000

0.10000000 Aktual
Teoritis
0.05000000

0.00000000
1 2 3
Pengulangan

Gambar 2.1 Perbandingan Q aktual dan Q teoritis


Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui jika debit aktual dan debit teoritis
memiliki hubungan berbanding lurus. Kedua metode tersebut sama-sama
mengalami kenaikan nilai debit. Namun nilai aktual cenderung lebih kecil jika
dibandingkan nilai teoritis. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Suhardi (2019), besar kecilnya Q aktual dipengaruhi oleh tinggi manometer.
Ketinggian manometer mempengaruhi tekanan yang dihasilkan sehingga
peningkatan aliran air akan ikut terpengaruh. Semakin tinggi manometer maka
tekanan akan meningkat yang meyebabkan aliran air semakin besar. Berbeda
dengan debit teoritis yang dipengaruhi oleh koefisien debit. Koefisien debit timbul
setelah aliran air yang melalui lubang orifice discharge mengalami kerugian tenaga.
Semakin kecil luas penampang lubang orifice discharge, maka kerugian tenaga
akan semakin besar (Suhardi, 2019). Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada
pengamatan ini nilai luas penampang dari lubang orifice discharge lebih besar dari
nilai ketinggian manometer.
2.2 Hubungan Debit Aktual (Q) dengan Koefisien Debit (Cd)

Hubungan Debit Aktual dengan Koefisien Debit


0.09000000

0.08800000

0.08600000
Debit Aktual

0.08400000

0.08200000
Debit Aktual
0.08000000

0.07800000

0.07600000
0.42000000 0.46000000 0.50000000
Koefisien Debit

Gambar 2.2 Hubungan debit aktual dengan koefisien debit


Berdasarkan Gambar 2.2 dapat diketahui bahwa hubungan debit aktual
dengan koefisien debit ialah fluktuatif. Hal ini terjadi dapat terjadi karena metode
aktual dilakukan secara langsung sedangkan koefisien debit diukur menggunakan
persamaan. Koefisien debit diperoleh dari rasio debit aktual dengan debit teoritis
(Suhardi, 2019). Menurut Suhardi (2020) metode aktual dilakukan dengan
menampung dan mengukur volume air yang melewati mercu, kemudian waktu yang
diperlukan dicatat untuk menampung air tersebut sedangkan metode teoritis
dilakukan dengan menggunakan persamaan.
3. Demonstrasi Persamaan Orifice
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh
beberapa hasil perhitungan seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Hasil pengukuran aliran debit menggunakan persamaan Orifice
No do(m) dc (m) ho (m) hc (m) V (m3) t (s) Q (m3/s)
1 0,0131 0,013 0,17 0,16 0,005 25,72 0,00029928
2 0,0131 0,012 0,22 0,205 0,005 35,26 0,00028865
3 0,0131 0,012 0,28 0,205 0,005 21,68 0,00028865
Rata-Rata 0,000293965

Tabel 3.2 Hasil perhitungan koefisien debit, koefisien kecepatan dan koefisien
kontraksi aktual
No Cd Cv Cc
1 0.64957 0.9701425 0.984791
2 0.49127 0.9653073 0.839112
3 0.79899 0.8556535 0.839112
Rata-Rata 0,64661 0,9303678 0,9119515

3.1 Hubungan Antara Debit Aktual dan Koefisien Debit


Hubungan Antara Koefisien Debit dan Debit
Aktual

0.3
Koefisien Debit

0.2
0.1
0
0.491269993 0.649567531 0.79899354
Debit Aktual

Gambar 3.1 Hubungan koefisien debit dan debit aktual


Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa nilai koefisien debit dan
debit aktual memiliki nilai yang berbandig lurus. Semakin besar nilai koefisien
debit maka semakin besar pula nilai debit aktual. Menurut Kuncoro dkk (2013)
koefisien debit dihasilkan dari perbandingan antara debit aktual dengan debit toritis.
Koefisien debit timbul setelah aliran air yang melalui lubang orifice discharge
mengalami kerugian tenaga. Semakin kecil luas penampang lubang orifice
dscharge, maka kerugian tenaga akan semakin besar (Suhardi, 2019). Dengan
demikian dapat diketahui bahwa pada pengamatan ini, lubang orifice discharge
memiliki luas penampang yang lebar sehingga menghasilkan nilai koefisien debit
yang besar.
3.2 Hubungan Antara Debit Aktual dan Koefisien Kontraksi

Hubungan Antara Koefisien Kontraksi dan Debit


Aktual
1.000000
0.950000
0.900000
Cc

0.850000
0.800000 Debit Aktual
0.750000
0.141803744 0.194401244 0.230627306
Debit

Gambar 3.2 Hubungan koefisien kontraksi dan debit aktual


Berdasarkan Gambar 3.2 dapat diketahui bahwa hubungan koefisien
kontraksi dan debit aktual berbanding terbalik. Semakin besar nilai debit aktual
maka semakin kecil nilai koefisien kontraksi. Menurut Irawan (2016)
bertambahnya nilai debit akan mempengaruhi koefisien kontraksi sehingga kedua
nilai tersebut berbanding terbalik.
3.3 Hubungan Antara Debit Aktual dan Koefisien Kecepatan

Hubungan Antara Koefisien Kecepatan dan Debit Aktual


1.0000000
0.9500000
0.9000000
Cv

0.8500000
0.8000000 Debit Aktual
0.7500000
0.1418037440.1944012440.230627306
Debit

Gambar 3.3 Hubungan debit aktual dan koefisien kecepatan


Berdasarkan Gambra 3.3 dapat diketahui bahwa hubungan antara nilai
koefisien kecepatan terhadap nilai debit aktual adalah berbanding terbalik. Semakin
besar nilai debit aktual, maka semakin kecil nilai koefisien kecepatan yang
dihasilkan. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Fitriadi (2017) yang menyatakan
bahwa peningkatan kecepatan pada suatu aliran zat cair atau gas, akan
mengakibatkan penurunan tekanan pada zat cair atau gas tersebut. Sehingga nilai
yang dihasilkan akan berbanding terbalik. Pernyataan tersebut juga didukung oleh
pernyataan Suhardi (2019) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi perubahan debit air dalam tabung berlubang ialah perubahan
tekanan. Dengan demikian, semakin tinggi tekanan yang diberikan maka kecepatan
yang dihasilkan juga semakin besar.
3.4 Hubungan Antara Debit Aktual dan Tinggi Tekanan

Hubungan Antara Tinggi Tekanan dan Debit Aktual


0.25
0.2
0.15
Hc

0.1
Debit Aktual
0.05
0
0.141803744 0.194401244 0.230627306
Debit

Gambar 3.4 Hubungan tinggi tekanan dan debit aktual


Berdasarkan Gambar 3.4 dapat diketahui bahwa hubungan antara tinggi
tekanan dan debit aktual ialah berbanding lurus. Semakin besar nilai debit aktual
semakin besar pula nilai tinggi tekanan. Menurut Suhardi (2019) besar kecilnya Q
aktual dipengaruhi oleh tinggi manometer. Semakin tinggi ketinggian manometer
maka tekanan yang dihasilkan akan meningkat. Peningkatan tekanan akan
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga debit yang dihasilkan akan meningkat
pula. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan debit air dalam tabung
berlubang ialah perubahan tekanan (Suhardi, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Fitriadi, W. R., Manik, P., & Trimulyono, A. 2017. Studi Pengaruh Bentuk Rumah
Propeller Pada Buritan Kapal Tradisional Belimbing Dengan Metode
CFD. Jurnal Teknik Perkapalan, 5(2).

Irawan, R. O. 2016. Studi Ketelitiaan Bukaan Pintu Air dan Efisiensi Aliran pada
Daerah Irigasi.

Kuncoro,Y.T., D.Sisinggih, dan D. Priyantoro. 2013. Uji Model Fisik Kapasitas


Aliran Pada Lubang Pengisian Tampungan di Bawah Saluran Drainasi
(Underdrain Box Storage). Jurnal Teknik Pengairan. 4, 73-80.

Siswoyo, H., Wahyudi, S.I., & Soedarsono. 2017. Analisis Efisiensi Jaringan
Saluran Irigasi. Prosiding Seminar Nasional Inovasi dalam Pengembangan
Smart City, 1(1), 237–251.

Suhardi. 2019. Evaluasi Kinerja Prototipe Orifice discharge. Temapela: Jurnal


Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium. 2(2): 59-64.

Suhardi. 2019. Aplikasi Persamaan Rehbook, Kinsvater – Carter, dan Persamaan


Umum pada Bangunan Ukur Segi Empat Skala Laboratorium. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi. 5(2): 262-269.

Suhardi. 2020. Rancang Bangun Prototipe Saluran Irigasi Skala Laboratorium.


Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 8(1): 58-70.

Anda mungkin juga menyukai