KELOMPOK 9
SURAHMA
MUH. ARESTU PRANANCA
NUR RAHMA N
SYAHRI RAMADHANI ARIF
KESMAS A
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji syukur
kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “K3
Rumah Sakit” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dan di dukung bantuan
dari berbagai sumber, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
merampungkannya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan ...................................................................................................................2
A. Keselamatan kerja..................................................................................................3
B. Kesehatan kerja......................................................................................................3
C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja........................................................................4
D. Rumah Sakit...........................................................................................................4
A. Pengertian K3RS....................................................................................................5
B. Tujuan K3 di Rumah Sakit....................................................................................5
C. Struktur Organisasi K3 Rumah Sakit.....................................................................5
D. Ruang Lingkup K3 Rumah Sakit...........................................................................7
E. Bahaya Potensial di Rumah Sakit........................................................................11
F. Upaya K3 Rumah Sakit.......................................................................................15
G. Standar K3 di Rumah Sakit.................................................................................15
H. Pengertian Patient Safety.....................................................................................19
I. Dasar Hukum K3 Rumah Sakit...........................................................................21
J. Konsep Kewaspadaan Standar di Rumah Sakit...................................................21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................24
B. Saran....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang didalamya terdapat
karyawan, pasien, pengunjung, alat-alat medis, dan non-medis (Christiono, 2004).
Sehingga didalam rumah sakit terdapat berbagai paparan antara lain kimia, biologi, dan
ergonomi. Keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit sudah saatnya mendapatkan
perhatian khusus, selain itu rumah sakit juga termasuk kedalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak
hanya pada pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tetapi juga terhadap pasien
maupun pengunjung rumah sakit. Sehingga sudah seharusnyan pihak pengelola rumah
sakit menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit.
Berdasarkan data dari Occupational Safety and Health Assosation (OSHA) tahun
2016 dengan rata-rata 10.000 kejadian diketahui angka kejadian paling tinggi adalah
tenga kerja yang bekerja di rumah sakit dengan jumlah rata-rata 500 kejadian per hari
diikuti oleh pekerja konstruksi dengan 380 kasus per hari, manufaktur dengan 350 kasus
perhari dan yang paling kecil adalah indudtri rumah tangga dengan tingkat kejadian 300
kejadian per hari.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang
sering terjadi di antaranya tertusuk jarum atau needle stick injury (NSI), terkilir, sakit
pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain (Kemenkes,
2007). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010
mencantumkan penelitian Gun (1983), yaitu berdasarkan data-data yang ada, insiden
akut secara signifikan lebih besar terjadi pada pekerja RS dibandingkan dengan seluruh
pekerja di semua kategori (jenis kelamin, ras, umur dan status pekerjaan). Angka
kecelakaan kerja di RS UGM pada tahun 2014 tercatat sebanyak 6 kasus, terdiri dari 3
kasus tertusuk jarum, 2 kasus kecelakaan lalu lintas dan 1 kasus terpercik serbuk gerinda.
Pada tahun 2015 terjadi kenaikan jumlah kecelakaan kerja sebanyak 266,7% yaitu
tercatat 16 kasus, yang terdiri dari 9 kasus tertusuk jarum, 3 kasus kecelakaan lalu lintas
dan 4 kasus sharp injury. Dan selama periode Januari sampai dengan Juni 2016 tercatat
sudah terjadi 7 kasus kecelakaan kerja.
Di RSUD Haji makassar kasus kecelakaan kerja masih tergolong tinggi yaitu
sekitar 2 kasus yang dilaporkan selama periode 2013/2014. Berdasarkan data dan fakta
yang terjadi tahun 2013 terdapat petugas kesehatan terinfeksi hepatitis B berjumlah 7000
tenaga kesehatan dan 4900 diantaranya disebabkan oleh kecelakaan jarum suntik (Dinas
Tenaga Kerja Sulawesi Selatan, 2013). Berdasarkan data tersebut masih banyak angka
kejadian kecelakan kerja di rumah sakit, hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Kejadian
kecelakaan di beberapa rumah sakit diketahui juga memiliki kecenderungan tersendiri
yaitu di rumah sakit Elim Rantepao, kab.Toraja diketahui dari 257 orang 104 orang
diantaranya pernah mengalami kasus kecelakaan kerja.
