NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.1
mengubah namanya setelah melalui Rapat Umum Luar Biasa Para Pegang
Sahamcdi tahun 1994 menjadi PT Indofood Sukses Makmur. Sebagaimana yang
sampai sekarang lebih familiar kita kenal sebagai PT Indofood.
Ada banyak hal fundamental yang dilakukan oleh PT Indofood. Hingga akhirnya
PT Indofood bisa menjadi salah satu perusahaan mie instant dan produk makanan
olahan tersukses di Indonesia.
Salah satu langkah fundamental tersebut adalah penggabungan beberapa anak
perusahaan Indofood Group yang meliputi: PT Sanmaru, PT Supermi, dan PT
Panganjaya menjadi satu di tahun 1994. Kemudian dipilihlah nama PT Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk.
Sejak saat itu, PT Indofood CBP khusus bergerak dalam bidang pengolahan mie
instant. Bahkan kemudian divisi mie instant ini ternyata berkembang menjadi
yang terbesar di Indofood Group. Hingga tercatat memiliki pabrik yang tersebar
di 15 kota besar di Indonesia.
Indomie merupakan salah satu produk mi instan yang diproduksi oleh PT Indofood
Sukses Makmur Tbk. Indomie pertama kali diekspor pada tahun 1992 yang
merupakan hasil kerja akumulasi secara konsisten. Indofood pada awalnya
membentuk Direktorat Ekspor dengan tugas fokus mengembangkan ekspor
Indomie ke berbagai negara, sehingga tim ini aktif mempelajari semua izin impor
di setiap negara.
Alasan utama dari ekspansi Indomie ke luar negeri adalah untuk para warga
negara Indonesia (WNI) yang bermukim di luar negeri dan merindukan makan
Indomie. Saat itu, sasaran utama mereka adalah negara-negara dengan jumlah
tenaga kerja Indonesia (TKI) yang paling banyak.
EKMA4311
Untuk memasuki pasar di negara yang baru tentunya PT. Indofood perlu
melakukan perencanaan strategi pemasaran yang tepat agar dapat diterima oleh
konsumen baru mereka. Dalam hal ini:
Susunlah sebuah perencanaan strategi bauran pemasaran (Marketing Mix) yang
dapat dilakukan oleh PT. Indofood agar dapat sukses memasuki pasar
internasional yang baruterkait studi kelayakan bisnis
Stategi pemasaran pt indofood untuk memasuki pasar international.
Menurut saya, hal pertama yang harus dilakukan yaitu dengan menentukan Negara
mana yang akan menjadi target pasar. Langkah selanjutnya, pelajari kultur budayanya
(rujukan untuk pembuatan iklan), daya beli masyarakat, adat istiadat hingga norma
yang berkembang dimasyarakat Negara target pasar. Setelah mengetahui tujuan pasar,
kita bisa branding (merk) ke pasar negara yang kita tuju dengan cara mengadaptasi
norma, adat istiadat dan budaya mereka. Kita bisa menggunakan bahasa asli negara
yang kita tuju, misalkan Negara Jepang, kita bisa merubah keterangan dan cara
penyajian pada produk menggunakan huruf kanji sehingga mempermudah warga
negara asal untuk membaca dan menarik untuk mencobanya.
Selain itu, buat design produk semenarik mungkin dengan menggunakan tradisi
mereka, seperti Jepang punya olahraga (sumo), kita bisa membuat iklan promosi
dengan meniru cara pertandingan sumo. seperti lomba menghabiskan mie indofood
hingga sebanyak-banyaknya mangkuk. Hal ini bertujuan untuk membuat gambaran
bahwa mie indofood memang benar-benar enak, dan layak untuk dicoba. Jika sudah,
hal selanjutnya kita promosikan melalui media massa ataupun media elektronik
sehingga daya jangkau produk kita juga semakin luas. Cara terakhir yaitu berikan
tester untuk segmentasi pasar yang kita tuju seperti kaum muda di Negara Jepang (anak
sekolah, pekerja, dll) yang memiliki waktu terbatas setiap harinya, lalu kita adakan
tester disetiap pasar (supermarket/toko) yang akan kita masuki sebagai zona distribusi
ke konsumen. Hal ini bertujuan ketika mereka sudah merasakan kelezatan dari mie
indofood, akan memberikan peluang untuk mereka membeli produk kembali. Selain
itu, pentingnya harga yang bisa bersaing dengan produk-produk dalam Negeri mereka.
Cara untuk mensiasatinya dengan membuat ukuran mie sedikit lebih kecil dari ukuran
normal, akan tetapi dengan bentuk yang lebih menarik, sehingga peluang untuk dibeli
kembali produk menjadi lebih besar.
EKMA4311
3. Penutupan seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia telah dilakukan pada 30 Juni 2017. 30
Menurut analisa saya berdasarkan Murray D Bryce kegagalan 7-eleven terletak pada
kurangnya perhitungan yang matang dari segi profit dan biaya. Cara mengukur
efisiensi suatu perusahaan adalah dengan profitabilitas atau tingkat keuntungan yang
dihasilkan. Dengan kata lain gerai 7-eleven gagal dalam menghitung biaya yang
dikeluarkan untuk operasional sebuah gerai (biaya sewa tempat, listrik, WIFI, hingga
biaya Sumber Daya Manusia).
Sedangkan pemasukan gerai setiap harinya tidak bisa ditentukan berapa besarannya
untuk bisa menutup biaya operasional dan mendapatkan laba. Karena 7-eleven gagal
dalam menentukan "bentuk" mereka kepada konsumen. Gerai mereka tidak fokus arah
sehingga pencapaiannya pun sulit diprediksi. Contohnya saja, dengan sebuah roti dan
sebotol minum mungkin harganya hanya 10rb, tetapi konsumen dapat menikmati WIFI
yang disediakan 7-eleven selama 3 jam cuma-cuma. Jika kita hitung internet 3 ribu
rupiah perjam, maka biaya yang dihabiskan 9 ribu rupiah hanya untuk pelanggan yang
membeli roti dan air kemasan, sangat tidak efisien dari segi profit.
Menurut analisi saya, akan sangat efisien jika gerai 7-eleven memberikan kode pass
WIFI mereka kepada pelanggan khusus yang berbelanja minimal 50 ribu rupiah dan
konsumen mendapatkan free wifi selama 1 jam kedepan, jika ingin menambah durasi
WIFI, pelanggan diwajibkan untuk berbelanja lagi, dan pramuniaga berhak
mengingatkan pelanggan yang sudah lebih dari 2 jam duduk untuk kembali memesan
atau bersiap untuk meninggalkan gerai karena untuk mempersilahkan pelanggan lain
yang juga ingin menikmati WIFI setelah berbelanja. Hal ini mungkin terdengar tidak
sopan, tetapi ini jauh lebih baik daripda hanya mengandalkan tamu berbelanja atas
inisiatifnya sendiri.
Ketika sebuah tempat memiliki target tentang profit, maka berbagai cara akan
dilakukan untuk bisa mendapatkannya dengan berbagai terobosan inovasi dan ide-ide
kreatif, bukan sebaliknya menyerah dengan keadaan.
EKMA4311
4 Berdasarkan kasus tutupnya 7-eleven di Indonesia pada kasus no. 3, ada beberapa 20
faktor penyebab internal dan eksternal yang muncul. Dari faktor-faktor tersebut,
mahasiswa diminta untuk menganalisa faktor terkait dengan aspek hukum yang
menyebabkan tutupnya gerai tersebut dan apakah yang seharusnya dilakukan oleh
7-eleven sebelum masuk ke Indonesia terkait studi kelayakan bisnis agar tidak
tersandung dengan masalah hukum tersebut.
Referensi :
Yuliati, S. Handaru dan Tamjuddin. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
EKMA4311
EKMA4311