Oleh:
RIVAY VAN HOUTEN
NPM. 18410010
TEKNIK TEKSTIL
Oleh:
RIVAY VAN HOUTEN
NPM. 18410010
TEKNIK TEKSTIL
Oleh:
RIVAY VAN HOUTEN
NPM. 18410010
TEKNIK TEKSTIL
Oleh:
RIVAY VAN HOUTEN
NPM. 18410010
TEKNIK TEKSTIL
Pembimbing I Pembimbing II
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
hikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja
Industri sebagai salah satu mata kuliah wajib di semester enam dan tujuh yang
ada di Politeknik STTT Bandung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan Laporan ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami
penulis, baik dalam segi isi, penulisan maupun kata–katanya yang tidak tersusun
secara baik, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
Laporan Praktik Kerja Industri Ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Orang Tua yang senantiasa
mendoakan saya, memberikan dukungan baik moril maupun materil demi
keberhasilan penulis. Karya tulis ini berisi laporan Praktik Kerja Industri di PT
PLUMBON INTERNATIONAL TEXTILE. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya
tulis ini, yaitu:
Penulis
1
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL..................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................5
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................6
RINGKASAN........................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................9
BAB II BAGIAN UMUM PERUSAHAAN............................................................11
2.1 Perkembangan Perusahaan.....................................................................11
2.1.1 Sejarah Perusahaan.............................................................................11
2.1.2 Lokasi Perusahaan...............................................................................12
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan..............................................................14
2.2.1 Bentuk Struktur Organisasi...................................................................14
2.2.2 Uraian Tugas........................................................................................16
2.3 Permodalan dan Pemasaran....................................................................18
2.4 Ketenagakerjaan......................................................................................19
2.4.1 Jumlah dan Tingkat Pendidikan............................................................19
2.4.2 Distribusi Tenaga Kerja di Bagian Produksi..........................................19
2.4.2.1 Pengaturan Waktu Kerja.......................................................................20
2.4.3 Sistem Pembinaan dan Pengembangan Karyawan..............................21
2.4.4 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Karyawan........................................22
2.4.4.2 Fasilitas Karyawan............................................................................23
BAB III PRODUKSI............................................................................................25
3.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi...............................................25
3.1.1 Perencanaan Produksi.........................................................................25
3.1.2 Pengendalian Produksi.........................................................................27
3.2 Proses Produksi.......................................................................................28
3.2.1 Jenis dan Jumlah Produksi...................................................................28
3.2.2 Mesin dan Tata Letak...........................................................................30
3.2.3 Proses Produksi...................................................................................33
3.2.4 Sarana Penunjang Produksi.................................................................53
2
1
3.3 Pengenalan dan Pemetaan Potensi Industri 4.0......................................61
3.3.1 Pemetaan Potensi Industri 4.0..............................................................61
3.3.2 Konsep Strategi Implementasi..............................................................65
BAB IV DISKUSI................................................................................................68
4.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi...............................................68
4.2 Proses Produksi.......................................................................................69
4.3 Pengenalan dan Pemetaan Potensi Industri 4.0......................................70
BAB V PENUTUP..............................................................................................72
5.1 Kesimpulan..............................................................................................72
5.2 Saran.......................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................73
LAMPIRAN.........................................................................................................75
3
1
DAFTAR TABEL
4
1
DAFTAR GAMBAR
5
1
DAFTAR LAMPIRAN
6
1
RINGKASAN
7
1
yang ditemukan adalah sering terjadinya putus sliver setelah penyambungan
pada mesin Drawing. Hal ini disebabkan karena kurang terampilnya operator
atau yang biasa disebut dengan istilah Human Error. Kemudian pada bidang
Quality Control pada PT PINTEX terdapat masalah pada mesin Winding yaitu
banyaknya cops yang tidak sesuai standar maka akan menimbulkan banyaknya
cut saat proses pemindahan gulungan dari bentuk cops ke bentuk cones.
8
1
BAB I PENDAHULUAN
Laporan Praktik Kerja Industri ini berisi mengenai penjelasan mengenai keadaan
PT PINTEX. Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Industri adalah proses
pembelajaran program-program yang dapat mengenalkan dan mendekatkan
mahasiswa pada dunia kerja nyata. Untuk mengimplementasikan hal tersebut,
Perguruan Tinggi merancang suatu mata kuliah Praktik Kerja Industri. Praktik
Kerja Industi merupakan kurikulum program diploma empat bagi mahasiswa
Politeknik STTT Bandung yang dilaksanakan pada semester 6 dan 7 khusus
dualsystem. Mata kuliah dengan beban 14 SKS ini merupakan sarana untuk
menambah pengetahuan mengenai ilmu ketekniktekstilan (bagi jurusan teknik
tekstil), serta sikap kerja dengan melaksanakan praktik kerja secara langsung di
industri tekstil. Dengan mengetahui kondisi dunia kerja, diharapkan mahasiswa
dapat mengaplikasikan hasil pembelajaran yang telah didapatkan selama
perkuliahan, serta belajar mengambil sikap yang tepat bagaimana cara
menghadapi dan memecahkan permasalahan yang terjadi di industri.
PT PINTEX terdapat dua unit spinning, yaitu spinning 1 dan spinning 2. Pada
dua unit spinning tersebut di produksi berbagai macam nomor benang, serat
yang di pakai. Serat yang dipakai untuk produksi adalah serat kapas dan serat
rayon viskosa, dibuat 100% murni ataupun campuran. Selama pelaksanaan
Praktik Kerja Industri 1, mahasiswa ditempatkan pada bidang praktik produksi,
praktik Quality Control (QC), praktik bahan baku, dan pratik pengenalan dan
pemetaan potensi industry 4.0 . Namun, pada saat praktik kerja lapangan penulis
tidak di izinkan masuk ke area PPIC (Production Planning and Inventory Control)
dikarenakan kebijakan dari pihak perusahaan dan hanya memberikan informasi
9
1
terkait hal tersebut secara garis besar.
