Anda di halaman 1dari 21

CONTOH PROGRAMA PENYULUHAN 2014

I.              PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang


Programa Penyuluhan Pertanian Tingkat  Desa  merupakan salah satu wujud
perencanaan partisipasi masyarakat. Hal ini tercermin dari definisi programa
penyuluhan pertanian Tingkat Desa  yaitu rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian
tujuan penyuluhan. Programa Penyuluh terdiri atas programa penyuluhan
desa/kelurahan, atau unit kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa
penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan propinsi dan programa penyuluhan
nasional      ( Undang undang nomor 16 Tahun 2006 )
Sesuai dengan peraturan menteri pertanian nomor:
25/Permentan/OT.140/5/2009 tanggal 13 mei 2009, tentang pedoman penyusunan
programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan merupakan rencana
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencampaian
tujuan penyuluhan.Programa Penyuluhan Pertanian, perikanan dan kehutanan disusun
setiap tahun yang memuat rencana tahun berikutya dengan memperhatikan siklus
anggaran pada masing masing tingkatan dengan cakupan pengorganisasian,
Pengelolaan sumberdaya sebagai pelaksana penyuluhan.
Penyuluhan Pertanian merupakan salah satu kegiatan yang menunjang
keberhasilan program perkembangan pertanian. kegiatan penyuluhan pertanian
bertujuan meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya melalui peningkatan
produksi pertanian.
Pembangunan Pertanian bertujuan meningkatkan Pendapatan , petani,
meningkatkan kwalitas konsumsi gizi mendorong terciptanya lapangan kerja dan
kesempatan berusaha serta mendorong peningkatan pertambahan industri pertanian
melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas pembangunan pertanian diarahkan pada
peningkatan kwalitas sumberdaya manusia termasuk didalamnya penyuluhan
pertanian. Dengan semakin meningkatnya pendidikan pertanian, banyaknya informasi
dari berbagai media massa, adanya alsintan baru serta perbaikan usaha tani.
Perbaikan usaha tani tersebut  telah mengakibatkan terjadinya perubahan usahatani
dari semula bersifat subsistem menjadi usahatani yang bersifat komersil.
Dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian sekarang menghadapi berbagai
tantangan baik berupa lingkungan ekonomi nasional maupun era globalisasi yang terus
bergerak dinamis.
Untuk menjadikan Penyuluhan Pertanian yang lebih efektif di tingkat wilayah
desa binaan Programa Penyuluhan Pertanian Tingkat Desa Tahun 2014 perlu dibuat.
1.2   Masalah
a)    Terbatasnya data pertanian di desa.
b)    Sulit untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penyusunan Programa
Penyuluhan Pertanian dengan lading sektor yang terkait
c)    Terbatasnya dana untuk melakukan penyusunan programa sesuai dengan petunjuk
yang tepat
1.3   Maksud dan Tujuan
Dengan tersusunnya Programa Penyuluhan Pertanian, Perkebunan, Peternakan
perikanan dan Kehutanan Desa ini diharapkan dapat :
a)    dijadikan sebagai pedoman kerja bagi penyuluh dalam melaksanakan tugas
penyuluhan sehingga menghasilkan kegiatan penyuluhan pertanian spesifik lokasi yang
strategis dan mempunyai daya yang tinggi terhadap peningkatan produktivitas komoditi
unggulan daerah dan pendapatan petani sekaligus sebagai bahan informasi untuk
dinas yang terkait dalam menentukan kebijakan pembangunan pertanian, perkebunan,
peternakan dan Kehutanan.
b)    Dijadikan acuan dasar bagi penyuluh Pertanian dalam menyusun Rencana Kerja
Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTP).
1.4   Manfaat Programa Penyuluhan Pertanian
a)    Kontak tani/ nelayan dapat mengetahui kondisi, tujuan, masalah yang dihadapi dan
upaya pemecahanya.
b)    Tersedianya acuan untuk menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian
c)    Terselenggaranya penyuluhan pertanian di desa secara partisipatif yang terpadu oleh
petani, kontak tani dan pelaku lainnya

II.            KEADAAN UMUM

2.1   Biofisik Desa Binaan


            Desa binaan Mangkurajo meliputi dua wilayah desa yang terdiri dari Desa
Mangkurajo dan Desa Suka Sari dengan batas wilayah secara administratif mempunyai
batas batas wilayah sebagai berikut :
a.    Batas sebelah utara dengan : hutan lindung / KSDA
b.    Batas sebelah timur dengan : Desa Talang Ratu
c.    Batas sebelah selatan dengan : Hutan Lindung / KSDA
d.    Batas sebelah barat dengan : Kelurahan Tes
            Jarak hubungan transportasi dari Desa Binaan Mangkurajo ke ibukota 
kecamatan berjarak 5 Km , ke ibukota Kabupaten berjarak 35 km, sedangkan jarak
hubungan sedangkan jarak hubungan transportasi darat ke ibukota propinsi kurang
lebih 115 km.
2.2   Karakteristik lahan dan iklim
            luas wilayah Desa Binaan Mangkurajo 6562 Ha, dengan rincian 98,86 %
merupakan wilayah daratan dan 1.14 % wilayah persawahan. Wilayah pesawahan yang
dimiliki sebagian besar merupakan lahan dengan system pengairan sederhana ,
dengan ciri topografi dataran yang relatif datar atau landai. Sedangkan lahan darat
merupakan dataran tinggi bergelombang dengan tingkat kemiringan 15 – 30 %.
Ketinggian permukaan daratan dilihat dari permukaan laut mempunyai ketinggian
antara 500 sampai 1100 meter dpl. Jenis tanah yang ada disebagian besar wilayah ini
memiliki klasifikasi jenis tanah hitam gembur dan kuning berpasir berpasir. Kondisi
agroklimat secara umum memiliki ciri iklim tropis, dimana temperature udara secara
rata – rata berada dalam interval 20o – 30o Celcius.
            Pergantian musim jika berada dalam kondisi normal memiliki tingkat
pergantian antara bulan September s/d Maret merupakan musim hujan, dan bulan April
s/d Agustus merupakan musim kemarau. Tingkat curah hujan 5 sampai 7 bulan basah,
terutama pada musim hujan, antara Oktober – Maret.
2.3   Pola Tanam
                 Pola Tanam usaha tani yang terjadi pada desa binaan mangkurajo
khususnya desa sukasari pemanfaatan lahan sawah berangsur mulai optimal pada
komoditi padi sawah telah melakukan IP 200, dan ada yang telah memanfaatkan lahan
sawah dengan palawija ikan / penyelang  walau secara teknis perlu ditingkatkan.
2.4   Keadaan Demografi
Masyarakat di Desa Binaan Mangkurajo merupakan masyarakat dengan strata
masyarakat pedesaan. Berdasarkan data jumlah Kepala Keluarga  di desa binaaan
mangkurajo terdiri dari 654 Kepala Keluarga , dengan rincian 571 KK  tani dan 83 kk
non tani   dengan jumlah penduduk 2071 jiwa dengan rincian 1084 jiwa diantaranya
adalah Laki-laki  dan sisanya 987 jiwa adalah penduduk Perempuan,
Berdasarkan data penduduk menurut usia kerja di Desa Binaan Mangkurajo dari
2071 jiwa yang ada 41.72 % termasuk kedalam kelompok usia belum produktif, 50.31
% termasuk kedalam kelompok usia produktif dan 7.97 % termasuk kedalam kelompok
usia tidak produktif.
Berdasarkan data penduduk menurut pendidikan  masyarakat di Desa Binaan
Mangkurajo 21.29 % belum sekolah atau tidak sekolah, serta yang berlatar belakang
pendidikan SD dalam hal ini yang masih sekolah dan lulusan SD 38.44 % yang masih
sekolah SLTP dan lulusan SLTP  25.83 %, pelajar SLTA dan tamat SLTA 13.62 %, dan
0,82 % merupakan mereka yang mengenyam pendidikan tinggi. Dengan demikian jika
melihat faktor sumberdaya manusia, maka dapat dikatakan bahwa kondisi masyarakat
Desa Binaan Mangkurajo  merupakan masyarakat rawan terhadap pengembangan
pendidikan. Artinya peningkatan derajat partisipasi masyarakat untuk tingkat pendidikan
yang lebih tinggi perlu mendapat perhatian yang lebih, guna meningkatkan angka
partisipasi pendidikan yang lebih baik. Hal ini mengingat proporsi jumlah penduduk
dengan pendidikan dasar dan menengah cukup jauh berbeda. Sehingga untuk masa
yang akan dating peningkatan akses terhadap kepentingan pendidikan harus lebih
dioptimalkan.
2.5   Keadaan Sosial Ekonomi
    Dengan pertimbangan aspek kesejahteraan ekonomi maka masyarakat di
Desa Binaan Mangkurajo sebagian besar memiliki jenis pekerjaan sebagai petani
dengan rincian 86.75 % hanya sebagian kecil saja masyarakat di Desa Binaan
Mangkurajo yang memiliki pekerjaan diluar pertanian diantaranya 1.26 % adalah
nelayan, 6.28 % pedagang,  adalah pandai besi, 0.98 % adalah pekerja bangunan, 1.68
% adalah buruh tani, 1.68 % adalah sebagai PNS serta 1.39 % adalah mereka yang
berpropesi lain-lain.
     Dari data penduduk menurut mata pencaharian dapat disimpulkan
ketergantungan terhadap sektor pertanian cukup besar , sehingga peranan sektor
pertanian menjadi penting. Karena merupakan kegiatan utama dalam menggerakan
kegiatan ekonomi di Desa Binaan Mangkurajo . Dengan kata lain jika kondisi
pertaniannya produktif maka pendapatan masyarakat akan meningkat. Begitu pun
sebaliknya jika kondisi pertanian mengalami penurunan produktivitasnya maka akan
berimbas kepada tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Oleh karena itu
pembangunan masyarakat dengan bertumpu pada keberpihakan terhadap pertanian
dipandang perlu untuk ditingkatkan dan lebih dioptimalkan. Selain itu kondisi pertanian
di Desa Binaan Mangkurajo dapat dijadikan potensi utama, jika dilihat dari kemampuan
sebagian masyarakatnya yang berkonsentrasi di sektor ini. Selain aspek potensi
ekonomi pertanian, kegiatan perekonomian di Desa Binaan Mangkurajo juga didukung
dengan kehadiran lembaga perdagangan yang ada yakni pasar tradisional yang ada
dibeberapa desa tetangga. Walaupun sifatnya hanya pasar mingguan, namun kegiatan
ini cukup memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan
transaksi perdagangan, berupa komoditas pertanian hasil bumi, hasil perikanan,
peternakan, dan lainnya.
     Disamping itu kegiatan dalam pasar tradisional ini juga memberikan peluang
terhadap perputaran keuangan yang terjadi di Desa Binaan Mangkurajo lokasi
tradisional di Desa Binaan Mangkurajo ini dintaranya ada di ; Desa Kota donok, serta
beberapa desa tetangga lainnya.. Lembaga perekonomian yang sifatnya formal dan
definitif di Desa Binaan Mangkurajo sampai dengan saat ini yang belum hadir, seperti;
Bank BRI dan Bank Bengkulu unit tetapi ada di Ibukota kecamatan .
2.6   Luas Lahan dan Komoditi Unggulan menurut sub sector serta jumlah Produksi.
Gambaran komoditas unggulan yang diusahakan oleh petani di Desa Binaan
Mangkurajo
a)    Tanaman Pangan :
-       Padi Sawah
           Total luas sawah baku Desa Binaan Mangkurajo adalah sebanyak 75 hektar
yang berada di desa Suka Sari, dengan  jenis pengairannya kondisi lahan sawah yang
ada di Desa Binaan Mangkurajo dapat digambarkan dalam 2 jenis yaitu Sawah dengan
pengairan irigasi pedesaan dan Sawah tadah hujan.
   Sawah dengan irigasi pedesaan/sederhana mencapai 76 % dan sisanya sawah
dengan jenis sawah tadah hujan sebanyak 24 %. Kondisi ini membawa implikasi
terhadap pelaksanaan pola tanam padi sawah yang dilaksanakan masyarakat Desa
Binaan Mangkurajo . Dengan melihat kondisi nyata tersebut maka untuk sawah dengan
irigasi pedesaan bila kondisi sumber airnya memungkinkan maka pola tanam padi –
padi – palawija dapat terealisir. Namun jika terdapat masalah seperti sarana saluran
irigasinya terganggu dan sumber airnya tidak muncul maka pola tanam yang bisa
dilaksanakan adalah padi – palawija – bera. Artinya dengan kondisi seperti ini sasaran
tanam padi sawah secara teoritis hanya dapat dilaksanakan sekali dalam setahun.
Akan halnya dengan sawah tadah hujan maka sistem penanaman padi hanya dapat
terjadi sekali dalam setahun, karena terhambat aspek pengairannya yang
bersumberkan dari turunnya hujan. Hal yang paling ekstrem dari kondisi sawah yang
tadah hujan ini, adalah jika pergantian musim tidak normal, akan membuat petani sulit
memperkirakan kapan akan melaksanakan musim tanam. Sehingga mengancam
kepada tidak produktifnya lahan sawah yang dimiliki. Hal ini berimbas pada pendapatan
keluarga yang menurun.Berdasarkan jenis komoditi pertanian yang diusahakan
sebagian besar masyarakat diDesa Binaan Mangkurajo khususnya di desa Suka sari,
tanaman pangan merupakan komoditas yang paling dominan.
-       Produktivitas Usaha
               Dalam aspek pencapaian produksi dan produktivitas tanaman padi
khususnya, untuk tahun 2013 penanaman tanaman padi sawah seluas 75 ha dari
penanaman padi tersebut luas panen yang dicapai yaitu sebanyak 75 ha dari sasaran
luas tanam, Produksi rata rata perhektar tanaman padi sawah untuk tahun 2013 untuk
wilayah Desa Binaan Mangkurajo mencapai 4.2 ton per hektar. Sehingga untuk masa
tanam tahun 2013 dari 223 ha luas panen yang dicapai maka diperoleh tingkat produksi
padi sebanyak 312 GKP bila dibandingkan dengan tahun 2013  atau terjadi peningkatan
produksi GKG sebanyak 12 ton. Sedangkan secara garis besar posisi pertanian
tanaman padi sawah masih memiliki posisi yang utama dan dominan sebagai
komoditas terbesar yang dihasilkan oleh masyarakat petani di Desa Binaan Mangkurajo
khususnya di desa suka sari.
b.    Tanaman Sayuran
-       Tanaman cabe
Total luas baku lahan budidaya tanaman cabe di desa binaan Mangkurajo