Berdasarkan data dan fakta pada data-data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
potensi bahaya di rumah sakit sangat tinggi sehingga dibutuhkan langkah manajemen
untuk mengontrol tenaga kerja agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu, K3 rumah sakit perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaran K3 RS lebih
efektif, efisien dan terpadu diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di rumah sakit,
baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit?
2. Apa tujuan keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit?
3. Bagaimana struktur organisasi keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit?
4. Bagaimana ruang lingkup keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit?
5. Bahaya potensial apa yang sering terjadi di rumah sakit?
6. Bagaimana upaya keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit?
7. Bagaimana standar kesehatan keselamatan kerja rumah sakit?
8. Apa yang dimaksud pasien safety?
9. Apa dasar hukum keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit?
10. Bagaimana konsep kewaspadaan standar di rumah sakit ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit
2. Untuk mengetahui tujuan keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit
3. Untuk mengetahui struktur keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit
4. Untuk mengetahui ruang lingkup keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit
5. Untuk mengetahui bahaya potensial yang sering terjadi di rumah sakit
6. Untuk mengetahui upaya keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit
7. Untuk mengetahui standar keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit
8. Untuk mengetahui pengertian pasien safety
9. Untuk mengetahui dasar hukum keselamatan & kesehatan kerja rumah sakit
10. Untuk mengetahui konsep kewaspadaan standar di rumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keselamatan kerja
Menurut American Society Of Safety Engineers (ASSE) dalam Sugeng
2005 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah
semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi
kerja.
Menurut Suma’mur (2009), keselamatan kerja merupakan keselamatan
yang berkaitan dengan mesin, perawat, alat kerja, bahan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara
melakukan pekerjaan.
Menurut Mathin & Jackson (2002), keselamatan kerja adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera
yang terkait dengan pekerjaan.
Menurut Sutrisno (2012), keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja
dan lingkungannya, serat cara-cara keryawan dalam melakukan
pekerjaanya.
Menurut Bennet N.B. Silalahi dan Rumondang (Widodo, 2015),
keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau
kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan
Menurut Widodo (2015), keselamatan kerja merupakan suatu bentuk
keadaan yang menghindarkan kesalahan dan kerusakan kerja yang
dilakukan oleh para pekerja/karyawan.
B. Kesehatan kerja
Menurut Darmanto (1999), merupakan spesialisasi ilmu kesehatan atau
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau
masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,
mental, maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
Menurut Mathin & Jackson (2002), kesehatan adalah merujuk pada
kondisi umum fisik, mental, dan stabilitasi emosi secara umum.
Menurut White (Widodo, 2015), sehat adalah suatu keadaan di mana
seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan apa pun atau
tidak ada tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Menurut Widodo (2015), kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan
yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial dengan usaha
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit
umum.
Menurut Sedarmayanti (2011), kesehatan kerja menyangkut kesehatan
fisik maupun kesehatan mental. Kesehatan pegawai dapat terganggu
karena penyakit, stress (ketegangan) maupun karena kecelakaan.
Kesehatan pegawai yang rendah atau buruk akan mengakibatkan
kecenderungan tingkat absensi yang tinggi dan produktivitas rendah.
D. Rumah Sakit
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.340/Menkes/per/III/2010, rumah sakit adalah insitusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan per orangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pela-yanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sehat dan sakit sehingga risiko
kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan dan penularan penyakit sangat
tinggi (Silviasari, 2011).
2. Sekretaris, bertugas
a. Mengkoordinasikan semua kegiatan di setiap bidang
b. Menerima laporan dan memberikan masukan yang diperlukan bidang-
bidang dalam pelaksanaan sistem manajemen K3, termasuk keluhan-
keluhan yang berkaitan dengan Kesehatan keselamatan kerja.
c. Menyiapkan laporan kecelakaan kerja dan laporan KOMITE K3 setiap 3
(tiga) bulan kepada Depnaker.
d. Melaporkan Implementasi Sistem Manejemen K3 serta permasalahan-
permasalahnnya kepada Top Management untuk memastikan persyaratan
dan peraturan telah diimplementasikan secara efektif.
e. Mendesain tingkat pengendalian resiko (Hierarchy of Control)
f. Melakukan penelitian dan pengembangan K3
Terdiri atas :
Seksi keselamatan dan keamanan
Seksi pengendalian bahan berbahaya
Seksi disaster
Seksi penanganan kebakaran
Seksi sistem utilitas
Seksi pengamanan dan peralatan medis
PJ K3 laboratorium
PJ K3 radiologi
PJ K3 UGD
PJ K3 OK
PJ K3 UPRS
PJ K3 perawat
PJ K3 CS
PJ K3 apotek
2. Faktor kimia
Resiko dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi yang
meliputi:
a. Desinfektan yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi
lingkungan dan peralatan di rumah sakit seperti; mengepel lantai, desinfeksi
peralatan dan permukaan peralatan dan ruangan, dan lain-lain.
b. Antiseptik yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan mencuci
permukaan kulit pasien seperti alkohol, iodine povidone, dan lain-lain.
c. Detergen yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan
peralatan lainnya.
d. Reagen yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium klinik dan patologi anatomi.
e. Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk pengobatan
pasien.
f. Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan
penunjang pengobatan pasien seperti oksigen, karbon dioxide, nitrogen, nitrit
oxide, nitrous oxide, dan lain-lain.
Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi
dengan seluruh satuan kerja. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah pengadaan
B3, penyimpanan, pelabelan, pengemasan ulang /repacking, pemanfaatan dan
pembuangan limbahnya.
3. Faktor fisika
a. Risiko bahaya kebisingan
Risiko ini terdapat pada ruang boiler., generator listrik dan ruang
chiller. Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : subtitusi peralatan
melalui alat alat baru dengan intensitas kebisingan yang lebih rendah,
penggunaan pelindung telinga dan pemantauan tingkat kebisingan secara
berkala oleh sanitasi.
b. Risiko bahaya pencahayaan
Risiko bahaya pencahayaan ini seperti di kamar operasi dan
laboratorium. Pengendalian yang harus dilakukan adalah pemantauan tingkat
pencahayaan secara berkala oleh sanitasi dan hasil pemantauan dilaporkan ke
petugas teknisi untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat pencahyaannya tidak
memenuhi syarat.
c. Risiko bahaya listrik
Risiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum. Pengendalian yang
harus dilakukan adalah adanya kebijakan penggunaan peralatan listrik harus
memenuhi SNI, serta dilakukan pengecekan secara rutin baik fungsi dan
kelayakan peralatan listrik di rumah sakit
d. Risiko bahaya mekanik
Risiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum, terpeleset
ataupun menabrak dinding atau pintu kaca. Pengendalian yang harus dilakukan
antara lain : penggunaan safety box limbah tajam, kebijakan dilarang menutup
kembali jarum bekas, pemasangan keramik anti licin pada koridor dan lantai
yang miring.
e. Risiko bahaya radiasi
Risiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapy, kedokteran nuklir dan
beberapa kamar operasi yang memiliki x-ray. Pengendalian yang harus
dilakukan antara lain : pemasangan rambu peringatan bahaya, pengecekan
tingkat paparan radiasi secara berkala dan pemantauan paparan radiasi
Patient safety (keselamatan pasien) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Patient safety merupakan assement resiko,
identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisa insiden.
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan (Permenkes RI No 1691, 2011).
Kewaspadaan standar diterapkan pada semua klien dan pasien atau orang yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.6 Prinsip dasar yang harus diterapkan dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah memperlakukan baik pasien
maupun petugas kesehatan sebagai individu yang potensial menularkan dan rentan
terhadap infeksi.
