Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ANALISIS

JURNAL PIELONEFIRTIS

DOSEN PENGAJAR :

YENNI OKVITASARI, Ns, M.Kep

OLEH :

KELOMPOK 1

KELAS B

AGUS SAPUTRA NASRULLAH

JERO KATELU SHOFANIAH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN AHLI JENJANG

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2016-2017


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala
limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah analisis jurnal tentang pielonefritus. Makalah ini disusun untuk
menganalisis jurnal berdasarkan analisis PICO.

Dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari rintangan dan hambatan.
Mahasiswa ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bimbingan, bantuan, saran dan doanya kepada Ibu Yenni Okvitasari, Ns,
M.Kep dan seluruh teman-teman kelompok 1 sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Akhirnya kami mahasiswa menyadari masih banyak kekurangan dalam


mengerjakan makalah ini. Oleh sebab itu, segala bentuk arahan saran
maupun kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaannya.

Banjarmasin, Januari 2017

Mahasiswa

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN PIELONEFRITIS..........................1
A. Definisi.............................................................................................1
B..Patofisiologi.....................................................................................1
C..Manifestasi Klinis............................................................................2
D. Pengkajian Anemnesis.....................................................................2
E..Pemeriksaan Fisik............................................................................3
F.. Pengkajian Diagnostik.....................................................................5
G. Pemeriksaan Penatalaksaan Medik..................................................5
H. Diagnosa Keperawatan.....................................................................6
I...Rencana Intervensi...........................................................................6
BAB 2 ANALISA JURNAL PICO................................................................12
A. Problem............................................................................................12
B..Intervention......................................................................................12
C..Comparation.....................................................................................13
D. Outcome...........................................................................................14

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................18
A. Kesimpulan.....................................................................................18
B..Saran ................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL

iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN PIELONEFRITIS
A. Definisi
Pielonefritis merupakan suatu reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada
pielum dan parenkim ginjal. Invasi bakteri yang mncapai kandung kemih naik
secara ascending melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima
20% curah jantung, baktri jarang yang mncapai ginjal mlalui aliran darah;
kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. Pielonfritis dapat akut
dan kronis.
B. Patofisiologi

Invasi kuman bakteri


ke saluran kemih

Ketidakmampuan pertahanan
lokal terhadap infeksi

Penempelan bakteri di urotelium


pielum dan parenkim ginjal

Reaksi infeksi inflamasi Reaksi infeksi-inflamasi lokal


sistemik Nyeri lokal
Iritasi pada saluran kemih

Anoreksia, mual, dmam,


menggigil, penurunan berat Nyeri pada pinggang, nyeri Hematuria,
badan, kelmahan perut, nyeri panggul, nyeri piuria, disuria,
tekan pada sudut urgensi
Peningkatan suhu tubuh kostoverbal
Intake nutrisi kurang
Kelemahan fisik umum nyeri Perubahan
Kondisi penyakit pemenuhan
eliminasi urin

Hipertima
Pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Gagguan ADL kecemahan
1
2

C. Manifestasi Klinis
- Menggigil, demam, leukositosis, bakteriuria, dan piura
- Nyeri punggung bawah, nyeri pinggang, mual dan muntah, sakit kepala,
malaise, dan nyeri pada saat berkemih adalah gejala yang sering
ditemukan.
- Nyeri dan nyeri tekan pada area sudut kostrovertebral
- Gejala pada saluran kemih bawah, seperti urgensi berkemih atau sering
berkemih, sering dikeluhkan

