Anda di halaman 1dari 18

GIZ334 PERCOBAAN MAKANAN

SEMESTER GENAP T.A. 2021/2022

PRAKTIKUM KE-2
PEMBANGKITAN IDE DAN PENYARINGAN IDE PRODUK
MAKANAN BARU

Kelompok/Paralel: 4/P3

Kontribusi
No. Nama NIM Tanda tangan
Laporan
1. Anny Nila I14190049 Pendahuluan,
Syauqiyyah metodologi, hasil
dan pembahasan.
2. Afi Aninnas I14190050 Hasil dan
pembahasan,
metodologi.
3. Farras I14190054 Metodologi dan hasil
Nabilah dan pembahasan.
4. Dzulfa I14190065 Kesimpulan,
Lathifah metodologi, hasil
Salsabila dan pembahasan, dan
editor.

Asisten Praktikum: 1) Egi Barnas Arifin (I14180067)


2) Nadya Fitriasih Nabiu (I1501202012)

2022
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
IPB UNIVERSITY
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan inovasi produk bisa dilakukan dengan dua pendekatan,
yaitu market pull atau technology push. Inovasi yang menggunakan pendekatan
market pull bersumber dari ketidakpuasan individu ataupun kelompok terhadap
produk yang ada saat ini, sementara untuk technology push, sumber inovasi
muncul dari riset, baik internal maupun eksternal organisasi. Metode Design
Thinking (MDT) merupakan metode pengembangan produk yang berawal dari
upaya menjawab permasalahan yang ada di masyarakat. MDT merupakan metode
pengembangan desain yang dikaji dan dipraktekkan oleh institusi pendidikan dan
pusat kajian. MDT berawal dari empati mendalam terhadap keinginan dan
kebutuhan manusia. Sehingga MDT termasuk pada kategori perspektif mendesain
yang berpusat pada kebutuhan pengguna, atau dengan istilah lain adalah user
centered design. MDT dianggap membawa hal positif bagi pembelajaran, karena
pembelajarannya diajak mendekati masalah langsung pada subjeknya. Mereka
bekerja dalam tim, berpikir multiperspektif untuk menjawab tantangan dengan
solusi hebat. Sebesar apapun masalahnya, dan seberapa terbatasnya keadaan yang
dihadapi, selalu ada optimisme untuk membuat perubahan. Kondisi ini didukung
oleh suasana belajar yang memungkinkan pembelajar melakukan kesalahan dan
belajar dari pengalaman tersebut. Dampak positif penerapan MDT adalah
menambah rasa percaya diri bagi mahasiswa dan meningkatkan kemandirian
dalam belajar. Dampak jangka panjangnya adalah, mempersiapkan mahasiswa
untuk berkontribusi di komunitas, masyarakat, dan industri (Baskoro dan Haq
2020).
Faktor-faktor yang penting bagi kesuksesan produk baru diantaranya yaitu
pemahaman akan kebutuhan, keinginan, dan preferensi pengguna, dan orientasi
pasar yang kuat dengan input input berperan penting dalam membentuk konsep
dan desain produk (Handoko dan Tanoto 2018). Adanya strategi yang berorientasi
pada inovasi, pengembangan produk dan diferensiasi produk akan dapat
membantu perusahaan dalam memunculkan ide-ide baru di setiap penyusunan
perencanaan dan strategi pemasaran. Demikian pula dengan meningkatkan
efektifitas promosi dalam penjualan secara terus-menerus, perusahaan secara
cepat dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi melalui strategi-
strategi yang diaplikasikan. Dengan mekanisme tersebut diharapkan perusahaan
yang membawa perubahan dengan menciptakan nilai tambah bagi masyarakat
berdasarkan prinsip saling menumbuh kembangkan (Sari dan Supendi 2019). 
Faktor yang menjadi kriteria utama adalah kesesuaian ide produk dengan masalah
gizi yang dipilih penentuan pengolahan bahan dasar. Penentuan pengolahan
produk perlu perhatian khusus untuk tetap mempertahankan kandungan gizi yang
menjadi alasan utama dipilihnya bahan dasar tersebut. Oleh karena itu, perlu
untuk melakukan penyaringan ide dengan memerhatikan berbagai faktor.
Penyaringan dilakukan dengan metode design thinking dengan pertimbangan
kesesuaian dengan masalah gizi di masyarakat sebagai faktor utama.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membangkitkan ide produk
makanan baru yang ingin dikembangkan untuk menjawab permasalahan gizi dan
pangan yang dipilih pada Praktikum Pertemuan Ke-1. Selanjutnya, ide-ide produk
yang terkumpul akan disaring berdasarkan berbagai kriteria untuk menentukan
top three ide produk makanan baru yang akan dibawa ke tahap selanjutnya.

II METODOLOGI

2.1 Pembangkitan ide pengembangan produk makanan baru


Pengembangan produk makanan baru didapat dari ide masing-masing
anggota grup. Setiap anggota menyumbangkan dua ide pengembangan produk
sebagai ASI booster dengan sasaran yaitu ibu menyusui. Ide dari pengembangan
produk baru ini diharapkan dapat meningkatkan pemberian ASI eksklusif oleh ibu
kepada anaknya. Pembagian pengembangan ide tersebut disajikan pada tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1 Ide pengembangan produk baru
Jenis Produk Bahan Baku Metode Pengolahan

Pie susu Tepung kacang hijau, Dipanggang, diblender, direbus


nabati pure katuk, dan susu
kedelai

Dodol Pure kacang hijau dan Diblender, pemasakan adonan dengan


buah naga api 60 Co

Cookies daun Tepung daun katuk  Disortir, blanching, dikeringkan, dan


katuk diayak.

Cookies daun Tepung daun kelor Disortir, blanching, dikeringkan, dan


kelor diayak.

Donat daun Tepung daun katuk Disortir, blanching, dikeringkan, dan


katuk diayak.

Nugget Jantung pisang, telur, Direbus, digiling, dicampur telur dan


jantung dan tepung terigu tepung terigu, direbus, dicetak,
pisang digoreng.

Susu kurma Kurma dan susu kedelai Disortir, blanching, Diblender


(blending)

Pudding Kurma dan susu kedelai Boiling, didinginkan


kurma
 
2.2 Penyaringan ide pengembangan produk makanan baru
Ide pengembangan produk baru yang telah diberikan oleh masing-masing
anggota kelompok kemudian dilakukan penyaringan ide lagi menjadi tiga teratas
dengan pertimbangan yang beragam dilihat dari kelebihan dan kekurangannya.
Tiga pilihan ide yang diambil yaitu pie susu nabati, susu kurma, dan cookies daun
katuk. Alasan memilih ketiga itu dilatar belakangi oleh hal-hal berikut.
2.2.1 Pie Susu nabati
Saat ini variasi olahan di bidang pangan terus berkembang dan
menghasilkan produk-produk olahan yang semakin beragam. Namun,
kreasi dalam pengolahan pie masih sedikit. Pie adalah kue dengan dasar
adonan pastel berisi buah atau krim, bagian atasnya dilapisi meringue,
slagroom, atau pastry. Tepung terigu merupakan struktur pokok dalam
pembuatan pie. Salah satu kelemahan dari tepung terigu adalah tepung
terigu berasal dari gandum yang merupakan komoditi impor. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS), impor gandum pada tahun 2019
mencapai 10,69 juta ton. Produk pangan yang impor terus menerus
tentunya dapat menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan dalam negeri.
Upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu adalah
dengan penggunaan tepung yang berbahan baku komoditas lokal, yaitu
salah satunya tepung yang berasal dari kacang-kacangan. Salah satu
kacang-kacangan yang mudah ditemui di Indonesia adalah kacang hijau.
Selain itu, penggunaan susu kedelai sebagai pengganti dari susu sapi dan
pure daun katuk menjadikan pangan ini juga lebih bergizi terlebih untuk
meningkatkan sekresi ASI bagi ibu menyusui (Nursalma et al. 2021).
2.2.2 Susu Kurma
Masyarakat Indonesia kini mulai menyadari akan pentingnya
mengkonsumsi susu. Susu yang dikonsumsi oleh masyarakat umumnya
berasal dari susu hewani. Namun, kandungan laktosa yang ada pada susu
hewani dapat mengakibatkan intoleransi laktosa (lactose intolerance).
Selain itu, harga susu hewani relatif mahal, sehingga diperlukan minuman
alternatif berbasis bahan lokal dengan kandungan gizi yang hampir sama
dengan susu hewani dan harga yang mudah dijangkau dan memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat, contohnya seperti susu nabati (Hasni et al.
2021). 
Total impor kurma di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya.
BPS mencatat volume impor kurma di Indonesia mencapai 31.052 ton
pada tahun 2015 dan 33.228 ton pada tahun 2016. Menurut Apriyanti et al.
(2015), meningkatnya angka impor kurma Indonesia disebabkan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan yang semakin membaik. Berbagai
penelitian juga telah membuktikan bahwa kurma memiliki banyak
manfaat.
2.2.3 Cookies daun katuk
Berdasarkan statistik konsumsi pangan tahun 2020, rata-rata
konsumsi cookies dalam seminggu meningkat dari 0,373 ons pada tahun
2016 menjadi 0,438 ons pada tahum 2020 atau konsumsi dalam setahun
sebesar 19,449 ons pada tahun 2016 menjadi 22,834 ons pada tahun 2020,
dengan rata-rata pertumbuhan 2016-2020 sebesar 4,25% (Kementerian  
Pertanian Republik Indonesia, 2020). Cookies berbahan dasar daun katuk
memiliki kandungan fitosterol dan papaverin yang lebih tinggi dari bahan
lainnya serta rasa yang lebih mudah dinetralisir atau dimodifikasi. 
Setelah pemaparan latar belakang tersebut, tim kami sepakat untuk
memilih Pie susu nabati sebagai produk pengembangan makanan baru untuk ibu
menyusui sesuai dengan permasalahan yang tim kami angkat yaitu untuk
meningkatkan sekresi ASI.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembangkitan ide pengembangan produk makanan baru


Rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui merupakan fokus
masalah gizi yang menjadi dasar untuk mencari dan membangkitkan ide
pengembangan produk makanan baru untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Berbagai alternatif ide pengembangan produk perlu melalui tahap analisis terkait
kelebihan dan kekurangannya. Analisis tersebut mengacu pada penilaian empat
aspek yang meliputi bahan baku, proses pengolahan, kesesuaian dengan
permasalahan gizi, dan target konsumen. Berikut merupakan hasil analisis
kelebihan dan kekurangan setiap ide produk.
Tabel 2 Hasil analisis kelebihan dan kekurangan ide produk
Ide produk Kelebihan Kekurangan
1. Pie susu

Bahan baku  Umumnya, bahan pangan yang -


digunakan adalah standar dan
jarang ada pengembangan
terutama untuk ASI booster. Hal
ini akan meningkatkan minat
konsumen, terutama oleh ibu
menyusui. 
Proses pengolahan - Pembuatan tepung
kacang hijau harus
dilakukan dengan benar
dan teliti agar tercipta
tepung kacang hijau
yang berkualitas baik
(Ngadiarti dan
Muntikah 2021).
Kesesuaian Kacang hijau dibuat menjadi -
dengan permasalahan tepung sehingga dapat
gizi  mensubstitusi penggunaan
Tabel 2 Hasil analisis kelebihan dan kekurangan ide produk (lanjutan)
Ide produk Kelebihan Kekurangan
tepung terigu sehingga dapat -
memberikan lebih manfaat
terlebih untuk sekresi ASI, selain
itu kandungan gizi dari kacang
hijau ini sangat baik bagi tubuh
(Ngadiarti dan Muntikah 2021).
Susu kedelai mengandung gizi
yang dapat meningkatkan sekresi
ASI, susu ini digunakan sebagai
pengganti susu sapi pada
pembuatan filling pie, tetapi
tekstur dari susu ini tidak
sekental susu sapi dan baunya
yang menyengat dapat menjadi
faktor tidak dipilihnya bahan ini
oleh konsumen (Puspitasari
2018). Rebusan daun katuk dan
ekstrak daun katuk efektif
memenuhi kecukupan ASI
membantu kenaikan berat badan
bayi. Teksturnya yang padat
dapat menjadi kombinasi yang
tepat dengan susu kedelai
sebagai isian dari pie susu ini
(Juliastuti 2019).
Target konsumen Digemari oleh banyak -
konsumen, terlebih wanita
karena jenis makanan ini cocok
untuk camilan.
2. Dodol

Bahan baku  Bahan baku (buah naga dan -


kacang hijau) mudah didapatkan.
Proses pengolahan - Kepopularitasan dodol
di era ini mulai menurun
karena proses
pengolahannya yang
memakan waktu lama
(Sari et al. 2020).
Kesesuaian Buah naga memiliki kandungan -
dengan permasalahan antioksidan yang tinggi, salah
gizi  satunya adalah antosianin.
Kacang hijau menjadi sumber
gizi terutama protein nabati serta
Tabel 2 Hasil analisis kelebihan dan kekurangan ide produk (lanjutan)
Ide produk Kelebihan Kekurangan
kandungan lemaknya lebih
rendah dibandingkan kacang-
kacangan yang lain. Kandungan
B1 dari bahan pangan ini juga
sangat bermanfaat untuk ibu
menyusui (Sari et al. 2020).
Target konsumen Digemari oleh banyak -
konsumen, terlebih wanita
karena jenis makanan ini cocok
untuk camilan.
3. Cookies daun katuk

Bahan baku  Memberikan ciri khas warna hijau Rasa daun katuk agak
pada adonan.  pahit sehingga perlu
penambahan bahan lain
untuk menetralisir. 
Proses pengolahan Seperti cookies pada biasanya yang Dibutuhkan cetakan
memerlukan proses menyiapkan yang sama untuk
bahan dan dimasukkan kesemua menghasilkan bentuk
bahan untuk dibuat adonan. yang baik. 
Selanjutnya Adonan dicetak dan
dipanggang pada suhu 160ºC
selama 25 menit.
Kesesuaian Daun katuk mengandung -
dengan permasalahan zat gizi tinggi yang dapat membantu
gizi  sintesis ASI (Nu’man dan Bahar
2021). Fitosterol yang terkandung
dalam daun katuk kering sebesar
2433,4 mg/g dan papaverin pada
daun segar sekitar 580 mg
(Handayani et al. 2020). 
Target konsumen Konsumen cookies terus meningkat -
termasuk ibu menyusui. 
4. Cookies daun kelor

