Anda di halaman 1dari 12

KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL YAITU

1.Kesadaran diri -pengenalan emosi


2.Pengelolaan diri-mengelola emosi dan focus
3.Kesadaran sosial –Ketrampilan berempati
4.Ketrampilan berhubungan sosial-daya lenting(Resiliensi)
5.Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

RUANG LINGKUP
1.Rutin(waktu khusus diluar kegiatan akademik)
2.Terintegrsi dalam mata pelajaran
3.Protokol (Budaya atau tata tertib)

Tabel 3.1 Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional yang sudah dilakukan

Bentuk Pembelajaran Yang dilakukan Hal penting y


Cara Penerapan KSE yang dikembangkan
Sosial Emosional guru ke

Rutin(Waktu Antri pembiasaan cuci Pengelolaan diri Guru meminta Silahkan men
khusus diluar tangan murid untuk masuk kelas
akademik) mengantri yang datang le
depan cuci tempat paling
tangan Penjelasan ten
Menumbuhka
mengelola diri

Rutin(Waktu Pembinaan kerohanian Kesadaraan diri Memberikan Menumbuhka


khusus diluar penjelasan Tuhan Yang M
akademik) langsung
melalui kotbah
Integritas dalam Ice breaking Pengelolaan diri(mengelola Meminta murid Sebelum
mata pelajaran dan fous) untuk berdiri pembelajaran
dan mengikuti kita adaka
instruki yang dahulu .De
diberikan oleh ibu ,kemudia
guru saya saya beri
Penjelasan ten
untuk meng
murid dan
membuat mer

Protocol Menyambut murid Kesadaran sosial Pagi nak, apa Menanyakan


digerbang sekolah kabar ? saat itu
dengan senyum , Penjelaasan te
sapa , salam Menumbuhka
mencerminkan
pancasila

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Hal pen


Cara Penerapan Yang Dilakukan Guru
Emosional

Rutin(Waktu khusus Kemalangan(dukacita) yang terjadi di Guru memberikan -Nak berb


diluar akademik) salah satu keluarga anggota sekolah penjelasan langsung perlu kar
tentang pentingnya saling yang
berbagi rasa membutu
ada diant
kita harus
Penjelasa
Menumb
murid

Protokol Mengembalikan buku yang dipinjam Guru mengarahkan murid Nak,setia


dari perpustakaan untuk meminjam buku dan lupa me
mengembalikan buku tepat wa
dengan teat waktu disampul
Penjelasa
Untuk m
jawab seti

Terintegrasi dalam Membawa alkitab ketika belajar mapel Guru meminta murid untuk Apa yan
mata pelajara agama membuka alkitab yang temanmu
sudah disiapkan dan Penjelasa
menyakan murid siaa yang Untuk m
tidak menyiapakan berbagi
alkitabnya menyuruh
membawa murid

Ilustrasi tersebut memperlihatkan bahwa untuk sampai ke tujuan dibutuhkan tindakan


(action), dan terjadi perubahan (change) tempat. Ketika dikaitkan dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari, jika Pak Amir adalah seorang coach dan Pak Handoko
adalah coachee, maka Pak Amir menolong dengan cara-cara tertentu, supaya Pak
Handoko sampai ke sasaran yang dia inginkan. Dalam konteks ini, coaching adalah salah
satu alat untuk menolong Pak Handoko. Pak Amir yang memerankan diri sebagai coach
tidak serta merta mengajukan satu solusi yang harus diikuti coachee,  melainkan
menawarkan beberapa alternatif dan kemudian pak Handoko memutuskan sendiri sesuai
dengan kondisinya. Selanjutnya, Pak Handoko lah yang membuat keputusan dengan cara
yang diyakini dapat mencapai tujuannya.
Berangkat dari ilustrasi di atas, mari kita simak beberapa pengertian mengenai coaching.
Para ahli mendefinisikan coaching sebagai:

 sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant,
1999) 
 kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan
kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada
mengajarinya (Whitmore, 2003)

 International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:


“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan
profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi
pemikiran dan proses kreatif.”
Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:

1. Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara.


Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara
maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya.
Dalam hal ini,  dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan
mendalam, seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga
menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.
3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya
memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata
sehingga potensi coachee berkembang.

Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada


pertanyaan, “Apakah dengan demikian coaching ini bisa diterapkan di dunia pendidikan
sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru
dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas bagaimana coaching ini
diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru guru dalam menerapkan
keterampilan coaching  sebagai coach.

Kelompok 1 :
1.RESTI HOTMAULI BUTARBUTAR
2.SAIRO SINAGA
3. ROSA ULI NAINGGOLAN

Tugas 3.1:

1. Setiap anggota merefleksikan 1 bentuk pembelajaran  sosial dan emosional yang


sudah  diterapkan di kelas atau sekolah selama ini. Upayakan jawaban yang
bervariasi dari tiap anggota kelompok. 
2. Uraikan: cara implementasi, bentuk PSE, KSE yang dikembangkan, apa yang
dilakukan dan dikatakan guru (instruksi yang disesuaikan dengan karakteristik murid
pada jenjang pendidikan tersebut). Tuangkan hasil refleksi pada tabel 3.1.

KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL YAITU


1.Kesadaran diri -pengenalan emosi
2.Pengelolaan diri-mengelola emosi dan focus
3.Kesadaran sosial –Ketrampilan berempati
4.Ketrampilan berhubungan sosial-daya lenting(Resiliensi)
5.Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

RUANG LINGKUP
1.Rutin(waktu khusus diluar kegiatan akademik)
2.Terintegrsi dalam mata pelajaran
3.Protokol (Budaya atau tata tertib)
Tabel 3.1 Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional yang sudah dilakukan

Bentuk Pembelajaran Yang dilakukan Hal penting y


Cara Penerapan KSE yang dikembangkan
Sosial Emosional guru ke

Rutin(Waktu Antri pembiasaan cuci Pengelolaan diri Guru meminta Silahkan men
khusus diluar tangan murid untuk masuk kelas
akademik) mengantri yang datang le
depan cuci tempat paling
tangan Penjelasan ten
Menumbuhka
mengelola diri

Rutin(Waktu Pembinaan kerohanian Kesadaraan diri Memberikan Menumbuhka


khusus diluar penjelasan Tuhan Yang M
akademik) langsung
melalui kotbah

Integritas dalam Ice breaking Pengelolaan diri(mengelola Meminta murid Sebelum


mata pelajaran dan fous) untuk berdiri pembelajaran
dan mengikuti kita adaka
instruki yang dahulu .De
diberikan oleh ibu ,kemudia
guru saya saya beri
Penjelasan ten
untuk meng
murid dan
membuat mer

Protocol Menyambut murid Kesadaran sosial Pagi nak, apa Menanyakan


digerbang sekolah kabar ? saat itu
dengan senyum , Penjelaasan te
sapa , salam Menumbuhka
mencerminkan
pancasila
Tabel 3.2 Ide Penerapan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yang akan dilakukan
1.Manakah KSE yang belum tercakup atau paling jarang diterapkan selama ini? Dikusikan
dengan kelompok anda tentang penerapan
contoh pembelajaran yang dapat mengembangkan KSE tersebut yang disesuaikan dengan
karakteristik jenjang murid kelompok anda.
2.Susunlah 5 ide baru penerapan KSE sesuai dengan karakteristik jenjang pendidikan yang
anda ampu dalam tabel 3.2.anda dapat
memodifikasi ide-ide kegiatan yang ada dalam isi dalam lampiran modul maupun
sumberlainnya sebagai referensi
Jenjang Pendidikan: C =SMP (A = Paud – Kelas 2; B = Kelas 3– 6; C = SMP, D = SMA).

5 ide baru penerapan KSE sesuai dengan karakteristik jenjang pendidikan Jenjang Pendidikan:
C =SMP

PEMBELAJARAN KOMPETENSI SOSIAL DAN EMOSIONAL

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Hal pen


Cara Penerapan Yang Dilakukan Guru
Emosional

Rutin(Waktu khusus Kemalangan(dukacita) yang terjadi di Guru memberikan -Nak berb


diluar akademik) salah satu keluarga anggota sekolah penjelasan langsung perlu kar
tentang pentingnya saling yang
berbagi rasa membutu
ada diant
kita harus
Penjelasa
Menumb
murid

Protokol Mengembalikan buku yang dipinjam Guru mengarahkan murid Nak,setia


dari perpustakaan untuk meminjam buku dan lupa me
mengembalikan buku tepat wa
dengan teat waktu disampul
Penjelasa
Untuk m
jawab seti

Terintegrasi dalam Membawa alkitab ketika belajar mapel Guru meminta murid untuk Apa yan
mata pelajara agama membuka alkitab yang temanmu
sudah disiapkan dan Penjelasa
menyakan murid siaa yang Untuk m
tidak menyiapakan berbagi
alkitabnya menyuruh
membawa murid
Komunikasi asertif, mendengar aktif, bertanya efektif, dan memberikan umpan balik
positif adalah beberapa contoh komunikasi yang memberdayakan. Komunikasi asertif
adalah komunikasi yang dibangun atas dasar percaya dan hormat. Bagaimana cara kita
menyampaikan pesan kepada coachee dengan baik agar semua kepentingan
terwadahi. Tidak agresif tapi juga tidak submisif. Intinya, bagaimana cara kita mencapai
pemahaman bersama atas sebuah masalah. Mencapai sebuah keselarasan.

Mendengar aktif adalah kemampuan kita untuk mendengarkan lawan bicara kita
dengan kesadaran penuh. Itulah mengapa seorang coach lebih banyak mendengar
daripada berbicara. Allah menciptakan dua telinga dan satu mulut sepertinya juga untuk
kepentingan seperti ini. Lebih banyak mendengar orang lain agar muncul lebih banyak
empati, lebih banyak menangkap pesan yang disampaikan.

Bertanya efektif sangat dibutuhkan dalam coaching karena akan


membantu coachee menggali potensi dirinya. Tentunya pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan bukan pertanyaan tertutup melainkan pertanyaan yang mampu
menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan ide dan gagasan yang mungkin belum
pernah terpikirkan sebelumnya, dan menghadirkan emosi atau nilai-nilai positif dalam
diri sehingga memampukan coachee mengembangkan diri lebih optimal lagi.

Keterampilan yang tidak kalah pentingnya dalam coaching adalah memberi umpan balik


positif.  Umpan balik ini sangat dibutuhkan oleh coachee untuk membangun potensi
yang dimilikinya, menumbuhkan rasa percaya diri dan memotivasinya untuk menjadi
lebih baik lagi. Umpan balik positif ini harus diberikan langsung pada saat coaching,
bentuknya harus spesifik-fokus pada hal yang dituju. Tak lupa coach harus
menyertakan perasaan sepenuhnya saat memberikan umpan balik positif ini.

Sebagai guru, Anda diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin


pembelajaran, Anda tentunya harus memainkan banyak peran. Terkadang, untuk menghadapi
murid, Anda harus menjadi seorang konselor. Suatu saat Anda juga diharapkan menjadi mentor.
Selain itu, terkadang Anda juga harus menjadi seorang coach.
Tentunya, sebagai guru, Anda selalu menjadi mentor bagi murid Anda dengan menyampaikan
pengalaman yang Anda miliki. Anda juga melakukan konseling dengan murid Anda ketika
mereka datang dengan permasalahan mereka. Nah, ketika Anda harus menghadapi murid dengan
berbagai potensinya dan Anda berupaya untuk memaksimalkan potensi tersebut, Anda
seyogyanya berperan sebagai seorang coach. Mengapa Anda harus berperan sebagai coach?
Mari kita lihat ketiga metode pengembangan diri tersebut?
Untuk memahami perbedaan peran antara konselor, mentor, dan coach tersebut, mari kita simak
video berikut ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai video tersebut.

Komunikasi Asertif
Dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan
berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan seringkali hasil komunikasi
tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap
berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah
mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum
manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan respon yang tepat.

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan
telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan
dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu
mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada
diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan
memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan
aksi. 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah
rencana aksi dan menjalankannya.

Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru
untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu
untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru
diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui
pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.

TIRTA kepanjangan dari
T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan
murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir
potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir,
tanpa sumbatan.

Tugas Anda adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa
mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat
perkembangan potensi dalam dirinya.

Dengan demikian, bagaimana cara Anda menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan
yang ada? Jawabannya adalah keterampilan coaching.

Anda mungkin juga menyukai