D. Pengkajian anamnesis
Keluhan utama
Keluhan utama yang sering didapatkan meliputi demam dan menggigil,
keluhan nyeri dan keluhan iritasi miksi (disuria, hematuria, piuria, urgensi).
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat peningktan suhu tubuh disertai menggigil biasanya dikeluhkan
beberapa hari sebelum klien meminta prtolongan pada tim kesahatan.
Untuk lebih komprehensifnya pengkajian keluhan nyeri, lakukan
pengkajian nyeri scara PQRST. Pada klien pielonefritis biasanya didapatkan
keluhan nyeri, meliputi:
Provoking Accident : penyebab nyeri pada kostovertebrata akibat
respon peradangan pada pielum dan parenkim
ginjal.
Quality / Quantity : kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk
Region / Relief : skala nyeri bervariasi pada rentang sedang sampai
berat atau 2-3 (0-4)
Time : onset nyeri dimulai bersamaan dngan keluhan
timbulnya demam.
Kaji keluhan miksi tentang adanya nyeri saat berkemih, kmih darah, kemih
nanah dan rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit. Keadaan ini adalah
akibat hiper-iritabilitas dan hiper-aktivitas saluran kemih karena inflamasi.
3

Riwayat kesehatan dahulu


Kaji apakah ada riwayat pyakit seperti adanya keluhan obstruksi pada
saluran kemih (yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor
kandung kemih, stiktur, hiperplasia prostatik benigna, diabetes melitus.
Penting dikajitentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.

Psikososiokultural

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai


respons emosi klien trhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pngaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien taitu timbul seperti ketakutan
akan kcacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body
image). Adanya keluhan berupa nyeri, prognosis penyakit memberikan
manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami pielonefritis.

Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini
memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawata dan
pengobatan memerlukan dan yang tidak sedikit.

E. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan TTV
Kedaaan umum klien lemah dengan tingkat kesadaran biasanya compos
mentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan; suhu tubuh
meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan, frekuensi
meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. Tekanan
darah tidak terjadi perubahan signifikan kecuali adanya penigkatan tekanan
darah secara bermakna.
B 1 (Breathing)
4

Bila tidak melibatkan infeksi sistemik pola nafas dan jalan nafas dalam
kondisi efektif walau secara frekuensi mengalami peningkatan.
B 2 (Blood)
Bila tidak melibatkan infeksi sistemik status kardiovaskuler tidak mengalami
perubahan walau secara frekuensi dnyut jantung mengalami peningkatan.
Perfusi perifer dalam batas normal, akral hangat, CRT<3 detik.
B 3 (Braun)
Pada wajah biasanya tidak didapatkan adanya perubahan, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, mukosa mulut tidak mengalami peradangan.
Status neurologis tidak mengalami perubahan, tingkat kesadaran dalam batas
normal dimana orientasi (tempat, waktu, orang) baik.
B 4 (Bladder)
Inspeksi
Tidak ada pembesaran pada suprapubis, tidak ada kelainan pada genetalia
eksterna. Didaptkan adanya hematuria, pieturia dan urgensi. Pada pielonefritis
yang mengenai kedua ginjal sering didapatkan penurunan haluaran urin karena
trjadi penurunan dari fungi ginjal.
Palpasi
Didapatkan adanya massa pembsaran ginjal pada ara kostovetebra disertai
infiltrasi intertisial sel-sel inflamsi pada palpasi dan perut.
Perkusi
Perkusi pada sudut kostovrtebra memberikan stimulus nyeri lokal diserti
suatu penjalaran nyeri ke pinggang dan perut.
Auskultasi
Tidak didapatkan adanya bruit ginjal.
B 5 (bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia shingga sering didapatkan
penurunan berat badan terutama pada pielonefritis kronik. Penurunan
peristaltik usus sering didapatkan.
B 6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.
5

F. Pengkajian diagnostik
Laboratorium
Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai pningkatan
laju ndapan darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada
pielonefritis akut yang mngenai kdua sisi ginjal terjadi penurunan faal ginjal.
Kultur urin terdapat bakteriuria dan ts sensitivitas dilakukan untuk
menentukan organisme penyebab sehingga agens antimikrobial yang tepat.
Radiografi
Pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan adanya kekaburan dari
bayangan otot polos dan mungkin terdapat bayangan radio-opak dan batu
saluran kemih. Pada PIV terdapat bayangan ginjal mmbsar dan trdapat
keterlambatan pada fase nefrogram. Perlu dibuat diagnosis banding dengan
inflamasi pada organdi sekitar ginjal antara lain: pankreatitis, appndisitis,
kolesistitis, divertikulitis, pneumonitis, dan untuk menyelamatkan ginjal dari
kehancuran.
USG
Pemeriksaan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi obstruksi di
trakus urinarius; mnghilangkan obstruksi adalah penting untuk
menyelamatkan ginjal dari kehancurann.
G. Pemeriksaan penatalaksaan medik
Tujuan trapi adalah mencegah terjadina krusakan ginjal lebih lanjut.
Penatalaksaan trsebut, meliputi:
a. Pemberian antimikroba yang sesuai dnga hasil uji sensitivitas yang bersifat
bakterisidal, dan berspektrum luas seperti golongan aminoglikosida yang
dikombinasikan dengan aminopenisilin (ampisilin atau amoksilin),
aminopenisilin dikombinasikan dengan asam klavulanant atau sulbaktam,
karboksipenisilin, sefalosporin, atau fluroquinolone.
b. Simptomatik, untuk menurunkan keluhan nyeri dan demam.
6

H. Diagnosa keperawatan
Pada hasil analisa yang dilakukan perawat terhadap klien dengan pielonefritis,
maka kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul, meliputi:
a. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi pada pielum dan parenkim
ginjal.
b. Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik sekunder dari infeksi
pada pielum dan parnkim ginjal.
c. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
d. Perubahan pemenuhan eliminasi urin berhubungan dengan respon
inflamasi salura kemih, iritasi saluran kemih.
e. Gangguan ADL (Activity Daily Living) berhubungan dengan kelemahan
fisik secara umum.
f. Kecemasan berhubungan dengan pronosis penyakit, ancaman, konidisi
sakit dan perubahan kesehatan.

I. Rencana intervensi
Rencana intervensi yang dilakukan bertujuan mnurunkan keluhan klien dan
menghindari penurunan dari fungsi ginjal.
a. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi pada pielum dan parenkim
ginjal.
Tujuan : dalam waktu 1x24jam nyeri berkurang/hilang atau
terapdaptasi.
Kriteria hasil : secara subjektif mlaporkan nyeri berkurang atau dapat
diadaptasi. Skala nyeri (0-4). Dapat mngidentifikasi
aktivitas yang meningkatkan atau mnurunkan nyeri. Klien
tidak gelisah.
Intervensi :
- atur posisi fisiologis
- istirahatkan klien
7

- menejmen lingkungan: lingkungan tenang, kurang


cahaya dan batasi pengunjung.
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
- Lakukan manajemen sentuhan
Rasional :
- Meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami
iskemia sekunder dari inflamasi
- Menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer sehingga
akan menigkatkan suplai darah ke jaringan
- Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus
nyeri eksternal.
- Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan
nyeri sekunder dari iskemia
- Menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorprin dan enkefalin.
- Membantu menurunkan nyeri.
b. Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik sekunder dari infeksi
pada pielum dan parnkim ginjal.
Tujuan : dalam waktu 3x24jam perawatan suhu tubuh menurun
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36-37 derajat celcius
Intevensi :
- Monitor suhu tubuh klien
- Beri komprees dingin di kepala dan aksila
- Pertahankan beadrest total selama fase akut
- Kolaborasi pemberian terapi; antimikroba
Rasional :
- Menjadi stimulus rangsangan kejang pada klien
tetanus
- Memberikan respon dingin pada pusat pengatur panas
dan pada pembuluh darah besar.
8

- Mengurangi peningkatan proses metabolisme umum


- Antimikroba dapat mengurangi inflamsi sekunder dari
toksin
c. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Tujuan : dalam waktu 3x24jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil : mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Memperlihatkan kenaikan berat badan.
Intervensi :
- Evaluasi kemampuan makan klien
- Manajemen pemberian nutrisi
- Kaji fungsi sistem gastrointestinal
- Anjurkan pemberian cairan 2500cc/hari selama tidak
terjadi gangguan jantung
- Lakukan pmeriksaan laboratorium
Rasional :
- Klien mengalami kerusakan makanan intake nutrisi
karena adanya mual dan muntah.
- Meningkatkan kemampuan klien dalam menelan dan
dapat mmbantu pemnuhan nutrisi klien via oral.
- Sangat penting untuk memasukkan makanan
- Mencegah trjadinya dehidrasi akibat pengguanan
ventilator selama tidak sadar
- Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan
nutrisi yang dibutuhkan klien.
d. Perubahan pemenuhan eliminasi urin berhubungan dengan respon
inflamasi salura kemih, iritasi saluran kemih.
Tujuan : dalam waktu 2x24jam pola eliminasi optimal sesuai
kondisi klien
Kriteria hasil : produksi urin 50cc/jam, klin dapat melakukan eliminasi
urin dengan atau tanpa pemasangan kateter.
9

Intrvensi :
- Kaji pola berkemih, dan catat produksi urin tiap 6
jam
- Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung
kemih
- Anjurkan klien untuk minum 2000cc/hari
- Kolaborasi

Rasional :

- Mengetahui fungsi ginjal


- Menilai perubahan akibat dari ginjal
- Mmbantu mepertahankan fungsi ginjal
- Menentukan jenis antimikroba yang sesuai
e. Gangguan ADL (Activity Daily Living) berhubungan dengan kelemahan
fisik secara umum.
Tujuan : dalam waktu 3x24jam terjadi peningkatan perilaku
dalam perawatan diri
Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk
kebutuhan merawat diri.
Intervensi :
- Kaji kemampuan dan penurunan dalam skala (0-4)
untuk ADL
- Menyadarkan tingkah laku/sugesti tindakan pada
perlindungan kelemahan.
- Rancana tindakan untuk deficit penglihatan seperti
tempat makanan.
- Tempatkan perabotan ke dinding, jauhkan dari jalan.
- Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan minum dan
meningkatkan aktivitas
- Kolaborasi
10

Rasional :

- Membantu dalam mengantisipasi dan mrencakan


pertamuan kebutuhan individual.
- Meningkatkan harga diri, mmandirikan klien dan
menganjurkan klien untuk terus mencoba
- Mampu melihat dan mamakan makanan
- Menjaga kamanan klien bergerak di sekitar tempat
tidur klien
- Meningkatkan latihan dan menolong mencegah
konstipasi
- Pertolongan pertama terhadap fungsi bowll atau
BAB.
f. Kecemasan berhubungan dengan pronosis penyakit, ancaman, konidisi
sakit dan perubahan kesehatan.
Tujuan : dalam waktu 1x24jam kecemasan hilang atau
berkurang
Kriteria hasil : mengenal perasaannya. Dapat mengidentifikasi
penyebab faktor yang mempengaruhinya dan
menyatakan ansietas berkurang/hilang.
Intervensi :
- Bantu klien mengekspresikan perasaan marah,
kehilangan dan takut.
- Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan
- Hindari konfrontasi
- Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi
kecemasan
- Tingkatkan kontrol sensasi klien
- Orientasi klien terhadap prosedur rutin dan aktifitas
yang diharapkan
11

- Beri kesempatan kepada klin untuk


mengungkapkan anisetasnya
- Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat.

Rasional :

- Memberikan dampak srangan jantung selanjutnya


- Menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah
- Mningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama
dan mungkin memperlambat penyembuhan
- Merungangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
- Membantu latihan relaksasi dan tknik-teknik
pengalihan dan mmberikan respons balik yang
positif
- Menurunkan kecemasan
- Mnghilangkan ketegangan terhadap khawatiran
yang tidak diekspresikan
- Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih
klien mlayani aktivitas dan penglihatan akan
menurunkan perasaan terisolasi.
BAB II
ANALISA JURNAL
ANGKA KEJADIAN GEJALA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA IBU
HAMIL DI DESA MEKARGALIH KECAMATAN JATINANGOR
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014

A. Problem/ Patient
Jurnal ini membahas tentang Angka Kejadian Gejala Infeksi Saluran
Kemih pada Ibu Hamil di Desa Mekargalih Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang Tahun 2014.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) sering ditemukan pada kehamilan disebabkan
adanya perubahan fisiologis pada saluran kemih sepanjang kehamilan
sehingga meningkatkan resiko ISK. Ibu hamil merupakan salah satu
kelompok masyarakat yang menjadi perhatian dalam pelayanan kesehatan
dimana salah satu masalah yang berlaku pada Ibu Hamil adalah ISK.
ISK sering ditemukan pada kehamilan dengan prevalensi rerata sekitar
10%. Infeksi saluran Kemih dibagi menjadi ISK bagian bawah (bakteriura
Asimtomatik, Sistitis akut) dan ISK bagian atas (pielonefritis). ISK tidak
bergejala (bakteriuria asimtomatik) dan ISK bergejala (sistitis akut dan
pielonefritis) ditemukan pada 2-13% dan 1-2% Ibu hamil. Populasi pada
penelitian ini adalah ibu hamil berjumlah sebanyak 73 orang.

B. Intervention
Penelitian ini bertujuan mengetahui angka kejadian gejala infeksi sluran
kemih pada ibu hamil di desa mekargalih Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang pada Tahun 2014
Tujuan Khususnya adalah mengetahui prevalensi Ibu hamil yang
mengalami gejala ISK, mengetahui gejala ISK yang paling sering dialami
oleh ibu hamil, dan , mengetahui angka kejadian gejala ISK berdasarkan
karakteristik ibu hamil meliputi umur kehamilan dan pendidikan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriftif
dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan cara pendekatan observasi
dalam pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Populasi adalah semua
ibu hamil di desa Mekargalih sebanyak 73 orang, sedangkan sampel yang
didapat yaitu ibu- ibu hamil yang memenuhi kritria inklusi dan ekslusi
sebanyak 63 orang. Pengambilan sampel dengan tehnik total sampling.
Sampel yang diambil adalh ibu hamil yang memiliki kriteria inklusi yaitu
tinggal di Desa Mekargalih, umur kehamilannya trimester 1, 2 dan 3 dan

12
13

berada ditempat saat pengambilan data penduduk serta bersedia untuk


diteliti pada tanggal 10- 14 Maret 2014, sedangkan kriteria ekslusi adalah
ibu hamil yang tidak bersedia diteliti dan tidak ada di tempat ketika
pengambilan data. Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan
komputerisasi. Data di analisis menggunakan analisis univariat.

C. Comparatif
 Dalam pembahasan disebutkan bahwa dari hasil penelitian didapatkan
data yang mengalami gejala infeksi saluran kemih pada ibu hamil
yang mempunyai gejala sebesar 30,2% hal ini berbeda dengan teori
dan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kejadian ISK pada ibu
hmil sebesar 10%, tetapi pada penelitian ini ternyata angka kejadian
gejala ISK lebih besar dari angka kejadian ISK menurut teori yaitu
30,2%.
 Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan antara penggunaan data
objektif pada penelitian di teori dan penggunaan data subjektif tanpa
menggunakan data objektif pada penelitian ini (hanya menggunakan
data hasil anamnesa gejala ISK yang dialami oleh ibu hamil)
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mengalami gejala ISK
dilihat dari umur kehamilan yang banyak pada umur kehamilan 28- 40
minggu sebesar 17,5% (11 orang) . Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori, puncak insidensi infeksi saluran kemih yaitu pada usia
kehamilan 30- 32 minggu. Hormon progresteron dalam kadar tinggi
dan obstruksi oleh uterus yang besar menyebabkan dilatasi sistem
pelvio kalises dan ureter sehingga sangat rentan terkena ISK pada usia
kehamilan 28- 40 minggu.
 Menurut teori, ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai resiko ISK
yang rendah, tetapi pada penelitian ini ternyata yang terbanyak
mengalami ISK adalah ibu hamil dengan pendidikan terakhir SMA.
Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya sumber informasi sehingga
berdampak pada kurangnya pengetahuan ibu hamil.
14

