Anda di halaman 1dari 17

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul 2 KOMPETENSI GURU PPKn


DALAM MENGEMBANGKAN
POTENSI PESERTA DIDIK DI
ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Judul Kegiatan Belajar (KB)C 1. Profesionalisme Guru Ppkn
dalam Era Industri 4.0
2. Psikologi Perkembangan
Peserta Didik
3. Teori dan Perangkat
Pembelajaran PPKn
4. Komunikasi Interaksi
Profesional Guru PPKn
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KEGIATAN BELAJAR 1
dipelajari 1. Profesionalisme Guru PPKn
Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan
atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang
intensif.
2. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (4), profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.
3. Pekerjaan yang profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan
mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu
dan bukan pekerjaan yang dikerjakan oleh
mereka yang karena tidak dapat
memperoleh pekerjaan lain (Sudjana, 2007).
4. Satori (2007) menyimpulkan beberapa
ciri profesi sebagai berikut:
1) Memiliki standar unjuk kerja yang baku
atau dengan kata lain memiliki aturan yang
jelas tentang hal yang dikerjakannya.
2) Anggota profesinya memperoleh
pendidikan tinggi yang memberikan dasar
pengetahuan yang bertanggungjawab.
3) Memiliki lembaga pendidikan khusus
yang menghasilkan tenaga profesi yang
dibutuhkan.
4) Memiliki organisasi profesi yang
memperjuangkan hak-hak anggotanya, serta
bertanggung jawab untuk meningkatkan
profesi yang bersangkutan.
5) Adanya pengakuan yang layak dari
masyarakat.
6) Adanya sistem imbalan yang memadai
sehingga anggota profesi dapat hidup dari
profesinya.
7) Memiliki kode etik yang mengatur setiap
anggota profesi.
5. Menurut Undang-Undang RI No. 8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, kode etik profesi adalah
pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari-hari. Fungsi dari kode etik
profesi ini adalah sebagai pedoman bagi
anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang ditetapkan, sebagai
kontrol sosial bagi masyarakat umum, dan
sebagai sarana untuk mencegah campur
tangan pihak luar terkait hubungan etika
dalam kanggotaan suatu profesi.
6. Ciri guru profesional yang
diperkirakan sesuai dengan tuntutan era
industri 4.0 adalah sebagai berikut:
1) Memiliki semangat juang tinggi. Semangat
juang merupakan landasan utama bagi
perwujudan perilaku guru dalam kaitan
dengan pengembangan sumber daya
manusia,
2) Mampu menempatkan diri dan
menyesuaikan diri sesuai tuntutan
lingkungan dan perkembangan iptek. Guru
PPKn era industri 4.0 harus mampu
menyesuaikan dirinya agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran sesuai
perkembangan zaman dengan tetap
berlandaskan nilai-nilai dan norma sosial
dan budaya,
3) Mampu belajar dan bekerjasama antar
profesi lain.
4) Memiliki etos kerja yang kuat, ditandai
dengan adanya disiplin kerja, kerja keras,
menghargai waktu dan berprestasi,
5) Memiliki kejelasan dan kepastian
pengembangan jenjang karier,
6) Berjiwa profesional,
7) Sejahtera lahir batin,
8) Memiliki wawasan masa depan, dan
9) Mampu melaksanakan fungsi dan
perannya secara terpadu.
7. Ruang Lingkup Profesionalisme Guru
Dalam menjalankan perannya, ada tiga
ruang lingkup layanan profesi guru yaitu:
1) layanan administrasi,
Layanan administrasi berkaitan dengan
administrasi pendidikan. Administrasi
pendidikan adalah suatu proses
keseluruhan, kegiatan bersama dalam
bidang pendidikan yang meliputi:
perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian,
pengawasan dan pembiayaan, dengan
menggunakan atau memanfaatkan fasilitas
yang tersedia, baik personel, materil,
maupun spiritual, untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
2) layanan instruksional,
Layanan instruksional terbagi menjadi
empat yaitu :
a. peran guru dalam pengembangan, dalam
hal ini peran guru misalnya dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran,
b. peran guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dan manajemen kelas,
misalnya penataan fisik kelas,
mempertimbangkan keragaman dan
perkembangan peserta didik dalam memilih
strategi pembelajaran,
c. peran guru dalam evaluasi pembelajaran,
misalnya melaksanakan evaluasi,
mengambil keputusan terhadap hasil
evaluasi dan memberi umpan balik hasil
evaluasi, dan
d. peran guru dalam membantu
perkembangan siswa, misalnya
mempertimbangkan aspek-aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif untuk
mengembangkan isi dan strategi
pembelajaran.
