KPR Konvensional adalah kredit pemilikan rumah yang dilaksanakan oleh bank / lembaga keuangan non syariah. Ada 3 (tiga) pihak dalam transaksi KPR Konvensional : (1) Nasabah (2) Developer (3) Bank atau PT Finance (lembaga pembiayaan).
Developer Property Syariah
(1) Nasabah membayar DP misal 20% atau 30% kpada developer (setelah memenuhi syarat administratif) (2) Nasabah mengajukan kredit pinjaman senilai 70% atau 80% harga rumah ke bank (3) Nasabah melunasi pinjaman tersebut secara angsuran dan disertai bunga.
Developer Property Syariah
Mekanisme KPR Konvensional hukumnya haram, karena ada unsur riba. Yaitu, adanya bunga berupa tambahan uang yang dipungut bank dari nasabah. Dalam Fiqh Muamalah Islam, setiap tambahan dalam akad hutang atau pinjaman (qardh) adalah riba yang hukumnya haram.
Developer Property Syariah
• Tambahan atas utang (qardh) yang telah disyaratkan dalam akad, adalah riba yang diharamkan : وقد اتفق العلماء: ( قال ابن تيمية1) • على أن المقترض إذا اشترط زيادة على ًقرضه كان ذلك حراما Imam Ibnu Taimiyyah berkata, ”Ulama telah sepakat bahwa pemberi pinjaman (qardh) jika mensyaratkan tambahan atas pinjamannya (qardh), maka tambahan itu adalah haram.” (Majmu’ul Fatawa, Juz 29 hlm. 334).
Developer Property Syariah
ً( قالًابنًقدامة كلًقرضًشرطًفيه2) • أنًيزيدهًفهوًحرامًبغيرًخالف Imam Ibnu Qudamah berkata, ”Setiap hutang atau pinjaman (qardh) yang mensyaratkan adanya tambahan kepadanya, maka tambahan itu adalah riba tanpa ada perbedaan pendapat.” (Al Mughni, Juz 4 hlm. 360). Lihat : Ziyad Ghazal, Masyru’ Qanun Al Buyu’, hlm. 121.
Developer Property Syariah
Yang terlibat riba secara langsung dalam Mekanisme KPR Konvensional : adalah nasabah dan bank (atau lembaga pembiayaan). Pihak developer tidak terlibat riba, tapi tetap berdosa, karena juga melakukan keharaman, yaitu membuat akad yang mengakibatkan nasabah (pembeli rumah) terjerumus ke dalam dosa riba.
Developer Property Syariah
• الوسيلة إلى الحرام حرام “Setiap wasilah (perantaraan) kepada yang haram, hukumnya haram juga.” • من أعان على معصية فهو شريك في اإلثم “Barangsiapa yang membantu orang lain berbuat maksiat, maka ia ikut pula memikul dosanya.”
• كل بيع أعان على معصية حرام
“Setiap transaksi jual beli yang membantu kemaksiatan hukumnya haram.”
Developer Property Syariah
KPR Syariah digagas sebagai solusi dari KPR Konvensional yang haram. Ini adalah usaha Islamisasi yang patut diapresiasi (dihargai), Namun Islamisasi ini tetap perlu dikritisi dengan seksama, Karena dalam banyak kasus, Islamisasi tsb kurang berhasil.
Developer Property Syariah
Penyebab kurang berhasilnya Islamisasi akad non syariah, karena a.l. faktor- faktor sbb : (1) Pengaruh sistem kapitalis yang masih dominan (2) Pilihan pendapat fiqih dan sumber hukum (dalil syar’i) yang marjuh (lemah secara tarjih), spt multi akad (hybrid contract)
Developer Property Syariah
Beberapa akad KPR Syariah misalnya : (1) KPR Syariah Jual Beli (Murobahah). (2) KPR Syariah Kepemilikan Bertahap (Musyarakah Mutanaqishah). (3) KPR Syariah Sewa Beli (IMBT / Ijarah Muntahiyah bit Tamlik)
Developer Property Syariah
Beberapa akad KPR Syariah misalnya : (1) KPR Syariah Jual Beli (Murobahah). (2) KPR Syariah Kepemilikan Bertahap (Musyarakah Mutanaqishah). (3) KPR Syariah Sewa Beli (IMBT / Ijarah Muntahiyah bit Tamlik)
Developer Property Syariah
Skemanya : Jual beli rumah antara bank syariah dengan nasabah dengan harga dan marjin profit yang disepakati. Para pihak ada tiga pihak : (1) nasabah, (2) bank syariah, (3) developer. Mekanismenya : (1) nasabah minta kepada bank untuk membelikan rumah pada developer (2) bank membeli rumah dari developer secara kontan (3) bank menjual rumah tsb kepada nasabah secara kredit.