D. Outcome
I. Dimensi Substantif dan Teori
a. Abstrak
Hasil Analisa
 Penelitian ini membahas tentang Angka Kejadian Gejala Infeksi
Saluran Kemih Pada Ibu Hamil di Desa Mekargalih Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2014
 Kesimpulan dari jurnal teresebut yaitu hasil penelitian
menunjukkan bahwa angka kejadian gejala ISK pada ibu hamil
adalah 30,2%, gejala yang paling banyak dialami adalah tidak
bisa menahan buang air kecil(37,9%), berdasarkan usia
kehamilan paling banyak terjadi pada usia kehamilan 28-40
minggu (17,5%), berdasarkan pendidikan terbanyak pada
pendidikan SMA/SMK (15,9%)

b. Pendahuluan
Hasil Analisa
 Ibu hamil merupakan salah satu kelompok masyarakat yang
menjadi perhatian dalam pelayanan kesehatan dimana salah satu
masalah yang berlaku pada ibu hamil adalah infeksi saluran
kemih. Jika infeksi saluran kemih pada ibu hamil tidak diatasi
dan dicegah, akhirnya akan memberi kesan buruk pada
kesehatan ibu hamil dan mendatangkan komplikasi dalam
kehamilan
 ISK sering ditemukan pada kehamilan dengan prevalensi rerata
sekitar 10%.Infeksi saluran kemih dibagi menjadi ISK bagian
bawah (bakteriura Asimtomatik, Sistitis akut) dan ISK bagian
atas (pielonefritis). ISK tidak bergejala (bakteriuria
asimtomatik) dan ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis)
ditemukan pada 2-13% dan 1-2% ibu hamil. Di Indonesia,
prevalensi bakteriuria asimtomatik pada kehamilan adalah 7,3%
 Infeksi saluran Kemih telah diketahui berhubungan dengan
kesudahan kehamilan yang buruk, seperti persalinan preterm,
pertumbuhan janin terhambat, bahkan janin lahir mati.
c. Kerangka Teori
Hasil Analisa
 kejadian ISK pada ibu hamil sebesar 10%,
 puncak insidensi infeksi saluran kemih yaitu pada usia
kehamilan 30- 32 minggu. Hormon progresteron dalam kadar
tinggi dan obstruksi oleh uterus yang besar menyebabkan
15

dilatasi sistem pelvio kalises dan ureter sehingga sangat rentan


terkena ISK pada usia kehamilan 28- 40 minggu.
 Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai resiko ISK yang
rendah
 Dalam penelitian oleh Desmiwarti, di RSUP Dr M Jamil Padang
didapatkan abortus 42% pada wanita hamil dengan bakteriuria
asimtomatik.

II. Dimensi desain Metodologi


a. Penelitian
Hasil Analisa
 Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriftif dengan pendekatan cross sectional
 Pelaksanaan dilaksanakan di Desa MekarGalih Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang dari Tanggal 10-14 Maret
2014
b. Populasi
Hasil Analisa
Populasi adalah semua ibu hamil di desa Mekargalih sebanyak 73
orang.
c. Sampel
Hasil Analisis
Sampel yang didapat yaitu ibu- ibu hamil yang memenuhi
kritria inklusi dan ekslusi sebanyak 63 orang.
Pengambilan sampel dengan tehnik total sampling.
Sampel yang diambil adalah ibu hamil yang memiliki kriteria
inklusi yaitu tinggal di Desa Mekargalih, umur kehamilannya
trimester 1, 2 dan 3 dan berada ditempat saat pengambilan data
penduduk serta bersedia untuk diteliti pada tanggal 10- 14 Maret
2014, sedangkan kriteria ekslusi adalah ibu hamil yang tidak
bersedia diteliti dan tidak ada di tempat ketika pengambilan data.

d. Instrumen Penelitian
Hasil Analisa
 Menggunakan tehnik wawancara dan kuesioner
16