3) layanan bantuan.
Layanan bantuan berhubungan dengan
tugas membantu murid dalam mengatasi
masalah belajar pada khususnya dan
masalah-masalah pribadi yang akan
berpengaruh terhadap keberhasilan
belajarnya.
8. Peran guru dalam bimbingan dan
konseling diantaranya adalah :
1) membantu memasyarakatkan pelayanan
bimbingan dan konsling kepada siswa,
2) membantu guru pembimbing/konselor
mengidentifikasi siswa yang memerlukan
layanan bimbingan & konseling, serta
pengumpulan data tentang siswa tersebut,
3) mengalihtangankan siswa yang
memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru
pembimbing/konselor,
4) memberikan kesempatan dan kemudahan
kepada siswa yag memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
untuk mengikuti/menjalani layanan yang
dimaksud itu,
5) berpartisipasi dalam kegiatan khusus
penanganan masalah siswa.
9. Prinsip Guru dalam Melaksanakan
Tugas Secara Profesional
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2015 tentang Guru dan Dosen pasal 7
dijelaskan tentang prinsip guru dalam
melaksanakan tugas secara profesional
sebagai berikut:
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealisme; b) Memiliki komitmen untuk
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas;
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugas;
e) Memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja;
g) Memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang
hayat;
h) Memiliki jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;
10. Kompetensi Guru PPKn
Rumusan kompetensi menurut Sagala
(2008) mengandung tiga aspek yaitu:
1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan,
sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan
harapan yang menjadi ciri dan karakteristik
seseorang dalam menjalankan tugasnya,
2) ciri dan karakteristik kompetensi yang
digambarkan dalam aspek pertama tampil
nyata dalam tindakan, tingkah laku dan
unjuk kerjanya,
3) hasil unjuk kerjanya itu memenuhi suatu
kriteria standar kualitas tertentu yang
merujuk pada kompentensi sebagai output
dan/atau outcome dari unjuk kerja.
11. Guru PPKn yang profesional
diharapkan menerapkan pembelajaran yang
inovatif dengan mempertimbangkan (1)
tujuan pembelajaran,
(2) kondisi siswa,
(3) sifat materi bahan ajar,
(4) fasilitas media yang tersedia, dan
(5) kondisi guru.
12. Berdasarkan Undang-Undang No.14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
10 ayat (1) dinyatakan bahwa kompetensi
yang harus dimiliki guru mencakup
kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.

KEGIATAN BELAJAR 2
1. Psikologi Perkembangan Anak
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan
tertutup pada manusia baik selaku individu
maupun kelompok, dalam hubungannya
dengan lingkungan.
2. Tingkah laku terbuka adalah tingkah
laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan
lain sebagainya, sedangkan tingkah laku
tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya (Syah,
2006).
3. Psikologi perkembangan merupakan
cabang dari psikologi yang membahas
tentang gejala-gejala jiwa seseorang, baik
yang menyangkut perkembangan ataupun
kemunduran perilaku seseorang sejak masa
konsep sehingga dewasa (Ahmadi & Shaleh,
2005).
4. Tujuan utama dari psikologi
perkembangan adalah untuk
mengumpulkan informasi penting terkait
perkembangan manusia. Hal ini juga
mencakup tentang perubahan perilaku
manusia, mulai dari lahir hingga meninggal
dunia.
5. Hurlock (2005) menjelaskan tiga
tujuan penting psikologi perkembangan
yaitu :
1) sebagai petunjuk bagi individu untuk
mengetahui apa yang diharapkan
masyarakat dari mereka pada usia tertentu,
2) sebagai petunjuk untuk setiap individu
tentang apa yang akan mereka hadapi dan
tindakan apa yang diharapkan dari mereka
kalau sampai pada tingkatan perkembangan
berikutnya,
3) sebagai bekal dalam penyesuaian diri
pada situasi baru.
6. Peserta didik adalah objek utama di
kelas. Semua aktivitas di kelas dibentuk dan
dikelola demi menunjang tercapainya tujuan
belajar peserta didik.
7. Teori Psikologi Pendidikan
Perkembangan Anak
a) Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget
1) Tahap Sensorimotor
Piaget membagi tahap sensorimotor ke
dalam enam periode.
Periode pertama yaitu periode reflek yaitu
periode umur 0-1 bulan. Dalam periode ini
tingkah laku bayi kebanyakan bersifat
refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak
terbedakan. Tindakan seorang bayi
didasarkan pada adanya rangsangan dari
luar yang ditanggapi secara refleks.
Periode kedua yaitu periode kebiasaan yaitu
pada usia 1-4 bulan.
Periode ketiga yaitu periode reproduksi
kejadian yang menarik yaitu usia 4- 8 bulan.
Periode ke empat yaitu koordinasi pada usia
8-12 bulan.
Periode ke lima adalah eksperimen yaitu
pada usia 12-18 bulan.
Periode ke enam yaitu periode refresentasi
yaitu usia 18-24 bulan.
Pada tahap perkembangan sensorimotor
karakteristik anak ditandai dengan beberapa
hal berikut yaitu :
1) berpikir melalui perbuatan,
2) perkembangan fisik yang diamati adalah
gerak refleks,
3) belajar mengkoordinasi akal dan
geraknya,
4) cenderung intuitif egosentris, tidak
rasional dan tidak logis.
2) Tahap Pra-operasional
Pada tahap ini karakteristik anak ditandai
dengan:
1) anak dapat mengaitkan pengalaman di
lingkungannya dengan pengalaman
pribadinya. Anak menjadi egois dan tidak
rela jika harus berbagi barang miliknya
dengan orang lain,
2) anak belum memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang membutuhkan
pemikiran reversible, 3) anak belum mampu
melihat dua aspek dari satu objek atau
situasi sekaligus,
4) anak bernalar secara transduktif, anak
belum bisa membedakan fakta dan fantasi,
sehingga kadang-kadang anak seperti
berbohong,
5) anak belum memiliki konsep kekekalan,
6) anak mampu memberi alasan mengenai
apa yang mereka percayai.
3) Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret, di mulai umur
7-11 tahun.
Tahap ini memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) adaptasi dengan gambaran menyeluruh,
2) melihat dari berbagai segi,
3) seriasi,
4) klasifikasi,
5) bilangan,
6) ruang, waktu dan kecepatan,
7) probabilitas,
8) penalaran,
9) egosentrisme dan sosialisme.
4) Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal, usia 11-15 tahun.
b) Teori Perkembangan Moral Kohlberg
Tahapan perkembangan moral menurut
Kohlberg dijelaskan sebagai berikut:
1) Moralitas Prakonvensional
Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahapan
yaitu : a. a. Kepatuhan dan Orientasi
Hukuman
b. Individualisme dan Pertukaran
2) Moralitas Konvensional
a. Hubungan-hubungan antar pribadi yang
baik
b. Memelihara tatanan sosial
3) Moralitas Pascakonvensional Tingkatan
ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu :
a. Kontrak sosial dan hak-hak individual
Pada tahap ini, individu menalar bahwa
nilai, hak dan prinsip lebih utama atau lebih
luas daripada hukum. Seseorang
mengevaluasi validitas hukum yang ada,
dan sistem sosial dapat diuji berdasarkan
sejauh mana hal ini menjamin dan
melindungi hak asasi dan nilai dasar
manusia.
b. Prinsip-prinsip universal
Pada tahap ini, individu menalar bahwa
nilai, hak dan prinsip lebih utama atau lebih
luas daripada hukum. Seseorang
mengevaluasi validitas hukum yang ada,
dan sistem sosial dapat diuji berdasarkan
sejauh mana hal ini menjamin dan
melindungi hak asasi dan nilai dasar
manusia.
c) Teori Perkembangan Psikososial
Erikson
Psikososial adalah hubungan antara
kesehatan mental atau emosional seseorang
dengan kondisi sosialnya.
Psikososial menunjuk pada hubungan yang
dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang
saling berinteraksi dan memengaruhi satu
sama lain.
tahapan perkembangan psikososial menjadi
delapan tahapan :
1) Trust vs Mistrust (percaya vs tidak
percaya) (kelahiran – 18 bulan)
2) Autonomy vs Doubt (kemandirian vs
keraguan) (18 bulan – 3 tahun)
3) Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa
bersalah) (3 tahun – 6 tahun)
4) Industry vs Inferiority (ketekunan vs rasa
rendah diri) (6 tahun – 12 tahun)
5) Identity vs Role Confusion (identitas vs
kekacauan identitas) (12 tahun -18 tahun)
6) Intimacy vs Isolation (keintiman vs isolasi)
(± 18 tahun – 40 tahun)
7) Generativity vs Self Absorption
(generativitas vs stagnasi) (± 40 tahun – 65
tahun)
8) Integrity vs despair (integritas vs
keputusasaan) (± 65 ke atas)
d) Teori Perkembangan Kognitif Bruner
Bruner membagi perkembangan kognitif
anak atas tiga tahapan yaitu:
1. Enaktif (enactive)
2. Ikonik (iconic)
3. Simbolik (Symbolic)
8. Tahap-Tahap Psikologi Perkembangan
a) Periode Sebelum Kelahiran
Ada enam ciri penting masa pra kelahiran
yaitu:
1) Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang
berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
selanjutnya diturunkan sekali untuk
selamanya,
2) Kondisi baik dalam tubuh ibu dapat
menunjang perkembangan sifat bawaan,
sedangkan kondisi yang tidak baik dapat
menghambat perkembangannya, bahkan
sampai mengganggu pola perkembangan
yang akan datang,
3) Jenis kelamin individu yang baru
diciptakan sudah dipastikan pada saat
pembuahan, dan kondisi-kondisi pada
tubuh ibu tidak akan memperngaruhinya,
sama halnya dengan sifat bawaan,
4) Perkembangan dan pertumbuhan yang
normal lebih banyak terjadi selama periode
prenatal dibandingkan dengan periode-
periode lain dalam seluruh kehidupan
individu,
5) Periode pra kelahiran merupakan masa
yang banyak mengandung bahaya, baik fisik
maupun psikologis,
6) Periode pra kelahiran merupakan saat
dimana orang-orang yang berkepentingan
membentuk sikap-sikap pada diri individu
baru.
b) Periode Bayi
Masa ini ditandai dengan cirri-ciri sebagai
berikut : 1) Masa dasar pembentukan pola
perilaku, sikap dan ekspresi emosi,
2) Masa pertumbuhan dan perubahan
berjalan cepat, baik fisik maupun psikologis,
3) Masa kurangnya ketergantungan,
4) Masa meningkatnya individualitas, yaitu
saat bayi mengembangkan hal-hal yang
sesuai dengan minat kemampuannya,
5) Masa permulaan sosialisasi,
6) Masa permulaan berkembangnya
penggolongan peran seks, seperti terkait
dengan pakaian yang dipakaikannya,
7) Masa yang menarik, baik bentuk fisik
maupun perilakunya,
8) Masa permulaan kreativitas,
9) Masa berbahaya, baik fisik (seperti
kecelakaan) atau psikologis (karena
perlakuan yang buruk)
c) Periode Awal
Anak Periode awal anak adalah periode
perkembangan yang menentang dari akhir
masa bayi hingga usia 5 atau 6 tahun.
masa ini memiliki karakteristik atau sifat-
sifat seperti yang dikemukakan Solehudin &
Hatimah (dalam Ali, 2007) :
1) Unik,
2) Egosentris,
3) Aktif dan energik,
4) Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias
terhadap banyak hal
5) Eksploratif dan berjiwa petualang,
6) Spontan,
7) Senang dan kaya fantasi,
8) Masih mudah frustasi,
9) Masih kurang pertimbangan dalam
melakukan sesuatu,
10) Daya perhatian yang pendek,
11) Semangat untuk belajar dan belajar dari
pengalaman,
12) Semakin menunjukan minat terhadap
teman.
d) Periode Pertengahan dan Akhir Anak
Periode ini adalah masa perkembangan yang
terentang dari usia sekitar 6 hingga 10 atau
11 tahun. Masa ini sering juga disebut
tahun-tahun sekolah dasar. Anak pada
masa ini sudah menguasai keterampilan
dasar membaca, menulis, dan hitung.
e) Periode Remaja
Periode remaja ini adalah masa transisi
antara masa anak dengan masa dewasa,
terentang dari usia sekitar 12 tahun sampai
usia 20 tahun, yang ditandai dengan
perubahan yang fundamental yaitu:
1) Fisik atau biologis yang berhubungan
dengan perkembangan fisik,
2) Kognitif yaitu kemampuan untuk
memikirkan konsep-konsep yang abstrak,
(seperti persaudaraan, demokrasi, dan
moral), dan mampu berpikir hipotesis (hal-
hal yang mungkin terjadi berdasarkan
pengalamannya),
3) sosiemosional, yaitu perubahan dalam
stastus sosial yang memungkinkan remaja
(remaja akhir) masuk ke peran-peran atau
aktivitas-aktivitas baru, seperti bekerja, atau
menikah.
