Anda di halaman 1dari 3

UAS HUKUM TATA NEGARA

EVAN PANITA PANJI


A.111.21.0251
KELAS C PAGI

UNIVERSITAS SEMARANG
Nama : Evan Panita Panji
NIM : A.111.21.0251
1.Kelebihan sistem Proposional, antara lain: Disenangi oleh partai kecil karena penggabungan suara
memungkinkan parpol kecil mendapat kursi di lembaga perwakilan rakyat yang semula tidak
mencapai jumlah imbangan suara yang ditentukan. Tidak ada suara yang hilang, karena sering
dikatakan bahwa sistem tersebut sangat demokratis, yaitu ada jaminan bahwa setiap suara yang
diberikan akan ada wakilnya di lembaga perwakilan rakyat. Karena semua parpol mendapat kursi di
lembaga perwakilan rakyat yang tidak ditentukan secara daerah maka sistem tersebut mengakibatkan
lembaga perwakilan rakyat bersifat nasional.
Kekurangan - kekurangan sistem Proposional antara lain: Penghitungan suara yang berbelit-belit
sudah dipastikan perlu biaya banyak. Kurang disenangi oleh parpol yang besar. Para pemilih akan
memilih parpol bukan calon perorangan seperti sistem distrik. Akibatnya, para pemilih tidak
mengetahui siapakah sebenarnya wakilnya di lembaga perwakilan rakyat, kekuatan parpol sangat
besar (karena parpollah yang memilih siapa-siapa calon parpol untuk pemilu itu).
2. Prosedur dan Pengesahan RAPBN yaitu DPD memberi pertimbangan ( pasal 23 ayat 2 ) RAPBN
lalu diusulkan ke DPR dan Presiden . DPR dan Presiden mengajukan ( pasal 23 ayat 2 ) RAPBN dan
membahas bersama ( pasal 23 ayat 2 ). Jika disetujui maka Pemerintah menjalankan APBN . Jika
tidak pemerintah menjalankan APBN Tahun Lalu ( Pasal 23 (3) ) .
Dasar hukum : UU Pasal 23 ayat 2 , jika RAPBN tidak disetujui maka menggunakan UU pasal 23
ayat 3
3. Jika Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia mangkat, berhenti atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, maka Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
menjalankan kewajiban itu sampai ada ketentuan tentang penggantian pemangku jabatan Presiden.

Pasal 8 ayat (3) UUD 1945 mengatur, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,
pelaksanaan tugas Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Pertahanan secara bersama-sama , dan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari MPR harus melaksanakan
sidang untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang baru menggantikan yang lama

4. Pengusulan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil presiden:


a. DPR, Pendapat DPR bahwa Presiden da/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran
hukum ataupun telah tidak lagi memenuhi tidak lagi memenuhi syarat (Pasal 7B ayat (2)), Pengajuan
permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota (Pasal 7B ayat (3)). DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan
usul pemberhentian kepada MPR (Pasal 7B ayat (5)).
b. MK, Wajib memeriksa, Mengadili, Dan memutuskan paling lama 30 hari setelah permintaan
diterima (Pasal 7B ayat (3)) bila terbukti maka selanjutnya DPR menyelenggarakan sidang paripurna
untuk meneruskan usul pemberhentian kepada MPR (Pasal 7B ayat (5)).
c. MPR, Wajib menyelenggarakan sidang selambatnya 30 hari sejak usul diterima (Pasal 7B (6)),
Keputusan diambil dalam rapat paripurna dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota,
disetujui sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan Wakil Presiden
diberi keseempatan menyampaikan penjelasan (Pasal 7b ayat (6) ) Jika usul DPR disetujui maka
Presiden dan Wapres diberhentikan dan jika tidak maka Presiden dam Wapres akan terus menjabat.

5. Prosedur pembuatan Undang – Undang menurut UUD 1945 yaitu DPR memegang membentuk
UU ( Pasal 20 ayat 1 ) , anggota berhak mengajukan usul RUU ( Pasal 21 ) .Lalu RUU dibahas oleh
DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama ( Pasal 20 (2) ) , Presiden juga berhak
mengajukan usul RUU ( Pasal 5 (1) ) . Jika tidak mendapat persetujuan bersama maka tidak boleh
lagi dalam persidangan masa itu ( Pasal 20 (3) ) . Jika mendapat persetujuan bersama maka dalam
hal RUU tidak disahkan dalam waktu 30 hari , RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib
diundangkan. ( Pasal 20 (5) ) Lalu disahkan nya UU ( Pasal 20 (4) oleh Presiden.
Dasar hukum : UU Pasal 20 ayat 1 , Pasal 21 , Pasal 20 (2) , Pasal 20 ayat 3 , Pasal 20 ayat 4 , Pasal
20 ayat 5.

6. a.Deklaratoir adalah putusan yang hanya sekedar menerangkan atau menetapkan suatu keadaan
saja sehingga tidak perlu dieksekusi, demikian juga putusan constitutief, yang menciptakan atau
menghapuskan suatu keadaan, tidak perlu dilaksanakan.
b. Final mengikat adalah hasil akhir yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun dan
dilaksanakan secara tertutup.
c. Erga omnes adalah hak atau kewajiban "terhadap semua". Sebagai contoh, hak properti
bersifat erga omnes dan dapat diberlakukan terhadap semua orang yang melanggar hak tersebut.
d. Ius Curia Novit adalah memandang bahwa setiap hakim tahu akan hukum sehingga harus
mengadili setiap perkara yang diajukan kepadanya.
e. Grasi di Indonesia, menurut UU No. 22/2002 dan UU No. 5/2010, adalah pengampunan berupa
perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang
diberikan oleh Presiden.
f. Amnesti yang dapat diartikan sebagai pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan
kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana
tertentu. Hukum amnesti memiliki karakteristik khusus, yakni berlaku surut, karena hanya berlaku
untuk tindakan yang dilakukan sebelum ditetapkan.
g. Abolisi dapat diartikan sebagai penghapusan proses hukum seseorang yang sedang berjalan.
Abolisi diberikan kepada terpidana perorangan dan diberikan ketika proses pengadilan sedang atau
baru akan berlangsung. Presiden harus memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dalam pemberian abolisi.
h. Rehabilitasi, Pasal 1 angka 23 UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP “Rehabilitasi adalah hak
seorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta
martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap,
ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

Anda mungkin juga menyukai