Developer Property Syariah
Murobahah tsb bermasalah, karena (1) Pada saat terjadi akad murobahah, bank belum mempunyai barangnya, jadi bank telah menjual barang yang tidak dimilikinya. (2) Terjadi penggabungan dua jual beli dalam satu jual beli, yang dilarang dalam syariah Islam.
Developer Property Syariah
KPR ini definisikan sebagai akad jual beli dimana bank syariah dan nasabah berkontribusi/ kongsi modal dgn prosentase tertentu dan nasabah kemudian membeli “saham/bagian” milik bank secara bertahap shg kepemilikan berada sepenuhnya di tangan nasabah.
Developer Property Syariah
Musyarakah Mutanaqishah ini bermasalah, karena : 1) faktanya bank tidak berkontribusi, tapi memberikan pinjaman (qardh). Karena bank hanya menambah dari DP yang sudah dibayar nasabah. Maka tambahan atas pinjaman tersebut adalah riba. 2) akad tsb merupakan multi akad yang diharamkan, karena menggabungkan dua akad, yaitu akad syirkah dengan akad jual beli, padahal multi akad hukumnya adalah haram
Developer Property Syariah
KPR Syariah Sewa Beli adalah akad dimana bank syariah menyewakan rumah kepada nasabah dalam jangka waktu tertentu dan pada akhir jangka waktu tsb bank menjual rumah itu kepada nasabah.
Kritik : Akad ini bermasalah karena
terdapat multi akad yang diharamkan.
Developer Property Syariah
Akad Syar’i adalah akad yang memenuhi rukun-rukun akad dan syarat-syarat akad yang ditetapkan syariah. Rukun-rukun akad meliputi 3 (tiga) unsur : (1) Dua pihak yang berakad (al ‘aaqidaani) (2) Objek akad (al ma’quud alaihi / mahallul ‘aqad). (3) Shighat (ijab dan kabul).
Developer Property Syariah
Akad properti syariah adalah akad yang syar’i dalam bisnis properti, yaitu bisnis tanah dan/atau bangunan serta sarana / prasarana yang terkait dengan tanah dan bangunan. Unsur Definisi Akad properti syariah : (1) Akadnya harus syar’i (artinya harus sesuai syariah). (2) Objek akadnya tanah dan / atau bangunan serta sarana / prasarana terkait.
Developer Property Syariah
(1) AKAD ISTISHNAA’ (BAI’UL ISTISHNA’), untuk pembangunan rumah yang belum ada, dgn akad jual beli istishna’, bahan dari pembuat. (2) AKAD ISTISHNAA’ (IJARAH ISTISHNAA’), dengan akad ijarah, bahan dari pembeli. (3) AKAD BAI’ BID DAIN WA TAQSIITH , yaitu akad jual beli secara kredit / angsuran (utk rumah yang sudah ada). (4) AKAD BAI’ MUROBAHAH, yaitu akad jual beli untuk rumah yang sudah ada
Developer Property Syariah
Istishnâ’ yang dimaksudkan adalah istishnâ yang berupa jual beli, bukan istishnâ’ yang berupa ijarah.
Istishnâ’ adalah jual beli sesuatu yang dideskripsikan berada
dalam tanggungan yang proses pembuatannya berlangsung dari penjual atau orang lainnya (Rawwas Qal’ah Ji, Mu’jam Lughah al-Fuqaha’).
Istishnâ dalam pengertian lainnya adalah akad pembelian
langsung sesuatu yang termasuk apa yang harus dibuat/dirakit /dibentuk/ dibangun (yushna’u shun’an) yang mengharuskan penjual menyerahkannya dalam bentuk yang sudah jadi dibuat dengan bahan-bahan yang berasal darinya dengan spesifikasi yang spesifik dan dengan harga tertentu (Dr. Muhammad Ahmad az-Zarqa, ‘Aqd al-Istishnâ wa mudâ Ahammiyatihi fî al-Istitsmârât al-Mu’âshirah).
Developer Property Syariah
Istishnâ’ merupakan salah satu bentuk jual beli yang hukumnya boleh. Dasarnya adalah perbuatan Rasul saw dimana Beliau pernah memesan dibuatkan cincin dan bangku, persetujuan Rasul saw atas praktek istishnâ yang dilakukan oleh para sahabat, dan ijmak sahabat. Sebagai jual beli, terhadap Istishnâ’ berlaku hukum-hukum jual beli secara umum disertai dengan ketentuan-ketentuan khusus tentangnya Sehingga sahnya akad Istishnâ’ adalah harus memenuhi rukun dan syaratnya.
Developer Property Syariah
Rukun Istishnâ’ ada tiga: a. Al-‘aqidân (dua pihak yang berakad) yaitu al- mustashni’ (yang memesan barang) atau pembeli dan ash-shâni’ (pembuat) atau penjual. Kedua pihak haruslah pihak yang secara syar’iy sah melakukan tasharruf. b. Ijab dan qabul (serah terima), dalam hal ini harus ada suka sama suka diantara kedua pihak, adanya kesatuan majelis dan keterpautan antara ijab dan qabul. c. Al-‘ma’qûd ‘alayh (obyek akad) yaitu barang yang dipesan untuk dibuat (al-mustashna’ fîhi atau al-mashnû’).
Developer Property Syariah
Syarat Khusus Istishnâ’ terkait al-mustashna’ fîhi atau al-mashnû’ : a. Harus dijelaskan spesifikasinya dengan sejelas- jelasnya sehingga bisa menghilangkan perselisihan. b. Berada dalam tanggungan penjual (ash-shâni’) untuk dia serahkan kepada pembeli (al- mustashni’) setelah jangka waktu tertentu yang disepakati. Semua spesifikasi atau sifat yang bisa menyebabkan perbedaan nilai atau harga, maka harus disebutkan dalam detil spesifikasi barang itu.
Developer Property Syariah
c. Barang itu (al-mashnû’) harus merupakan barang shinâ’ah, yaitu yang melalui proses pembuatan, perakitan, pembentukan atau pembangunan. Jadi barang yang dijual dalam istishnâ’ adalah barang jadi hasil proses pembuatan, perakitan, pembentukan atau pembangunan dari satu atau lebih bahan baku. d. Bahan untuk membuat barang tersebut berasal dari penjual (ash-shâni’). Sebab jika bahan berasal dari al-mustashni’, akad tersebut menjadi akad ijarah sebab obyek akadnya adalah hanya berupa kerja saja
Developer Property Syariah
Dalam akad Istishnâ’, tempo waktu penyerahan barang harus disepakati dengan jelas. Harga istishnâ’ boleh dibayarkan di awal pada saat akad, boleh dibayar sekaligus pada saat penyerahan barang, boleh sebagian di awal dan dilunasi pada saat penyerahan barang, dan boleh juga dibayar secara kredit setelah penyerahan barang baik sekaligus atau dengan angsuran. Hal itu dikecualikan dari pengharaman jual beli utang dengan utang.
Developer Property Syariah
Dasarnya adalah riwayat al-Bukhari dan Muslim tentang pemesanan cincin oleh Rasul saw yang kemudian diikuti oleh para sahabat dimana hal itu menunjukkan bahwa akad al- istishnâ’ tersebar luas di Madinah. Mereka melangsungkan akad al-istishnâ’ berdasarkan yang biasa mereka lakukan. Syara’ tidak membatasi tata cara pembayarannya. Ini menunjukkan bahwa syara’ menyetujui akad istishnâ’ yang tersebar di tengah penduduk Madinah dan syara’ tidak menambah hukum- hukum baru.
Developer Property Syariah
Jika akad istishnâ’ sempurna, maka akad tersebut bersifat mengikat kedua pihak, dengan ketentuan: a. Keduanya berhak membatalkannya selama belum berpisah majelis. b. Jika sudah berpisah majelis, keduanya tidak boleh membatalkan akad, baik barang belum atau sedang dibuat, kecuali atas persetujuan pihak lain. Jika terjadi dharar yakni kerugian finansial pada salah satu pihak –pihak yang tidak membatalkan akad-, maka pihak yang dirugikan itu boleh menuntut ganti rugi.
Developer Property Syariah
Penjual (ash-shâni’) wajib menyerahkan barang sesuai spesifikasi yang disepakati pada waktu yang disepakati
Pada saat barang diserahkan, pembeli (al-
mustashni’) memiliki hak khiyâr ar-ru’yah. Yaitu ketika melihat barang jika ia mendapati ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang disepakati maka ia memiliki pilihan :
a. Menerima barang tersebut, atau.
Developer Property Syariah
b. Menolak menerima barang tersebut dan meminta penjual untuk menyerahkan barang sesuai spesifikasi yang disepakati, dan memberikan tambahan tempo waktu kepada penjual. Dalam hal ini, pembeli tidak boleh tetap menerima barang dan meminta kompensasi finansial atas ketidaksesuaian barang dengan spesifikasi, sebab jika begitu artinya telah terjadi dua jual beli dalam satu jual beli dan itu adalah haram. c. Menolak barang tersebut dan meminta kembali harga yang sudah dibayarkan, dan artinya akad istishnâ’ tersebut batal, atau d. Setelah point c tersebut, dimungkinkan untuk dilakukan jual beli yang baru atas barang tersebut, namun tidak ada hubungannya dengan akad istishnâ’ yang sudah dibatalkan.
Developer Property Syariah
Jika penjual (ash-shâni’) meninggal dunia sebelum barang itu selesai, maka pemesan (al-mustashni’) memiliki khiyar. Yaitu antara menerima diberikan barang dari pembuat (ash-shâni’) lainnya atau membatalkan akad tersebut. Jika pembeli (al-mustashni’) meninggal dunia sebelum barang diserahkan maka harus dilihat. Jika barang belum dibuat oleh penjual (ash-shâni’) maka kelanjutan akad istishna’ tersebut diserahkan kepada penjual apakah tetap dilanjutkan atau dibatalkan. Jika barang sedang dalam proses pembuatan atau sudah selesai dibuat tetapi belum diserahkan, maka ahli waris pembeli wajib mengambil alih tanggungjawab pembeli .
Developer Property Syariah
Perihal Keterlambatan Pembayaran : Keterlambatan pembayaran angsuran tidak dikenakan denda. Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran (angsuran) oleh Pembeli dari tanggal jatuh tempo (tiap bulannya), Pembeli berkewajiban menyampaikannya kepada Penjual berikut alasan keterlambatan itu. Dalam hal Penjual tidak bisa menerima keterlambatan berikut alasannya, dan tidak memberikan tempo tambahan kepada Pembeli, maka Penjual berhak menuntut Pembeli untuk segera membayarnya.
Developer Property Syariah
Dan dalam hal Penjual tetap tidak memberi tempo tambahan, sementara Pembeli tetap tidak mampu membayarnya, Penjual berhak menuntut eksekusi agunan. Pembeli dan Penjual telah menyepakati bahwa dalam hal Pembeli tetap tidak mampu membayar maka penyelesaikannya akan dilakukan sesuai ketentuan hukum syara’, dan praktisnya dilakukan mengikuti penyelesaian perselisihan yang telah disepakati
Developer Property Syariah
Perihal Agunan : Agunan biasanya muncul Karena Adanya Hutang Hukum Agunan dalam Islam adalah Mubah. Dalam transaksi jual beli Istishnâ’ secara kredit atas RUMAH TINGGAL Agunan bisa menggunakan beberapa skema : 1) Barang lain milik Pembeli, baik fisiknya maupun Fidusia-nya 2) Barang milik Orang lain yang bersedia dipakai sbg agunan, baik fisiknya maupun Fidusia-nya 3) Personal Garanty, (orang lain yang siap menanggung kreditnya jika macet) 4) Skema untk kemaslahatan salah satu pihak ; Sertifikat dititip kepada Pihak Ketiga tapi bukan sebagai agunan yang dipersyaratkan
Developer Property Syariah
Rencana penyerahterimaan agunan kepada pihak penjual dilakukan setelah serah terima Rumah Tinggal dari pihak Penjual kepada pihak pembeli. Ketentuan tentang hal ini akan dimuat dalam surat kesepakatan tersendiri Penjual berkewajiban menjaga agunan yang telah diserahkan tersebut sebaik- baiknya.
Developer Property Syariah
Dalam hal dilakukan eksekusi agunan, pelaksanaannya dilakukan sesuai ketentuan syariah. Agunan tersebut akan dijual secara wajar mengikuti pasar dalam transaksi yang memberikan manfaat paling besar kepada debitur (Pembeli). Hasil penjualan tersebut digunakan untuk membayar utang yang menjadi kewajiban pembeli (debitur). Dalam hal terdapat kelebihan dari hasil penjualan agunan setelah pembayaran utang, kelebihan tersebut dikembalikan kepada Pembeli (debitur). Dalam hal terjadi ketidakcukupan hasil penjualan agunan untuk pembayaran utang, kekurangan tersebut tetap menjadi tanggungan Pembeli (debitur).
Developer Property Syariah
Perihal Pembatalan Akad dan Ganti Rugi : Setelah akad ini disepakati, kedua pihak baik Pembeli maupun Penjual tidak boleh membatalkan akad, baik barang belum dibuat atau sedang dibuat, kecuali atas persetujuan pihak lain. Jika terjadi dharar yakni kerugian finansial pada salah satu pihak maka pihak yang dirugikan boleh menuntut ganti rugi. Besarnya kerugian dan ganti rugi ditetapkan melalui kesepakatan diantara Pembeli dan Penjual. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan besarnya kerugian dan ganti rugi, maka penentuan kerugian dan ganti rugi tersebut dipercayakan kepada pihak ketiga yang disepakati oleh Pembeli dan Penjual.