“WASTING”
JURUSAN GIZI
2021
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penyebab terjadinya wasting di setiap negara memiliki persamaan dan
perbedaan. Seperti faktor penyebab wasting di Indonesia, terdapat persamaan faktor
yang menjadi penyebab terjadinya wasting di Ethiopia yaitu durasi pemberian ASI
eksklusif, kemiskinan, pendidikan ibu, keluarga besar atau jumlah keluarga,
morbiditas diare dan saluran pernapasan, tidak tersedianya jamban (Derso, 2017).
Sedangkan di Nigeria wasting disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengaruh
komunitas, keadaan rumah tangga, lingkungan, sosial ekonomi dan budaya, praktik
pemberian makan anak dan adanya penyakit infeksi (Akombi, 2017).
Wasting pada anak merupakan indikator utama dalam menilai kualitas modal
sumber daya manusia di masa mendatang. Wasting dapat mengganggu fungsi sistem
kekebalan tubuh sehingga menyebabkan peningkatan keparahan, durasi, dan
kerentanan terhadap penyakit menular. Selain itu, wasting pada awal kehidupan anak
terutama pada periode dua tahun pertama, dapat menyebabkan kerusakan yang
permanen. Pada periode tersebut merupakan fase penting pertumbuhan dan
perkembangan anak yang sering disebut sebagai periode “Golden Period”. Apabila
keadaan wasting pada masa balita terus berlanjut, maka dapat mengakibatkan
perkembangan kognitif dan kemampuan belajar yang buruk, berkurangnya massa
tubuh tidak berlemak, perawakan dewasa yang pendek, terganggunya metabolisme
glukosa, dan produktivitas rendah.Selain itu juga, wasting juga meningkatkan
kejadian mortalitas tiga sampai sembilan kali lebih tinggi daripada anak yang tidak
wasting.
2
4 Apa saja dampak pada anak yang mengalami wasting?
5 Bagaimana cara pencegahan agar anak tidak mengalami wasting?
6 Bagaimana cara penanggulangan pada anak yang mengalami wasting?
3
BAB II
DETERMINAN MASALAH
Wasting adalah bentuk kekurangan gizi yang sangat serius karena meningkatkan
risiko kematian. Bukti global menunjukkan bahwa wasting meningkatkan risiko stunting
pada anak, gangguan perkembangan kognitif, dan penyakit tidak menular di masa
dewasa. Menurut WHO, anak penderita gizi buruk berisiko kematian 5-20 kali lebih besar
daripada anak dengan nutrisi baik. Malnutrisi bertanggung jawab langsung dan tidak
langsung terhadap 60% kematian balita. Wasting merupakan salah satu masalah gizi
balita yang indeks antropometrinya dilihat dari berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) atau berat badan menurut panjang badan (BB/PB) dengan batas z-score kurang
dari -2 SD.
Secara umum, kondisi ini ditandai dengan penurunan berat badan drastis sehingga
membuat bobot tubuh anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Itulah mengapa
kondisi ini, biasanya membuat tubuhnya tampak sangat kurus. Bahkan tak jarang, sampai
membuat tulang-tulang di tubuh menonjol seperti hanya dibalut langsung oleh kulit.Anak
yang mengalami kondisi ini juga kerap merasa sangat lemas, yang membuatnya sulit
untuk beraktivitas normal seperti anak seusianya.Namun, ketika kondisi berat badan
kurang pada anak ini tidak segera diobati, otomatis bisa berkembang lebih parah hingga
4
mengakibatkan wasting akut.Jika tingkat keparahan wasting anak sudah mencapai akut,
akan timbul beberapa gejala seperti berikut:
Penyebab wasting pada umumnya disebabkan oleh kombinasi dua faktor yaitu asupan
gizi yang kurang dan terjadinya penyakit. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
wasting, yaitu infeksi pencernaan dan infeksi saluran pernapasan. Selain itu, infeksi pada
mulut dan gigi, gangguan fungsi usus, hiperaktivitas, perubahan metabolisme, gangguan
nafsu makan, atau efek samping obat tertentu, juga bisa memengaruhi wasting pada anak.
Anak yang sering diberi makanan tidak bergizi memiliki risiko yang lebih tinggi
mengalami wasting. Sebab, asupan makanan yang dikonsumsi tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisnya.
Wasting bisa terjadi apabila jumlah makanan yang ada terbatas atau tidak banyak pilihan
makanan. Hal ini menyebabkan anak tidak bisa mendapatkan asupan gizi yang mencukupi
sehingga berat badannya bisa semakin menurun.
Kebersihan lingkungan yang buruk, terutama sulit mendapatkan air bersih, dapat menjadi
penyebab balita wasting. Jika air yang tercemar digunakan untuk minum, memasak, atau
mencuci sayur dan buah, maka anak lebih berisiko terkena infeksi yang memicu wasting.
5
4. Kurangnya Akses Ke Pelayanan Kesehatan
Akses ke pelayanan kesehatan yang tidak memadai juga dapat menyebabkan wasting pada
anak tidak terdeteksi atau tertangani dengan baik.
