Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN BENCANA

"ANALISIS PERSIAPAN, MITIGASI, DAN KESIAPSIAGAAN BENCANA"

Oleh :
NI KADEK MIANTARI
C1118051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA USADA BALI
2021
Materi : Analisis persiapan, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana

Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam


tiga kegiatan utama, yaitu:
a. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini
b. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara seperti kegiatan search and rescue (SAR),
bantuan darurat dan pengungsian
c. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan,
padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang
sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan
pasca bencana. Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi
masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan
prasarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah
kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik sajat etapi juga perlu
diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau
depresi.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam siklus manajemen
bencana adalah pada tahapan sebelum atau pra bencana, sehingga hal inilah yang
perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak
bencana yang terjadi. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan yaitu :
a. PENILAIAN
Merupakan satu set doktrin untuk menyiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana
alam atau buatan manusia. Hal ini biasanya adalah kebijakan pemerintah diambil dari
pertahanan sipil untuk menyiapkan masyarakat sipil persiapan sebelum bencana
terjadi.
Contoh kegiatan nyata pada tahap persiapan yaitu :
1. Memberikan poster, leafet, atau surat edaran kepada siapa saja yang terlibat
latihan kesiapsiagaan
2. Mempersiapkan gedung dan beberapa peralatan pendukung, khususnya yang
berkaitan dengan keselamatan masyarakat, seperti fasilitas medis.
Dalam penilaian ini kita dapat melakukan pencegahan (prevension) bencana adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko
bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang
terancam bencana dan merupakan upaya untuk menghilangkan atau mengurangi
kemungkinan timbulnya suatu ancaman. Misalnya : pembuatan bendungan untuk
menghindari terjadinya banjir, penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk
menghindari banjir dan lainnya. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa
100% efektif terhadap sebagian besar bencana.
Pengurangan Risiko Bencana adalah upaya untuk melindungi penghidupan (livelihood)
dan asset individu dan masyarakat dari dampak bencana melalui kegiatan:
1. Melakukan penanggulangan bencana sesuai siklus bencana
2. Melakukan manajemen risiko bencana
3. Membuat strategi dalam pengurangan risiko bencana
Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman bencana dan kerentanan
pihak yang terancam bencana. Pencegahan dilakukan melalui kegiatan :
1. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana
2. Pemantauan terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam serta
penggunaan teknologi tinggi
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup
4. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
b. MITIGASI (mitigation)
Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk
mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman dan untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP
No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
Misalnya : penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak
menimbulkan kerugian besar. Mitigasi bencana merupakan langkah yang
sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen
bencana.

Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana yaitu :

1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana.

2. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat


dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.

3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui


cara penyelamatan diri jika bencana timbul.

4. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi


ancaman bencana.

Oleh kerena itu mitigasi mencakup semua langkah yang diambil untuk
mengurangi skala bencana di masa mendatang baik efek maupun kondisi
rentan terhadap bahaya itu sendiri. Oleh karena itu kegiatan mitigasi lebih
difokuskan pada bahaya itu sendiri atau unsur-unsur terkena ancaman
tersebut. Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama yaitu
penilaian bahaya, peringatan dan persiapan.

1. Penilaian bahaya (hazard assestment) : diperlukan untuk


mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, serta tingkat ancaman.
Penilaian ini memerlukan pengetahuan tentang karakteristik sumber
bencana, probabilitas kejadian bencana, serta data kejadian bencana di
masa lalu.

2. Peringatan (warning) : diperlukan untuk memberi peringatan kepada


masyarakat tentang bencana yang akan mengancam (seperti bahaya
tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi, aliran lahar akibat letusan
gunung berapi, dan lainnya). Sistem peringatan didasarkan pada data
bencana yang terjadi sebagai peringatan dini serta menggunakan berbagai
saluran komunikasi untuk memberikan pesan kepada pihak yang
berwenang maupun masyarakat. Peringatan terhadap bencana yang akan
mengancam harus dapat dilakukan secara cepat, tepat dan dipercaya.

3. Persiapan (preparedness) : Kegiatan kategori ini tergantung kepada


unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang
membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena
bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui
kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika
situasi telah aman.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pencegahan dan mitigasi


antara lain :

1. Menerbitkan peta wilayah rawan bencana.

2. Memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan di wilayah


rawan bencana Atau memasang sunami Early Warning System (TEWS).
TEWS adalah upaya untuk mitigasi bencana tsunami. Hal sederhana
yang dapat dilakukan untuk memberi peringatan dini bagi penduduk
yang berada di sekitar kota/pantai yang memiliki potensi tsunami adalah
memberi peringatan melalui sirene atau televisi atau radio lokal yang
dapat dengan segera mensosialisasikan akan terjadinya Tsunami.

3. Mengembangkan sumber daya manusia satuan pelaksana.

4. Mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.


5. Membuat bangunan yang berguna untuk mengurangi dampak bencana.

6. Membentuk pos-pos siaga bencana.

7. Mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada warga.

8. Mengevakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman saat terjadi


bencana.

Contoh kegiatan nyata saat mitigasi bencana yaitu :

1. Pendidikan tentang bencana alam

2. Menempatkan korban di suatu tempat yang aman

3. Membentuk tim penanggulangan bencana

4. Memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang mitigasi bencana

5. Merelokasi korban secara bertahap.

c. KESIAPSIAGAAN (preparedness)
Kesiapsiagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk
bertindak ketika terjadi atau kemungkinan akan terjadi bencana. Perencanaan
terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat
danidentifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu
ancaman.

Banyak upaya kesiapsiagaan yang bermanfaat dalam berbagai situasi bencana.


Beberapa upaya penting yang dapat dilakukan dalam kesiapsiagaan bencana
yaitu :

1. Memahami kemungkinan bahaya disekitar

2. Memahami sistem peringatan dini setempat

3. Mengetahui rute evakuasi dan rencana pengungsian

4. Memiliki ketrampilan untuk mengevakuasi situasi secara cepat dan


mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri
5. Memiliki rencana antisipasi bencana dan mempraktekan rencana tersebut
dengan latihan

6. Mengurangi dampak bahaya yang mungkin terjadi dengan mengikuti


pelatihan

7. Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan


manajemen bencana.

Contoh kegiatan nyata saat kesiapsiagaan bencana yaitu :

1. Mengikuti pelatihan dalam manajemen bencana untuk mengantisipasi


bencana yang mungkin terjadi dan agar dapat mengurangi danpak yang
mungkin terjadi saat terjadi bencana

2. Rencana antisipasi bencana yang mencangkup analisis bencana,


identifikasi titik kumpul, nomor kontak darurat, ketahui jalur evakuasi,
identifikasi titik aman atau titik kumpul, identifikasi anggota yang rentan
(anak-anak, lanjut usia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas).

3. Simulasi bencana

4. Uji sirine peringatan dini.

Anda mungkin juga menyukai