Bahan baku  Memberikan ciri khas warna hijau Rasa daun kelor lebih
pada adonan.  pahit dari bahan pada
ide sebelumnya, daun
katuk. 
Tabel 2 Hasil analisis kelebihan dan kekurangan ide produk (lanjutan)
Ide produk Kelebihan Kekurangan
Proses pengolahan Seperti cookies pada biasanya Dibutuhkan cetakan yang
yang memerlukan proses sama untuk
menyiapkan bahan dan menghasilkan bentuk
dimasukkan kesemua bahan yang baik. 
untuk dibuat adonan.
Selanjutnya Adonan dicetak dan
dipanggang pada suhu 160ºC
selama 25 menit.
Kesesuaian Daun kelor kaya -
dengan permasalahan akan senyawa fitosterol yang
gizi  dapat meningkatkan produksi
estrogen dan merangsang
poliferasi saluran kelenjar
susu untuk memproduksi susu
(Widowati et al.  2019).
5. Donat daun katuk

Bahan baku  Ketersediaan daun katuk di


Rasa daun katuk agak
Indonesia berlimpah. pahit sehingga perlu
penambahan bahan lain
untuk menetralisir. 
Proses pengolahan Relatif mudah. Dibutuhkan ayakan
khusus untuk menyaring
pembuatan tepung daun
katuk.
Kesesuaian dengan Efektif meningkatkan 50,7% -
permasalahan gizi  produksi ASI dan tidak
mengandung toksik yang dapat
menimbulkan kecacatan pada
janin (Irmawati dan Rosdianah
2021).
Target konsumen Donat digemari oleh semua -
kalangan masyarakat sehingga
dapat dikonsumsi oleh
masyarakat luas, terutama ibu
menyusui.
6. Nugget jantung pisang
Bahan baku  Ketersediaan jantung pisang Karakteristik jantung
Tabel 2 Hasil analisis kelebihan dan kekurangan ide produk (lanjutan)
Ide produk Kelebihan Kekurangan
sangat banyak, mengingat belum pisang berserat.
beragamnya olahan jantung pisang.
Harga bahan baku relatif murah.
Proses pengolahan Pengolahan sederhana, dapat Peralatan produksi
diolah dengan peralatan dapur sederhana dan terdapat
secara umum. beberapa tahap proses
produksi sehingga
butuh waktu lebih.
Kesesuaian Jantung pisang mengandung -
dengan permasalahan laktagogum yang bermanfaat untuk
gizi  menstimulasi hormon oksitosin dan
prolaktin seperti alkaloid,
polifenol, steroid, flavonoid, dan
substansi lainnya untuk
meningkatkan dan memperlancar
produksi ASI (Wulandasari dan
Rilyani 2019).
Target konsumen Semakin banyaknya kesibukan saat -
ini, masyarakat terutama ibu
menyusui selalu ingin
mendapatkan makanan yang
bergizi namun praktis.
7. Susu kurma

Bahan baku  Bahan baku (kurma dan susu Harga bahan baku
kedelai) mudah diperoleh. (kurma) cukup mahal
dan tidak semua orang
menyukai rasa manis
dari buah kurma.
Proses pengolahan Proses pengolahan mudah. -
Kesesuaian dengan Kurma mengandung hormone -
permasalahan gizi  patuchin yang berfungsi memacu
kontraksi di pembuluh darah vena
yang ada di sekitar payudara ibu,
sehingga memacu kelenjar air susu
untuk menghasilkan ASI (Vitriani
et al. 2021). 
Target konsumen Ibu sebagai target konsumen yang -
memiliki kesibukan dalam
mengurus keperluan rumah tangga
tentunya menyukai produk atau
olahan yang praktis.
8. Puding kurma susu

Tabel 2 Hasil analisis kelebihan dan kekurangan ide produk (lanjutan)


Ide produk Kelebihan Kekurangan

Bahan baku  Bahan baku (kurma dan susu Harga bahan baku
kedelai) mudah diperoleh. (kurma) cukup mahal dan
tidak semua orang
menyukai rasa manis dari
buah kurma.
Proses pengolahan Proses pengolahan mudah -
Kesesuaian Kurma mengandung hormon -
dengan permasalahan patuchin yang berfungsi
gizi  memacu kontraksi di pembuluh
darah vena yang ada di sekitar
payudara ibu, sehingga memacu
kelenjar air susu untuk
menghasilkan ASI (Vitriani et
al. 2021).
Target konsumen Pudding merupakan salah satu -
jenis produk pangan yang
umumnya disajikan sebagai
makanan penutup. Produk
pudding digemari oleh
masyarakat Indonesia, dengan
tingkat konsumsi mencapai 70
g/orang/hari yang nilainya lebih
besar daripada roti (50
g/orang/hari) (BPOM RI
2018). Hal ini menunjukkan
bahwa penikmat pudding cukup
mendominasi, termasuk
didalamnya wanita atau ibu
menyusui.

3. 2 Penyaringan ide pengembangan produk makanan baru


3.2.1 Penentuan tiga (top three) ide produk makanan baru
Beberapa ide produk disaring kembali dan dipilih berdasarkan hasil
diskusi antaranggota kelompok. Hasilnya diperoleh 3 ide teratas, yaitu pie
susu, minuman susu kurma, dan cookies daun katuk. Ide produk dipilih
berdasarkan pertimbangan manfaat dan kesanggupan dalam proses
pengolahannya.
Ide produk yang pertama adalah pie susu. Pie susu sebagai salah satu
“oleh-oleh khas Bali”, merupakan camilan ukuran kecil dengan bentuk yang
unik, bundar, berdiameter sekitar 7 cm dengan macam isian di dalamnya,
terdiri dari campuran gula halus, tepung, telur, susu dan mentega. Kue pie
biasanya disajikan sebagai hidangan penutup, sangat mudah dibuat dan cocok
disajikan sebagai jamuan tamu ataupun cemilan keluarga saat santai (Yulistiani
et al. 2021).
Proses pembentukan ASI melibatkan hormon prolaktin kemudian proses
pengeluaran ASI melibatkan hormon oksitosin. Untuk sintesis oksitosin, bahan
dasarnya dapat diperoleh dengan mengkonsumsi kacang-kacangan. Kandungan
gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Berdasarkan
jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua setelah karbohidrat.
Kacang hijau mengandung 20-25 % protein. Protein tinggi sangat dibutuhkan
selama proses laktasi, karena kandungan asam amino dapat merangsang sekresi
ASI. Kacang hijau juga mengandung senyawa aktif yaitu polifenol dan
flavonoid yang berfungsi meningkatkan hormon prolaktin. Ketika hormon
prolaktin meningkat maka sekresi ASI akan maksimal sehingga kuantitas ASI
akan meningkat prolaktin kemudian proses pengeluaran ASI melibatkan
hormon oksitosin (Ngadiarti dan Muntikah 2021).
Susu kedelai yang merupakan minuman olahan dari sari pati kacang
kedelai memiliki banyak kandungan gizi dan manfaat. Potensinya dalam
menstimulasi hormon oksitoksin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol,
steroid, flavonoid dan substansi lainnya efektif dalam meningkatkan dan
memperlancar produksi ASI. Isoflavon yang terkandung pada susu kedelai
merupakan asam amino yang memiliki vitamin dan gizi dalam kacang kedelai
yang membentuk flavonoid. Flavonoid merupakan pigmen, seperti zat hijau
daun yang biasanya berbau. Zat hijau daun memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan tubuh. Isoflavon atau hormon phytoestrogen adalah hormon estrogen
yang diproduksi secara alami oleh tubuh dan bisa membantu kelenjar susu ibu
menyusui agar memproduksi ASI lebih banyak (Puspitasari 2018).
 Ide produk lainnya adalah minuman susu kurma. Kurma memiliki
keunggulan mudah dicerna sehingga bisa mencapai darah dalam waktu relatif
singkat dan bisa dimanfaatkan oleh seluruh organ tubuh. Beberapa manfaat
kurma untuk kesehatan tubuh yaitu menambah energi, melancarkan sistem
pencernaan, mengecilkan rahim, dan melancarkan ASI (Hammad 2014).
Kurma juga diketahui mengandung hormon patuchin yang berfungsi memacu
kontraksi di pembuluh darah vena yang ada di sekitar payudara ibu, sehingga
memacu kelenjar air susu untuk menghasilkan ASI (Vitriani et al. 2021). Susu
kedelai mengandung Isoflavon yang dapat membentuk flavonoid. Flavonoid
merupakan pigmen, seperti zat hijau daun yang biasanya berbau. Zat hijau
daun memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Isoflavon atau hormon
phytoestrogen merupakan hormon estrogen yang diproduksi secara alami oleh
tubuh dan bisa membantu kelenjar susu ibu agar memproduksi ASI lebih
banyak (Puspitasari 2018).
Ide produk lainnya adalah cookies daun katuk. Cookies adalah jenis
biskuit yang memiliki adonan lunak, renyah, dan jika dipatahkan tampak
penampangnya bertekstur kurang padat (BSN 2011). Cookies merupakan
produk pangan praktis dan cukup populer dan memiliki umur simpan cukup
panjang. Cookies dapat menjadi produk pangan yang dimanfaatkan sebagai
media untuk membantu memenuhi kebutuhan manusia. Kandungan
laktagogum alami dalam daun katuk dan cookies sebagai   produk   pangan  
yang   digemari dapat   dimanfaatkansebagai    makanan selingan    ibu
menyusui. Kandungan galactagogue dalam daun katuk yang memiliki peran
penting untuk memicu peningkatan produksi ASI. Pada daun katuk juga
mengandung steroid dan polifenol yang dapat meningkatkan kadar prolaktin.
Prolaktin merupakan salah satu hormon yang mempengaruhi produksi ASI.
Dengan tingginya kadar prolaktin maka secara otomatis akan meningkatkan
produksi ASI (Juliastuti 2019). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kesukaan dan nilai gizi cookies dengan penambahan daun
katuk dan daun kelor sebagai makanan selingan ibu menyusui. Alat yang
digunakan dalam pembuatan   tepung   daun   katuk, tepung daun   kelor, dan
cookies yaitu mixer, timbangan digital, tray timbangan, mangkuk kecil,
sendok, oven, loyang panggang, kompor gas, ayakan 60 mesh, dan blender.
Bahan pembuatan cookies yaitu tepung terigu, tepung daun katuk, tepung
daun kelor, margarin, mentega, telur, gula halus, susu bubuk, soda kue, vanili,
cokelat   bubuk, dan bubuk   kayu manis (Nu’man dan Bahar 2021).

3.2.2 Penentuan satu ide terbaik


Setelah melaui serangkaian proses diskusi, diperoleh satu ide produk
yang dianggap paling baik untuk dikembangkan. Ide produk yang dimaksud
adalah pie susu dengan adonan kacang hijau dengan isian susu kedelai dan pure
daun katuk. Proses pembuatan pie susu ini memerlukan beberapa tahapan
sebagai berikut:
3.2.2.1 Pembuatan adonan
Pembuatan adonan meliputi pembuatan tepung kacang hijau dan pure
daun katuk. Pembuatan tepung kacang hijau dilakukan menggunakan
metode kering. Mula-mula kacang hijau dicuci hingga kotorannya hilang.
Setelah dicuci, digongseng selama 15 menit atau hingga kering. Kemudian
kacang hijau dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi
bubuk atau tepung. Setelah diblender, tepung kacang hijau diayak untuk
memisahkan bagian tepung yang halus dan yang kasar. Kemudian
dikumpulkan yang kasar lalu diblender lagi untuk memperoleh tepung yang
halus (Hidayat et al. 2019). Selanjutnya pure daun katuk dicuci hingga
kotorannya hilang. Setelah itu, direndam beberapa saat dan di blender
hingga menjadi pure (Sari et al. 2020).
3.2.2.2 Pembuatan pie susu
Pembuatan pie susu dilakukan dengan beberapa tahapan. Hampir
keseleruhan bahan yang digunakan sama dengan bahan membuat pie susu
pada umumnya. Hanya saja terdapat substitusi pada beberapa bahan, seperti
tepung terigu yang diganti dengan tepung kacang hijau dan susu skim yang
diganti dengan susu kedelai. Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan pie susu adalah sebagai berikut.
a) Bahan kulit pie:
1. Tepung kacang hijau : 250 gram
2. Mentega : 150 gram 
3. Kuning Telur : 2 butir 
4. Garam : ¼ sdt 
5. Vanila Bubuk : ½ sdt 
6. Bahan Isi 
7. Susu Kental Manis : 200 gram 
8. Tepung Maizena : 10 gram 
9. Kuning Telur : 2 butir 
10. Vanili : ½ sdt 
11. Susu kedelai
12. Pure daun katuk
b) Cara membuat 
1. Siapkan semua bahan dan timbang bahan sesuai resep 
2. Campurkan semua bahan kulit dan aduk dengan garpu hingga
teksturnya berbutir 
3. Uleni adonan sampai merata 
4. Olesi cetakan dengan margarin 
5. Timbang adonan 20 gram kemudian cetak ke dalam cetakan pie
lalu tusuk-tusuk dengan garpu 
6. Campurkan semua bahan isi pie susu lalu aduk hingga merata dan
saring 
7. Tuang adonan isi kedalam cetakan yang sudah dilapisi adonan
kulit 
8. Panggang dalam oven selama 45 menit pada suhu 175oC
9. Angkat pie susu yang sudah matang
(Nursalma et al. 2021).