Agar anak tidak mengalami wasting maka orang tua harus berusaha keras untuk
memenuhi nutrisi yang seimbang. Masa pertumbuhan anak sangat bergantung kepada apa
yang ia makan. Lebih baik mencegah daripada mengobati, oleh sebab itu berikanlah makanan
kepada anak yang mempunyai gizi seimbang, yaitu :
Memberikan buah dan sayur dalam setiap menu makanan.
Memberikan makanan yang mempunyai sumber kabohidrat, seperti kentang, roti, nasi
dan sereal.
Memberikan makanan yang mempunyai sumber protein, seperti daging, telur, ikan
dan kacang-kacangan.
Memberikan asupan vitamin dari susu dan produk turunannya.
Selain memberikan makanan yang sehat dan bergizi tak lupa anak harus banyak
melakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau aktivitas di luar ruangan.
Berikan juga imunisasi atau vaksin sesuai jadwal atau rekomendasi yang diberikan
oleh kementerian kesehatan atau provinsi setempat agar anak tidak mudah terserang
penyakit infeksi.
6
2.5 Cara Penanggulangan Wasting
UNICEF mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan lingkungan yang
mendukung gizi, dan memperkuat sistem untuk pemberian layanan gizi. Aspek ini termasuk
memberikan saran kebijakan, koordinasi dan dukungan advokasi; membantu menghasilkan
bukti praktik terbaik dalam nutrisi; dan memberikan bantuan teknis untuk memperluas
cakupan dan kualitas layanan gizi berdampak tinggi untuk anak-anak dan perempuan,
terutama yang paling rentan.
7
Kerangka teori
Definisi Wasting
Prevalensi
Wasting
- Penurunan BB - Asupan makan yang - Penurunan daya Beri anak gizi seimbang, yaitu : - meningkatan
secara derastis kurang eksplorasi pada
lingkungan yang
- Indikator BB/TB - Penyakit infeksi lingkungan - Memberi buah dan sayur
tiap waktu makan mendukung gizi
kurang dari -3 SD - Makanan yang - Peningkatan
terbatas dan tidak - Memberi makanan sumber - memperkuat
- Terdapat edema frekuensi menangis
beragam - Kurang bisa karbohidrat sistem untuk
- LILA kurang dari pemberian layanan
- Kebersihan bergaul - Memberi makanan sumber
12,5 cm gizi
lingkungan yang - Kurang perasaan protein
- Kulit menjadi
buruk gembira - Memberikan asupan
kering
- Kurangnya akses - Cenderung apatis vitamin
- Lemak dibawah pelayanan kesehatan - Gangguan kognitif - Banyak melakukan aktiitas
kulit berkurang - Penurunan prestasi fisik
- Perut menjadi belajar - Beri imunisasi atau vaksin
buncit - Gangguan tingkah sesuai jadwal
laku 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus
(severe wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan
(BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan ambang batas (Z-
score) <-2 SD. Pada tahun 2012 kematian balita berjumlah 6,6 juta jiwa artinya
18.000 jiwa balita meninggal setiap harinya dimana secara tidak langsung wasting
atau balita kurus menyumbang 60% kematian balita sebagai underlying causes
terhadap penyakit infeksi sebagai penyebab langsung kematian. Tahun 2013 dari 161
juta jiwa balita di dunia menderita kelaparan dimana 51 juta jiwa balita diantaranya
menderita wasting.
Ketika kondisi berat badan kurang pada anak ini tidak segera diobati, otomatis
bisa berkembang lebih parah hingga mengakibatkan wasting akut.Jika tingkat
keparahan wasting anak sudah mencapai akut, akan timbul beberapa gejala. Penyebab
wasting pada umumnya disebabkan oleh kombinasi dua faktor yaitu asupan gizi yang
kurang dan terjadinya penyakit. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan wasting,
yaitu infeksi pencernaan dan infeksi saluran pernapasan. Dampak wasting pada
anak adalah mengalami penurunan daya ekspolasi terhadap lingkungannya,
peningkatan frekuensi menangis, kurang bergaul dengan sesama anak, kurang
perasaan gembira, dan cenderung menjadi apatis. Dalam jangka panjang, anak
tersebut akan mengalami gangguan kognitif, penurunan prestasi belajar, gangguan
tingkah laku, bahkan peningkatan resiko peningkatan. Agar anak tidak mengalami
wasting maka orang tua harus berusaha keras untuk memenuhi nutrisi yang seimbang.
UNICEF mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan lingkungan yang
mendukung gizi, dan memperkuat sistem untuk pemberian layanan gizi.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://prezi.com/p/kzm4sqdfh2o_/referensi/
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1691/1/NASKAH%20SKRIPSI.pdf
http://scholar.unand.ac.id/39843/1/Bab%201%20Pendahuluan.pdf
https://blogs.insanmedika.co.id/cara-mencegah-dan-mengatasi-anak-kurang-gizi/
10