Anda di halaman 1dari 22

Sumber Pembiayaan Jalan

SJ-4215 Pembiayaan Jalan – Kuliah 4


Siapa yang membiayai Prasarana Jalan ?

Prasarana Jalan

Pertumbuhan Ekonomi
Siapa yang membiayai Prasarana Jalan ?
Pertama, pengguna (users):
Dalam lingkaran ini,
Prasarana Jalan
membiayai dirinya
sendiri

Prasarana Jalan

USERS
Pertumbuhan Ekonomi
Siapa yang membiayai Prasarana Jalan ?
Kedua, pengguna (users)
disubsidi oleh pembayar pajak … SUBSIDI

Prasarana Jalan

TAX PAYERS
USERS
Pertumbuhan
Ekonomi
Siapa yang membiayai Prasarana Jalan ?
Dua Mekanisme kelembagaan memungkinkan adanya penyaluran
arus kas – dari anggaran Pemerintah, dan dari Perusahaan
Pengelola (service providers)
Semua Pengeluaran
Pemerintah berasal dari dana Pengelola dapat dilakukan oleh
pajak, untuk sekarang maupun Pemerintah , BUMN, atauapun
ke depan sektor Swasta

STATE
BUDGET PROVIDERS

Prasarana Jalan

TAX PAYERS USERS


Pertumbuhan
Ekonomi
Modes of Financing
Sumber Pendanaan
• Pemerintah
• Pajak dan pendapatan negara lainnya (termasuk penerbitan surat hutang)
• Pinjaman langsung dari kreditor

• Kreditor
• Hibah dan Pinjaman
• Penerbitan surat hutang dengan penjaminan badan Multilateral
• Sektor Swasta
• Strategic Investor
• Institutional Financial Investor
• Private Investor
• Pembiayaan lewat perbankan dan pasar modal (IPO+Obligasi)
Sumber Pendanaan Pemerintah Daerah

• Dana Perimbangan :
• DAU,
• DAK,
• Dana Bagi Hasil
• Pendapatan Asli Daerah
• User Charge
• Obligasi Daerah
• Pembiayaan Oleh Pihak Ketiga (Swasta, Masyarakat)
Pendanaan Daerah dengan Pihak Ketiga
1. Pembiayaan Tidak Langsung
• Pihak Ketiga (Swasta/Masyarakat) membiayai pembangunan
infrastuktur yang dikelola pemerintah, melalui cara :
• Pajak Pemeliharaan/ Pajak khusus,
• Impact Fees,
• Value Capture,
• Cost Sharing,
• Investasi Obligasi Daerah
Pendanaan Daerah dengan Pihak Ketiga
2. Pembiayaan/Penyertaan Langsung
• Pihak Ketiga (Swasta/Masyarakat) menyertakan sumber
daya atas pembangunan/pengelolaan kegiatan
infrastruktur. Diatur dalam suatu perikatan/perjanjian
jangka panjang (menyangkut hak dan kewajiban),
seperti : Service/management contract, lease
contract, BOT, konsesi/franchise, joint ventures atau
privatisasi penuh
Pembiayaan Jalan Tidak Langsung Oleh Pihak ke 3
Pengguna INFRASTRUKTUR Pengguna
langsung JALAN Tak Langsung

Pemerintah sebagai
Penyelenggara/
User charges Pengelola/ Pemilik / Pajak
Sumber Pendanaan
Pajak, Fee

Pinjaman

Grants
Obligasi daerah /
oblligasi proyek

Swasta Publik
Pembiayaan Tidak Langsung
Pajak Pemeliharaan / Pajak Khusus :
• didasarkan atas nilai keuntungan yang diberikan dengan
terbangunnya/meningkatnya kualitas prasarana. Dihitung atas prinsip pemulihan
biaya pembangunan/peningkatan prasarana. DKI jakarta tahun 1972 (perda no
4/1972) memungkinkan pemkot untuk menarik pajak khusus atas petak tanah yg
dilewati pembangunan jalan hingga 5% dari 60% biaya pembangunan jalan yang
melewati petak tanah tersebut

Impact Fees :
• pengembang komersial membayar dimuka biaya izin mendirikan
bangunan/kawasan. Dana tersebut dikumpulkan dan dikelola bagi pengembangan
infrastruktur di wilayah sekitarnya. Nilainya disesuaikan dengan arus kendaraan
yang dibangkitkan oleh pembangunan kawasan tersebut.
Pembiayaan Tidak Langsung
Grant / Sumbangan :
• pihak ketiga (biasanya pemilik properti) berkontribusi langsung untuk
membiayai pemeliharaan atau perbaikan infrastruktur (jalan, sanitasi,
perpipaan air minum).
Kerjasama Pembangunan/Cost Sharing :
• mengkombinasikan pembangunan infrastruktur dengan proyek-proyek
komersial, seperti pembangunan terminal bus dengan pusat perbelanjaan,
atau jembatan penyeberangan orang dengan kios-kios.
Investasi Obligasi Daerah :
• pihak ketiga terlibat secara komersial, dengan membeli surat utang
pemerintah (disesuaikan dengan resiko serta keamanan pengelolaannya serta
jaminan pemerintah)
Obligasi Daerah
• Baru bagi Indonesia
• Ide dimulai dari tahun 1994 (disponsor oleh USAID)
• Tahun 1995, sejumlah PDAM berencana menerbitkan obligasi
setelah disetujui pemerintah, tidak ada realisasinya hingga saat ini
• Bank Pembangunan Daerah merupakan penerbit obligasi daerah
pertama (1980-1990),
• Pemahaman mengenai obligasi daerah selalu terbatas pada
obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai sektor publik, padahal BPD juga terkadang
menggunakan Surat Utang itu untuk pembiayaan sektor non
publik.
Obligasi Yang Diterbitkan BPD
No Issued By Year Maturity Nominal Values (Rp) Rank
1 BPD Sulawesi Utara II 1990 30-12-1998 na -
2 BPD Jawa Barat I 1991 06-08-1996 na -
3 Bank DKI II 1992 01-02-1998 175.000.000.000 -
4 BPD Jawa Tengah III 1993 01-09-1998 85.000.000.000 -
4 BPD Jawa Barat II 1993 02-07-1998 na -
5 Bank Nagari IV Seri A 1997 16-07-2002 45.000.000.000 idBBB

6 Bank Nagari IV Seri B 1997 16-07-2002 155.000.000.000 idBBB

7 Bank DKI III 1997 18-06-2004 500.000.000.000 idBBB-

8 Bank Jabar III 2000 25-04-2005 150.000.000.000 idBBB

9 Bank Nagari V Seri A 2002 22-11-2007 173.000.000.000 idBBB

10 Bank Nagari V Seri B 2002 22-11-2007 27.000.000.000 idBBB

11 Bank Sumsel I 2003 11-07-2008 55.000.000.000 idBBB-

12 Bank Jatim III 2003 11-07-2008 170.000.000.000 idBBB

Sources: I Nyoman Brahmandita, Draft, Master Thesis, MPKP, FEUI (2003)


Permasalahan Obligasi Daerah

• Transparansi dan Akuntabilitas


• Kapasitas keuangan pemerintah daerah
• Kualitas SDM dalam pengelolaan keuangan daerah
• Lemahnya pengembangan pasar modal lokal/regional
• Tidak adanya lembaga pemeringkat bagi obligasi daerah
• Kepastian atas Yield dan Resiko
Keterlibatan Pihak Ketiga Secara Langsung

Pengguna Infrastruktur Pengguna


Tidak Langsung /
langsung Jalan Masyarakat
Service Management,
Lease contract, BOT,
Pajak
konsesi, joint ventures,
Privatisasi
User charges Swasta Pemerintah
Penyelenggara Subsidi Daerah

Pinjaman
Obligasi daerah /
Pinjaman

Grants
Ekuitas

oblligasi proyek

Swasta Publik
Pembiayaan Langsung
Service Contract :
sebagian kegiatan dikontrakan kepada pihak ketiga, namun keseluruhan manajemen masih
dilakukan oleh sektor publik. Jangka waktu kegiatan pada umumnya berkisar : 6 - 24 bulan.
Pro: mengikutsertakan keahlian/kemampuan teknis, Con: tidak dapat meningkatkan kinerja
secara umum bilamana sistem manajemen masih lemah