Pembagian kegiatan tersebut guna memberikan keleluasaan untuk mahasiswa
dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri untuk mengamati hal-hal yang berada
di setiap bidang departemen sehingga mempermudah untuk belajar dan
memperoleh data. Namun adapun kendala yang dihadapi mahasiswa yaitu tidak
semua data perusahaan dapat diperoleh oleh penulis karena bersifat internal dan
tidak diperkenankan untuk dipublikasikan.
Laporan Praktik Kerja Industri 1 berisikan lima bab, bab 1 berisi pendahuluan,
menjelaskan latar belakang praktik lapangan, nama perusahaan tempat
dilaksanakannya praktik lapangan, berapa lama praktik lapangan
diselenggarakandan pembagian departemen yang ada di PT PINTEX . Bab 2
berisi bagian umum perusahaan, menjelaskan perkembangan perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, permodalan dan pemasaran, dan
ketenagakerjaan. Bab 3 berisi bagian produksi, menjelaskan mengenai
perencanaan dan pengendalian produksi, produksi, dan potensi industri 4.0. Bab
4 berisi diskusi, membahas secara analitis, kritis dan komprehensif tentang
masalah-masalah yang terjadi pada bab 3. Bab ini berisikan latar belakang,
identifikasi masalah dan pembahasan tentang pemecahan masalah. Bab 5 berisi
penutup, menyimpulkan dan memberikan saran- saran yang dapat diberikan
sehubungan dengan masalah-masalah yang diamati berdasarkan hasil Diskusi.
10
1
BAB II BAGIAN UMUM PERUSAHAAN
Bangunan ini didirikan di atas tanah seluas 74.620 , diantaranya Gedung Pabrik
Pemintalan, Gudang bahan baku/jadi, Kantor, Kantin, Tempat Parkir, Kolam dan
Taman, setelah beroperasi beberapa tahun kemudian dibangun pula fasilitas
lainnya seperti Masjid, Sarana Olah Raga (Lapangan Tenis, Volley dan Bulu
Tangkis).
11
1
Pada tanggal 5 Maret 1987 PC. GKBI Plumbon diresmikan secara kolektif
(bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan lain sewilayah tiga Cirebon)
oleh Menteri Perindustrian (Bapak Ir. Hartarto), Menteri Tenaga Kerja (Bapak
Sudomo) dan Menteri Koperasi (Bapak Bustamil Arifin) bertempat di PC. GKBI
Plumbon.
12
1
Gambar 2. 2 Layout PT PINTEX
13
1
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
14
1
yang teratas sampai tingkat yang terbawah. Dalam organisasi ini seseorang atau
bawahan hanya bertanggung jawab kepada satu orang atasan saja. Hasil kerja
yang optimal dapat dicapai dengan sistem pengaturan yang tersusun, sehingga
dapat tercipta sistem kerja yang teratur dan terarah, oleh karena itu dilakukan
pengorganisasian untuk mencapai tujuan perusahaan. Berikut struktur organisasi
PT PINTEX dapat dilihat pada gambar 2.3 sampai gambar 2.4.
Direktur
Utama
Direktur Direktur
Keuangan Produksi
GM HRD GM
Personalia Produksi
Kabag G. Kabag G.
Benang baham baku
Manager
Produksi
15
1
2.2.2 Uraian Tugas
1. Direktur
Merupakan pimpinan tertinggi yang bertugas untuk memberi arahan dan
pengawasan kelancaran perusahaan sesuai dengan tujuan dan kebijakan.
Serta membuat analisa berjangka panjang untuk kemajuan perusahaan dan
bertanggung jawab terhadap dewan komisaris dan dewa pemegang saham
perusahaan.
2. Manager Keuangan dan HRD
Manager keuangan memiliki wewenang untuk mencatat dan menganalisa
cashflow perusahaan dan bertanggung jawab kepada dewan direksi.
Sedangkan HRD bertugas merencanakan, melaksanakan seleksi karyawan
baru dan bertanggungjawab atas pembinaan calon karyawan serta
peningkatan kualitas karyawan dan bertanggung jawab kepada dewan
direksi.
3. Manajer Umum Keuangan dan Administrasi
Bertugas untuk mengkoordinasikan sistem akuntansi perusahaan dan
merencanakan, menganggarkan, memeriksa, hingga mengelola keuangan
perusahaan.
4. Manajer Umum HRD
Bertugas untuk memimpin dan menuntun departemen yang ada untuk bisa
memberikan kemampuan secara maksimal dari SDM yang ada untuk
perusahaan.
5. Manajer Pemasaran
Bertugas untuk membuat dan mengatur strategi pemasaran hasil produksi
yang akan dipasarkan kepada konsumen.
6. Manajer Umum Spinning
Bertugas untuk merencanakan dan mengatur unit produksi yang ada.
Bertanggung jawab atas tugas operasional untuk dapat mencapai target
sesuai rencana perusahaan yang sebelumnya telah ditentukan.
7. Manager Tax and Acounting
Bertugas untuk mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan operasional
yang dilakukan oleh staf serta menganalisis laporan keuangan perusahaan.
8. Manajer Logistik
Mengawasi dan merencanakan segala macam bentuk pembelian dan kebutuhan
perusahaan. Melakukan koordinasi dengan komponen organisasi lainnya sesuai
16
1
dengan ruang lingkup kerjanya.
9. Manajer Personalia
Bertugas untuk menerapkan dan menetapkan kebijakan yang digunakan untuk
bagian personalia perusahaan sesuai dengan kondisi dan keadaan perusahaan.
Selain struktur organisasi PT PINTEX secara umum, terdapat juga struktur
organisasi setiap unit spinning yang ada pada gambar 2.3, berikut uraian tugas
dari masing-masing jabatan dalam struktur organisasi di unit spinning 2:
Mengontrol kondisi dan kelancaran mesin produksi untuk mencapai target dan
kualitas produksi.
17
1
Mengontrol kebutuhan spare part mesin untuk menjamin ketersediaan
spare part.
1,24%, PT Sekar Bengawan milik Paulus Tanuwijaya sebesar 98,76% dari nilai
keseluruhan saham dengan total Rp 81.000.000.000.
Kapasitas produksi benang PT. PINTEX mencapai 42.000 Bale per tahun,
dengan produksi benang katun, benang rayon viskosa dan campuran katun
viskosa yang terdiri dari Cotton yarn for Knitting.
18
1
2.4 Ketenagakerjaan
1 SD -
2 SMP 4
3 SMA/SMK 1.099
4 D3 2
5 D4/S1 9
Catatan: PHL adalah karyawan yang baru selesai masa kontraknya, menjadi
PHL sambil menunggu kontrak barunya.
2.4.2 Distribusi Tenaga Kerja di Bagian Produksi
19
1
mesin memiliki beban kerja yang berbeda-beda. Distribusi tenaga kerja
berdasarkan tugas di PT PINTEX dapat dilihat pada tabel 2.3.
Maintenance 72 7,89
Teknisi 47 5,15
Waktu kerja yang ditetapkan PT PINTEX yaitu hari kerja dalam 1 minggu dari
hari Senin sampai hari Sabtu. Jadwal tenaga kerja shift dan non shift dapat
dilihat pada tabel 2.4. Jam kerja untuk pengaturan shift dilakukan sebanyak satu
kali dalam satu minggu. Shift pagi menjadi shift malam, shift siang menjadi shift
pagi dan seterusnya. Jadwal libur hari Senin, rabu dan Jumat. Hal tersebut
dilakukan secara berkala sehingga dalam satu bulan terjadi empat kali
pergantian shift.
20
1
Tabel 2. 4 Jam Kerja Karyawan PT PINTEX
21
1
1. Pelatihan keterampilan
a) Orientasi lapangan (6 hari)
b) On The Job Training (3 bulan)
2. Pelatihan kedisiplinan
a) Melalui kegiatan apel/Briefing harian masing-masing group, selama 15 menit
sebelum mulai kerja
b) Melalui kegiatan apel gabungan setiap jumat untuk unit 1 dan 2
Pagi jam 05.45
Siang jam 13.45
c) Melalui Training Leadership per-grup / per-mesin / per-shift.
3. Pelatihan kepemimpinan
a) Berlaku untuk level kepala kelompok (kapok) dan kepala regu (karu)
dilakukan secara insidentil.
b) Berlaku untuk level kepala shift (kashift) dan kepala bagian (kabag) setiap
hari senin (unit 1) dan hari selasa (unit 2).
Selanjutnya menganalisis kinerja karyawan dan mempromosikan karyawan yang
kompeten dalam bidang yang akan didudukinya. Sedangkan untuk sistem
pemberhentian karyawan adalah dengan pemberian surat peringatan sebanyak
tiga kali secara berurutan ataupun sesuai dengan besarnya kesalahannya.
Mekanisme yang digunakan adalah memanggil karyawan yang bermasalah
untuk dibina di personalia. Berikut adalah 4 hal pembinaan yang akan dilakukan,
yaitu :
1. Pembinaan kehadiran / loyalitas
2. Pembinaan kepatuhan / kedisiplinan
3. Pembinaan kebersihan
4. Pembinaan kepatuhan (attitude)
22
1
pembayaran upah karyawan dilakukan satu kali dalam satu bulan, dengan
perhitungan pengupahan sebagai berikut:
Staf = gaji pokok + tunjangan jabatan + tunjangan prestasi / keahlian
Produksi = gaji pokok + tunjangan tetap + tunjangan tidak tetap
Keterangan:
1. Lembur 1 (L1): lembur satu jam pertama (lembur wajib) dengan besar upah
150% dari upah normal harian.
2. Lembur 2 (L2): tujuh jam dari L1 dengan upah 200% dari upah normal harian
2. Pelayanan Kesehatan
Perusahaan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa pengobatan dan
perawatan di poliklinik perusahaan yang dilayani oleh dokter, dimana setiap
karyawan diberi BPJS, poliklinik perusahaan dibuka pada waktu kerja non sif.
3. Seragam Kerja
Setiap karyawan mendapatkan seragam kerja setiap tahun dengan 2 pasang
seragam kerja.
23
1
4. Sarana Ibadah
Perusahaan menyediakan masjid untuk para karyawan muslim. Mushola tersebut
berada disetiap unit spinning. Terkecuali hari Jumat karyawan shalat jumat ke
masjid yang berlokasi di dalam pabrik yang sudah disediakan oleh perusahaan.
24
1
BAB III PRODUKSI
25
1
penyimpangan.
26
1
bahan baku. Kemudian disampaikan kepada bagian pemasaran. Bagian
27
1
mengatur perencanaan untuk menghasilkan suatu produk, perusahaan tersebut
dapat memenuhi kebutuhan produk dalam waktu dan jumlah yang tepat.
Jenis produksi di PT PINTEX yaitu benang kapas, benang rayon viskosa dan
benang campuran kapas dan rayon viskosa. Jumlah produksi yang ditargetkan
untuk memenuhi pesanan dari pembeli dengan berbagai macam nomor benang
yang diinginkan. Produksi yang dilakukan di unit spinning 2 adalah dalam Ne1
dengan nomor 30 dan 32.
Tabel 3. 1 Jenis dan Jumlah Produksi Unit Spinning 2
28
1
Viskosa
MVS Ne1 30’s 0,26
100%
Campuran
Kapas dan
Rayon CMR ( Campuran Kapas Combed Rayon)
Viskosa Ne1 30’s 7,67
KCD Standar
CV% Ne 1,2
U% 14,16
Thin -50% 6
Thick -50% 108
Neps 223
IPI 337
TPI 22,05
KCD Standar
CV% Ne 1,2
U% 14,33
Thin -50% 7
Thick -50% 114
Neps 223
IPI 375
TPI 22,08
29
1
b. Benang CMR (Campuran Kapas Combed Rayon)
Benang CMR merupakan benang campuran cotton dan rayon. Pada PT
PINTEX sendiri untuk benang CMR memiliki komposisi 60 : 40 yaitu cotton
60% dengan rayon 40%. Benang ini merupakan salah satu produk unggulan
karena untuk di Indonesia sendiri benang CM/R sangat jarang diproduksi.
Standart yang digunakan untuk benang ini adalah standar 50% dunia.
Tabel 3. 4 Standar Kualitas Benang CMR PT PINTEX
30
1
(a)
(b)
(c)
31
1
regangan dan sedikit twist menghasilkan sliver roving, selanjutnya masuk ke
mesin ring spinning yaiut proses regangan serat twist sehingga sliver roving
menjadi benang, selanjutnya masuk ke mesin winding yaitu proses
penggulungan dari cop ke cones, setelah itu proses packing, berikut ini
adalah:
Gambar 3. 2 Alur Proses Produksi (a) Benang Carded, (b) Benang Combing, (c)
Benang MVS
Secara garis besar proses produksi di PT PINTEX terdiri dari dua tahap
yaitu back process dan front process. Back process memiliki proses produksi
sebagai berikut:
Blowing
Proses blowing adalah proses pertama dalam pembuatan benang pada proses
produksi. Proses pada mesin blowing yaitu membuka gumpalan kapas untuk
mempersiapkan ke proses berikutnya. Pada area blowing mesin blendomart
32
1
bekerja secara otomatis membuka dan mengambil gumpalan serat kapas dari 24
hingga 30 bale bahan baku. fungsi utama mesin blowing yaitu membuka
gumpalan serat, membersihkan kotoran serat dan mencampur serat. Berikut
beberapa bagian proses mesin blowing sebagai berikut:
33
1
Gambar 3. 3 Mesin Blendomat Integrated PT PINTEX (a) Mesin Hongda, (b)
Mesin Lakshmi
Bal serat yang disusun pada lay down akan ditekan oleh plucker sehingga
serat akan tercabik dan masuk ke dalam saluran menuju cleaning dan mixing
machine. Serat-serat yang telah dicabik ini akan dibersihkan beberapa kali dan
akan digabung pada unit unimix (khusus kapas). Hal ini perlu dilakukan karena
mix plan pada kapas menggunakan beberapa jenis kapas yang berbeda sesuai
dengan komposisi dan menyesuaikan agar warna benang yang dihasilkan tidak
belang.
Pada PT.. PINTEX terbagi menjadi dua proses yaitu serat rayon dengan
serat kapas, perbedaan pemakaian mesin untuk kedua serat tersebut adalah
pemakaian mesin jossi untuk serat kapas agar seluruh material lain terpisah dari
serat. Karena menggunakan berbagai macam serat, maka untuk penempatan bal
serat di mesin bale plucker disesuaikan dengan ketentuan dari bagian produksi.
Sedangkan dalam proses pemintalan sendiri diperlukannya serat yang memiliki
kemampuan untuk dipintal (spinning ability).
34
1
Tabel 3. 5 Spesifikasi mesin blowroom pada line A dan B
800 1000
Kapasitas 2000 kg/jam 1600 kg/jam
kg/jam kg/jam
Line A = Line A = Line A = Line A = Line A =
Cotton Cotton Cotton Cotton Cotton
Proses
Line B = Line B = Line B = Line B = Line B =
Rayon Rayon Rayon Rayon Rayon
Cleaner Cleaner
Karakteristik Opener Cleaner 1 Mixing Opener
2 4
Merek Hongda Hongda Hongda Hongda Hongda Hongda
JWF JWF JWF JWF JWF JWF
Tipe
1009 0007-70 1107 1031 1115-160 1053
35
1
Single De-
Bale Weight Multi- Fine
Nama Mesin Roller dusting
Plucker Separator Mixer Opener
Cleaner Machine
Tahun 2018 2018 2018 2018 2018 2018
Negara
China China China China China China
Pembuat
Jumlah
2 2 2 2 2 2
Mesin
Daya per 11,35
7,5 kW - 11 Kw 3,55 kW 7,5 kW
Mesin kW
1500 1800 1200 900 800 1600
Kapasitas
kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam
Line C Line C Line C Line C Line C Line C
=Rayon =Rayon =Rayon =Rayon =Rayon =Rayon
Proses
Line D = Line D = Line D = Line D = Line D = Line D =
Cotton Cotton Cotton Cotton Cotton Cotton
Sumber: Bagian produksi unit spinning 2 PT. PINTEX 2021
Carding
Mesin carding adalah proses dimana serat akan diurai lebih lanjut sehingga serat
menjadi lebih terurai yang disebabkan oleh flat dan silinder dengan kecepatan
putaran yang berbeda. Apabila mesin carding ini mengalami masalah pada
mesin maka hasil grain yang dihasilkan bisa kurang dari standar atau lebih dari
standar yang telah ditetapkan bukan hanya itu saja
36
1
o Membuka dan mengurai serat helai per helai sehingga serat terbuka
satu sama lainnya.
o Memisahkan serat pendek dan serat yang panjang.
o Menguraikan neps
o Membentuk sliver carding.
Prinsip Mesin Carding
Pada tahap ini lapisan atau gumpalan serat diantara dua permukaan flat dan
silinder dengan kecepatan yang berbeda. Maka gumpalan serat akan tercabik
dan terurai. Hal ini disebabkan oleh jarak antara kedua permukaan itu sangat
dekat, maka dari itu gumpalan serat akan membentuk lapisan serat yang tipis
dan tersebar atau sering disebut web, setelah itu web dihantarkan ke calendar
roll di sana terjadi pembentukan sliver carding.
Proses bahan baku yang disuapkan oleh feed roll taker-in berfungsi memisahkan
kotoran masuk ke silinder. Kemudian memisahkan serat pendek dan serat
panjang dengan top flat lalu diambil oleh doffer dan menghasilkan web dan
dihantarkan ke feed roll diproses oleh calender roll yang menghasilkan sliver
carding.
37
1
Tabel 3. 7 Spesifikasi Mesin Carding
Carding
Drawing
Pada proses drawing ini proses lanjutan setelah melalui mesin carding. Serta
memiliki dua proses terdiri dari drawing breaker dan drawing finisher. Berikut ini
beberapa fungsi mesin drawing:
Drawing
38
1
Buatan India Cina Swiss Swiss
(a)
39
1
(b)
(c)
Gambar 3. 5 Mesin Drawing (a) Mesin Bao Hua, (b) Mesin Rieter, (c) Mesin
Lakshmi
40
1
2. Hanya proses pembuatan benang Cotton Carded dan Combed
Rayon (CMR).
Dra
win
g
Mesin Drawing Breaker Drawing Finisher
Jumlah 2
2 2 Delivery/Unit 2
Delivery Delivery/
Delivery/Unit Delivery/unit
unit
Sistem Roll 5 di atas 4 5 di atas 4 5 diatas 4 5 di atas
4
Sumber: Bagian produksi unit spinning 2 PT. PINTEX, 2021
Roving
Pada proses ini sliver drawing akan diperkecil menjadai sliver roving yang rata-
rata seratnya sudah sejajar satu sama lain. Pengecilan dilakukan dengan
beberapa rol perenggang dan digulung oleh flyer bobin, hasil gulungan pada
bobin ini yang disebut dengan sliver roving.
Fungsi dari mesin (roving) sebagai berikut:
o Peregangan (drafting)
Proses ini dilakukan oleh tiga pasang rol perenggang. Kecepatan rol depan (front
roll) lebih besar dibandingkan dengan rol belakang (back roll) yang
41
1
mengakibatkan sliver menjadi lebih kecil.
Berikut ini adalah spesifikasi mesin roving dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Roving
Merek Hongyuan Huochang
Tipe HY 492E HC181D
Buatan Cina Cina
Tahun 2018 2018
Jumlah 4 Unit 10 Unit
Rpm 1000 1000
Daya 25,5 kw 27,3 kw
Jumlah Flyer 120 flyer/unit 120 flyer/unit
42
1
Sumber: Bagian produksi unit spinning 2 PT PINTEX, 2021
Ring Spinning
Pada proses ini sliver roving pengecilan dan menjadi sebuah benang
dengan nomor benang yang diinginkan, selain itu juga pada proses ini ada
pemberian antihan. Berikut adalah fungsi dari proses mesin spinning:
o Peregangan (drafting)
Proses ini dilakukan oleh tiga pasang rol perenggang. Kecepatan rol depan
(front roll) lebih besar dibandingkan dengan rol belakang (back roll) yang
mengakibatkan sliver menjadi lebih kecil.
o Pemberian antihan (twisting)
Proses antihan pada mesin ring spinnig ini disebabkan oleh kecepatan
traveler yang memutarkan benang serta tertahan oleh ekor babi yang
sehingga terjadinya twist.
o Penggulungan (winding)
Proses penggulungan pada mesin ring spinning terjadi akibat adanya
perbedaan kecepatan putaran bobin dengan kecepatan spindle per menit.
43
1
(a)
(b)
44
1
(c)
Gambar 3. 8 Mesin Ring Spinning (a) Mesin Toyota, (b) Mesin Rieter, (c) Mesin
Best
Ring Spinning
45
1
Gambar 3. 9 Skema mesin Ring Spinning
Keterangan :
1. Bobin Roving
2. Roving
3. Bobin hanger
4. Pengantar roving
5. Drafting area
6. Lapet
7. ABC Ring
8. Cops
9. Spindle
10. Traveler
46
1
Winding
Pada proses ini hasil dari mesin ring spinning yang berbentuk gulungan cop
kemudian oleh mesin winding dipindahkan dari bentuk gulungan cop menjadi
gulungan cones berat benang yang disesuaikan dengan kebutuhan selanjutnya.
Pada proses ini selain untuk mendapatkan gulungan yang sesuai dengan
kebutuhan, juga bertujuan untuk memperbaiki mutu benang seperti thick, thin,
slub, nep serta membersihkan benang dari partikel-partikel asing yang menempel
pada benang.
Winding
Jumlah Drum 72 72
47
1
Murata Machinery Ltd membuat konsep terbaru dari air jet spinning. Murata
mengembangkan konsep air jet spinning dengan menggunakan single nozzle.
Sistem ini diklaim mampu memproduksi 100% benang kapas carded yang
memiliki kenampakan seperti benang ring spinning dan kekuatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan versi air jet spinning sebelumnya.
Merek Muratec
Tipe Vortex 870 EX
Buatan Jepang
Combing Tahun 2018
Proses penyisiran pada mesin
Jumlah 1 Unit
combing dilakukan dalam
Daya 0,19 kw
rangka meningkatkan
kualitas sliver Jumlah Drum 96 yang keluar dari
mesin carding. Proses ini menghilangkan serat pendek, pelurusan serat yang
lebih baik dan menghilangkan nep serta kotoran yang mungkin masih terdapat
48
1
dalam sliver carding . Dari fungsi tersebut, proses combing pada dasarnya
bertujuan untuk memperoleh benang kualitas yang sangat baik, dan untuk
memenuhi hal itu, maka bahan baku yang digunakan harus memiliki ciri-ciri fisik
dan mekanik diatas rata-rata sejak awal proses pemintalan. Tergantung dari
bahan yang diproduksi, limbah combing bervariasi dari 12%-25%. Serat- serat
didalam sliver hasil mesin carding sebagian besar mempunyai ujung yang
tertekuk dibagian belakangnya. Dengan adanya tekukan serat, maka pelurusan
dan penjajaran serat pada mesin drawing tidak akan sempurna.
49
1
Tabel 3. 14 Spesifikasi mesin Unilap
Karakteristik Model 1
Merek Zhongyuan
Tipe HC 181 D
Tahun 2014
Negara
China
Pembuat
Jumlah Mesin 1
Daya Mesin 11 kW
Proses Combed
Drawing
Suplai Dari
Breaker 02
Suplai Untuk Unilap
50
1
Tabel 3. 15 Spesifikasi Mesin Comber
Merek HaoChang
Tipe HC500
Buatan Cina
Tahun 2016
Jumlah 6 Unit
Daya 5,8 kw/Unit
Jumlah Delivery 8
51
1
Tabel 3. 16 Kadar RH dan Temperatur tiap Bagian Produksi PT PINTEX
Blowing 60 – 73 27 – 32
Carding 60 – 70 28 – 32
Rieter 50 – 60 29 – 34
Drawing 50 – 60 29 – 34
Combing 50 – 60 29 – 34
Roving 50 – 60 29 – 34
Ring Spinning 52 – 55 33 – 36
Winding 60 – 75 30 – 35
1. Pengolahan Air
PT PINTEX memakai sumber air dari sumur dalam (deep wheel),
dimana air tersebut digunakan untuk proses produksi, yaitu dengan
kapasaitas 6-8 m3/jam. Seperti jika di area mesin carding lapping atau
suhu tidak stabil maka area carding diberi air untuk menjaga
kelembaban area carding dan mencegah hal tersebut.
2. Kompresor
Kompresor adalah mesin yang mengubah daya menjadi energy
potensial yang disimpan diudara dengan tekanan yang tinggi. Udara
bertekanan tinggi antara 7 hingga 7,7 bar dari compressor berfungsi
untuk menggerakkan cylinder, menarik kotoran atau waste di lantai.
Terdapat 3 buah compressor dengan 2 jenis compressor yang
digunakan PT PINTEX
52
1
Tabel 3. 17 Spesifikasi Kompresor PT PINTEX
Jumlah
Merk Tipe Tahun Buatan Daya
Mesin
3. Laboratorium
PT PINTEX menyediakan laboratorium untuk menjaga kualitas hasil dari
proses produksi, sebab kualitas tersebut merupakan hal penting yang
harus terpenuhi. Laboratorium dikelola oleh Depatremen Quality Control
(QC) atau pengendalian mutu. Bagian produksi melakukan komunikasi
dengan pihak laboratorium untuk mengidentifikasi kualitas hasil
produksi. Pada laboratorium PT PINTEX terdapat alat-alat untuk
menjaga kualitas benang.
Jumlah
No Alat Merek Fungsi Gambar
(unit)
Untuk
mengetahui nilai
ketidakrataan
Eveness Keisokki 1 sliver, roving
1
Tester Type B dan benang
dengan
parameter thick,
thin, neps.
53
1
Changzou
Type YG 0 1
Untuk
20 B
Single menentukan
3 Strength kekuatan tarik
Tester dan mulur
benang.
Vortex 1
Untuk
Changzou
menentukan
4 Yarn Reeler Type YG 1
panjang
086
benang.
Untuk mengukur
Timbangan
5 Amstech 4 massa material
Digital
baik berupa
benang, roving
maupun sliver.
Digipet 2
Untuk
menentukan
Mesdan banyaknya
6 Twist Tester 1
Lab puntiran pada
benang dalam
satuan panjang.
54
1
Changzou Untuk
Black Board
7 Type YG 1 menentukan
Yarn Teser
381 A grade benang.
Untuk
Changzou
Roving & menentukan
8 Type Y 30 2
sliver Reeling panjang
1B
benang.
Untuk
Neps Trash Mesdan menentukan
9 1
and Indikator Lap jumlah Neps
dan sampah
4. Pergudangan
Gudang adalah tempat penyimpanan suatu barang, baik menyimpan
bahan baku atau hasil dari produski. PT PINTEX memiliki beberapa
gudang, sebagai berikut:
55
1
Gambar 3. 14 Gudang Kapas
b. Gudang benang
Gudang benang ini berfungsi untuk menyimpan hasil dari produksi
dalam bentuk cones yang sudah dipacing dan memakai sistem first in
first out
56
1
.
Gambar 3. 15 Gudang Benang
57
1
d. Memasang rubber pada top roll
e. Memberi oiling pada top roll
f. Menggerinda top roll
g. Melakukan treatmen menggunakan asam sulfat (H2SO4) 98% dan air
dengan suhu 900C.
7. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah dalam suatu industri dapat dikatakan sebagai suatu
hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan limbah dihasilkan dalam
proses industri dapat menimbulkan pencemaran yang berdampak pada
kesehatan pekerja. Di dalam industri tekstil, khususnya pada
departmemen spinning, limbah kapas (bahan baku) yang dihasilkan
hanya sedekit. Dimana selebihnya hanyalah fly waste. Setiap alur
proses produksi mulai dari pengolahan bahan baku hingga menjadi
benang, dapat menghasilkan waste. Limbah benang (waste) tidak dapat
diolah lagi. Maka dari itu, waste akan di simpan di tempat khusus untuk
di sortir agar dapat terpisahkan.
58
1
perkembangan teknologi pabrik yang mengarah pada otomasi dan pertukaran
data terkini secara mudah dan cepat yang mencakup sistem siber-fisik, internet
untuk segala (internet of things), komputasi awan (cloud computing), dan
komputasi kognitif. Otomasi sendiri merupakan sebuah teknik penggunaan mesin
yang disertai dengan teknologi dan sistem kontrol guna mengoptimalkan
produksi dan pengiriman barang serta jasa. Dalam teknik ini, peran tenaga kerja
manusia tak lagi mendominasi, karena kerja mesin-mesin robotik mampu bekerja
lebih cepat dengan hasil yang lebih baik dalam kuantitas maupun kualitas.
Tahapan revolusi industry pada ada awalnya revolusi industri terjadi sekitar tahun
1800-1900 merupakan periode Revolusi Industri 1.0. melalui pengenalan
bantuan produksi mekanis tenaga air dan uap pada mesin-mesinnya. Kemudian
zaman berkembang dan masuk era Revolusi Industri 2.0 melalui pengenalan
pembagian kerja dan produksi massal dengan bantuan energi listrik. Pada saat
itu mesin di pabrik industri terus mengalami kemajuan yang pesat di kota-kota
besar dan lahirlah era Revolusi Industri 3.0. Disini mesin bekerja melalui
penggunaan sistem elektronik dan teknologi informasi yang mengotomatiskan
produksi lebih lanjut. Dan saat ini kita telah memasuki era Revolusi Industri 4.0
dimana mesin dengan mesin atau manusia dengan mesin dapat terhubung
melalui penggunaan sistem fisik cyber atau lebih dikenal cyber phsycal system.
