Pertanyaan : Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) contohnya seperti apa ya, lalu penyebab
terbesar terjadinya ROTD seperti apa?
Jawaban : Sebelum itu kita harus mengetahui ROTD memiliki arti REAKSI OBAT YANG TIDAK
DIINGINKAN. ROTD SENDIRI DIBAGI MENJADI 6 YAITU :
Bisa dideteksi (Reaksi ini dapat terjadi karena dosis tertentu. ROTD tipe A misalnya seperti penggunaan
antidepresan yang dapat menyebabkan mulut kering, depresi saluran pernapasan oleh opioid, risiko
perdarahan oleh warfarin, dsb. Hal-hal tersebut tentunya sudah dapat diperkirakan potensi efek
samping yang terjadi
ROTD tipe B reaksinya tidak berkaitan dengan dosis serta gejala yang diperoleh bersifat idiopatik, tidak
dapat diprediksi. Contoh dari reaksi tipe ini seperti reaksi-reaksi imunitas tubuh terhadap obat seperti
alergi, syok anafilaktik, atau agranulositosis.
ROTD tipe C bersifat kronis. Artinya saat menggunakan obat belum terlihat reaksinya. Namun akan
kelihatan setelah obat dikonsumsi berulang kali. Contohnya seperti penggunaan jangka panjang
kortikosteroid yang dapat menyebabkan supresi (penekanan) pada aksis kelenjar adrenalin-pituitari-
hipotalamus. Contohnya seperti efek teratogenik pada penggunaan obat-obat yang dikontraindikasikan
dengan ibu hamil
ROTD tipe yang terakhir terjadi kegagalan terapi yang biasanya disebabkan oleh interaksi obat ataupun
resistensi antimikroba. Contohnya seperti interaksi kontrasepsi oral ketika digunakan bersama rifampisin
yang dapat menginduksi metabolisme kontrasepsi oral yang menyebabkan klirens obat tersebut lebih
cepat dari tubuh. Sehingga menyebabkan kontrasepsi oral menjadi tidak berguna. Contoh : seperti
gejala putus obat akibat penggunaan benzodiazepin (seperti insomnia, ansietas) atau gejala putus obat
pada obat TB yang dapat menyebabkan kekambuhan TB.
Pertanyaan : Apakah setiap pasien perlu diberikan konseling? Serta bagaimana kriteria pasien yang
mendapat konseling obat? Dan konseling itu lebih efektif disampaikan langsung pada pasien atau
keluarga pasien?
Tidak semua pasien perlu diberikan konseling terkait penggunaan obat yang benar oleh apoteker.
Karena ada beberapa pasien yang sudah mengerti dalam penggunaan obat misal pada pasien yang
sudah sering menggunakan obat tersebut dan menolak diberikan konseling, namun ada juga pasien yang
menjadi prioritas dalam konseling. Adapun kriteria pasien yang menjadi prioritas untuk menerima
konseling yaitu
Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan
menyusui)
Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: DM, AIDS, TB, epilepsi)
Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (contoh penggunaan suppositoria)
Pasien dengan polifarmasi (penggunaan 5 atau lebih macam obat secara bersamaan setiap hari)
Dan konseling lebih efektif disampaikan kepada pasien itu sendiri, karena yang pertama mengetahui
tentang bagaimana proses penyembuhannya adalah dirinya sendiri, sehingga jika terjadi reaksi obat
yang tidak diinginkan dia tidak panik, namun pihak keluarga pasien juga diperlukan mengetahui tentang
informasi obat untuk dapat memberikan dukungan kepada pasien agar tetap patuh dalam penggunaan
obatnya
Pertanyaan : Bagaimana kriteria pasien / kondisi pasien yang memerlukan pemantauan terapi obat
(PTO)?
Jawaban :
a. Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga menerima polifarmasi
Pertanyaan :Dari kegiatan dlm konseling obat dijelaskan tentang penggunaan obat melalui three prime
questions , apa yang di mksd tree prime questions dan bagaimana cara penggunaanya?