adalah sebanyak 40 Ha sedangkan sedangkan luas lahan actual 75 ha, budidaya
tanaman cabe merupakan sumber mata pencaharian utama di desa binaan mangkurajo
khususnya di Desa Mangkurajo.
-       Produktifitas usaha
Dalam aspek percapaian produksi tanaman cabe khususnya tahun 2013 .dari 40 ha
lahan budaidaya tanaman cabe pada tahun 2013 produksi untuk satu hektar baru
mencapai 8 ton per ha.
c.    Perikanan
Usaha budidaya perikanan didesa mangkurajo umumnya diusahakan
dipekarangan rumah dan hanya sebagian kecil saja yang melakukan usaha budidaya
perikanan di lahan persawahan karena letak persawahan yang ada di Desa binaan
mangkurajo khususnya di desa Suka sari disepanjang bantaran sungai sehingga resiko
akan banjir cukup besar, namun demikian jika curah hujan dengan intensitas sedang
ada beberapa lahan sawah dimanfaatkan untuk budidaya ikan.
d.    Peternakan
Usaha peternakan di desa binaan Mangkurajo umumnya masih diusahakan
sebagai usaha sampingan, walau pun masih sampingan usaha peternakan menjadi
sangat penting khususnya di desa Mangkurajo karena akan menghasilkan pupuk
kandang yang sangat bermanfaat untuk kegiatan budidaya tanaman sayuran
khususnya tanaman sayuran.
Selain untuk pemenuhan kebutuhan pupuk kompos usaha peternakan juga
meningkatkan asupan konsumsi protein hewani bagi masyarakat petani itu sendiri.
2.7   Lingkungan Usaha
a.    Kondisi Sarana dan Prasarana
Barang kali sudah menjadi rahasia umum, kondisi tranportasi  di desa binaan
mangkurajo yang daerah pegunungan sehingga sarana tranportasi masih terbatas
karena itu kenyataan menunjukkan bahwa kondisi sarana transportasi untuk
menjangkau seluruh lokasi pertanian yang ada di wilayah Desa Binaan Mangkurajo
masih minim dari kelayakan sarana yang memadai khususnya sarana transportasi
darat.
Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan sarana pertanian dan pemasaran
hasil pertanian menambah resiko dan biaya. Sehingga kalkulasi marjin pemasaran dan
penjualan hasil menjadi berkurang karena terlalu besarnya biaya pemasaran dan
penjualan yang dihadapi. Dampak dari keadaan ini adalah harga jual yang diterima
petani menjadi kurang layak dan tidak adil. Sedangkan harga input produksi yang
dihadapi petani bertambah mahal.
b.    Kondisi Perkembangan Harga
                       Salah satu aspek penting dalam menilai pengembangan sektor pertanian
di Desa Binaan Mangkurajo selain beberapa hal yang telah diuraikan di atas
diantaranya adalah aspek perkembangan harga. Untuk perkembangan harga jual
tanaman sayuran khususnya cabe seringkali kedaan yang terjadi adalah sejauh mana
factor hubungan suplly dan permintaan akan cabe yang terjadi. Sudah menjadi
kelaziman bilamana pada saat musim panen harga cabe  selalu menurun, dan pada
saat produksi cabe berkurang perkembangan harga cabe sering kali melonjak tajam.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa perkembangan harga cabe yang paling tinggi
untuk tahun 2013 terjadi pada bulan Agustus sampai dengan bulan oktober . Dengan
puncak harga tertinggi terjadi pada Agustus. Dari hasil pengamatan diperoleh data
bahwa harga cabe ditingkat petani mencapai Rp 50.000 / kg
c.    Faktor Iklim dan Cuaca
           Aspek perubahan iklim dan cuaca yang terjadi di wilayah Desa Binaan
Mangkurajo sampai dengan saat ini masih menjadi aspek yang belum dapat diatasi.
Sama seperti yang terjadi di berbagai wilayah lain, akibat yang ditimbulkan karena
perubahan iklim dan cuaca yang tidak normal ini menjadikan pola tanam dan
pengaturan jadwal tanam menjadi terganggu. Walaupun memang aspek ini bersifat
uncontrol tetapi sejauh ini kemampuan petani untuk memprediksi dan meramalkan
perubahan iklim dan cuaca berdasarkan gejala‐gejala yang umum dan nampak masih
belum memadai.
2.8   Keadaan Perilaku
a.    Keadaan Kemampuan Kualitas SDM Petani
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap latar belakang pendidikan khususnya
untuk masyarakat Desa Binaan Mangkurajo . Aspek kualitas SDM menjadi salah satu
factor yang mempunyai peranan besar dalam upaya membantu pencapaian
keberhasilan pembangunan pertanian. Dalam hal ini kaitan yang sangat penting adalah
upaya perubahan pola dan perilaku dalam tata cara atau metode serta aplikasi anjuran
teknologi kerap kali menghadapi kendala kurang terapresiasi karena factor pemahaman
petani terhadap tujuan, manfaat , dan dampak dari penerapan anjuran teknologi yang
direkomendasikan. Beberapa hal yang berkaitan dengan factor lemahnya kualitas SDM
sejauh ini adalah :
a)    Kurangnya basis informasi yang dimiliki petani sehingga memberikan pengaruh
terhadap kemampuan untuk mengambil keputusan yang berkenaan dengan
pengelolaan usaha tani, secara mandiri dan independen sulit untuk dilaksanakan.
b)    Salah satu sumber pengetahuan dalam aplikasi dan pelaksanaan usaha tani sejauh ini
hanya berdasarkan kepada pengalaman. Lemahnya dukungan skill dan keahlian usaha
tani yang lebih adaptif terhadap adopsi teknologi belum optimal.
c)    Lemahnya kemampuan inovatif, dan kreativitas dalam melakukan dan pemberdayaan
pengelolaan usaha tani yang dilaksanakan.
b.    Keadaan Kualitas Kelompok Tani
           Beberapa hal yang masih menjadi bahan perbaikan dan peningkatan kinerja
kelompok tani terutama masalah pengelolaan lembaga kelompok tani, diantaranya :
a.    Kelengkapan administrasi kelompok tani : AD/ART, Profil kelompok tani, buku adm, dsb.
b.    Kesekretariatan alamat kelompok tani
c.    Intensitas dan frekuensi pertemuan kelompok tani dalam kegiatan pelaksanaan
penyuluhan pertanian
d.    Pelaksanaan kegiatan pelatihan, sekolah lapang, kursus tani dsb
e.    Pembagian kerja dan tugas dalam struktur organisasi kelompok
f.     Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan produktif dalam rangka menciptakan
kemampuan dan kemandirian kelompok tani.
g.    Pembinaan kelompok tani melalui kegiatan pemberian bantuan dan subsidi.
h.    Kegiatan pemberdayaan kelompok melalui kegiatan perlombaan dan ajang kompetensi
lainnya
2.9   Kebutuhan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha
                 Dalam upaya membantu kelancaran usaha pertanian yang dilaksanakan di
Desa Binaan Mangkurajo, saat ini beberapa aspek yang masih menjadi fokus perhatian
untuk mendapat penanganan diantaranya adalah :
a.    Aspek ketersediaan saprodi yang harus mendapat ketersediaan yang memadai,
sehingga lebih memberikan jaminan keamanan pada saat petani menggunakannya.
Diantaranya adalah ketersediaan benih unggul, pupuk , dan saprodi lainnya.
b.    Sarana pengairan (irigasi) yang belum memadai
c.    Akses pembiayaan yang harus ditingkatkan. Lemahnya institusi permodalan usaha tani
yang dijalankan membawa pengaruh yang besar terhadap proses perbaikan dan
perkembangan pola usaha usaha tani yang efisien dan efektif. Daya jangkau terhadap
akses pembelian input produksi seperti pupuk, alat dan mekanisasi pertanian yang
masih kurang membawa dampak terhadap proses usaha tani yang inefisiensi. Salah
satu kasus diantaranya pemberian pupuk yang kurang seimbang dikarenakan
ketidakmampuan untuk mengadakan jenis pupuk yang dianjurkan.
2.10Keadaan Kelembagan Pertanian
            Jumlah kelembagaan tani yang ada sampai dengan tahun 2013  ini sebanyak
14 kelompok tani, 2 gabungan kelompok tani desa, 1 kelompok wanita tani, dan 1
kelompok PPPA. Dari jumlah kelompok tani tersebut, jumlah petani anggota yang
tercatat resmi adalah sebanyak 390 orang, dengan luas garapan milik kelompok seluas
75  hektar garapan sawah. Artinya 100 % luas sawah di Desa Binaan Mangkurajo
khusunya desa Suka Sari telah terwadahi dalam kelembagaan kelompok tani
sedangkan di desa mangkurajo mayoritas usaha anggota kelompok tani menggarap
lahan kering seperti tanaman cabe, karet, kopi ternak sapi , kambing dan usaha
sayuran lainnnya. Berdasarkan hasil penilaian terakhir kelas kemampuan kelompok
sebagian besar merupakan kelompok pemula yakni sebanyak 13 kelompok tani, 1
kelompok adalah kelompok lanjut.
2.11Kebijakan Pemerintah.
Kebijakan pemerintah pada tahun 2014 yang dititik beratkan pada peningkatan
pendapatan petani yang bertujuan untuk meningkatkan kesejateraan petani melalui
beberapa elemen antara lain : Pembangunan sumber Daya Manusia, Lembaga petani
( Kelompok Tani, PPPA, Gapoktan dll).
Peningkatan pemanfaatan lahan pertanian se optimal mungkin melalui
peningkatan Indek Pertanaman / Optimalisasi lahan, perluasan areal budidaya
pertanian, pemanfaatan limbah pertanian, pengembangan kawasan peternakan,
perikanan perkebunaan dan lain-lain.
2.12Rata Rata Luas Garapan
Setatus pemilikan dan luas lahan garapan diwilayah desa binaan Mangkurajo 
rata - rata seluas 0.96 Ha, hal ini terdiri dari beberapa jenis lahan usaha antara lain,
lahan sawah 0.50 ha/petani  ,ladang dan kebun 0.42 Ha/ petani,  kolam 0.04 Ha/
Petani.
Dengan luas garapan yang terlalu sempit, sehingga hasil dari usahataninya
belum bisa mencukupi kebutuhan hidup. Untuk itu perlu adanya perbaikan teknologi
usaha tani serta usaha tani secara intensif.
 
III.           TUJUAN

Tujuan adalah suatu pernyataan yang akan dicapai dari pemecahan masalah
yang merupakan gambaran dari perubahan perilaku maupun non perilaku yang spesifik,
dapat diukur dapat, diamati dan praktis dalam penerapannya. Tujuan pemecahan
masalah dalam programa ini terbagi dalam dua katagori, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
3.1      Tujuan Umum

Tujuan programa penyuluhan di Desa Binaan Mangkurajo untuk tahun 2014 


menekankan kepada aspek :
a.    Peningkatan pengetahuan terhadap pola pelaksanaan usaha tani.
b.    Peningkatan attitude (peningkatan mentalitas) petani terhadap dampak perubahan dan
alih teknologi usaha tani yang dilaksanakan.
c.    Peningkatan skill keahlian dan keterampilan dalam pelaksanaan usaha tani.
d.    Peningkatan kemampuan kelompok tani dalam hal kerja sama didalam kelompok tani
itu sendiri dan dengan pihak luar .
e.    Meningkatkatkan kemampuan kelompok dalam hal kerja pemupukan modal dan
mengakses modal dengan pihak luar.
3.2   Tujuan Khusus
3.2.1     Aspek Teknis
3.2.2     Padi Sawah
3.2.2.1Meningkatkan pengetahuan / keterampilan tentang           jumlah benih sesuai anjuran
dari dari 39 % menjadi    50 %
3.2.2.2Meningkatkan pengetahuan tentang benih bermutu          dan berlabel 45 % menjadi
50%
3.2.2.3Meningkatkan pengetahuan dosis pemupukan dari                       45 % menjadi 55 %
3.2.2.4Meningkatkan pengetahuan Pengaturan air 40%   menjadi 55%
3.2.2.5Meningkatkan pengetahuan tentang pengendalian           hama tikus 50 % menjadi 60
%
3.2.3    Jagung 
3.2.3.1Meningkatkan pengetahuan Pemakaian bermutu dan       berlabel 35 % menjadi 50 %
3.2.3.2Meningkatkan pengetahuan pengaturan irigasi 35%         menjadi  45 %
3.2.3.3Meningkatkan pengetahuan Pengaturan drainase  35      % menjadi 50  %
3.2.3.4Meningkatkan pengetahuan penggunaan pupuk   organic 15 % menjadi  25 %
3.2.4     Cabe
3.2.4.1 Meningkatkan pengetahuan /keterampilan Pengolahan tanah 54 % menjadi 64 %
3.2.4.2Meningkatkan pengetahuan / keterampilan petani tentang cara pembuatan bedengan
dari 59 % menjadi           75 %.
3.2.4.3Meningkatkan pengetahuan /Keterampilan Penanggulangan hama penyakit  53 %
menjadi 60%
3.2.4.4Meningkatkan pengetahuan Pemakaian benih unggul.    75 %  menjadi 80 %
3.2.4.5Meningkatkan pengetahuan keterampilan Dosis     pemupukan 65 % menjadi  75 %
3.2.5     Kambing
3.2.5.1Meningkatkan pengetahuan tentang tata letak        kandang dari 45 % menjadi 75 %
3.2.5.2Meningkatkan PKS tentang konstruksi kandang yang       baik   45 % menjadi 60 %
3.2.5.3Meningkatkan pengetahuan / Keterampilan             Penanggulangan penyakit  45 %
menjadi 60 %
3.2.5.4Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang     pembuatan pupuk organic dari
55 % menjadi 65 %
3.2.5.5Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani        tentang HMT dari 35 %
menjadi 50 %
3.2.6     Sapi
3.2.6.1Meningkatkan Pengetahuan / keterampilan tentang           tata letak kandang dari 30 %
menjadi 45 %
3.2.6.2Meningkatkan pengetahuan / keterampilan tentang           konstruksi kandang dari 35 %
menjadi 50 %
3.2.6.3Meningkatkan pengetahuan / keterampilan tentang           tanda-tanda birahi dari 25 %
menjadi 45 %
3.2.6.4Meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan         petani tentang HMT DARI 35
% menjadi 50 %
3.2.7      Ayam Buras
3.2.7.1Meningkatkan pengetahuan tata Letak kandang  25 %      menjadi 35 %
3.2.7.2Meningkatkan pengetahuan ttg Pakan tambahan  15        % menjadi  25 %
3.2.7.3 Meningkatkan pengetahuan Penaggulangan penyakit    20 % menjadi 30 %
3.2.8     Ikan Mas
3.2.8.1Peningkatkan pengetahuan / KeterampilanCara     memilih bibit ikan mas 53 % menjadi
63 %
3.2.8.2 Meningkatkan pengetahuan / KeterampilanCara   pemijahan ikan  36 % menjadi 45 %
3.2.8.3Meningkatkan pengetahuan / Keterampilan             penanggulangan penyakit 33 %
menjadi 43 %
3.2.8.4Meningkatkan pengetahuan / Keterampilan Teknik            pengaturan pengeluaran air.
44% menjadi 55 %
3.2.9     Karet
3.2.9.1Meningkatkan pengetahuan / Keterampilan             Penggunaan bibit unggul 34 % 
menjadi  44 %
3.2.9.2Meningkatkan pengetahuan / Keterampilan Dosis pemupukan.14 % menjadi 24 %
3.2.9.3Meningkatkan pengetahuan / Keterampilan Cara   penyadapan 46% menjadi  56 %
3.2.10  Kakao
3.2.10.1       Meningkatkan pengetahuan / Keterampilan Cara        perbanyakan tanaman kakao
35% menjadi 45 %
3.2.10.2       Meningkatkan pengetahuan / Keterampilan cara         pengolahan tanah 36%
menjadi 46 %
3.2.10.3       Meningkatkan pengetahuan/Keterampilan pasca        panen tanaman kakao 33 %
menjadi 44 %
3.2.11  Kopi
3.2.11.1       Meningkatkan psk tentang pemakaian bibit unggul     dari 60 % menjadi 75 %
3.2.11.2       Meningkatkan psk tentang peremajaan tanaman kopi             dari 35 % menjadi 50
%
3.2.11.3       Meningkatkan psk tentang pemupukan dari 35 %        menjadi 45 %
3.2.11.4       Meningkatkan psk tentang panen dan pasca panen   dari 36 % menjadi 50 %
3.2.12  Aspek social
3.2.12.1        Meningkatkan pengetahuan dan sikap ketaatan         anggota         kelompok
terhadap keputusan kelompok             23 %   menjadi 33 %
3.2.12.2       Meningkatkan pengetahuan dan sikap anggota           tentang tingkat kehadiran
dalam pertemuan kelompok      dari 35 % menjadi 65 %
3.2.12.3       Meningkatkan pengetahuan penerapan pembagian   tugas dalam kelompok 23 %
menjadi 33 %
3.2.12.4       Meningkatkan pengetahuan ketaatan anggota dalam             pelaksanaan hasil
keputusan 15 % menjadi 25 %
3.2.12.5       Meningkatkan pengetahuan perlunya  Musyawarah   kelompok 50% menjadi 75 %
3.2.13  Aspek ekonomi
3.2.13.1       Meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan tentang  Pemupukan modal
kelompok  oleh         anggota  15 % menjadi 25 %
3.2.13.2       Meningkatkan pengetahuan untuk mengakses modal            ke pihak bank.1%
menjadi 10 %
3.2.13.3       Meningkatkan pengetahuan/ keterampilan        pemanfaatan limbah pertanian 30 %
menjadi 40 %
3.2.13.4       Meningkatkan pengetahuan ttg simpanan amggota    15 % menjadi 25 %
 
IV.          MASALAH

                  Masalah dalam hal ini merupakan keadaan yang tidak memuaskan ,baik
dipandang secara umum maupun secara khusus yang didapatkan dari hasil indetifikasi
yang dilakukan ole para peyuluh pertanian, dibedakan mejadi Masalah Perilaku Dan
Non Perilaku
4.1.         Masalah perilaku
4.1.1.   Padi Sawah
4.1.1.1.  Penggunaan benih sesuai anjuran baru 39 %
4.1.1.2.  Penggunaan benih bermutu dan berlabel 45    %
4.1.1.3.  Dosis pemupukan sesuai anjuran mencapai    45 %
4.1.1.4.  Pengaturan air sawah mencapai 40%
4.1.1.5.  pengendalian hama tikus mencapai 50 %
4.1.2.   Jagung 
4.1.2.1.  Pemakaian benih bermutu dan    berlabel 35    %
4.1.2.2.  Pengaturan irigasi mencapai 35%
4.1.2.3.  Pengaturan drainase  yang baik mencapai 35 %
4.1.2.4.  Penggunaan pupuk            organic mencapai 15 %
4.1.3.   Cabe
4.1.3.1.   KeterampilanPengolahan tanah mencapai 54 %
4.1.3.2.   keterampilan petani            tentang cara pembuatan    bedengan mencapai 59 %
4.1.3.3.  Penanggulangan hama penyakit  53 %
4.1.3.4.  Pemakaian benih unggul.             75 %
4.1.3.5.  Dosis pemupukan 65 %
4.1.4.   Kambing
4.1.4.1.  Tata letak       kandang yang baik mencapai 45 %
4.1.4.2.  Konstruksi kandang yang baik mencapai          45 %
4.1.4.3.  Penanggulangan penyakit mencapai 45 %
4.1.4.4.  Pembuatan pupuk organic mencapai 55 %
4.1.4.5.  Peternak yang memiliki lahan HMT mencapai 35 %
4.1.5.   Sapi
4.1.5.1.  Tata letak kandang yang baik mencapai  30 %
4.1.5.2.  Konstruksi kandang yang baik mencapai 35 %
4.1.5.3.  Pengetahuan / keterampilan tentang      tanda-tanda birahi   mencapai 25 %
4.1.5.4.  Peternak yang memiliki lahan HMT baru 30 %
4.1.6.    Ayam Buras
4.1.6.1.  Tata Letak kandang yang baik  mencapai 25 %
4.1.6.2.  Pemberian Pakan tambahan mencapai  15 %
4.1.6.3.  Pengendalian penyakit      mencapai 20 %
4.1.7.   Ikan Mas
4.1.7.1.  Pemilihan bibitt ikan mas yang baik mencapai  53 % 
4.1.7.2.  Keterampilan Cara pemijahan ikan  36 %
4.1.7.3.  Penanggulangan penyakit mencapai 33 %
4.1.7.4.  pengaturan pengairan yang baik mencapai 44%
4.1.8.   Karet
4.1.8.1.  Penggunaan bibit unggul 45 %
4.1.8.2.  Pemupukan sesuai Dosis baru mencapai 14 %
4.1.8.3.  Cara   penyadapan yang baik mencapai  46%
4.1.9.   Kakao
4.1.9.1.  Perbanyakan tanaman kakao yang baik mencapai 35%
4.1.9.2.  Pengolahan tanah yang baik mencapai 36%
4.1.9.3.  Pasca  panen yang baik mencapai  33 %
4.1.10.Kopi
4.1.10.1.  Pemakaian bibit unggul mencapai 60 %
4.1.10.2.  Peremajaan tanaman kopi             mencapai 35 %
4.1.10.3.  Pemupukan mencapai  35 %
4.1.10.4.  panen dan pasca panen yang baik mencapai 36 %
4.1.11.Aspek sosial
4.1.11.1.  ketaatan anggota  terhadap keputusan kelompok 23  %  
4.1.11.2.  kehadiran dalam pertemuan kelompok   mencapai  35 %
4.1.11.3.  Penerapan pembagian tugas dalam kelompok 23 %
4.1.11.4.  Musyawarah             kelompok mencapai 50 %
4.1.12.Aspek ekonomi
4.1.12.1.   Pemupukan modal             kelompok  oleh anggota  15 %
4.1.12.2.  Mengakses modal   ke pihak bank.1%
4.1.12.3.  Pemanfaatan limbah pertanian mencapai 30%
4.1.12.4.  Anggota yang memiliki Simpanan mencapai 15 %
4.2.        Masalah Non Perilaku
4.2.1.    Aspek teknis
4.2.1.1.     Padi sawah
4.2.1.1.1.   Ketersediaan  benih bermutu dan berlabel sulit di dapat
4.2.1.1.2.   Ketersediaan  pupuk terkadang kurang
4.2.1.1.3.   Ketersediaan sarana pengendalian hama tikus masih kurang
4.2.1.1.4.   Curah hujan cukup tinggi  
4.2.1.2.  Jagung
4.2.1.2.1.   Ketersediaan benih bermutu dan berlabel masih kurang di pasaran
4.2.1.2.2.   iklim yg sulit diprediksi
4.2.1.2.3.   Ketersediaan  pupuk organic masih sulit di pasaran
4.2.1.3.  Cabe
4.2.1.3.1.   Struktur  tanah kurang gembur dan berbukit.
4.2.1.3.2.   Iklim yang sulit di prediksi
4.2.1.3.3.   Benih sering langka di pasaran
4.2.1.3.4.   Pupuk langkaa di pasaran 
4.2.1.4.  Kambing
4.2.1.4.1.   Sulitnya memperoleh bibit unggul
4.2.1.4.2.   Sulitnya bahan baku pakan  tambahan 
4.2.1.4.3.   Sulitnya mendapatkan obat-obatan   
4.2.1.5.  Sapi.
4.2.1.5.1.   Jauhnya lokasi pakan tambahanKelangkaan Bibit unggul  di lapangan
4.2.1.5.2.   Tidak adanya petugas IB di lokasi.
4.2.1.6.  Perikanan
4.2.1.6.1.   Langkanya bibit ikan mas unggul
4.2.1.6.2.   Kurangnya Induk ikan  Mas
4.2.1.6.3.   Ketersediaan sarana penaggulangan penyakit
4.2.1.7.  karet.
4.2.1.7.1.   Langkanya bibit karet munggul
4.2.1.7.2.   Kelangkaan puput untuk perkebunan
4.2.1.7.3.   Sulitnya mendapatkan alat sadap yg standar.
4.2.1.8.  Kakao
4.2.1.8.1.   Kurangnya tempat pembibitan
4.2.1.8.2.   Kurangnya mekanesasi perkebunan
4.2.1.8.3.   Belum adanya alat paska panen
4.2.1.9.  Aspek Sosial
4.2.1.9.1.   Tingkat kepercayaan terhadap pengurus
4.2.1.9.2.   Keputusan  musyawarah masih di dominasi oleh pengurus
4.2.1.9.3.   Kurang  pembagian tugas dalam kelompok
4.2.1.9.4.   Masih kurang mengadakan Musyawarah kelompok
4.2.1.9.5.   Kurang berperannya Gapoktan terhadap kelompok
4.2.1.10.  Aspek ekonomi
4.2.1.10.1.         Rendahnya kesadaran anggota untuk   melakukan pemupukan modal kelompok
4.2.1.10.2.         Harga hasil usaha tani kurang stabil
4.2.1.10.3.         Kurangnya akses modal kepihak lain
4.2.1.10.4.         Kesadaran anggota membayar simpanan          dikelompok masih kurang.
V.           RENCANA KEGIATAN TAHUNAN PENYULUH PERTANIAN

5.1 Rencana Kegiatan Penyuluhan


                Dari perumusan aspek masalah, tujuan dan sasaran sebagaimana
disebutkan di atas maka beberapa hal yang penting untuk menjadi bahan rencana
penyuluhan di Desa Binaan Mangkurajo selama tahun 2014  adalahsebagai berikut :
a.    Kegiatan penyuluhan aspek perubahan perilaku dalam pelaksanaan usaha tani, dengan
pendekatan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang bersifat partisipatif, berorientasi
mengatasi masalah
b.    Kegiatan penyuluhan yang bersifat benah kelompok, dengan tujuan untuk
meningkatkan peran serta kelembagaan kelompok tani di tengah – tengah
masayarakat. Uraian rencana kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan untuk
tahun 2014 , secara lebih rinci diuraikan pada tabel dibawah ini.
5.2 Rencana Kegiatan Fasilitasi
                Dalam pelaksanaan rencana kegiatan yang bersifat mengikhtiarkan
ataufasilitatif terhadap keadaan masalah yang ada. Ditujukan untuk memberikan
kemudahan dan kelancaran, dalam rangka memberikan keleluasaan dan dukungan
yang berupa perbaikan sarana fisik maupun sarana non fisik. Uraian rencana kegiatan
fasilitatif yang akan dilaksanakan untuk tahun 2014 , secara lebih rinci diuraikan pada
tabel dibawah ini.
 VI.          PENUTUP

6.1 Kesimpulan
                Beberapa hal yang menjadi bahan kesimpulan dalam penyusunan Programa
Penyuluhan Pertanian Desa Binaan Mangkurajo ini antara lain :
a.    Programa Penyuluhan Pertanian Desa Binaan Mangkurajo merupakan rencana kerja
tertulis yang dibuat atas dasar kesepakatan, kebesamaan, keterpaduan dan partisipatif
yang memuat keadaan, masalah, tujuan, dan tata cara mencapai tujuan Programa
Penyuluhan Pertanian di Desa Binaan Mangkurajo yang dibuat setiap satu tahun sekali.
b.    Programa Penyuluhan Pertanian ini merupakan acuan kerja penyuluhan pertanian yang
harus dijabarkan oleh masing‐masing penyuluh yang ada di wilayah Desa Binaan
Mangkurajo dalam rangka memberikan informasi teknologi dan motivasi bagi petani
selaku pengelola usahatani.
c.    Programa Penyuluhan Pertanian yang memuat rangkaian kegiatan penyuluhan
pertanian diarahkan pada pemberdayaan petani menjadikan petani sebagai subjek
bukan merupakan objek dan sebagai kerja penyuluh pertanian.
d.    Pembangunan pertanian di Desa Binaan Mangkurajo bukan hanya merupakan
tanggung jawab penyuluh pertanian namun melibatkan semua unsur terkait seperti
lembaga sosial ekonomi, organisasi profesi, pemerintah daerah setempat sampai pada
petani itu sendiri.
6.2 Saran
                Desa Binaan Mangkurajo merupakan desa yang masih sangat membutuhkan
sarana penunjang kegiatan penyuluhan pertanian  yang memadai. .
                Dalam rangka menyebarkan informasi teknologi dan berjalannya proses
belajar mengajar di tingkat petani perlu adanya metode kegiatan yang efektif dan efisien
serta mudah dicerna oleh petani seperti SLPHT, kursus tani, demplot dan lain
sebagainya. Hal ini memerlukan bantuan alokasi kegiatan baik itu dari dinas pertanian
kabupaten maupun pemerintahan desa setempat.

Anda mungkin juga menyukai