Makalah Senior Yunior Jepang - Dimas Faturohman 3
Makalah Senior Yunior Jepang - Dimas Faturohman 3
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Hubungan Internasional
Jl. Cisaranten Kulon No.140, Cisaranten Kulon, Kec. Arcamanik, Kota Bandung,
Jawa Barat 40293
1
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang bertema “Budaya Senior-Yunior Yang
Berpengaruh Kepaada Hubungan Sosial Masyarakat Jepang”. Makalah ini memuat tentang
perilaku sosial masyrakat Jepang yang menerapkan sistem budaya Senior-Junior untuk menjaga
kerharmonisan hubungan sosial antar individu.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ‘Sosiologi dan Antropolgi’
Universitas Al-Ghifari Bandung. Saya harap dengan adanya makalah ini mampu menambah
wawasan lebih luas mengenai budaya sosial Jepang.
Terima kasih kepada ibu/bapak dosen yang telah memberikan tugas ini, dan pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Sebagai penyusun, saya merasa masih banyak
terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman saya sendiri. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sehingga saya dapat menjadikan makalah ini lebih baik lagi.
2
0
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN............................................................................................................................... 5
2.1 Senior-Yunior dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Jepang...................................................... 5
2.1.1 Hubungan Senior-Yunior Di Lingkungan Sekolah............................................................... 6
2.1.2 Hubungan Senior-Yunior di Perkumpulan Atau Organisasi................................................. 7
2.1.3 Hubungan Senior-Yunior di Lingkungan Pekerjaan............................................................. 7
2.1.4 Hubungan Senior-Yunior dalam keluarga.............................................................................8
BAB III..............................................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................................... 9
3.1 Simpulan...................................................................................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................10
3
0
BAB I
PENDAHULUAN
Budaya Jepang menjunjung tinggi hubungan masyarakat antar anggota masyarakat yang
menghasilkan suatu sikap atau perilaku bahwa posisi masing-masing individu ditentukan oleh
usia, posisi sosial tempat ia berasal, posisinya dalam suatu perusahaan, sekolah asal dan status
keluarga. Ada cara berprilaku dengan posisi itu. Jadi ketika seseorang yang ingin melakukan
bisnis di Jepang, hal yang harus diperhatikan yaitu hubungan antara duru sendiri dan struktur
vertikal lawan usahanya dan mencoba melakukan hal yang sepantasnya.
Sistem senior-yunior di Jepang merupakan hal yang sangat penting, karena jika melanggar
tatanan tersebut dapat merusak keselarasan; harmoni dalam tatanan atau hubungan antar personal
dan dapat menyebabkan terjadinya konflik.
1.3 Tujuan
Untuk mempresentasikan budaya Jepang yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya
untuk menjaga hubungan yang baik antar individu. Dengan budaya Senior-Yunior Jepang
berhasil dalam mengatasi permasalahan sosial dalam konteks menjaga hubungan agar tetap
harmonis dengan sistem Senior-Yunior.
4
0
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasa Jepang senior sering dikatakan Senpai dan Yunior ialah Kouhai. Dalam
berbagai segi kehidupan, hubungan Senpai-Kouhai terlihat kental sekali di masyarakat Jepang.
Budaya senpai-kouhai di Jepang sangat dipengaruhi oleh konfusianisme, sistem keluarga
tradisional Jepang (ie), dan hukum perdata Jepang sebelumnya. Di samping itu, sistem ini juga
erat kaitannya dengan konsep budaya, diantaranya wa dan amae. Dinyatakan bahwa hubungan
antara senior dan junior di Jepang merupakan yang penting, karena mereka beranggapan jika
melanggar tatanan tersebut dalam merusak keselarasan dalam tatanan atau hubungan antar
individu dan dapat menyebabkan terjadinya masalah. Hak tesebut sesuai dengan isi pemikiran
dari konsep wa.
Sesuai dengan konsep amae yang berperan di sistem senpai-kouhai dalam sosial
masyarakat Jepang, jika seseorang yang terbuang dari komunitasnya, secara tidak langsung citra
baik dirinya sudah hilang sehingga akan mengalami kesulitan untuk diterima kembali di
komunitas lain yang sejenisnya.
Dalam bahasa Jepang ada tiga istilah yang maknanya berkaitan dengan pengertian
senioritas, yaitu
2) senpaikohai ‘senior-yunior’,
Budaya senpai-kouhai tidak hanya tercermin di lingkungan pendidikan (SD, SMP, dan
SMA) serta di Universitas, namun juga di sebuah kumpulan; di pelingkungan pekerjaan dan juga
di lingkungan keluarga. Budaya senior-yunior dalam kehidupan masyarakat Jepang dibagi atas
beberapa bagian lingkungan, seperti; lingkungan sekolah, organisasi, pekerjaan atau perusahaan
dan lingkungan keluarga.
5
0
2.1.1 Hubungan Senior-Yunior Di Lingkungan Sekolah
Di Jepang untuk batasan umur masuk sekolah dari SD sampai SMA sangat ketat,
sehingga perbedaan usia antara satu murid dengan murid yang lainnya berbeda angkatan
atau tahun masuk sangat kentara. Terdapat perbedaan hubungan senior-yunior antara
siswa SD, SMP dam SMA; serta mahsiswa. Di sekolah dasar, seorang siswa yang
berposisi sebagai senior akan bersikap menjaga yuniornya dan membantu bila yuniornya
mengalami kesulitan. Sementara itu, siswa yunior akan bersikap mematuhi atau tidak
melawan seniornya serta bersikap sopan. Yunior juga tidak perlu menggunakan bahasa
sopan kepada seniornya.
Berbeda ketika seseorang sudah masuk SMP, yang merupakan saat pertama bagi
seorang siswa baru mengalami hubungan senior-yunior yang situasinya berbeda dengan
saat duduk di bangku SD. Karena itu, bagi seorang siswa yang baru masuk bangku SMP,
ketidakpahaman tentang hubungan senior-yunior adakalanya menyulitkan atau membuat
perasaannya menjadi tidak nyaman. Penerapan hubungan senior-yunior di bangku SMP
ditunjukkan melalui sikap senior yang membantu dan menjaga yuniornya. Sebaliknya
yunior bersikap menghargai seniornya dengan berbicara menggunakan bahasa sopan.
Yunior juga berkewajiban membantu seniornya, tanpa atau bila diminta, seperti misalnya
saat sekolah menyelenggrakan acara atau kegiatan, maka yuniorlah yang lebih banyak
bekerja mempersiapkan acara dibanding kakak senior mereka.
6
0
2.1.2 Hubungan Senior-Yunior di Perkumpulan Atau Organisasi
Dalam suatu organisasi, kesetiaan dan tanggung jawab sangat dijunjung tinggi.
Para yunior atau bawahan memiliki kesadaran untuk senantiasa mematuhi perkataan dari
mereka yang usianya lebih tua atau yang jabatannya lebih tinggi. Maka tidak
mengeherankan, dalam suatu organisasi, seseorang berani mempertaruhkan nyawanya
demi loyalitasnya pada organisasinya. sebaliknya, karena teamwork adalah hal yang
utama bagi suatu organisasi, maka seorang pimpinan atau senior rela untuk meminta maaf,
bahkan sampai mengndurkan diri apabila bawahannya melakukan kesalahan.
Di suatu klub, senior ibarat dewa. Apa yang dikatakan oleh senior adalah mutlak.
Contoh lainnya dalam klub atau perkumpulan panjat gunung, junior bertugas membawa
beban lebih berat saat memanjat, memasang tenda dan menyiapkan makan malam di
bawah pengawasan senior yang mungkin hanya duduk bersantai-santai sambil merokok.
Ketika persiapan selesai senior yang mengambil makan terlebih dahulu dilayani oleh
juniornya.
Sementara itu, sebagai senior, seseorang berkewajiban memberitahu semua hal
yang berhubungan dengan aturan yang ada, di samping juga bertanggungjawab atas
yunior yang sudah ditentukan oleh guru atau pelatih untuk dibimbingnya. Karena rasa
ketergantungan (amae) yang menjadi konsep dalam hubungan insani di Jepang
menjadikan yunior sebagai orang yang dibimbing juga memiliki ketergantungan terhadap
seniornya, sehingga berkesebalikan dengan tugas senior, yunior juga akan selalu patuh
dan hormat terhadap seniornya, dan secara moril menjaga nama seniornya. Hal lainnya
adalah adanya suatu kebiasaan (aturan) tidak tertulis bahwa bila senior makan atau
minum dengan yunior, maka senior wajib mentraktir yuniornya. Hal demikian juga akan
dialami seorang yunior bila di kemudian hari ia berposisi sebagai senior.
7
0
Seseorang yang berposisi sebagai senior dalam beberapa hal terkandung
pengertian sebagai seseorang yang memiliki lebih banyak pengalaman (usia, karir, hal
yang dipelajari) dibanding orang lain yang masuk bekerja lebih awal. Karena itu, ia
memiliki peran penting bagi seorang karyawan baru (shinnyuusha) karena ketika
pertama kali masuk di suatu perusahaan. Hal-hal yang berkaitan dengan bisnis manner,
misalnya, didapatkan dengan meniru, melihat tindakan atau bertanya pada senpai di
tempatnya bekerja. Apabila pegawai pemula membutuhkan informasi berkaitan dengan
hak yang bisa ia dapatkan, misalnya hak pergi liburan dengan tetap menerima gaji
(yuukyuukyuuka), maka seseorang harus berupaya menggali informasi untuk
mendapatkan petunjuk serta menanyakan segala hal yang dia butuhkan kepada senior
yang sudah mengalami kejadian yang sama sebelumnya (nemawashi) (Lawanda, 2009 :
64). Apabila usahanya berhasil, maka sekembalinya dari liburan, ia wajib membawakan
oleh-oleh (omiyage) untuk atasan dan senior sambil berterima kasih dengan
mengucapkan “Okagesamade tanoshikuyasumaseteitadakimashita”. Gambaran dan
penjelasan tentang bagaimana seorang yuniro harus berperilaku dan bersikap kepada
seniornya tersebut menunjukkan bahwa bukan berarti seseorang lahir lebih awal akan
mendapatkan sesuatu yang luar biasa dibandingkan mereka yang lahir lebih dulu.
8
0
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hubungan vertikal ini di dalam kelompok masyarakat Jepang dijadikan sebagai prinsip
penyatuan anggota masyarakat. Karena itu, meskipun seseorang memiliki jabatan atau
kemampuan yang sama, namun kalau sudah dipengaruhi oleh hubungan vertikal maka akan
melahirkan perbedaan. Budaya yang demikian menghasilkan kesadaran dari setiap individu
berkaitan dengan posisinya dalam berbagai hubungan sosial. Hubungan antara senior-yunior
(senpai-kohai) menduduki posisi yang sangat penting dalam komunikasi orang Jepang, dan salah
satu bentuk penghargaan yunior kepada seniornya ditunjukkan melalui penggunaan bahasa sopan
atau ragam hormat.
3.2 Saran
Untuk mencapai kedamaian setiap individu dalam hubungan sosial sangat penting untuk
suatu Negara. Hal tersebut sudah pasti menjadi tugas untuk pemegang atau pengatur suatu negara.
Dilihat dari sistem yang digunakan oleh negara Jepang seharusnya bisa menjadi salah satu
gambaran untuk negara lainnya, untuk mencapai keberhasilan dalam menertibkan masyarakatnya.
Maka dari itu, sistem Senior-Yunior yang digunakan masyarakat Jepang untuk mencapai
sebuah kedamaian, harus bisa memberikan gambaran yang baik dipandangan negara lainnya.
Seharusmya sistem ini bukan hanya bisa merubah negara Jepang saja, tetapi bisa membawa
negara-negara lainnya ke arah yang lebih baik lagi dalan mensejahterakan hubungan sosial antar
individu disuatu negara.
9
0
DAFTAR PUSTAKA
Setyanto, A. (2013). Pentingnya Penelitian Dan Pemahaman Perbedaan Budaya Jepang Dan
Fadilah, F. A., & Yulia, N. (2019). Analisis Bahasa Hormat (Keigo) pada Surat Formal dalam
Buku Shakaijinyoo No Nihongo Karya Nalti Novianti. Omiyage: Jurnal Bahasa dan
Rahmawati, Y., Fitriana, R., & Sutisna, I. R. (2022). Analisis Interaksi Sosial yang Dialami Hāfu
https://www.kompasiana.com/amp/parastuti/senpaikouhai-seniorjunior-dalam-sosial-masyarakat-
jepang_54f76e05a3331113368b480b
10
0