Management Contract :
Pihak ketiga diserahkan mengelola kegiatan pelayanan perkotaan, dimana sektor publik
membayar kepadanya atas imbal jasa pelayanan tersebut. Jangka waktu: 3 hingga 5 tahun.
Pro : meningkatkan efisiensi pengelolaan,Con : Pemerintah kota masih bertanggungjawab
atas investasi jasa pelayanan

•Sewa, Pihak ketiga menyewa aset utilitas publik, memelihara sekaligus mengoperasikannya.
Sebagai imbalannya mereka mendapat imbal jasa atas pelayanan tersebut dari pemungutan
retribusi atau tarif. Jangka waktu : 10 hingga 15 tahun. Pro: Resiko komersial ditanggung oleh
pihak ketiga, dan menstimulasi peningkatan kinerja. Con : proses administrasi cukup panjang,
dan pemerintah kota masih bertanggung jawab akan investasi
Pembiayaan Langsung
Sewa :
Pihak ketiga menyewa aset utilitas publik, memelihara sekaligus
mengoperasikannya. Sebagai imbalannya mereka mendapat imbal jasa atas
pelayanan tersebut dari pemungutan retribusi atau tarif. Jangka waktu : 10
hingga 15 tahun. Pro: Resiko komersial ditanggung oleh pihak ketiga, dan
menstimulasi peningkatan kinerja. Con : proses administrasi cukup panjang,
dan pemerintah kota masih bertanggung jawab akan investasi
Build-Operate-Transfer :
Pihak ketiga membangun, membiayai, dan mengoperasikan fasilitas secara
utuh. Jangka waktu: 15 hingga 30 tahun. Pro ::cara terbaik untuk
mendapatkan efisiensi pelayanan secara utuh dengan investasi dari pihak
ketiga.Con: kurang tepat dilakukan jika dukungan sistem distribusi tidak
memadai atau tingkat lalulintas tidak pasti
Pembiayaan Langsung
Concession :
Pemerintah memiliki aset, tapi dikontrakan kepada pihak ketiga untuk
pengoperasian, pemeliharaan, dan investasi. Jangka waktu : 25-30 tahun. Pro:
potensial untuk efisiensi dalam operasi dan investasi .Con : membutuhkan
komitmen yang kuat dan dukungan kapasitas pengaturan

Full Privatisation :
Aset pemerintah kota dijual kepada pihak ketiga. Jangka waktu : tak bisa
ditentukan, namun dimungkinkan dengan pembatasan ijin. Pro : potensial
untuk mendapatkan efisiensi. Con : membutuhkan dukungan peraturan yang
kredibel
Reformasi Pengelolaan Jalan
Paradigma Lama Paradigma Baru
1. Mengakomodasi peran daerah
1. Pendekatan Sentralisasi
2. Penyediaan Infrastruktur terbuka bagi :
2. Penyediaan infrastruktur dilayani oleh BUMN/BUMD, Badan Usaha Swasta,
BUMN/BUMD Masyarakat, Koperasi, dan lembaga
berbadan hukum
3. Ummnya BUMN berperan ganda sebagai
regulator – operator 3. Pemisahan peran operator dan regulator

4. Tidak ada pengaturan tentang usaha 4. Pembentukan Badan Pengatur


monopolistik
5. Tarif ditentukan berdasarkan atas azas
5. Tarif yang tidak berdasarkan atas asas pemulihan biaya, tarif ditetapkan dengan
pemulihan biaya – ditentukan dengan kontrak guna memberi kepastian atas arus
keputusan penerimaan dan mengurangi resiko atas
proyek
6. Pelayanan terintegrasi dari hulu hingga hilir
6. Memperkenankan prinsip pemisahan
NOV 2005 I KEMENTERIAN KOORDINATOR PEREKONOMIAN
pelayanan (unbundling)

Anda mungkin juga menyukai