Jawab:
Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang dapat digunakan oleh apoteker dalam
membuka sesi konseling untuk pertama kalinya pada pasien dengan resep dokter. Pertanyaan tersebut
adalah sebagai berikut:
Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi pemberian informasi
yang tumpang tindih (menghemat waktu), mencegah pemberian informasi yang bertentangan dengan
informasi yang telah disampaikan oleh dokter (misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat yang
diberikan) sehingga pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter atau apoteker, dan juga untuk
menggali informasi seluas-luasnya.
Pertanyaan : Bagaimana seharusnya langkah kita jika terjadi ROTD pada pasien secara mendadak?
Jawaban : Tergantung kasusnya yang mana seperti kejadian yang merugikan, misalnya ada seorang
pasien yang sudah mengkonsumsi obat sesuai aturan pakai yang sudah di jelaskan oleh dokter, contoh
pasien yang akan melahirkan diberikan pemicu untuk reaksi pada uterus. Namun, pasien juga
mengkonsumsi rumput fatimah untuk memperlancar kelahiran. Hal tersebut merupakan ROTD karena
pasien memberi tambahan obat lagi sedangkan dokter sudah memberikan obat yang sesuai untuk
pasien yang sudah diminum secara benar. Pasien tersebut mengalami ROTD berupa pendarahan hebat.
Kita sebagai tenaga medis mencegah hal tersebut dengan cara mengurangi pendarahan dengan
memberi obat antiplatelet untuk mengurangi pendarahan sampai pasien dalam kondisi stabil.
Pertanyaan :
Mengapa perlu dilakukan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap? Apakah penyuluhan tsb
hanya untuk pasien saja?
Jawaban :
Perlunya dilakukan penyuluhan bagi pasien rawat inap dan rawat jalan itu supaya pasien mengetahui
bagaimana prosedur serta ketentuan yang berlaku dalam suatu rumah sakit tersebut di Instalasi farmasi
khususnya.
Untuk rawat jalan pasien membawa rujukan dari puskesmas /dokter keluarga ke bagian loket
pendaftaran rekam medis rs. Selanjutnya dari loket rekam medis menuju ke loket bpjs untuk dibuatkan
sjp(surat jaminan perawatan) selanjutnya pasien menuju ke poliklinik tujuan apabila ada pemeriksaan
penunjang misalnya radiologi dan laboratorium maka pasien membawa surat pengantar pemeriksaan ke
loket bpjs untuk distempel setelah pemeriksaan dan tindakan di poliklinik, maka pengambilan obat
dilakukan di apotik bpjs dengan memperlihatkan kertas resep obat.
Dari poliklinik rawat jalan bila diperlukan untuk dilakukan rawat inap maka diberikan surat pengantar
opname dari poliklinik ditujukan ke ruangan perawatan inap
Dari ruangan perawatan inap dibuatkan surat jaminan perawatan ditujukan ke loket bpjs untuk
dibuatkan surat elegibilitas peserta rawat inap surat elegibilitas peserta dibawa ke ruangan perawatan
dimaksud. Akan tetapi biasanya setiap instalasi rumah sakit memiliki kebijakan yg berbeda. Penyuluhan
tersebut tidak harus untuk pasien saja, agar semua orang juga mengerti bagaimana kebijakan dan
prosedur prosedur yang diberlakukan dalam RS tersebut.
Jawaban : Apoteker pengelola apotek (A.P.A) sebagai pengelola sebuah apotek yang mempergunakan
sarana dari pemilik sarana apotek (P.S.A) pada intinya telah melakukan pertanggung jawaban yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bila terjadi medication error yang
merugikan pasien selaku konsumen.
Bentuk pertanggung jawaban apoteker dengan memberikan atau mengganti obat yang benar sesuai
dengan resep yang dimaksud disertai dengan pemberian informasi yang dibutuhkan pasien selaku
konsumen dalam mengkonsumsi obat, telah Sesuai dengan pertanggung jawaban yang diamanatkan
pada Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Perawatan kesehatan belum pernah diberikan karena pasien selaku konsumen tidak pernah mengalami
akibat yang berat dari kejadian medication error di apotek.