Tiga kunci pencegahan infeksi yang harus dipatuhi yakni imunisasi, kebersihan
tangan dan penggunaan APD. Dukungan manajemen rumah sakit sangat penting untuk
peningkatan kualitas dan memiliki hubungan positif terhadap upaya pencegahan
terjadinya infeksi nosokomial. Dukungan tersebut melalui pendekatan budaya
organisasi, kerjasama tim, dan manajemen mutu (Valendri, 2014). Keberhasilan upaya
pencegahan yang dilakukan oleh manajemen RS sangat dipengaruhi oleh ketaatan
individu pada aturan yang berlaku atau lebih dikenal dengan istilah kepatuhan.
Dengan demikian bahwa peran tenaga kesehatan di rumah sakit menjadi sangat
penting yang mencakup aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam hal
ini ditekankan bidang promotif yaitu pemberian pendidikan kesehatan yang mana
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor predisposisi seperti tingkat pengetahuan,
sikap, kepercayaan, faktor pendukung seperti fasilitas atau sarana yang ada, lingkungan
fisik, keterjangkauan serta faktor pendorong seperti sikap atau perilaku petugas, teman
sebaya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) merupakan suatu
kondisi untuk menciptakan keadaan selamat dan sehat ketika atau dalam melakukan
pekerjaan di sebuah rumah sakit.
Setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan K3RS sesuai dengan
PERMENKES No. 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit menimbang bahwa rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko
tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit,
pasien,pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit agar
terciptanya kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat, dan nyaman. K3 rumah
sakit perlu dikelola dengan baik, oleh karena itu harus ada struktur organisasi yang
paling tidak terdiri atas ketua, sekretaris, dan anggota sesuai dengan peraturan PP
No.50 tahun 2010.
Bahaya potensial di rumah sakit disebabkan berbagai faktor antara lain faktor
biologi, kimia, fisika, fisiologi, dan psikologi. Untuk itu perlu adanya standar K3.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 1087 Tahun 2010 tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan
fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu dan
pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM rumah sakit sekurang-kurangnya 1 tahun.
B. Saran
Seluruh rumah sakit meningkatkan sosialisasi mengenai fungsi K3 di rumah
sakit dan mengoptimalkan fungsi K3RS yang ada kepada siapa saja yang berada di
rumah sakit termasuk dokter, perawat, pasien serta tenaga medis maupun non medis
lainnya agar dapat meminimalkan tindakan beresiko bagi dirinya sendiri maupun
orang lain. Rumah sakit juga harus secara rutin mengevaluasi penyelenggaraan K3 RS
untuk menilai apakah kinerjanya sudah maksimal ataukah masih memerlukan
perbaikan sistem K3RS yang selanjutnya. Selain itu, rumah sakit harus selalu
mengidentifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko yang selalu
ada di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng Retno Yunita, Ayun Sriatmi, E. Y. F. (2016). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEBIJAKAN DALAM
IMPLEMENTASI PROGRAM KESELAMATAN DAN. Kesehatan Masyarakat, 4(April), 1–9.
Amponsah-tawiah, K., & Mensah, J. (2016). Occupational Health and Safety and Organizational
Commitment : Evidence from the Ghanaian Mining Industry. Safety and Health at Work, 7(3),
225–230. https://doi.org/10.1016/j.shaw.2016.01.002
Auditor-general, V., & November, R. (2013). Occupational health and safety risk in the. October,
(November).
Awodele, O., Popoola, T. D., Ogbudu, B. S., Akinyede, A., Coker, H. A. B., & Akintonwa, A. (2014).
Occupational Hazards and Safety Measures Amongst the Paint Factory Workers in Lagos ,
Nigeria. Safety and Health at Work, 5(2), 106–111. https://doi.org/10.1016/j.shaw.2014.02.001
Directorate-General for Employment Social Affars and Inclusion. (2011). Occupational health and
safety risks in the healthcare sector Guide to prevention and good practice.
https://doi.org/10.2767/27263
Gorman, T., Dropkin, J., & Kamen. (2013). Controlling Health Hazards to Hospital Workers On the
Cover. Environmental and Occupational Health Policy, 23, 1–169. Retrieved from
http://baywood.com
Hasyim, H. (2005). MANAJEMEN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT, 08(02).
Hj, A., & Amakali, K. (2015). Perceptions of health workers regarding the occupational health services
rendered at Onandjokwe hospital , Namibia. Hospital Administration, 4(6), 1–13.
https://doi.org/10.5430/jha.v4n6p1
Ibrahim, H., Damayati, D. S., & Amansyah, M. (2017). Al - Sihah : Public Health Science Journal
GAMBARAN PENERAPAN STANDAR MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI
MAKASSAR, 9(2), 160–173.
International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan
Kesehatan Sarana untuk Produktivitas. Retrieved from www.ilo.org
Ivana, A., Widjasena, B., & Jayanti, S. (2014). Analisa Komitmen Manajemen Rumah Sakit ( RS )
Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ( K3 ) Pada RS Prima Medika Pemalang. Kesehatan
Masyarakat, 2(1), 35–41.
Jahangiri, M., Rostamabadi, A., Hoboubi, N., Tadayon, N., & Soleimani, A. (2016). Needle Stick
Injuries and their Related Safety Measures among Nurses in a University Hospital , Shiraz , Iran.
Safety and Health at Work, 7(1), 72–77. https://doi.org/10.1016/j.shaw.2015.07.006
Journal, B., Medicine, I., From, G., & Medicine, S. (n.d.). Occupational hazards in hospitals :
accidents , radiation , exposure to noxious chemicals , drug addiction and psychic problems ,
and assault. Industrial Medicine, 510–520.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
Kemenkes RI, 1–36.
Levin, P. F., Hewitt, J. B., & Misner, S. T. Insights of Nurses about Assault in Hospital-based
Emergency Departments, 30(3), 1–6.
Menkes. (2007). Pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di rumah sakit, 1–15.
Manyele, S. V, & Eliakimu, E. (2008). The status of occupational safety among health service
providers in hospitals in Tanzania. Health Research, 10(3), 159–165.
OSHA. (2013). Caring for our caregivers: Facts about hospital worker safety., (September), 1–32.
Retrieved from https://www.osha.gov/dsg/hospitals/documents/1.2_Factbook_508.pdf
Plaku-alakbarova, B., Punnett, L., & Gore, R. J. (2018). Nursing Home Employee and Resident
Satisfaction and Resident Care Outcomes. Safety and Health at Work.
https://doi.org/10.1016/j.shaw.2017.12.002
Qureshi, M. O., & Syed, R. S. (2014). The Impact of Robotics on Employment and Motivation of
Employees in the Service Sector , with Special Reference to Health Care. Safety and Health at
Work, 5(4), 198–202. https://doi.org/10.1016/j.shaw.2014.07.003
Ringen, K., & Stafford, E. J. Intervention research in occupational safety and health: Examples from
Rogers, A. E., Hwang, W., Scott, L. D., Aiken, L. H., & Dinges, D. F. (2004). The Working Hours Of
Hospital Staff Nurses And Patient Safety. Health Affair, 23(4), 202–212.
https://doi.org/10.1377/hlthaff.23.4.202
Salawati, L. (2010). Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit. Kedokteran Syiah
Kuala, 10(3).
Salawati, L., Taufik, N. H., & Putra, A. (2014). Analisis Tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 14(3), 128–134.
Sarastuti, D., Studi, P., Masyarakat, K., Kesehatan, F. I., & Surakarta, U. M. (2016). Analisis
kecelakaan kerja di rumah sakit universitas gadjah mada yogyakarta publikasi ilmiah.
Setyarini, E. A., & Herlina, L. L. (2013). Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur
Operasional:Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Gedung Yosef 3 Dago dan Surya Kencana
Rumah Sakit Borromeus. Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus, 94–105.
Widodo, A., & Yusuf, E. (2017). ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL
ABIDIN BANDA ACEH, 1–17.