3.2.3 Pertimbangan pemilihan ide produk


Beberapa faktor dipertimbangkan dalam memilih produk pie susu. Faktor
yang pertama adalah jenis olahan yang berupa pie susu. Hal ini dipilih karena
mempertimbangkan tingkat kesukaan masyarakat terhadap produk pie susu.
Jenis pie yang cukup digemari masyarakat adalah pie susu yang merupakan
oleh-oleh makanan khas Bali. Apabila dilihat dari segi pengolahannya, pie susu
tergolong mudah untuk dibuat, sedangkan dari segi cita rasa juga banyak
masyarakat yang menyukai produk pie susu karena memiliki rasa yang manis
(Rahmah dan Sofyaningsih 2020).
Selanjutnya faktor pemilihan bahan baku yang terdiri dari kacang hijau
dan daun katuk (adonan pie). Kacang hijau dan daun katuk adalah bahan yang
sesuai dengan adonan pie susu. Kacang hijau mempunyai kandungan B1 yang
sangat bermanfaat untuk ibu menyusui. Ekspresi gen prolaktin tikus yang
mendapatkan suplementasi ekstrak daun katuk muda dan ekstrak daun katuk
dewasa masing-masing meningkat 9,04 dan 15,75 kali lipat, sedangkan pada
ekspresi gen oksitosin yang mendapatkan suplementasi ekstrak daun katuk
muda dan ekstrak daun katuk dewasa masing-masing meningkat 2,25 dan
25,77 kali lipat. Hal tersebut mengonfirmasi efek positif papaverin terhadap
proses laktasi dan mendukung praktik kepercayaan tradisional tentang laktasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian di tahun 2017 oleh Nurjannah et al. yang
menunjukkan konsumsi ekstrak daun katuk dengan takaran 2× dan 3× sehari
berpengaruh signifikan terhadap kadar hormon prolaktin ibu menyusui. Daun
katuk mengandung zat gizi tinggi yang dapat membantu sintesis ASI (Nu’man
dan Bahar 2021). Dengan berat 100 g, daun katuk segar mengandung 7,6 g
protein, 6,9 g, karbohidrat 1,8 g lemak, nilai energi 310 kJ, dan 79,8 g air.
Fitosterol yang terkandung dalam daun katuk kering sebesar 2433,4 mg/g dan
papaverin pada daun segar sekitar 580 mg (Handayani et al. 2020). Senyawa
polifenol yang terkandung dalam daun katuk dapat memengaruhi produksi ASI
dengan cara meningkatkan kadar prolaktin pada ibu menyusui (Juliastuti
2019). 
Berikutnya adalah pertimbangan dalam memilih susu kedelai dan daun
katuk sebagai bahan isian pie. Susu kedelai digunakan sebagai bahan pangan
pengganti susu sapi dalam isian pie susu. Namun, tekstur susu kedelai tidak
sekental susu sapi sehingga perlu suatu bahan untuk mengurangi keencerannya.
Oleh karena itu, penggunaan daun katuk dalam bentuk pure digunakan sebagai
tambahan ke tekstur susu kedelai. Kedua bahan ini dipilih juga dengan alasan
khasiatnya yang dapat meningkatkan sekresi ASI. Susu kedelai memiliki
potensi dalam menstimulasi hormon oksitoksin dan prolaktin seperti alkaloid,
polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya efektif dalam meningkatkan
dan memperlancar produksi ASI dan daun katuk juga mengandung steroid dan
polifenol yang dapat meningkatkan kadar prolaktin (Puspitasari 2018).
Terakhir adalah pertimbangan bentuk produk yang dibuat dalam bentuk
kecil dan siap makan. Ukuran pie susu umumnya terdiri dari dua ukuran, yaitu
pie susu dengan ukuran sebesar teflon dan ukuran kecil. Pemilihan ukuran pie
susu harus disesuaikan dengan tujuan dibuatnya produk. Pie susu dengan
ukuran besar muncul untuk mempermudah dan mempersingkat pembuatan
produk. Pie susu yang akan kami buat berbentuk kecil. Pie berbentuk bundar
tipis, berdiameter sekitar 7 cm. Pie dengan ukuran kecil lebih praktis untuk
dikonsumsi secara luas. Ukurannya yang kecil, lebih higienis untuk dikonsumsi
secara individu. Seiring dengan pendapat Sucipto et al. (2017) mengenai tujuan
pengemasan diantaranya untuk mempertahankan bahan dalam keadaan bersih
dan higienis. Pie susu dengan ukuran kecil juga mudah dibawa kemana-mana
dan praktis untuk sekali makanan. 

IV KESIMPULAN

Pembangkitan ide produk makanan baru dalam hal ini bertujuan untuk
meningkatkan produksi ASI. Berbagai bahan pangan memiliki manfaat untuk
meningkatkan produksi ASI bagi ibu menyusui, diantaranya ialah kacang hijau,
susu kedelai, daun katuk, daun kelor, jantung pisang, dan kurma. Pengembangan
produk dilakukan melalui beberapa tahapan dan mempertimbangkan beragam
faktor. Tahapannya yaitu menyampaikan ide pengembangan produk yang akan
dilakukan dan mendiskusikannya untuk memutusan pengembangan produk yang
akan diangkat. Diskusi dilakukan dengan mempertimbangkan kelebihan dan
kekurangan dari setiap ide. Kelebihan dan kekurangan dipertimbangkan75r
berdasarkan aspek bahan baku, proses pengolahan, kesesuaian dengan
permasalahan gizi yang ingin ditangani, dan target konsumen. Setelah
mempertimbangkan aspek-aspek tersebut maka terpilih tiga pengembangan
produk yaitu pie susu, susu kurma, dan cookies daun katuk. Hingga akhirnya
dipustuskan pengembangan produk yang akan kami kembangkan ialah pie susu
dengan adonan kacang hijau dengan isian susu kedelai dan pure daun katuk. 

V DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti RN, Pujiastuti E, Rahimah DS. 2015. Kurma dari Gurun ke Tropis.
Jakarta (ID): Trubus Swadaya.
Armanda L, Syahrul, Leksono T. 2020. Pengaruh substitusi tepung terigu dengan
tepung rumput laut (Eucheuma cottonii) terhadap mutu kulit pie selama
penyimpanan dingin (5 C) [skripsi]. Riau: Universitas Riau.
0

Atmoko TPH, Krestanto H. 2017. Profesionalisme chef dalam pengolahan dan


meningkatkan kualitas makanan di cavinton hotel Yogyakarta. Jurnal
Khasanah Ilmu. 8(2): 60-69.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia: Biskuit.
SNI 2973:2011. 
Baskoro ML, Haq BN. 2020. Penerapan metode design thinking pada mata kuliah
desain pengembangan produk pangan. Jurnal IKRA-ITH Humaniora. 4(2):
83-93. 
Hammad. 2014. Khasiat Kurma. Solo (ID): Aqwamedia.
Handayani S, Setyawati I, Ariendha DSR, Pratiwi YS, Isyawati S dan Fatmawati
N. 2020. The effect of katuk leaf (Sauropus androgynus (L.) Merr) biscuit
consumption toward increasing breastmilk volume on the 10th day. Journal of
Physics: Conference Series.  1594 (1): 1-7. 
Handoko S, Tanoto SR. 2018. Analisa deskriptif inovasi produk ice cream pada la
ricchi ice cream Surabaya. Jurnal Agora. 6(2): 1-6. 
Hasni D, Irfan, Saputri R. 2021. Pengaruh formulasi bahan baku dan cmc
(carboxy methyl cellulose) terhadap mutu dan penerimaan konsumen susu
nabati. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia. 13(2): 78-85.
Hidayat F, Farida A, Ermaya D, Sholihati S. 2019. Kajian penambahan pasta
umbi bit merah (Beta vulgaris L) dan tepung kacang hijau (Phaseolus
radiatus L) dalam pembuatan roll cookies. Rona Teknik Pertanian. 12(1): 1-
11.
Irmawati S, Rosidanah. 2021. Pemberian ekstrak daun katuk terhadap kelancaran
ASI pada ibu menyusui. Jurnal Kebidanan Malahayati. 7 (2) : 265-271.
Juliastuti J. 2019. Efektivitas daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr)
terhadap kecukupan ASI pada ibu menyusui di puskesmas Kuta Baro Aceh
Besar. Indonesian Journal for Health Sciences. 3(1): 1-5. 
Liestianty T, Subekti S, Nikmawati EE. 2016. Manfaat hasil belajar “membuat
minuman non alkohol” sebagai kesiapan menjadi bartender siswa SMKN 9
Bandung. Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. 5(1): 69-78.
Ngadiarti I, Muntikah M. 2021. Uji organoleptik, analisis kandungan zat gizi, dan
skrining fitokimia minuman campuran daun katuk (Sauropus androgynus (L.)
merr), daun pepaya (Carica papaya L.), dan kacang hijau (Vigna radiata L.)
sebagai peningkat produksi ASI. Jurnal Nutrisia. 23(1): 14-21.
Nu’man TM dan Bahar A. 2021. Tingkat kesukaan dan nilai gizi cookies dengan
penambahan tepung daun katuk dan tepung kelor untuk ibu menyusui. Jurnal
Agroteknologi. 15(2): 94-104. 
Nursalma CA, Setyowati S, Sitasari A. 2021. Substitusi tepung kacang koro
pedang (canavalia ensiformis (L.) DC.) pada pie susu ditinjau dari sifat
organoleptik, kandungan gizi dan unit cost. PUINOVAKESMAS. 2(1): 1-11.
Puspitasari E. 2018. Pengaruh pemberian susu kedelai terhadap peningkatan
produksi asi pada ibu nifas di Rb bina sehat bantul. Jurnal Kebidanan. 7(1):
54-60.
Rahmah UN, Sofyaningsih M. 2020. Substitusi biji wijen dan tepung biji wijen
dalam pembuatan pie susu sumber kalsium tinggi fosfor untuk ibu hamil.
ARGIPA. 5(2): 55-65.
Sari AM, Melani V, Novianti A, Purwara L, Dewanti P. 2020. Formulasi dodol
tinggi energi untuk ibu menyusui dari pure kacang hijau (Vigna radiata l),
pure Kacang Kedelai (Glycine max), dan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus). Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN. 2086, 6429.
Sari RE dan Supendi M. 2019. Pengembangan produk di kafe hoax ancol. Jurnal
Utilitas. 5(1): 17-24.
Sucipta IN, Suriasih K, Kencana PKD. 2017. Pengemasan Pangan. Bali (ID) :
Udayana Press.
Vitriani O, Alyensi F, Susanti A. 2021. Effectiveness of dates and acupressur on
production of breast milk in clinic Taman Sari 2 Pekanbaru. Jurnal Ibu dan
Anak. 9(2): 61-69.
Widowati L. 2019. Potensi ramuan ekstrak biji klabet dan daun kelor sebagai
laktagogum dengan nilai gizi tinggi. Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. 29(2): 143-152. 
Wulandasari R, Rilyani. 2019. Konsumsi sayur jantung pisang terhadap
peningkatan produksi ASI pada ibu masa nifas. Holistik Jurnal Kesehatan. 13
(4) : 358-364.
Yulistiani R, Winarti S, Ramadhany A, Pramudita MR. 2021. Pemberdayaan
komunitas pengembang pangan lokal Kabupaten Nganjuk melalui
pengembangan produk pie susu herbal. JABN. 2(2): 25-34.

Anda mungkin juga menyukai