Pertanyaan: Bagaimana cara mengidentifikasi masalah terkait obat dalam tahapan PTO (pemantauan
terapi obat)?
Jawaban:
a. Dengan melakukan pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi, Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
Pertanyaan : Pada tahap proses rekonsiliasi obat, terdapat tahap pengumpulan data, lalu data yang
dikumpulkan itu apa saja ?
Jawaban : Data yang dikumpulkan meliputi mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan
akan digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat mulai diberikan, diganti,
dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping Obat yang pernah terjadi.
Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal kejadian, Obat yang menyebabkan
terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan.
Data riwayat penggunaan Obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar Obat pasien, Obat
yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data Obat yang dapat digunakan tidak lebih
dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
b. Menghindari pemberian obat yang berpotensi menimbulkan ROTD pada pasien tersebut
Pertanyaan: Pada slide ke 9 disebutkan pada proses rekonsiliasi obat dilakukannya komparasi ,lalu
seperti apakah komparasi tersebut?
Jawaban :
Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah, sedang dan akan digunakan. Discrepancy
atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data
tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang hilang, berbeda, ditambahkan
atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien.
Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep
maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat
menuliskan Resep.
Pertanyaan : pada slide ke 18 di kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO dijelaskan bahwa
mengevaluasi ESO dengan algoritme naranjo, maksud dari algoritme naranjo itu bagaimana ya?
Terimakasih
Jawaban : Algoritma Naranjo adalah kuisoner yang dirancang oleh Naranjo untuk menentukan apakah
efek yang merugikan disebabkan oleh obat atau faktor lain.
Pertanyaan : Sebelum dilakukan pelayanan informasi obat ada baiknya dilakukan dokumentasi, apa
tujuan dari dokumentasi tersebut?
Jawaban : Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen untuk Pemastian Mutu.
Tujuan dilakukannya dokumentasi adalah untuk memastikan setiap personil akan menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci. Seperti memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
Dengan dokumentasi yang jelas akan mampu memperkecil risiko terjadinya kekeliruan atau salah tafsir.
Pertanyaan : Dalam ppt tadi dijelaskan untuk menjamin tindakan dispensing yang benar perlu
disusunnya prosedur pelayanan resep yang mudah, yang ingin saya tanyakan untuk prosedurnya itu
sendiri apa saja?
Jawaban :
1. Resep datang
2. Skrinning resep antara lain, skrinning administrasi berguna untuk menghindari kesalahan penulisan
resep maupun pemalsuan resep, skrinning farmasetis mengenai menyesuaian pengobatan dengan
kondisi pasien (misalnya penyesuaian bentuk sediaan dengan kondisi pasien), skrinning klinis (efek
samping dan alergi)
3. Pemberian harga, apabila pasien setuju dengan harga yang kita berikan, maka akan segera dilakukan
penyiapan/peracikan obat. Namun, permasalahan terjadi apabila pasien sensitif terhadap harga,
sehingga pasien tidak setuju dengan harga yang diajukan, maka penanganannya adalah mengajukan
obat alternatif dengan jenis, jumlah, jumlah item dan harga sesuai kemampuan pasien
4. Penyiapan dan peracikan obat, dalam peracikan dilakukan kegiatan penimbangan obat. Pencampuran
obat apabila obat perlu dicampur (dijadikan serbuk atau larutan), kemudian pengemasan setelah obat
berhasil dibuat. Dan tahap selanjutnya adalah pemberian etiket.
5. Penyerahan obat kepada pasien disertai KIE. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi
cara pemakaian obat, cara penyimpanan, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama waktu terapi, serta efek samping yang mungkin terjadi.
Pertanyaan : Pada slide 20 dijelaskan salah satu tujuan EPO adalah menilai pengaruh intervensi atas pola
penggunaan obat. Bagaimana cara penilaian pengaruh intervensi tersebut?
Jawaban :
Pertanyaan: Bagaimana cara mengidentifikasi apakah terdapat reaksi berkaitan dengan kemungkinan
adanya ROTD
Jawaban: