Anda di halaman 1dari 22

Makalah Kelompok 3

Peran Pemerintah Kota Kupang


dalam Menangani Bencana Badai Seroja
di Kota Kupang
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Implementasi Kebijakan Publik
Dosen Pengampu : Alfred O. Ena Mau, S.Sos.M.Si

Disusun Oleh
Anggota Kelompok 3:
1. 2003010011 Lidya C. Tuthaes
2. 2003010010 Aloysia G. Susanti
3. 2003010080 Anista Tefa
4. 2003010266 Leonardo R. Saputra Bembo
5. 2003010260 Juvita Fraga
6. 2003010014 Yosina Akulas
7. 2003010259 Julio Saputra Djuma

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Peran Pemerintah Kota Kupang dalam
Menangani Bencana Badai Seroja di Kota Kupang" ini tepat pada waktunya tanpa adanya
halangan atau hambatan.Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Kami selaku penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa,masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini."Selamat
Membaca".

Kupang, 27 April 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1


1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Implementasi Kebijakan ……………………………………......................... 4


2.2 Analisis Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Bencana Badai
Seroja………………………………………………………………………………… 7
2.3 Peran Pemerintah Kota Kupang dalam Menangani Bencana Badai Seroja di Kota
Kupang ………….………………………………………………………………… 10
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 16


3.2 Saran .......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awal April 2021 lalu BMKG merilis adanya dua bibit siklon tropis yang dapat
berdampak pada cuaca ekstrem. Salah satunya siklon tropis 99S yang kemudian dikenal luas
sebagai Siklon Seroja. Nama Seroja diberikan BMKG sesuai urutan nama siklon tropis
secara internasional. Hal tersebut dilihat dari wilayah tumbuh dan berkembangnya siklon ke
dalam wilayah Jakarta Tropical Cyclone Warning Centre atau TCWC. Fenomena alam itu
akhirnya berdampak pada cuaca ekstrem di sejumlah wilayah, khususnya di kawasan Nusa
Tenggara Timur (NTT). Siklon Seroja tumbuh di wilayah Laut Sawu atau di sisi barat daya
Pulau Timor atau sisi utara-barat Pulau Rote, NTT.
Cuaca esktrem menerjang wilayah NTT dan berdampak pada sejumlah kerusakan dan
jatuhnya korban jiwa. Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Bencana Siklon Tropis
Provinsi NTT melaporkan per 28 April 2021 wilayah terdampak bencana hidrometeorologi
meliputi 20 kabupaten dan 1 kota. Wilayah administrasi tersebut tersebar di Pulau Timor,
Rote, Sabu Raijua, Sumba, Flores, Lembata dan Alor.
Bencana cuaca ekstrem ini mengakibatkan korban meninggal dunia 182 jiwa, hilang
47, luka-luka 132 dan mengungsi 84.876. Dari total korban meninggal dunia, jumlah
tertinggi berada di Kabupaten Flores Timur dengan 72 jiwa, disusul Lembata 46, Alor 29,
Kabupaten Kupang 12, Malaka 11, Kota Kupang 6, Sabu Raijua 3, Rote Ndao 1, Ende 1 dan
Sikka 1. Korban hilang tertinggi teridentifikasi di Lembata 22 jiwa, disusul Alor 12 jiwa,
Sabu Raijua 7, Kabupaten Kupang 3, Flores Timur 2 dan Kota Kupang 1. Sedangkan data per
30 April 2021, dampak yang dipicu oleh siklon ini mengakibatkan ribuan rumah warga
mengalami kerusakan, mulai dari rusak ringan hingga berat. Kerusakan diakibatkan banjir,
tanah longsor, angin kencang maupun gelombang pasang. Rumah rusak teridentifikasi di 17
kabupaten dan kota. Total rumah rusak berjumlah 52.793 unit dengan rincian rusak berat
6.336 unit, rusak sedang 6.806 dan rusak ringan 39.651.
Pada fasilitas umum dan fasilitas sosial, kerusakan tercatat mencapai 3.516 unit.
Pemerintah Provinsi NTT dalam merespons penanganan darurat bencana dibantu oleh
berbagai pihak, baik dari kementerian dan lembaga di tingkat pusat, TNI, Polri, organisasi
kemanusiaan, dunia usaha dan relawan. Pemerintah daerah mencatat bantuan yang diberikan
meliputi air, sanitasi dan kesehatan, pangan dan gizi, hunian, peralatan, sandang dan
pendidikan. Tak hanya itu, personel dengan latar yang berbeda-beda dikerahkan untuk
membantu masyarakat terdampak. Dalam merespons penanganan darurat, pemerintah daerah
mencatat sebanyak 2.559 personel dan 240 lembaga memberikan dukungan.
Selain dampak pada sektor pemukiman, infrastruktur vital juga terdampak seperti
listrik dan jaringan telekomunikasi. Pada 23 April 2021, pemulihan jaringan listrik mencapai
97,5 persen di seluruh NTT. Pada sektor telekomunikasi, jaringan yang dimiliki PT Telkom
pulih 100 persen pada akhir April 2021, sedangkan infrastruktur yang dikelola provider
telekomunikasi Telkomsel juga telah pulih 100 persen di akhir April. Sebanyak 738 BTS
kembali berfungsi untuk melayani di seluruh NTT.
Masa Tanggap Darurat Bencana Pemerintah Provinsi merespons penanganan darurat
sejak awal terjadinya bencana yang menerjang beberapa wilayah. BNPB membantu upaya
darurat dengan pengerahan personel dan helikopter untuk evakuasi, distribusi logistik
maupun mobilisasi personel. Di sisi lain penanganan darurat dilakukan oleh pemerintah
daerah yang dibantu TNI, Polri dan masyarakat setempat. Selanjutnya pemerintah provinsi
membantu dengan pengiriman bantuan yang saat itu tidak mudah mengingat kondisi cuaca
ekstrem yang masih berlangsung. Pemerintah Provinsi NTT menetapkan status tanggap
darurat bencana pada 6 April 2021.
Pemerintah daeah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 118/KEP/ HK/2021 terkait
status tanggap darurat bencana siklon Seroja. Status tersebut berlaku mulai 6 April 2021
hingga 5 Mei 2021. Melalui penetapan status, pemerintah setempat memiliki kemudahan
akses serta dukungan dana siap pakai dari pemerintah pusat.
Tak hanya di tingkat provinsi yang melakukan penetapan status tanggap darurat,
wilayah- wilayah administrasi kabupaten dan kota terdampak di NTT juga menetapkan status
darurat. Pemerintah Kabupaten Flores Timur, misalnya, menetapkan status tanggap darurat
bencana pada 4 April hingga 24 April 2021, Kabupaten Lembata pada 4 April hingga 17
April 2021, dan Kabupaten Kupang pada 6 April hingga 19 April 2021.
Penanganan darurat bencana mendapatkan perhatian dari Presiden RI Joko Widodo
yang melakukan kunjungan ke lokasi terdampak pada 9 April 2021. Kepala Negara tiba di
Bandar Udara (Bandara) Frans Seda di Kabupaten Sikka, dan selanjutnya menggunakan
helikopter menuju Kabupaten Lembata.
Presiden yang didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Sekretaris Kabinet, Kepala BNPB dan Gubernur NTT ini disambut Bupati Lembata Eliaser
Yentji Sunur. Saat berada di ruang tunggu, Presiden Jokowi mendengarkan penjelasan Bupati
Lembata terkait bencana yang terjadi di daerahnya. Turut hadir Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono, Seskab Pramono Anung, Kepala BNPB Doni Monardo, Kepala Basarnas
Henri Alfiandi, dan Gubernur NTT Viktor Laiskodat. Selanjutnya, sekitar pukul 11.00
WITA, Presiden bersama rombongan terbatas berangkat menuju lokasi bencana di Desa
Amakaka, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata.
Pada edisi Agustus 2021 ini, tim redaksi menyajikan beberapa artikel mengenai
siklon tropis Seroja dalam rubrik Fokus Berita, seperti penanganan darurat bencana cuaca
ekstrem, karakteristik siklon, maupun analisis terkait dengan fenomena alam ini.

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah dengan "Peran Pemerintah Kota Kupang dalam
Menangani Bencana Badai Seroja di Kota Kupang" ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Implementasi Kebijakan Publik. Kemudian untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang “Implementasi” secara lebih dalam, dan menambah kaidah wawasan
penulis.
Kemudian tujuan yang berikut adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai peran
pemerintah dalam menanggulangi bencana seroja terkhususnya di Kota Kupang dan
mengetahui apakah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sudah tepat sasaran atau tidak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Implementasi Kebijakan


2.1.1 Definisi Implementasi Kebijakan
➢ Menurut Oktasari (2015:1340), Implementasi berasal dari bahasa Inggris
yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi
merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang
menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut
dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa
undang-undang, peraturan pemerintah,keputusan peradilan dan kebijakan
yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan
kenegaraan.
➢ Menurut teori Jones (Mulyadi, 2015:45), “Those Activities directed
toward putting a program into effect” (proses mewujudkan program
hingga memperlihatkan hasilnya), sedangkan menurut Horn dan Meter:
“Those actions by public and private individual (or group) that are
achievement or objectives set forth in prior policy” (tindakan yang
dilakukan pemerintah). Jadi implementasi adalah tindakan yang dilakukan
setelah suatu kebijakan ditetapkan. Implementasi merupakan cara agar
sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.
➢ Menurut Meter dan Horn (Ratri, 2014:4), menyatakan implementasi
kebijakan public sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-
individu atau kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan
kebijakan sebelumnya. Dimana berarti bahwa proses implementasi tidak
akan terlaksana sebelum undang-undang atau peraturan ditetapkan serta
dana disediakan guna membiayai proses implementasi kebijakan tersebut.
Disisi lain implementasi kebijakan dianggap sebagai fenomena yang
kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai proses, output maupun
sebagai hasil.
2.1.2 Pentingnya Implementasi Kebijakan
Alasan mengapa implementasi kebijakan diperlukan mengacu pada
pandangan para pakar bahwa setiap kebijakan yang telah dibuat harus
diimplementasikan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan diperlukan karena
berbagai alasan atau perspektif.
Berdasarkan perspektif masalah kebijakan, sebagaimana yang
diperkenalkan oleh Edwards III (1984: 9-10), implementasi kebijakan diperlukan
karena adanya masalah kebijakan yang perlu diatasi dan dipecahkan. Edwards III
memperkenalkan pendekatan masalah implementasi dengan mempertanyakan
faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat keberhasilan implementasi
kebijakan.
Berdasarkan pertanyaan retoris tersebut dirumuskan empat faktor sebagai
sumber masalah sekaligus prakondisi bagi keberhasilan proses implementasi,
yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana, dan struktur
organisasi termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut merupakan
kriteria yang perlu ada dalam implementasi suatu kebijakan.
T. B. Smith mengakui bahwa ketika kebijakan telah dibuat, kebijakan
tersebut harus diimplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan (Nakamura dan Smallwood, 1980:
2). Jika divisualisasikan akan terlihat bahwa suatu kebijakan memiliki tujuan yang
jelas sebagai wujud orientasi nilai kebijakan.
Tujuan implementasi kebijakan diformulasi ke dalam program aksi dan
proyek tertentu yang dirancang dan dibiayai. Program dilaksanakan sesuai dengan
rencana. Implementasi kebijakan atau program secara garis besar dipengaruhi
oleh isi kebijakan dan konteks implementasi.
Keseluruhan implementasi kebijakan dievaluasi dengan cara mengukur
luaran program berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran program dilihat melalui
dampaknya terhadap sasaran yang dituju baik individu dan kelompok maupun
masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah perubahan dan diterimanya
perubahan oleh kelompok sasaran.
2.1.3 Teori yang digunakan
Teori Merilee S. Grindle
Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (dalam Subarsono,
2011: 93) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of
policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Variabel
tersebut mencakup: sejauhmana kepentingan kelompok sasaran atau target group
termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh target
group,sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah letak
sebuah program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan
implementornya dengan rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh
sumberdaya yang memadai. Sedangkan Wibawa (dalam Samodra Wibawa dkk,
1994: 22-23) mengemukakan model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan
konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan
ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya
ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut.

Isi kebijakan tersebut mencakup hal-hal berikut:

➢ Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan.:


Jenis manfaat yang akan dihasilkan; Derajat perubahan yang
diinginkan; Kedudukan pembuat kebijakan; (Siapa) pelaksana program;
dan Sumber daya yang dihasilkan.
➢ Sementara itu, konteks implementasinya adalah:
Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat;
Karakteristik lembaga dan penguasa; dan Kepatuhan dan daya
tanggap.

Keunikan dari model Grindle terletak pada pemahamannya yang


komprehensif akan konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut dengan
implementor, penerima implementasi, dan arena konflik yang mungkin terjadi di
antara para aktor implementasi, serta kondisi-kondisi sumber daya implementasi
yang diperlukan.
2.2 Analisis Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Bencana Badai
Seroja
Cuaca ekstrim dengan kondisi hujan tiada henti yang berlangsung hampir sepekan
pada 30 Maret hingga 5 April 2021 lalu menjadi kejadian yang baru pertama kali terjadi di
NTT. Ini karena kondisi geografis NTT yang memiliki musim kemarau lebih panjang dua
bulan dari kondisi normal. Bak petir di siang bolong, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) memberikan peringatan bahwa akan terbentuknya siklon tropis “Seroja“
di NTT pada Senin, 4 April, pada dini hari, membuat masyarakat panik dan mulai berjaga-
jaga. Siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah non-frontal yang berskala sinoptik yang
tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin
maksimum, setidaknya mencapai 34 knot pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari
pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam.
Puncak Badai Seroja berupa hujan deras disertai angin kencang ini menyerang hampir
seluruh wilayah di Provinsi NTT, termasuk Kota Kupang yang menjadi sasaran karena
sangat dekat dengan pusat badai yang berada di antara Pulau Rote dan Kota Kupang. Pasca
badai, Kota Kupang porak poranda; banyak pohon tumbang, papan reklame berjatuhan di
jalan, tiang listrik pun turut tumbang hingga berdampak pada pemadaman listrik selama
kurang lebih dua pekan. Tak terhindarkan juga jaringan komunikasi terputus sampai sepekan,
sehingga berpengaruh pada aktivitas masyarakat. Tidak hanya itu longsor dan banjir terjadi.
Badai juga merusak atap rumah warga, tak terkecuali rumah personel Program Kota Tanpa
Kumuh (Kotaku).
Badai tersebut disertai kecepatan angin maksimum lebih dari 34 knot dan
pertumbuhan awan hujan yang masif di sekitarnya Siklon tropis merupakan fenomena alam
yang terjadi diberbagai wilayah di dunia. Sekitar dua per tiga kejadian siklon tropis terjadi di
belahan bumi bagian utara. Kemudian, 65 persen siklon tropis terbentuk di daerah antara 10°-
20° dari ekuator, hanya sekitar 13 persen siklon tropis yang tumbuh diatas daerah lintang
20°. Sementara itu, di daerah lintang rendah (0°-10°) siklon tropis jarang terbentuk. Kawasan
Atlantik Barat, Pasifik Timur, Pasifik Utara bagian barat, Samudera Hindia bagian utara dan
selatan, Australia dan Pasifik Selatan merupakan daerah pertumbuhan dari siklon tropis.
Siklon Tropis Seroja adalah sebuah siklon tropis yang mulai terbentuk di selatan Nusa
Tenggara Timur, Indonesia, pada 3 April 2021. Siklon ini menyebabkan banjir di beberapa
wilayah Nusa Tenggara, Indonesia dan Timor Leste. Selain itu, BMKG juga mengeluarkan
peringatan dini gelombang setinggi 4-6 meter yang berpeluang terjadi di perairan barat
Lampung, Selat Sunda, bagian selatan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Pulau Sawu,
Kupang, dan Pulau Rote. Daerah pesisir Aceh, Mentawai, Bengkulu, Jawa Tengah, Pulau
Sumba, Selat Bali, Selat Lombok, dan Selat Alas juga berpotensi mendapat gelombang
setinggi 2,5 hingga 4 meter.
Terbaru pada Jumat 9 April, BMKG juga mengingatkan akan adanya potensi hujan
lebat-sedang yang disertai kilat serta angin kencang di Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Bali meski tak seekstrim ketika Siklon Seroja ini masih ada di dekat NTT yang telah
menjauh dari wilayah Indonesia dan berada di Samudera Hindia. Siklon Seroja merupakan
siklon ketujuh dalam musim siklon wilayah Australia 2020-2021 dan satu-satunya yang
hingga kini menyebabkan korban jiwa.
Dampak dari kehadiran siklon tropis sangat kompleks. Siklon tropis dapat
menghasilkan dampak langsung dan tidak langsung bagi manusia. Dampak langsung dari
siklon tropis yakni angin kencang, hujan lebat hingga ekstrem, gelombang tinggi, dan
gelombang pasang dengan intensitas cukup tinggi.

Beberapa contoh nyata dari bencana seroja di Kota Kupang:

Sejumlah petugas
memotong pohon yang
tumbang menimpa
salah satu rumah
karena diterjang
gelombang kencang
akibat badai Siklon
tropis Seroja di Kota
Kupang, NTT, Kamis
(8/4/2021). Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang mencatat sebanyak 1.264 rumah mengalami rusak
berat, satu orang meninggal dunia dan tujuh orang luka berat dampak dari angin kencang
pada Minggu (4/4).

Atap SPBU roboh akibat


badai Siklon tropis Seroja
di Kota Kupang, NTT,
Kamis (8/4/2021). Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD)
Kota Kupang mencatat
sebanyak 1.264 rumah
mengalami rusak berat,
satu orang meninggal
dunia dan tujuh orang luka berat dampak dari angin kencang pada Minggu (4/4).

Atap salah satu gereja


hancur akibat diterjang
angin kencang badai
Siklon tropis Seroja di
Kota Kupang, NTT,
Kamis (8/4/2021). Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD)
Kota Kupang mencatat
sebanyak 1.264 rumah
mengalami rusak berat, satu orang meninggal dunia dan tujuh orang luka berat dampak dari
angin kencang pada Minggu (4/4).
2.3 Peran Pemerintah Kota Kupang dalam Menangani Bencana Badai Seroja di Kota
Kupang
Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Nasional Penanganan Bencana
(BNPB) sudah mulai mencairkan dana perbaikan rumah warga yang menjadi korban Badai
Seroja pada awal April 2021 lalu di Kota Kupang. Saat ini, sudah ada 4 kelurahan di Kota
Kupang yang siap menerima bantuan dana perbaikan rumah.
Ditemui RakyatNTT.com, Selasa (25/1/2022), Kepala BPBD Kota Kupang, Jimmi
Didok menyampaikan dana yang akan digelontorkan bagi 12.192 Kepala Keluarga di 51
kelurahan senilai Rp150.985.000.000. BPBD Kota Kupang juga ikut memfasilitasi dengan
meminta bantuan pemerintah kelurahan untuk mengumpulkan berkas persyaratan pembukaan
rekening warga.
Ia menjelaskan, saat ini sudah ada 4 kelurahan yang sudah masuk dalam tahapan
verifikasi tim teknis. Selanjutnya, mereka akan mendapatkan rekomendasi dari PPK. Dengan
demikian pihak BRI bisa mencairkan dana bantuannya.
Jimmi mengatakan fungsi tim teknis adalah untuk meninjau perkembangan rumah
yang rusak. Pasalnya, ada warga yang sudah memperbaiki rumahnya. Bagi warga yang
memiliki nota belanja saat memperbaiki rumahnya, tim teknis akan melakukan verifikasi
sesuai kondisi rumah untuk menyesuaikan dengan kategori kerusakan.
“Namun apabila warga yang sudah memperbaiki rumahnya tetapi tidak memiliki
nota belanja, maka BPBD akan memberikan kemudahan, yakni dengan mengeluarkan form
kerusakan. Nanti di situ tim teknis akan menyesuaikan dengan perbaikan yang sudah
dilakukan,” lanjutnya.
Kemudian untuk warga yang belum memperbaiki rumahnya, tim teknis akan
memfasilitasi mereka untuk memilih toko bangunan. “Bukan kami yang akan menentukan.
Kalau kami yang menentukan bisa saja ada opini bahwa kami kerja sama dengan toko-toko
untuk mendapatkan fee. Itu yang saya tidak mau,” ungkapnya.
Sedangkan, untuk proses pencairan dana, warga tidak bisa menarik dana secara tunai.
Namun, setelah menentukan toko, akan ada keterangan dari BPBD agar dana tersebut
ditransfer via rekening bank milik warga yang bersangkutan. “Misalnya di skemanya masuk
rusak sedang, berarti dapat 25 juta,” jelas Jimmi.
Pemerintah Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai menyalurkan dana
bantuan stimulan rumah (BSR) bencana alam badai siklon tropis Seroja sebesar Rp150,985
miliar untuk 12.192 kepala keluarga yang terdampak bencana.

Gambar disamping menunjukan Wali Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jefri Riwu Kore (kiri) secara
simbolis menyerahkan dana bantuan stimulan rumah (BSR) korban bencana alam seroja di Kupang, Senin
(11/4/2022) ANTARA/Benny Jahang

Jefri Riwu Kore mengatakan hal itu saat melaunching penyaluran dana bantuan bagi
korban bencana alam seroja di Kota Kupang. Ia mengatakan, Pemerintah Kota Kupang tidak
mengelola dana seroja karena dana Rp150 miliar itu ditransfer pemerintah pusat ke BRI.

"Dana ini masih diblokir dan akan ditransfer langsung oleh BRI ke rekening milik
penerima bantuan yang telah memenuhi syarat. Kami perlu tegaskan bahwa dana ini
terlambat disalurkan karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi para penerima," kata
Jefri Riwu Kore.

Ia berharap para penerima bantuan memanfaatkan dana secara baik untuk


membangun kembali rumah yang rusak akibat diterjang badai Seroja pada 4 April 2021. Ia
juga mendorong masyarakat yang belum melengkapi semua persyaratan administrasi untuk
pencairan dana seroja agar secepatnya dilengkapi sehingga dana segera direalisasikan BRI.

Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


Kota Kupang, Ernest ludji mengatakan alokasi dana bantuan stimulan rumah (BSR) bagi
korban bencana alam badai siklon tropis Seroja mencapai Rp150,985 miliar untuk 12.192
kepala keluarga.

Terdiri dari rusak ringan 10.926 rumah dengan alokasi bantuan mencapai Rp109,260
miliar, rusak sedang sebanyak 863 unit rumah dengan total bantuan Rp21,575 miliar,
sedangkan rumah dengan kategori rusak berat mencapai 403 unit rumah dengan total dana
bantuan Rp20,15 miliar.

Menurut dia pemerintah Kota Kupang mulai melakukan distribusi bantuan bagi
korban bencana alam yang diawali dua kelurahan yaitu Kelurahan Oepura dan Kelurahan
Airmata dengan total penerima bantuan 145 kepala keluarga. "Proses penyaluran dana
bantuan sudah mulai dilakukan bagi warga yang sudah melengkapi semua dokumen yang
menjadi syarat untuk penyaluran dana bantuan seroja," kata Ernest Ludji.

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (dalam Subarsono, 2011: 93)


dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan
implementasi (context of implementation). Variabel tersebut mencakup: sejauhmana
kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat
yang diterima oleh target group,sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah
kebijakan, apakah letak sebuah program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah
menyebutkan implementornya dengan rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh
sumberdaya yang memadai. Berkaitan dengan Seroja, variabel pertama yaitu isi kebijakan
ialah bagaimana kebijakan pemerintah melalui jenis kebijakan yang dibuat dapat diterapkan
dan bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan tersebut serta bagaimana proses
kebijakan itu dilaksanakan. Sedangkan variabel kedua ialah, lingkungan implementasi yaitu
dimana wilayah kebijakan itu diberlakukan. Dalam konteks ini wilayahnya ialah di Kota
Kupang dan bagaimana peran pemerintah Kota Kupang mengimplementasikan kebjakan
tersebut kepada masyarakatnya. Adapun beberapa peran pemerintah Kota Kupang dalam
menanggapi bencana seroja antara lain sebagai berikut:

➢ Tanggap Darurat
Pada saat terjadinya bencana Seroja, pihak pemerintah Kota Kupang beserta
perangkat-perangkatnya langsung terjun kelapangan untuk meninjau kondisi di
wilayah kota Kupang yang terkena Bencana.
Tindakan ini menunjukan tingkat kepekaan, inisiatif, dan rasa empati
pemerintah kepada masyarakat sangatlah besar. Akuntabilitas pemerintah kota
Kupang dimanifestasikan secara sederhana melalui polemik Seroja yang dengan sigap
turun langsung ke lapangan.

Tentunya kesigapan Pemerintah Kota Kupang untuk turun ke lapangan


bertujuan untuk melihat secara langsung dampak yang telah diakibatkan oleh Seroja
serta meninjau berbagai kerugian yang ditimbulkan. Dengan hal ini, tugas pemerintah
dalam mengeluarkan kebijakan terkait sangatlah terbantu, sebab kondisi nyata
dampak seroja disaksikan langsung oleh para aparat pemerintah. Oleh karena itu,
kebijakan-kebijakan yang diperlukan bahkan yang sudah diterapkan sangatlah sesuai
dengan konteks yang terjadi tanpa adanya manipulasi data.
Mengenai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota kupang
sejauh ini telah berjalan baik dalam konteks penyelesaian polemik Seroja. Hal ini
tentunya didukung dengan sikap cepat tanggap dari pihak pemerintah dengan
lansgung turun ke lapangan. Dari sinilah nilai positif yang membantu masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan sebenarnya dan tentunya melanggengkan reputasi baik
pemerintah kota Kupang.
➢ Pemberian Bantuan
Bencana seroja yang telah melanda kota Kupang, khususnya di wilayah telah
mengakibatkan kerugian besar. Pihak masyarakat sangatlah dirugikan dengan akibat
Seroja baik harta benda, rumah, bahkan nyawa.

Dalam menanggapi polemik Seroja, pihak pemerintah kota kupang


berkontribusi memberikan bantuan-bantuan vital bagi masyarakat yang terdampak.
Bantuan-bantuan tersebut berupa sembako, uang tunai, pembangunan perumahan
layak huni, material, dan kebutuhan lainnya. Tindakan pemerintah ini merupakan
langkah awal rasa empati pemerintah terhadap korban bencana.

Sesuai data yang didapatkan kerugian yang ada Terdiri dari rusak ringan
10.926 rumah dengan alokasi bantuan mencapai Rp109,260 miliar, rusak sedang
sebanyak 863 unit rumah dengan total bantuan Rp21,575 miliar, sedangkan rumah
dengan kategori rusak berat mencapai 403 unit rumah dengan total dana bantuan
Rp20,15 miliar. Kerugian sementara akibat badai siklon tropis Seroja di Nusa
Tenggara Timur sekitar Rp 3,4 triliun, sementara dana yang dihimpun dari donor
selama masa tanggap darurat sudah mencapai Rp 6,3 miliar. Kerugian sementara
akibat badai siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur sekitar Rp 3,4 triliun.
Sementara dana yang dihimpun dari donor selama masa tanggap darurat senilai Rp
6,3 miliar, belum termasuk bantuan bahan pokok dan sejenisnya. Jumlah korban
hilang sampai hari ini 47 orang dan meninggal 182 orang (Benediktus Sridin Sulu
Jahang dalam AntaraNTT).
Melihat tingkat kerugian yang sangat besar tentunya pihak pemerintah Kota
Kupang dihadapkan dengan tugas pelik agar menyelesaikan dengan bijak. Kebijakan
pemerintah haruslah tepat dan sesuai dengan konteks yang tejadi. Oleh karena itu,
kebijakan yang dikeluarkan haruslah tepat sasaran dan berguna bagi masyarakat yang
menjadi korban.
➢ Bimbingan Psikologi Bagi Korban Bencana
Dengan adanya bencana Seroja yang meninggalkan berbagai luka akibat
kerugian baik harta benda dan nyawa, tentunya korban mengalami trauma berat
apalagi yang mengalami kerugian besar.

Menanggapi hal ini, pihak pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Vibi Public Speaking Class
berkolaborasi dengan Psikologi dari UNDANA melaksanakan kegiatan bimbingan
psikologi langsung ke tempat kejadian. Adapun kegiatan yang dilaksanakan ialah
kegiatan hiburan seperti berbagai permainan dan kegiatan lainnya.

Inisiatif anggota LSM Vibi Public Speaking Class, mewakili rasa empati
semua masyarakat bagi para korban. Dengan berbagai hiburan permainan yang
dijalankan setidaknya menghilangkan sementara duka para korban seroja. Hal ini
secara sederhana sangatlah membantu korban agar setidaknnya terhibur dengan
berbagai kegiatan yan dijalankan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cuaca ekstrim dengan kondisi hujan tiada henti yang berlangsung hampir sepekan
pada 30 Maret hingga 5 April 2021 lalu menjadi kejadian yang baru pertama kali terjadi di
NTT. Ini karena kondisi geografis NTT yang memiliki musim kemarau lebih panjang dua
bulan dari kondisi normal. Bak petir di siang bolong, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) memberikan peringatan bahwa akan terbentuknya siklon tropis “Seroja“
di NTT pada Senin, 4 April, pada dini hari, membuat masyarakat panik dan mulai berjaga-
jaga. Siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah non-frontal yang berskala sinoptik yang
tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin
maksimum, setidaknya mencapai 34 knot pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari
pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam.
Dampak dari kehadiran siklon tropis sangat kompleks. Siklon tropis dapat
menghasilkan dampak langsung dan tidak langsung bagi manusia. Dampak langsung dari
siklon tropis yakni angin kencang, hujan lebat hingga ekstrem, gelombang tinggi, dan
gelombang pasang dengan intensitas cukup tinggi.
Puncak Badai Seroja berupa hujan deras disertai angin kencang ini menyerang hampir
seluruh wilayah di Provinsi NTT, termasuk Kota Kupang yang menjadi sasaran karena
sangat dekat dengan pusat badai yang berada di antara Pulau Rote dan Kota Kupang. Pasca
badai, Kota Kupang porak poranda; banyak pohon tumbang, papan reklame berjatuhan di
jalan, tiang listrik pun turut tumbang hingga berdampak pada pemadaman listrik selama
kurang lebih dua pekan.
Menurut dia pemerintah Kota Kupang mulai melakukan distribusi bantuan bagi
korban bencana alam yang diawali dua kelurahan yaitu Kelurahan Oepura dan Kelurahan
Airmata dengan total penerima bantuan 145 kepala keluarga.
Pada saat terjadinya bencana Seroja, pihak pemerintah Kota Kupang beserta
perangkat-perangkatnya langsung terjun kelapangan untuk meninjau kondisi di wilayah kota
Kupang yang terkena Bencana.
Tindakan ini menunjukan tingkat kepekaan, inisiatif, dan rasa empati pemerintah
kepada masyarakat sangatlah besar. Akuntabilitas pemerintah kota Kupang dimanifestasikan
secara sederhana melalui polemik Seroja yang dengan sigap turun langsung ke lapangan.
Mengenai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota kupang sejauh ini
telah berjalan baik dalam konteks penyelesaian polemik Seroja. Hal ini tentunya didukung
dengan sikap cepat tanggap dari pihak pemerintah dengan lansgung turun ke lapangan. Dari
sinilah nilai positif yang membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sebenarnya dan
tentunya melanggengkan reputasi baik pemerintah kota Kupang.
Bencana seroja yang telah melanda kota Kupang, khususnya di wilayah telah
mengakibatkan kerugian besar. Pihak masyarakat sangatlah dirugikan dengan akibat Seroja
baik harta benda, rumah, bahkan nyawa.
Dalam menanggapi polemik Seroja, pihak pemerintah kota kupang berkontribusi
memberikan bantuan-bantuan vital bagi masyarakat yang terdampak. Bantuan-bantuan
tersebut berupa sembako, uang tunai, pembangunan perumahan layak huni, material, dan
kebutuhan lainnya. Tindakan pemerintah ini merupakan langkah awal rasa empati
pemerintah terhadap korban bencana.
Kebijakan pemerintah haruslah tepat dan sesuai dengan konteks yang tejadi. Oleh
karena itu, kebijakan yang dikeluarkan haruslah tepat sasaran dan berguna bagi masyarakat
yang menjadi korban.
Dengan adanya bencana Seroja yang meninggalkan berbagai luka akibat kerugian
baik harta benda dan nyawa, tentunya korban mengalami trauma berat apalagi yang
mengalami kerugian besar.
Menanggapi hal ini, pihak pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak seperti
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Vibi Public Speaking Class berkolaborasi dengan
Psikologi dari UNDANA melaksanakan kegiatan bimbingan psikologi langsung ke tempat
kejadian. Adapun kegiatan yang dilaksanakan ialah kegiatan hiburan seperti berbagai
permainan dan kegiatan lainnya
Hal ini secara sederhana sangatlah membantu korban agar setidaknnya terhibur
dengan berbagai kegiatan yan dijalankan.
1.2 Saran
✓ Bagi Pemerintah
Perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah dalam manajemen bencana,
khususnya berbagai bencana di wilayah Kota Kupang.
✓ Bagi Masyarakat
Masyarakat seharusnya dilatih agar mampu memiliki pengetahuan mengenai berbagai
mitigasi bencana, khususnya bencana seroja.
✓ Bagi mahasiswa
Mahasiswa seharusnya memberikan sosialisasi mengenai berbagai mitigasi bencana
khususnya di wilayah rawan bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Badai Seroja, Lebih dari 84 Ribu Jiwa Masih Tinggal di Puluhan Pengungsian di NTT -
Kompas.com

Berita Harian Badai Seroja Di Kupang Terbaru Hari Ini - Kompas.com

Web Dosen (unair.ac.id)

Pemkab Kupang sosialisasi distribusi bantuan dana bencana Seroja - ANTARA News

Dana Seroja Di Kota Kupang Segera Cair, Ini Syarat Dan Tahapannya - Rakyat NTT

Pemkot Kupang mulai salurkan dana bantuan bencana seroja - ANTARA News Kupang, Nusa
Tenggara Timur - ANTARA News Nusa Tenggara Timur - Berita Terkini Nusa Tenggara
Timur

Anda mungkin juga menyukai