59
1
Autonomous Robot
Horizontal & Vertical Integration
Augmented Reality (AR)
Simulation
Additive Manufacturing (AM)
1. Internet of Things
Internet Of Things adalah objek fisik khusus yang mengandung teknologi
tertanam (embedded technology) untuk berkomunikasi dan merasakan
(sensing) atau berinteraksi dengan keadaan internal atau lingkungan
eksternal. Jaringan tersebut menghubungkan asset, proses, dan personel
yang memungkinkan pengambilan data dan peristiwa dimana perusahaan
dapat mempelajari perilaku, melakukan tindakan pencegahan, atau
menambah bahkan mengubah proses bisnisnya.Ada beberapa dari jenis Iot
antara lain yaitu M2M, IoT, CPS dan smart manufacturing.
2. Cloud Computing
Cloud Computing merupakan istilah dari Cloud diartikan sebagai internet dan
Computing diartikan sebagai komputer. Definisi dari Cloud Computing adalah
sebuah proses pengolahan daya komputasi melalui jaringan internet yang
60
1
memiliki fungsi agar dapat menjalankan program melalui komputer yang telah
terkoneksi satu sama lain pada waktu yang sama.Cloud Computing
merupakan sebuah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat server
untuk mengelola data dan juga aplikasi pengguna. Cloud Computing
memudahkan penggunanya untuk menjalankan program tanpa harus
menginstall aplikasi terlebih dahulu dan memudahkan pengguna untuk
mengakses data dan informasi melalui internet.
3. Big data & Analisis data Analytics
Big data adalah istilah khusus yang digunakan untuk data yang melebihi
kapasitas pemrosesan database konvensional karena berjumlah terlalu besar,
bergerak terlalu cepat, dan tidak sesuai dengan kemampuan struktural dari
arsitektur database tradisional. Sehingga dilakukan suatu proses dengan
sistem terintegrasi yang mampu menangani big data yang disebut Big data
analytics.
4. Cyber security
Cyber security adalah proses atau praktik yang dilakukan oleh individu,
organisasi, maupun perusahaan untuk melindungi perangkat, jaringan,
program, dan datanya dari serangan digital yang berbahaya. Praktik dalam
pengertian ini mencakup upaya-upaya seperti pemasangan firewall,
pengaplikasian multifactor authentication, penggunaan jaringan wifi yang
aman, pembuatan backup data, serta hal-hal lainnya yang bisa mencegah
cybercriminals dari mengakses komputer, jaringan, maupun informasi sensitif
Anda.
5. Autonomous Robot
Automation identification merupakan teknologi otomatisasi dalam
mengidentifikasi suatu tag, seperti RFID tag dideteksi oleh RFID reader. RFID
sendiri merupakan singkatan dari (Radio Frequency Identification), RFID
dapat berupa barcode, yang dimana ketika RFID reader mengidentifikasi tag
tersebut, akan timbul identitasnya. Namun, RFID tag merupakan produck
electronik yang bisa gagal berfungsi kapan saja. Hal ini tentu harus menjadi
perhatian karena jika produk di gudang kita telah diberikan RFID namun
ternyata tidak berfungsi, maka product tersebut tidak akan terdeteksi saat
keluar dari gudang. Untuk mengatasi hal ini biasanya RFID harus digabungkan
dengan system lain, misalnya sensor, alarm, dsb yang bisa berfungsi sebagai
pengawas kedua.
61
1
6. Horizontal & Vertical Integration
Integrasi vertikal adalah strategi di mana perusahaan memperoleh operasi
bisnis dalam produksi vertikal yang sama. Itu bisa maju atau mundur di alam.
Integrasi vertikal dapat membantu perusahaan mengurangi biaya dan
meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya transportasi dan
mengurangi waktu penyelesaian, di antara keunggulan lainnya. Namun,
kadang-kadang lebih efektif bagi perusahaan untuk mengandalkan keahlian
yang mapan dan skala ekonomi vendor lain daripada mencoba menjadi
terintegrasi secara vertikal.
Sedangkan, Integrasi horizontal merupakan proses perusahaan meningkatkan
produksi barang atau jasa pada bagian yang sama dari rantai pasokan.
Perusahaan dapat melakukan ini melalui ekspansi internal, akuisisi atau
merger. Proses ini dapat mengarah pada monopoli jika perusahaan
menangkap sebagian besar pasar untuk produk atau layanan tersebut.
Integrasi horizontal kontras dengan integrasi vertikal, di mana perusahaan
mengintegrasikan beberapa tahap produksi sejumlah kecil unit produksi.
7. Augmented Reality (AR)
AR (augmented reality), adalah teknologi yang menggabungkan benda maya
dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata lalu
memproyeksikan benda-benda maya tersebut secara realitas dalam waktu
nyata. Realitas tertambah dapat diaplikasikan untuk semua indera, termasuk
pendengaran, sentuhan, dan penciuman. Selain digunakan dalam bidang-
bidang seperti kesehatan, militer, industri manufaktur maupun dunia
pendidikan. Teknologi AR ini dapat menyisipkan suatu informasi tertentu ke
dalam dunia maya dan menampilkannya di dunia nyata dengan bantuan
perlengkapan seperti webcam, komputer, HP Android, maupun kacamata
khusus.Metode yang dikembangkan pada Augmented Reality saat ini terbagi
menjadi dua metode, yaitu Marker Based Tracking dan Markless Augmented
Reality.
8. Simulation
Simulasi adalah teknologi kunci untuk mengembangkan model perencanaan
dan eksplorasi untuk mengoptimalkan pengambilan keputusan serta desain
dan operasi sistem produksi yang kompleks dan cerdas. Ini juga dapat
membantu perusahaan untuk mengevaluasi risiko, biaya, hambatan
62
1
implementasi, dampak terhadap kinerja operasional, dan peta jalan menuju
Industri 4.0. Analisis silang konsep dan evaluasi pengembangan model
menunjukkan bahwa simulasi dapat menangkap prinsip desain Industri 4.0
dan mendukung penyelidikan fenomena Industri 4.0 dari perspektif yang
berbeda. Pada saat ini simulasi hybrid dan digital twin sebagai pendekatan
berbasis simulasi primer dalam konteks Industri 4.0.
9. Additive Manufacturing (AM)
Proses produksi pada additive manufacturing adalah proses manufaktur
dengan cara menambahkan ribuan lapisan kecil yang dikombinasikan untuk
menghasilkan barang jadi atau finished products. Proses produksi manufaktur
ini membutuhkan komputer tertentu dan software khusus yang bernama CAD
yang memberikan informasi kepada printer tentang bentuk dan lapisan yang
akan dibuat. Cartridge yang akan digunakan dalam proses produksi
menggunakan bahan yang bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan
produksi. Selama proses produksi berlangsung lapisan demi lapisan akan
dicetak.
63
1
melalui jaringan LAN yang saling terkoneksi satu sama lain. Pada saat ini PT
PINTEX baru memaksimalkan jaringan LAN dalam pabrik, hal tersebut terjadi
karena penggunaan teknologi industri 4.0 masih tergolong baru digunakan di PT
PINTEX. Oleh karena itu belum banyak key technology yang digunakan.
(a) (b)
64
1
predikat baik yaitu mudah dipahami, dioperasikan dan sesuai kebutuhan.
Aplikasi yang dibuat hanya bisa diakses pada Smartphone Android.
BAB IV DISKUSI
65
1
perusahaan agar tetap dipercaya oleh konsumen. Alur pembuatan benang
secara umum adalah tahap pembersihan serat, pencampuran serat, penarikan,
pemberian puntiran dan digulung sampai menjadi benang. Untuk bisa membuat
benang diperlukan mesin-mesin produksi, mesin yang digunakan dalam proses
produksi pembuatan benang di PT PINTEX terdiri dari beberapa mesin,
diantaranya mesin blowing, mesin carding, mesin drawing breaker, mesin
drawing finisher, mesin roving, mesin ring spinning dan winding. Ring spinning
merupakan suatu proses lanjutan dimana sliver roving akan diubah menjadi
benang dengan diberi peregangan (drafting) untuk mendapatkan nomor benang
yang diinginkan, diberi antihan (twisting) untuk memberikan kekuatan pada
benang, kemudian benang digulung di mesin winding.
66
1
bal kapas secara sampling per bal. Hal ini memungkinkan untuk meminimalisir
kesalahan dari sektor pengolahan bahan baku.
Benang Lapping
2. Sering terjadinya putus sliver setelah penyambungan pada mesin Carding dan
67
1
Drawing. Hal ini tersebut terjadi karena kurang terampilnya operator atau yang
biasa disebut dengan istilah Human Error pada saat menyambung sliver yang
baru dan sisa sliver yang sudah di proses sebelumnya. Hasil sambungan
yang terlalu kecil dan tipis akan menyebabkan putus sliver di bagian coliler
karena ikatan serat tidak sebanding dengan kecepatan mesin. Sedangkan
hasil sambungan yang terlalu besar dan padat akan menyebabkan
penumpukan sliver pada roll drafting, karena sambungan yang terlalu besar
dan padat tersebut tersumbat pada coiller.
3. Sering terjadinya putus benang di bagian spinning chamber pada mesin Air
Jet Spinning (MVS). Hal ini disebabkan karena serat-serat pendek yang
dibuang dan debu yang seharusnya dihisap oleh suction tidak sepenuhnya
terhisap. Sehingga serat-serat pendek kembali masuk ke dalam spinning
chamber bersama debu dan menyumbat spinning chamber. produksi pada
spinning 2 akan memakan biaya dan waktu yang lama.
4. Pada mesin ring spinning merk Rieter sering terjadinya lasdop yang
mengakibatkan mesin menjadi sering berhenti. Kejadian tersebut
mengakibatkan berkurangnya efisiensi dalam mesin selama proses produksi
berlangsung. Perlunya operator yang selalu stand by untuk mengambil waste
dalam mesin supaya mesin tetap berjalan dan tidak sering terjadi lasdop.
68
1
dengan memasukan konsep industri 4.0 proses penomoran akan dilakukan
dengan menggunakan sistem barcode menggunakan aplikasi. Selain
menggunakan barcode, RFID sangat menunjang untuk meningkatkan efisiensi.
Teknologi RFID sangat membantu dalam mengidentifikasi suatu produk, dalam
peng implementasian nya, RFID mempunyai beberapa cara kerja:
1. RFID TAG, menempel pada objek atau produk untuk menyediakan informasi
mengenalnya.
2. Reader, berkomunikasi dan Tag melalui antena. Reader dapat tetap atau
portabel.
69
1
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
70
1
DAFTAR PUSTAKA
https://docplayer.info/99152741-Perancangan-pabrik-benang-carded-ne1-40-
tex14-8-100-cotton-dengan-kapasitas-mata-pintal-perancangan-pabrik.html.
Diakses tanggal 06 Juli 2021
http://roisman14.blogspot.com/2014/06/proses-pemintalan-benang-spinning.html.
Diakses tanggal 16 Juli 2021
http://ppic1908.blogspot.com/2016/07/perencanaan-dan-pengendalian-
produksi.html diakses pada tanggal 17 Juli 2021
https://www.ruangtekstil.com/2019/08/proses-pemintalan-benang-tekstil.html?
m=1, diakses pada tanggal 21 Juli 2021
https://www.uster.com/en/instruments/in-line-process-control/uster-jossi-
vision- shield-2-2/, diakses pada tanggal 21 Juli 2020
Pawitro, S.Teks. ,Soemartono (1973) Teknologi Pemintalan Bagian
Pertama Institut Teknologi Teksil
Industri
71
1
LAMPIRAN
72
1
Lampiran 2 Data Laporan Kelistrikan
73
1
Lampiran 3 Alur Proses Perencanaan Produksi
74
1