f) Periode Dewasa
Periode ini terdiri atas tiga masa, yaitu awal,
pertengahan, dan akhir dewasa. Masa awal
dewasa dimulai dari usia sekitar 20 tahun
hingga 30 tahunan. Masa pertengahan
dewasa dimulai sekitar usia 35 sampai 45
tahun, dan berakhir pada usia 55 dan 65
tahun. Masa akhir dewasa adalah terentang
dari usia 60 atau 70 tahun atau sampai
meninggal dunia. Periode ini merupakan
saat penyesuaiandiri terhadap melemahnya
kekuatan dan kesehatan fisik, masa
pensiun, dan masa berkurangnya
penghasilan.

KEGIATAN BELAJAR 3
1. Teori-Teori Belajar
Teori belajar adalah seperangkat pernyataan
umum yang digunakan untuk menjelaskan
kenyataan mengenai belajar. Teori belajar
bertujuan untuk menjelaskan bagaimana
proses belajar dengan menaruh perhatian
terhadap hubungan antar variabel yang
menentukan hasil belajar (Budinigsih,
2005).
a. Pendekatan Empiris
Empirisme adalah suatu aliran dalam
filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman
manusia. Empirisme menolak anggapan
bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika
dilahirkan.
b. Pendekatan Behavioristik
Adanya stimulus atau rangsangan berupa
penghargaan dan penguatan serta hukuman
ini akan menimbulkan respon, sehingga
pada teori belajar behavioristik dikenal
istilah stimulus-respon. Psikologi yang
mempelajari teori behavioristik ini
menganggap bahwa sebagai bukti seseorang
telah belajar, maka terjadi perubahan
tingkah laku. Ormrod (2003)
mengemukakan bahwa ada lima asumsi
dasar mengenai belajar menurut pandangan
behaviorisme yakni :
1) sebagian besar prilaku orang diperoleh
dari pengalaman karena rangsangan dari
lingkungan,
2) belajar merupakan hubungan berbagai
peristiwa yang dapat diamati yakni
hubungan antara stimulus dan respon,
3) belajar memerlukan suatu perubahan
prilaku,
4) belajar paling mungkin terjadi ketika
stimulus dan respon muncul pada waktu
berdekatan,
5) banyak spesies, termasuk manusia
belajar dengan cara -cara yang hampir
sama.
a) Teori Belajar Connectionism (Thorndike)
Thorndike menyatakan bahwa belajar pada
hewan maupun manusia berlangsung
berdasarkan tiga macam hukum pokok
belajar, yaitu :
1) hukum Kesiapan (Law of Readiness) yaitu
dalam belajar seseorang harus dalam
keadaan siap baik fisik maupun psikis,
2) hukum Latihan (Law of Exercise) yaitu
untuk menghasilkan tindakan yang cocok
dan memuaskan untuk merespon suatu
stimulus maka seseorang harus
mengadakan percobaan dan latihan yang
berulang-ulang,
3) hukum Akibat (Law of Effect) yaitu jika
suatu tindakan diikuti oleh suatu
perubahan yang memuaskan dalam
lingkungan, kemungkinan tindakan itu
diulangi dalam situasi yang mirip akan
meningkat.
b) Teori Classical Conditioning (Pavlov)
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov
menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
1) Law of Respondent Conditioning yakni
hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat,
2) Law of Respondent Extinction yakni
hukum pemusnahan yang dituntut. Jika
refleks yang sudah diperkuat melalui
Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun.
c) Teori Contigous Conditioning (Guthrie)
Beberapa metode dipergunakan Guthrie
dalam mengubah tingkah laku, ialah:
a) Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible
Response Method
Metode ini menganggap manusia adalah
suatu organisme yang selalu mereaksi
kepada stimulus-stimulus tertentu.
b) Metode Membosankan (Exhaustion
Method)
Hubungan antara stimulus dan reaksi yang
buruk itu dibiarkan saja sampai pelakunya
merasa bosan. Sebagai contoh, misalnya
seorang siswa yang suka membuat catatan
kecil untuk mencontek, maka untuk
menghentikan perilaku buruk itu, seorang
guru bisa menyuruh siswa tersebut
membuat catatan berlembar-lembar secara
terus menerus sehingga ia akan bosan
dengan sendirinya.
c) Metode Mengubah Lingkungan (Change of
Environment Method)
Suatu metode yang dilakukan dengan jalan
memutuskan atau memisahkan hubungan
antara Stimulus (S) dan Reaksi (R) yang
buruk yang akan dihilangkan, yakni dengan
mengubah stimulusnya. Sebagai contoh,
misalnya kita akan mengubah tingkah laku/
kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan
seorang anak di sekolahnya, dengan
memindahkan anak itu ke sekolah lain.
d) Teori Operant Conditioning (Skinner)
Teori operant conditioning yang
dikemukakan oleh Skinner adalah sebagai
berikut:
1) perilaku manusia dapat dijelaskan dengan
menggunakan seperangkat aturan hukum,
2) perilaku seharusnya dapat dipelajari pada
tataran yang lebih sederhana yaitu pada
tahapan yang paling mendasar,
3) prinsip-prinsip pembelajaran yang ada
sebagai hasil dari penelitian terhadap hewan
seharusnya diterapkan kepada manusia,
4) perubahan dalam perilaku hanyalah
dasar untuk menyimpulkan bahwa
pembelajaran telah terjadi.
e) Teori Social Learning (Bandura)
Menurut pemikiran Bandura, hadiah dan
hukuman jauh lebih sesuai untuk
menunjukkan perilaku baru daripada untuk
belajar. Self Control dan Modeling satu hal
utama dari penelitian Bandura menguraikan
kapasitas “self reactive” pada orang.
Manusia tidak sesederhana mesin yang
dikendalikan stimulus dari luar, tetapi
justru manusia menilai upayanya, hadiah
dan hukuman dirinya sendiri dan dapat
mengatur perilakunya tanpa kontrol dari
luar
c. Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia
yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya
tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Manusia belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan
hal yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya (Thobroni, 2015).
Tujuan konstruktivisme yaitu:
1) Mengembangkan kemampuan siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
sendiri pertanyanya
2) Membantu siswa untuk mengembangkan
pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap
3) Mengembangkan kemampuan siswa
untuk menjadi pemikir yang mandiri
(Thobroni, 2015).
2. Perangkat Pembelajaran PPKn
Perangkat adalah sejumlah bahan, alat,
media, petunjuk dan pedoman yang akan
digunakan dalam proses pencapaian
kegiatan yang diinginkan. Pembelajaran
adalah proses kerjasama antara guru dan
siswa dalam memanfaatkan segala potensi
dan sumber yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri
seperti minat, bakat dan kemampuan dasar
yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun
potensi yang ada di luar diri siswa seperti
lingkungan, sarana dan sumber belajar
sebagai upaya untuk mencapai tujuan
belajar tententu.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
disusun agar pembelajaran dapat berjalan
dengan interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup untuk kemandirian, dan
kreativitas sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Berdasarkan Permendiknas No 41 tahun
2007 tentang standar proses dijelaskan
bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran. RPP disusun untuk setiap KD
yang dapat dilaksanakan dalam satu
pertemuan atau lebih. Komponen RPP
terdiri atas (Depdiknas, 2008):
1) identitas mata pelajaran, yang meliputi
nama satuan pendidikan, nama mata
pelajaran, kelas dan semester, dan jumlah
pertemuan;
2) Standar kompetensi (SK), merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik;
3) Kompetensi dasar (KD), yaitu sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik;
4) Indikator pencapaian kompetensi, yaitu
perilaku yang dapat diukur untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi; 5)
Tujuan pembelajaran, menggambarkan
proses dan hasil belajar yang diharapkan;
6) Materi ajar;
7) Alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan
beban belajar dan keperluan pencapaian
KD;
8) Metode pembelajaran, merupakan cara,
strategi, atau pendekatan yang digunakan
guru untuk mewujudkan suasana belajar
kondusif agar peserta didik mencapai KD;
9) Kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari
tiga kegiatan pokok yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup;
10) Penilaian hasil belajar dan sumber
belajar, disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi.
3. Bentuk-Bentuk Evaluasi
Pembelajaran PPKn
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan
mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan.
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
mengetahui efektivitas proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Adapun secara khusus, tujuan evaluasi
adalah untuk :
1) Mengetahui tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah
ditetapkan.
2) Mengetahui kesulitan-kesulitan yang
dialami peserta didik dalam proses belajar,
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan
kemungkinan memberikan remedial
teaching,
3) Mengetahui efisiensi dan efektifitas
strategi pembelajaran yang digunakan guru,
baik yang menyangkut metode, media
maupun sumber-sumber belajar.
Teknik dan bentuk evaluasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Tes
Tes adalah suatu teknik atau cara dalam
rangka melaksanakan kegiatan evaluasi,
yang didalamnya terdapat berbagai item
atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh anak didik,
kemudian pekerjaan dan jawaban itu
menghasilkan nilai tentang perilaku anak
didik tersebut.
1. Tes Tertulis (written test) :
a.Tes Uraian
Tes esai dapat digunakan untuk mengukur
kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur
oleh tes objektif.
b.Tes objektif
Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk,
yaitu benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi atau
jawaban singkat.
c. Nontes
Dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil
belajar, kita harus menggunakan teknik tes
dan nontes, sebab hasil-hasil pelajaran
bersifat aneka ragam.
Adapun perubahan sikap dan petumbuhan
peserta didik dalam psikologi hanya dapat
diukur dengan teknik nontes, misalnya
observasi, wawancara, skala sikap, angket,
check list, dan rating scale

KEGIATAN BELAJAR 4
a. Pembelajaran PPKn Berbasis TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai
adaptasi dari TIK (Information and
Communication Technology) adalah
berbagai aspek yang melibatkan teknologi,
rekayasa dan teknik pengolahan yang
digunakan dalam pengendalian dan
pemrosesan informasi serta penggunaannya,
hubungan komputer dengan manusia dan
hal yang berkaitan dengan sosial, ekonomi
dan kebudayaan.
b. Komunikasi dalam Pembelajaran PPKn
dengan Memperhatikan Etika Guru
Salah satu keterampilan yang penting
dimiliki seorang guru dalam menjalan tugas
keprofesionalannya yaitu kemampuan
untuk berkomunikasi.
Komunikasi adalah suatu proses melalui
mana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam
bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah
atau membentuk perilaku orang lainnya
(khalayak) (Jenis dan Kelly dalam
Vardiansyah, 2008).
Pendapat lain oleh Berelson & Stainer
(dalam Vardiansyah, 2008) mengatakan
bahwa komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan
simbolsimbol seperti kata-kata, gambar-
gambar, angka-angka, dan lain-lain.
Kemampuan komunikasi guru dapat
diartikan sebagai kemampuan guru untuk
menyampaikan informasi maupun opini
dalam belajar, tidak hanya penyampaian
materi pelajaran, tetapi juga berupa
pengarahan serta memberikan motivasi
yang dilakukan guru kepada siswa sehingga
terjadi timbal balik.

Berikut ini beberapa cara komunikasi yang


efektif antara komunikator (guru) dengan
komunikan (sesama guru, kepala sekolah,
pelajar, staf tata usaha dan warga sekolah
lainnya):
1) Menyederhanakan yang rumit.
2) Membiasakan berbicara yang baik di
lingkungan sekolah, agar komunikasi
dengan komunikan berjalan kondusif,
nyaman dan efektif.
3) Berbicara secara langsung.
Berkomunikasi secara langsung merupakan
bentuk komunikasi yang paling efektif
untuk menghindari kesalahpahaman atau
salah pengertian.
4) Menghargai adanya perbedaan
kebudayaan.
5) Memberikan feedback yang baik.
6) Menyesuaikan antara ucapan dan
perbuatan. Ucapan dan perbuatan guru
hendaknya selaras agar memperoleh
kepercayaan dari lawan bicara.
7) Presentasi secara visual.
8) Jadilah humoris yang menyenangkan.
9) Menerima masukan.
10) Murah senyum.
2 Daftar materi yang sulit 1. Teori Perkembangan Moral Kohlberg
dipahami di modul ini 2. Teori Belajar
3. Menyusun Perangkat Pembelajaran
3 Daftar materi yang sering 1. Tujuh kompetensi yang harus dimiliki
mengalami miskonsepsi oleh guru PPKn, faktanya terdapat dalam
modul hanya ada empat kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru PPKn
2. Teori pembelajaran
3. Ruang Lingkup profesionalisme guru

Anda mungkin juga menyukai