Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Sosiologi & Antropologi


Budaya Senior-Yunior Yang Berpengaruh Kepada Hubungan Sosial
Masyarakat Jepang
2022

Dosen Pengampu :

Septianis Afipah, S.IP., M.Si.

Disusun Oleh :

Dimas Faturohman (C1A210090)

UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Hubungan Internasional
Jl. Cisaranten Kulon No.140, Cisaranten Kulon, Kec. Arcamanik, Kota Bandung,
Jawa Barat 40293

1
0
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang bertema “Budaya Senior-Yunior Yang
Berpengaruh Kepaada Hubungan Sosial Masyarakat Jepang”. Makalah ini memuat tentang
perilaku sosial masyrakat Jepang yang menerapkan sistem budaya Senior-Junior untuk menjaga
kerharmonisan hubungan sosial antar individu.

Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ‘Sosiologi dan Antropolgi’
Universitas Al-Ghifari Bandung. Saya harap dengan adanya makalah ini mampu menambah
wawasan lebih luas mengenai budaya sosial Jepang.

Terima kasih kepada ibu/bapak dosen yang telah memberikan tugas ini, dan pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Sebagai penyusun, saya merasa masih banyak
terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman saya sendiri. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sehingga saya dapat menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

2
0
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN............................................................................................................................... 5
2.1 Senior-Yunior dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Jepang...................................................... 5
2.1.1 Hubungan Senior-Yunior Di Lingkungan Sekolah............................................................... 6
2.1.2 Hubungan Senior-Yunior di Perkumpulan Atau Organisasi................................................. 7
2.1.3 Hubungan Senior-Yunior di Lingkungan Pekerjaan............................................................. 7
2.1.4 Hubungan Senior-Yunior dalam keluarga.............................................................................8
BAB III..............................................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................................... 9
3.1 Simpulan...................................................................................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................10

3
0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan manusia dapat diklasifikasikan dalam bentuk verikal dan horizontal. Vertikal
termasuk hubungan antara orang tua dan anak, sedangkan horizontal ialah hubungan seperti
teman sekelas atau kolega. Dalam masyarakat Jepang hal tersebut sudah menjadi hal yang lazim.
Struktur sosial yang hirarkis ini menyebabkan hubungan sosial antar individu bercorak kompromi,
selain itu menghasilkan adanya status-status dan peran-peran yang berbeda. Status dan peran
tersebut bisa terlihat atau dibedakan berdasarkan beberapa perbedaan seperti perbedaan usia,
tingkat kebangsawanan, posisi atau status dalam pekerjaan, dan harta kekayaan. Untuk perbedaan
tersebut sudah tertanam kesadaran tentang posisi mereka masing-masing dalam kaitannya dengan
posisi-posisi individu dalam berbagai hubungan sosial (Lawanda, 2009: 15). Struktur vertikal
dalam hubungan sosial masyarakat Jepang ini menghasilkan pola senioritas yang merupakan
karakteristik budaya Jepang dan merupakan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jepang.

Budaya Jepang menjunjung tinggi hubungan masyarakat antar anggota masyarakat yang
menghasilkan suatu sikap atau perilaku bahwa posisi masing-masing individu ditentukan oleh
usia, posisi sosial tempat ia berasal, posisinya dalam suatu perusahaan, sekolah asal dan status
keluarga. Ada cara berprilaku dengan posisi itu. Jadi ketika seseorang yang ingin melakukan
bisnis di Jepang, hal yang harus diperhatikan yaitu hubungan antara duru sendiri dan struktur
vertikal lawan usahanya dan mencoba melakukan hal yang sepantasnya.

Sistem senior-yunior di Jepang merupakan hal yang sangat penting, karena jika melanggar
tatanan tersebut dapat merusak keselarasan; harmoni dalam tatanan atau hubungan antar personal
dan dapat menyebabkan terjadinya konflik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengaruh sistem Senior-Yunior terhadap hubungan sosial masyarakat Jepang?

1.3 Tujuan
Untuk mempresentasikan budaya Jepang yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya
untuk menjaga hubungan yang baik antar individu. Dengan budaya Senior-Yunior Jepang
berhasil dalam mengatasi permasalahan sosial dalam konteks menjaga hubungan agar tetap
harmonis dengan sistem Senior-Yunior.

4
0
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Senior-Yunior dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Jepang

Dalam bahasa Jepang senior sering dikatakan Senpai dan Yunior ialah Kouhai. Dalam
berbagai segi kehidupan, hubungan Senpai-Kouhai terlihat kental sekali di masyarakat Jepang.
Budaya senpai-kouhai di Jepang sangat dipengaruhi oleh konfusianisme, sistem keluarga
tradisional Jepang (ie), dan hukum perdata Jepang sebelumnya. Di samping itu, sistem ini juga
erat kaitannya dengan konsep budaya, diantaranya wa dan amae. Dinyatakan bahwa hubungan
antara senior dan junior di Jepang merupakan yang penting, karena mereka beranggapan jika
melanggar tatanan tersebut dalam merusak keselarasan dalam tatanan atau hubungan antar
individu dan dapat menyebabkan terjadinya masalah. Hak tesebut sesuai dengan isi pemikiran
dari konsep wa.

Wa adalah suautu pemikiran yang mengutamakan kerukunan, keserasian atau perdamaian


antara anggota masyarakat. Selain itu konsep yang mendasari sistem senioritas di Jepang adalah
amae yang berartikan ketergantungan. Dalam amae terkandung konsep bahwa masyrakat Jepang
satu dengan yang lainnya harus saling tergantung dengan tujuan agar hubungan antar anggota
dalam suatu masyarakat bisa berjalan dengan selaras. Amae juga sangat membantu dalam proses
terciptanya kedamaian dalam keluarga, persahabatan, hubungan cinta dan hubungan tempat kerja.

Sesuai dengan konsep amae yang berperan di sistem senpai-kouhai dalam sosial
masyarakat Jepang, jika seseorang yang terbuang dari komunitasnya, secara tidak langsung citra
baik dirinya sudah hilang sehingga akan mengalami kesulitan untuk diterima kembali di
komunitas lain yang sejenisnya.

Dalam bahasa Jepang ada tiga istilah yang maknanya berkaitan dengan pengertian
senioritas, yaitu

1) nenkoojoretsu ‘pengalaman atau masa kerja yang lebih lama’,

2) senpaikohai ‘senior-yunior’,

3) joogekankei ‘hubungan atasan-bawahan/atasan-bawahan’ (merupakan istilah yang paling


sesuai digunakan di lingkungan pekerjaan atau perusahaan di Jepang).

Budaya senpai-kouhai tidak hanya tercermin di lingkungan pendidikan (SD, SMP, dan
SMA) serta di Universitas, namun juga di sebuah kumpulan; di pelingkungan pekerjaan dan juga
di lingkungan keluarga. Budaya senior-yunior dalam kehidupan masyarakat Jepang dibagi atas
beberapa bagian lingkungan, seperti; lingkungan sekolah, organisasi, pekerjaan atau perusahaan
dan lingkungan keluarga.

5
0
2.1.1 Hubungan Senior-Yunior Di Lingkungan Sekolah

Di Jepang untuk batasan umur masuk sekolah dari SD sampai SMA sangat ketat,
sehingga perbedaan usia antara satu murid dengan murid yang lainnya berbeda angkatan
atau tahun masuk sangat kentara. Terdapat perbedaan hubungan senior-yunior antara
siswa SD, SMP dam SMA; serta mahsiswa. Di sekolah dasar, seorang siswa yang
berposisi sebagai senior akan bersikap menjaga yuniornya dan membantu bila yuniornya
mengalami kesulitan. Sementara itu, siswa yunior akan bersikap mematuhi atau tidak
melawan seniornya serta bersikap sopan. Yunior juga tidak perlu menggunakan bahasa
sopan kepada seniornya.

Berbeda ketika seseorang sudah masuk SMP, yang merupakan saat pertama bagi
seorang siswa baru mengalami hubungan senior-yunior yang situasinya berbeda dengan
saat duduk di bangku SD. Karena itu, bagi seorang siswa yang baru masuk bangku SMP,
ketidakpahaman tentang hubungan senior-yunior adakalanya menyulitkan atau membuat
perasaannya menjadi tidak nyaman. Penerapan hubungan senior-yunior di bangku SMP
ditunjukkan melalui sikap senior yang membantu dan menjaga yuniornya. Sebaliknya
yunior bersikap menghargai seniornya dengan berbicara menggunakan bahasa sopan.
Yunior juga berkewajiban membantu seniornya, tanpa atau bila diminta, seperti misalnya
saat sekolah menyelenggrakan acara atau kegiatan, maka yuniorlah yang lebih banyak
bekerja mempersiapkan acara dibanding kakak senior mereka.

Berikutnya hubungan senior-yunior di bangku SMA hampir tidak ada bedanya


dengan saat di bangku SMP. Hanya saja yunior lebih baik atau mahir menggunakan
bahasa sopan. Di samping itu, seorang yunior selalu dibiasakan untuk menghormati dan
berterima kasih atas bimbingan dan hal-hal yang diajarkan oleh seniornya. Di bangku
SMP ini juga, seorang senior juga semakin mahir/baik dalam cara memperlakukan
yuniornya. Hubungan senioryunior di lingkungan SMP dan SMA biasnya jarang berubah
menjadi hubungan dekat/akrab dan tanpa jarak.

Begitu seseorang memamasuki jenjang pendidikan di perguruan tinggi, hubungan


senior-yunior seperti menjadi hubungan antara orang dewasa. Seorang senior tetap
memiliki kewajiban untuk membimbing atau mengajarkan pengetahuan kepada yuniornya,
hanya saja hubungan dijalin dengan suasana kekraban. Meskipun senior dan yunior bisa
saja pergi keluar bersama, sehingga bisa terjalin hubungan dekat atau menjadi teman
dekat, namun sikap yunior tetap menghargai seniornya lewat pengguaan bahasa sopan
(keigo), memberikan salam (aisatsu), serta menjaga tutur kata (bahasa).

6
0
2.1.2 Hubungan Senior-Yunior di Perkumpulan Atau Organisasi

Dalam suatu organisasi, kesetiaan dan tanggung jawab sangat dijunjung tinggi.
Para yunior atau bawahan memiliki kesadaran untuk senantiasa mematuhi perkataan dari
mereka yang usianya lebih tua atau yang jabatannya lebih tinggi. Maka tidak
mengeherankan, dalam suatu organisasi, seseorang berani mempertaruhkan nyawanya
demi loyalitasnya pada organisasinya. sebaliknya, karena teamwork adalah hal yang
utama bagi suatu organisasi, maka seorang pimpinan atau senior rela untuk meminta maaf,
bahkan sampai mengndurkan diri apabila bawahannya melakukan kesalahan.

Di suatu klub, senior ibarat dewa. Apa yang dikatakan oleh senior adalah mutlak.
Contoh lainnya dalam klub atau perkumpulan panjat gunung, junior bertugas membawa
beban lebih berat saat memanjat, memasang tenda dan menyiapkan makan malam di
bawah pengawasan senior yang mungkin hanya duduk bersantai-santai sambil merokok.
Ketika persiapan selesai senior yang mengambil makan terlebih dahulu dilayani oleh
juniornya.
Sementara itu, sebagai senior, seseorang berkewajiban memberitahu semua hal
yang berhubungan dengan aturan yang ada, di samping juga bertanggungjawab atas
yunior yang sudah ditentukan oleh guru atau pelatih untuk dibimbingnya. Karena rasa
ketergantungan (amae) yang menjadi konsep dalam hubungan insani di Jepang
menjadikan yunior sebagai orang yang dibimbing juga memiliki ketergantungan terhadap
seniornya, sehingga berkesebalikan dengan tugas senior, yunior juga akan selalu patuh
dan hormat terhadap seniornya, dan secara moril menjaga nama seniornya. Hal lainnya
adalah adanya suatu kebiasaan (aturan) tidak tertulis bahwa bila senior makan atau
minum dengan yunior, maka senior wajib mentraktir yuniornya. Hal demikian juga akan
dialami seorang yunior bila di kemudian hari ia berposisi sebagai senior.

2.1.3 Hubungan Senior-Yunior di Lingkungan Pekerjaan

Pada umumnya hubungan senior-yunior dalam konteks di lingkungan pekerjaan


lebih tepat merupakan hubungan atasan-bawahan (joogekankei), maka tentu saja lebih
keras dibandingkan hubungan senior-yunior di lingkungan pendidikan atau di lingkungan
klub. Saat seseorang memasuki dunia kerja, ia tidak cukup hanya memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan pekerjaan, melainkan juga dituntut untuk juga pintar dalam menjalin
hubungan dengan pegawai atau karyawan lain. Saat berinteraksi dengan presiden direktur
(sachoo) dan direktur pelaksana (senmu), misalnya berbeda dengan saat berinteraksi
dengan senior (senpai) dan atasan (jooshi). Demikian juga apabila ia bergaul dengan
kolega (doryo) yang bisa dikatakan merupakan hubungan yang paling mudah dikarenakan
memiliki kesamaan, yaitu seangkatan saat masuk ke perusahaan. Seperti halnya dengan
situasi saat seseorang menjadi mahasiswa.

7
0
Seseorang yang berposisi sebagai senior dalam beberapa hal terkandung
pengertian sebagai seseorang yang memiliki lebih banyak pengalaman (usia, karir, hal
yang dipelajari) dibanding orang lain yang masuk bekerja lebih awal. Karena itu, ia
memiliki peran penting bagi seorang karyawan baru (shinnyuusha) karena ketika
pertama kali masuk di suatu perusahaan. Hal-hal yang berkaitan dengan bisnis manner,
misalnya, didapatkan dengan meniru, melihat tindakan atau bertanya pada senpai di
tempatnya bekerja. Apabila pegawai pemula membutuhkan informasi berkaitan dengan
hak yang bisa ia dapatkan, misalnya hak pergi liburan dengan tetap menerima gaji
(yuukyuukyuuka), maka seseorang harus berupaya menggali informasi untuk
mendapatkan petunjuk serta menanyakan segala hal yang dia butuhkan kepada senior
yang sudah mengalami kejadian yang sama sebelumnya (nemawashi) (Lawanda, 2009 :
64). Apabila usahanya berhasil, maka sekembalinya dari liburan, ia wajib membawakan
oleh-oleh (omiyage) untuk atasan dan senior sambil berterima kasih dengan
mengucapkan “Okagesamade tanoshikuyasumaseteitadakimashita”. Gambaran dan
penjelasan tentang bagaimana seorang yuniro harus berperilaku dan bersikap kepada
seniornya tersebut menunjukkan bahwa bukan berarti seseorang lahir lebih awal akan
mendapatkan sesuatu yang luar biasa dibandingkan mereka yang lahir lebih dulu.

2.1.4 Hubungan Senior-Yunior dalam keluarga

Hubungan senior-yunior di lingkungan keluarga berbeda untuk setiap keluarganya.


Biasanya dapat dilihat dari perilaku anak kepada orang tua dan sebaliknya yang saling
menghargai dalam bentuk apapun tertapi tidak terlalu banyak aturan dikarenakan setiap
keluarga pasti berbeda.

Di lingkungan keluarga bisa dilihat hubungan senior-yunior saat makan bersama.


Seorang ibu yang bertugas menyajikan nasi akan meyajikan nasi berdasarkan urutan yang
dimulai dari kepala keluarga, anak, terakhir ibu.

8
0
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Hubungan vertikal ini di dalam kelompok masyarakat Jepang dijadikan sebagai prinsip
penyatuan anggota masyarakat. Karena itu, meskipun seseorang memiliki jabatan atau
kemampuan yang sama, namun kalau sudah dipengaruhi oleh hubungan vertikal maka akan
melahirkan perbedaan. Budaya yang demikian menghasilkan kesadaran dari setiap individu
berkaitan dengan posisinya dalam berbagai hubungan sosial. Hubungan antara senior-yunior
(senpai-kohai) menduduki posisi yang sangat penting dalam komunikasi orang Jepang, dan salah
satu bentuk penghargaan yunior kepada seniornya ditunjukkan melalui penggunaan bahasa sopan
atau ragam hormat.

Secara konkrit, budaya senior-yunior ini tercermin di antaranya di lingkungan pendidikan,


grup atau organisasi, pekerjaan dan keluarga. Selain lingkungan keluarga, hubungan senpaikohai
ditunjukkan melalui sikap dan tindakan seorang senior untuk membantu, menjaga, dan
membimbing juniornya. Sebaliknya, junior juga harus mematuhi bimbingan, instruksi, dan
perintah dari senior mereka. Selain itu, junior juga harus menghormati dan menghargai senior
mereka melalui penggunaan bahasa yang sopan, yaitu teineigo dan keigo, serta dan berhati-hati
dalam bertutur kata. Dengan begitu budaya sistem sennior-yunior yang diterapkan kepada setiap
individu masyarakat Jepang sangat mempengaruhi hubungan sosial mereka, salah satunya untuk
menjaga kedamaian atau keharmonisan antar sesama.

3.2 Saran

Untuk mencapai kedamaian setiap individu dalam hubungan sosial sangat penting untuk
suatu Negara. Hal tersebut sudah pasti menjadi tugas untuk pemegang atau pengatur suatu negara.
Dilihat dari sistem yang digunakan oleh negara Jepang seharusnya bisa menjadi salah satu
gambaran untuk negara lainnya, untuk mencapai keberhasilan dalam menertibkan masyarakatnya.

Maka dari itu, sistem Senior-Yunior yang digunakan masyarakat Jepang untuk mencapai
sebuah kedamaian, harus bisa memberikan gambaran yang baik dipandangan negara lainnya.
Seharusmya sistem ini bukan hanya bisa merubah negara Jepang saja, tetapi bisa membawa
negara-negara lainnya ke arah yang lebih baik lagi dalan mensejahterakan hubungan sosial antar
individu disuatu negara.

9
0
DAFTAR PUSTAKA

Setyanto, A. (2013). Pentingnya Penelitian Dan Pemahaman Perbedaan Budaya Jepang Dan

Budaya Indonesia Kajian Nonverbal Communication”.

Fadilah, F. A., & Yulia, N. (2019). Analisis Bahasa Hormat (Keigo) pada Surat Formal dalam

Buku Shakaijinyoo No Nihongo Karya Nalti Novianti. Omiyage: Jurnal Bahasa dan

Pembelajaran Bahasa Jepang, 2(1), 37-43.

Rahmawati, Y., Fitriana, R., & Sutisna, I. R. (2022). Analisis Interaksi Sosial yang Dialami Hāfu

di Jepang. IDEA: Jurnal Studi Jepang, 4(1), 34-43.

Iqbal, R. (2021). PERAN SENPAI TERHADAP KOHAI DALAM LINGKUNGAN KERJA

KENSHUUSEI DI JEPANG (Doctoral dissertation, Universitas Darma Persada).

Wiyatasari, R. (2019). Budaya Senior-Yunior (Senpai-Kohai) dalam Struktur Masyarakat

Jepang. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 2(2), 137-143.

https://www.kompasiana.com/amp/parastuti/senpaikouhai-seniorjunior-dalam-sosial-masyarakat-
jepang_54f76e05a3331113368b480b

10
0

Anda mungkin juga menyukai