III. Dimensi Interprestasi


a. Pembahasan
Hasil Analisa
 Hasil penelitian menggambarkan bahwa prevalensi ibu hamil
yang mempunyai gejala ISK sebesar 30,2%.
 Hasil penelitian menggambarkan bahwa gejala ISK yang paling
banyak dialami ibu hamil adalah tidak bisa menahan BAK yaitu
sebesar 37,9%
 Hasil penelitian menggambarkan gejala ISK sebagian besar
terjadi pada umurkehamilan 28- 40 minggu yaitu17,5%
 Hasil penelitian menggambarkan bahwa ibu hamil yang
mengalami ISK dilihat dari tjngkat pendidikan yang paling
banyak pada ibu ber pendidikan terakhir SMA/SMK sebesar
52,6% (10 orang).

b. Kelebihan
Hasil Analisa
 Penelitian ini sangat menarik karena pembaca dapat mengetahui
berapa besar angka kejadian gejala ISK pada ibu hamil dan
kenapa hal tersebut bisa terjadi
 Dalam penelitian ini , peneliti banyak membandingkan hasil
dengan teori dan penelitian yang sudah ada atau terdahulu
 Pada Abstrak sudah tercantum metode, populasi dan sampel,
instrument penelitian, kesimpulan dan hasil penelitian
 Latar belakang telah menjelaskan gambaran umum tentang
masalah yang diangkat, dan actual fenomena yang teramati di
lapangan

c. Kekurangan
Hasil Analisa
 Sumber data kurang, hanya menggunakan sumber primer saja
tetapi sumber sekunder seperti data dari puskesmas setempat
tidak ada
 Teori- teori yang mendasari tidak dituliskan dengan jelas dari
mana pengambilan pustakanya
 Teori tentang penjelasan variable kurang banyak
 Daftar pustaka tidak berurutan secara alphabet
17

IV. Implikasi
Saran Penulis ditujukan kepada:
 Ibu hamil, remaja, dan masyarakat lainnya tentang perlunya
mengikuti pendidikan/ penyuluhan kesehatan tentang bahaya
infeksi saluran kemih, untuk nmenghindari dan mengurangi resiko
terjadinya infeksi saluran kemih
 Bidan desa yaitu hendaknya dilakukan tindak lanjut dari hasil
penelitian ini dengan cara merujuk ibu hamil yang mempunyai
gejala ISK ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap, hal ini
bertujuan agar dapat dilakukan pemeriksaan lanjut di laboratorium
guna memastikan diagnosis, sehingga dapat dilakukan penanganan
lebih lanjut seperti mendapatkan pengobatan dokter.

V. Daftar Pustaka
 Pada penelitian ini terdapat sumber pustaka dari penelitian
terdahulu maupun dari buku ajar
 Sumber pustaka berjumlah 19 sumber
 Penulisan daftar pustaka tidak berurutan secara alphabet.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) sering ditemukan pada kehamilan disebabkan
adanya perubahan fisiologis pada saluran kemih sepanjang kehamilan
sehingga meningkatkan resiko ISK. Ibu hamil merupakan salah satu
kelompok masyarakat yang menjadi perhatian dalam pelayanan kesehatan
dimana salah satu masalah yang berlaku pada Ibu Hamil adalah ISK. Salah
satu Infeksi Saluran Kemih yang sering menyerang pada ibu hamil adalah
Pielonefiritis.
Pielonefritis merupakan suatu reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi
pada pielum dan parenkim ginjal. Invasi bakteri yang mncapai kandung
kemih naik secara ascending melalui uretra dan naik ke ginjal.

B. SARAN
1. Bagi Dosen Pembimbing
Kami mengharapkan kritik dan saran dalam pembuatan makalah ini
agar makalah ini dapat dilengkapi dengan baik.

2. Bagi Mahasiswa
Kami mengharapkan makalah ini dapat menjadi tolak ukur bagi
kelompok lain menganalisis jurnal yang terkait dengan gangguan
sistem perkemihan pielonefritis.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai