Anda di halaman 1dari 2

1.

SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) adalah suatu sistem pengelolaan
informasi yang dilakukan secara terus menerus untuk mendukung perencanaan dan
penetapan langkah-langkah penanggulangan masalah pangan dan gizi di suatu
wilayah dalam jangka pendek maupun panjang.
2. Tujuan SKPG : 1) Untuk perencanaan kebijakan pangan dan gizi 2) Pengelolaan
program gizi terutama perencanaan, monitoring, evaluasi 3) Isyarat dini untuk
mencegah kejadian krisis pangan
3. SKPP (Sistem kewaspadaan produksi dan ketersediaan pangan) Bertujuan untuk
memantau situasi produksi dan ketersediaan dari waktu kewaktu pada suatu
wilayah.
4. Informasi dalam status gizi
A. Pangan : Produksi, distribusi, konsumsi
B. Status gizi
5. 4 istilah ketahanan pangan

Pangsa Pengeluaran Pangan


Konsumsi Energi Rendah ( 60% Tinggi ( >60%
Pengeluaran Total) Pengeluaran Total)
Cukup (>80% Tahan pangan Rentan pangan
kecukupan energi)
Kurang ( 80% Kurang pangan Rawan pangan
kecukupan energi)

6. KSPG (kebijakan strategis pangan dan gizi) terdiri atas kebijakan strategis
di bidang (Perpres No. 83 pasal 4) :
a) ketersediaan pangan
b) keterjangkauan pangan
c) pemanfaatan pangan
d) perbaikan gizi masyarakat
e) penguatan kelembagaan pangan dan gizi

7. (Perpres No. 83 pasal 5) maksud pasal 4 point a


a) peningkatan produksi pangan dalam negeri
b) penguatan cadangan pangan nasional
c) penguatan perdagangan pangan
d) penyediaan pangan berbasis pada potensi sumber daya lokal
8. HACCP (Hazard analysis critical control point) adalah...
a) serangkaian langkah yang saling terkait yang harus diambil untuk semua makanan
yang diproses atau disiapkan dalam satu rangkaian termasuk semua operasi dari
saat makanan diproduksi sampai mereka dikonsumsi
b) suatu sistem pengawasan dan pengendalian keamanan pangan secara preventif
yang bersifat ilmiah, rasional, dan sistematis dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
memonitor dan mengendalikan bahaya mulai dari bahan baku sampai penggunaan
bahan pangan untuk menjamin bahan pangan aman dikonsumsi
9. Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip, yaitu:
1) Melakukan analisis potensi bahaya: segala macam aspek pada mata rantai
produksi pangan yang dapat menyebabkan masalah keamanan pangan harus
dianalisis. Bahaya yang dapat ditimbulkan adalah keberadaan pencemar
(kontaminan) biologis, kimiawi, atau fisik bahan pangan. Selain itu, bahaya
lain mencakup pertumbuhan mikrorganisme atau perubahan kimiawi yang
tidak dikehendaki selama proses produksi, dan terjadinya kontaminasi silang
pada produk antara, produk jadi, atau lingkungan produksi.[3]
2) Menentukan Titik Kendali Kritis (Critical Control Point, CCP): suatu
titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan pangan
dapat dicegah, dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dapat diterima
(diperbolehkan atau titik aman).[4] Terdapat dua titik pengendalian kritis yaitu
Titik Pengendalian Kritis 1 sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan, dan
Titik Pengendalian Kritis 2 dimana bahaya dapat dikurangi.[3]
3) Menentukan batas kritis: kriteria yang memisahkan sesuatu yang bisa
diterima dengan yang tidak bisa diterima. Pada setiap titik pengendalian kritis,
harus dibuat batas kritis dan kemudian dilakukan validasi. Kriteria yang umum
digunakan dalam menentukan batas kritis HACCP pangan adalah suhu, pH,
waktu, tingkat kelembaban, Aw, ketersediaan klorin, dan parameter fisik
seperti tampilan visual dan tekstur.[
4) Monitoring titik kendali kritis : suatu sistem pemantauan (observasi) urutan,
operasi, dan pengukuran selama terjadi aliran makanan. Hal ini termasuk
sistem pelacakan operasi dan penentuan kontrol mana yang mengalami
perubahan ketika terjadi penyimpangan. Biasanya, pemantauan harus
menggunakan catatan tertulis.[4]
5) Tindakan Perbaikan. Tindakan korektif spesifik yang diberlakukan pada
setiap CCP dalam sistem HACCP untuk menangani penyimpangan yang
terjadi. Tindakan korektif tersebut harus mampu mengendalikan membawa
CCP kembali dibawah kendali dan hal ini termasuk pembuangan produk yang
mengalami penyimpangan secara tepat.[2]
6) Prosedur Perbaikan. Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat mencakup
peninjauan terhadap sistem HACCP dan catatannya, peninjauan terhadap
penyimpangan dan pengaturan produk, konfirmasi CCP yang berada dalam
pengendalian, serta melakukan pemeriksaan (audit) metode, prosedur, dan uji.
Setelah itu, prosedur verifikasi dilanjutkan dengan pengambilan sampel secara
acak dan menganalisisnya. Prosedur verifikasi diakhiri dengan validasi sistem
untuk memastikan sistem sudah memenuhi semua persyaratan Codex dan
memperbaharui sistem apabila terdapat perubahan di tahap proses atau bahan
yang digunakan dalam proses produksi.[2]
7) Prosedur pemeliharaan catatan. Beberapa contoh catatan dan dokumentasi
dalam sistem HACCP adalah analisis bahaya, penetapan CCP, penetapan batas
kritis, aktivitas pemantauan CCP, serta penyimpangan dan tindakan korektif
yang berhubungan.

Anda mungkin juga menyukai