Anda di halaman 1dari 2

SATU DI DALAM TUHAN

Roma 10:12 (TB)  Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu
itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.

Salah satu sifat manusia adalah menganggap diri lebih tinggi dari orang lain. Sikap ini berlaku dalam segala
hal: hal materi, hal kebaikan, estetika atau  keagamaan. Agamaku lebih benar ketimbang yang lain,
kerohanianku lebih saleh dari orang lain. Dalam suatu masyarakat sifat seperti ini bisa meningkatkan
sentimen agama dan mendatangkan konflik agama. Di dalam satu agama hal semacam itu akan
menimbulkan kesombongan rohani yang berdampak pada perpecahan.  Hal ini pula yang dilihat oleh Paulus
di jemaat mula-mula. Di Korintus misalnya ada kelompok-kelompok atas nama rasul dan kelompok ini
masing-masing merasa lebih murni. Demikian di jemaat Galatia ada perbedaan antara Yahudi atau Yunani,
bersunat tak bersunat namun diingatjan bahwa kita telah di dalam Yesus Kristus Galatia 3:28.

Dalam renungan malam ini Paulus menjelaskan bagaimana orang percaya yang berbeda ini saling menerima
di dalam Tuhan Yesus Kristus. Perbedaan antara Yahudi dan Non Yahudi, status sosial kaya dan miskin,
budak atau orang merdeka tidak menjadi penghalang bagi kita untuk hidup bersama dan bersekutu dengan
rukun. Inilah kelebihan dan kekayaan komunitas orang percaya dibandingkan dengan komunitas dunia di
jaman itu. Inilah kekayaan orang beriman sekalipun berbeda-beda dalam segala hal namun bisa saling
menerima, bisa duduk satu meja jamuan makan bersama (perjamuan kudus); semua sama kedudukannya di
hadapan Tuhan: tiada yang lebih tinggi atau rendah, tiada yang lebih terhormat, setengah terhormat dan
rendah. Namun semuanya satu. Namun ada saja yang merasa lebih baik, lebih saleh dan lebih kudus di
tengah-tengah jemaat.  Itu bisa saja karena memang ada orang yang tidak memperdulikan kehidupan
rohaninya. Paulus dengan sabar dan terus memberikan penjelasan bagi jemaat Rom agar saling menerima
yang satu dengan yang lain karena kita satu di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

bpk/ibu yg tuhan yesus kristus kasihi,,, saling menerima yang satu dengan yang lain adalah bukti iman kita.
Hal ini harus kita sadari: demi menerima kita manusia yang hina ini, Yesus telah mengosongkan diri dan
mengambil rupa seorang hamba. Dia tidak mempertahankan kemuliaanNya, namun turun menjadi manusia
sepenuhnya untuk dapat menjangkau manusia. Dia turun dari sorga untuk dapat merangkul manusia duduk
dalam jamuan Allah Bapa. Jika Allah dapat menerima kita manusia berdosa dihadapannya, lebih-lebih kita
sesama manusia harus saling menerima yang satu dengan yang lain.

Mungkin benar, salah satu 6 ciri manusia Indonesia menurut Mukhtar Lubis seorang sosiolog tenama adalah
budaya feodalisme. Feodal adalah struktur masyarakat yang membedakan bangsawan dengan jelata. 
Feodalisme adalah faham yang menganggap diri bangsawan yang lain adalah rakyat jelata: menempatkan
diri lebih terhormat dibanding lainnya. Hal itu pula yang digarami dalam diri orang Batak yang telah berhasil
menghapuskan perbudakan. Konon raja ditandai dengan rumah bertangga ganjil dan kaum budak
membangun rumah dengan tangga genap. Namun syukur kepada Tuhan Yesus Kristus di dalam Injil tanah
Batak telah menghapuskan perbedaan status rumah bertangga ganjil atau genap karena kita semua satu di
dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Di dalam Yesus Kristus hidup bersatu. Inilah kekayaan kita.

Semoga kita semakin erat bersatu; menghargai sesama sama dengan diri sendiri. Merakit kebersamaan dan
bergandeng tangan memuliakan Tuhan melalui aktifitas dan pelayanan kita baik dalam persekutuan gereja
dan pengabdian kita di tengah-tengah masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai